Tugas dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah dalam Meningkatkan Disiplin Pegawai Negri Sipil ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus di Kabupaten Labuhanbatu Utara Provinsi Sumatera Utara)

(1)

TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL(PNS) DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(STUDI KASUS DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

ERNI ARIYANTI NIM: 100200067

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL(PNS) DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(STUDI KASUS DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

ERNI ARIYANTI

NIM : 100 200 067

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DisetujuiOleh:

Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara

NIP.196002141987032002 SURIA NINGSIH, SH.M.Hum

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

SURIA NINGSIH, SH.M.Hum

NIP.196002141987032002 NIP. 197003171998031001 AMSALI SEMBIRING,SH,M.Hum


(3)

TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

(PNS)DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI KASUS DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA)

ABSTRAK Erni Ariyanti1

Hasil penelitian dalam skripsi ini adalah menyimpulkan bahwa Badan Kepegawaian Daerah adalah perangkat daerah yang melaksanakan manajemen Pegawai Negri Sipil. Dalam upayanya untuk meningkatkan disiplin PNS, maka BKD melakukan pengumpulan absensi PNS setiap bulannya, mengadakan apel pagi dan apel sore, serta memberlakukan absensi elektrik mengggunakan sidik jari. Adapun yang menjadi hambatan yang paling mendasar bagi seorang PNS dalam meningkatkan disiplin adalah minimnya kesadaran pegawai terhadap kedisiplinan,sehingga Badan Kepegawaian Daerah tersebut melakukan sanksi yang tegas bilamana seorang PNS

) Suria Ningsih,SH.M.Hum**) Amsali Sembiring,SH.M.Hum***)

Pegawai Aparatur Sipil Negara adalah Pegawai Negri Sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjiankerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. Disiplin Pegawai Negri Sipil masih rendah dan cenderung meningkat apalagi permasalahan tersebut dikaitkan dengan peran pihak pemerintah untuk mewujudkan penegakan disiplin tersebut dikalangan Pegawai Negri Sipil.Dalam hal ini pemerintah dibantu oleh suatu instansi atau lembaga yang berada didaerah baik propinsi,kota maupun kabupaten yang dinamakan Badan Kepegawaian Daerah. Hal itu berdasarkan pada Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara. Adapun judul skripsi ini adalah : “ Tugas dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah Dalam Meningkatkan Disiplin Pegawai Negri Sipil Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara ( Studi Kasus di Kabupaten Labuhanbatu Utara)”. Adapun permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah berkaitan dengarn tugas dan fungsi Badan Kepegawaian Daerah, dan kaitannya dengan UU No. 5 Tahun 2014,serta hambatan-hambatan apa saja yang timbul dalam pelaksanaan kedisiplinan PNS tersebut.

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan menggunakan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian bahan pustaka (library research) yang didukung dengan data yang diperoleh melalui penelitian lapangan (field research) pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara yang dilakukan dengan cara wawancara dan observasi.

• Mahasiswi

** Dosen Pembimbing I *** Dosen Pembimbing II


(4)

terbukti melakukan pelanggaran disiplin.


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Yang Maha Berkehendak dan Maha Berkuasa Atas Segala Sesuatu. Atas berkah dan rahmat serta petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan akhir ini dengan judul “ Tugas dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah dalam Meningkatkan Disiplin Pegawai Negri Sipil ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus di Kabupaten Labuhanbatu Utara Provinsi Sumatera Utara)”. Shalawat dan salam penulis persembahkan kepada Rasullallah Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangan dan amanah yang tidak pernah padam sampai akhir zaman.

Laporan akhir ini diajukan guna memenuhi tugas akhir salah satu syaratuntuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Hukum pada Universitas Sumatera Utara.

Sesungguhnya tidak ada manusia yang berjuang sendiri di dunia. Dalam proses penyelesaian laporan akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan, sumbangan pikiran dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkanrasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.M.Hum, sebagai Dekan Fakultas Hukum USU Medan.

2. Ibu Suria Ningsih, SH.M.Hum, sebagai Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan pembuatan skripsi.


(6)

3. Bapak Amsali Sembiring,SH,M.Hum sebagai Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan pembuatan skripsi.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum USU yang dengan penuh dedikasi menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini.

5. Kepada keluarga besar tercinta Ayahanda H.Kharuddinsyah Sitorus,SE, Ibunda Hj.Ely Zarwati, Abanganda Hendri Yanto Sitorus,SE, kakak ipar saya dr. Ramadhona Sihotang, dan Adinda Tri Novi Sitorus yang telah memberikan doa, dukungan moril, materil, dan kasih sayang yang tak pernah putus sampai sekarang dan selamanya

6. Kepada calon suami saya tersayang Muhammad Ilham Rizky, S.A.Bis yang telah banyak memberikan saya motivasi, doa, dan kasih sayang yang tiada hentinya.

7. Kepada calon mertua saya Bapak Nazarddin Kasim,SE dan Ibu Dra. Hj. Tjut Syahriani, M.soc,sc yang telah memberikan dorongan dan doa.

8. Bapak H.Ridwan Rambe,S.Pd, M.Pd selaku Kepala Badan Kepegawaian Daerah yang telah banyak membantu saya dalam pengumpulan data dalam skripsi ini,serta seluruh Pegawai BKD yang telah membantu.


(7)

Sungguh, saya menjadi seperti sekarang semata-semata karena pertolongan Allah melalui mereka. Hanya Allah SWT yang membalas segala budi baik mereka. Sebagai manusia biasa, penulis sadar bahwa tidak lepas dari kesalahan. Oleh karena itu sangat diharapkan masukan serta kritikan yang membangun demi lebih baiknya laporan akhir ini.

Semoga ilmu yang penulis telah peroleh selama ini dapat bermakna dan berkah bagi penulis dalam hal penulis ingin menggapai cita-cita.

Medan, Juli 2014 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... B. Perumusan Masalah... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... D. Keaslian Penulisan... E. Tinjauan Kepustakaan... F. Metode Penelitian... G. Sistematika Penulisan...

1 9 9 10 11 23 26

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KABUPATEN PEMERINTAH

LABUHANBATU UTARA

A. Sejarah Kabupaten Labuhan Batu Utara... B. Visi dan Misi Kabupaten Labuhan Batu Utara... C. Penyelenggara Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu Utara...

28 33 33 BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG UNDANG-UNDANG NO 5 TAHUN

2014

A. Pengertian Tentang Disiplin Kerja………. B. Latar Belakang DikeluarkannyaUndang-Undang No. 5 Tahun 2014... C. Dasar-Dasar Hukum Yang Mengatur Tentang Disiplin PNS………….

36 42 44


(9)

D. Penerapan Sanksi Terhadap Pelanggaran Disiplin PNS... E. Badan Kepegawaian Daerah sebagai Pelaksana Manajemen PNS...

48 54 BAB IV PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN

DAERAH DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DIKABUPATEN LABUHAN BATU UTARA A. Tugas dan Fungsi BKD dalam Disiplin PNS di Kabupaten Labuhan

Batu Utara... B. Hambatan-Hambatan BKD dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsinya

Untuk Meningkatkan Disiplin PNS di Labuhan Batu Utara... C. Solusi Yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Disiplin PNS di Labuhan

Batu Utara...

56

59

61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... B. Saran...

63 64

DAFTAR PUSTAKA 65


(10)

TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

(PNS)DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI KASUS DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA)

ABSTRAK Erni Ariyanti1

Hasil penelitian dalam skripsi ini adalah menyimpulkan bahwa Badan Kepegawaian Daerah adalah perangkat daerah yang melaksanakan manajemen Pegawai Negri Sipil. Dalam upayanya untuk meningkatkan disiplin PNS, maka BKD melakukan pengumpulan absensi PNS setiap bulannya, mengadakan apel pagi dan apel sore, serta memberlakukan absensi elektrik mengggunakan sidik jari. Adapun yang menjadi hambatan yang paling mendasar bagi seorang PNS dalam meningkatkan disiplin adalah minimnya kesadaran pegawai terhadap kedisiplinan,sehingga Badan Kepegawaian Daerah tersebut melakukan sanksi yang tegas bilamana seorang PNS

) Suria Ningsih,SH.M.Hum**) Amsali Sembiring,SH.M.Hum***)

Pegawai Aparatur Sipil Negara adalah Pegawai Negri Sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjiankerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. Disiplin Pegawai Negri Sipil masih rendah dan cenderung meningkat apalagi permasalahan tersebut dikaitkan dengan peran pihak pemerintah untuk mewujudkan penegakan disiplin tersebut dikalangan Pegawai Negri Sipil.Dalam hal ini pemerintah dibantu oleh suatu instansi atau lembaga yang berada didaerah baik propinsi,kota maupun kabupaten yang dinamakan Badan Kepegawaian Daerah. Hal itu berdasarkan pada Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara. Adapun judul skripsi ini adalah : “ Tugas dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah Dalam Meningkatkan Disiplin Pegawai Negri Sipil Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara ( Studi Kasus di Kabupaten Labuhanbatu Utara)”. Adapun permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah berkaitan dengarn tugas dan fungsi Badan Kepegawaian Daerah, dan kaitannya dengan UU No. 5 Tahun 2014,serta hambatan-hambatan apa saja yang timbul dalam pelaksanaan kedisiplinan PNS tersebut.

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan menggunakan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian bahan pustaka (library research) yang didukung dengan data yang diperoleh melalui penelitian lapangan (field research) pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara yang dilakukan dengan cara wawancara dan observasi.

• Mahasiswi

** Dosen Pembimbing I *** Dosen Pembimbing II


(11)

terbukti melakukan pelanggaran disiplin.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah merupakan Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Pembangunan nasional sebagaimana tersebut dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tabun 1945, bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya baik secara materil, maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah untuk dapat mewujudkan tujuan kemasyarakatan yaitu kesejahteraan dan keadilan dalam masyarakat. Pembangunan secara materil dalam hubungannya dengan sumber daya manusia, berarti pembangunan unsur-unsur diluar kejiwaan manusia seperti pembangunan ekonomi, teknologi, dan sarana-sarana fisik kehidupan, sedangkan pembangunan spiritual berarti pembangunan unsur-unsur kejiwaaan manusia seperti pembangunan moral dan pembangunan pendidikan.

Indonesia sebagai negara hukum telah menempatkan landasan yuridis bagi warga negaranya dalam memperoleh pekerjaan yang layak, sebagaimana tertulis dalam Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi: "Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan". Isi pasal tersebut,


(13)

Negara menyadari akan arti penting dan mendasarnya masalah pekerjaan bagi kelangsungan hidup manusia. Manusia untuk menjaga kelangsungan hidupnya, maka perlu bekerja untuk menghasilkan sesuatu imbalan berupa materi, dan salah satu dari pekerjaan itu adalah dengan cara mengabdi pada Negara dengan menjadi Pegawai Negeri.

Pendapat E.Utrecht yang dikutip oleh Muchsan dalam bukunya Hukum Kepegawaian, bahwa negara merupakan badan hukum yang terdiri dari persekutuan orang (Gemeenschaap Van Merten) yang ada karena perkembangan faktor-faktor sosial dan politik dalam sejarah2

Menurut Logemann bahwa tiap-tiap pegawai mempunyai hubungan dinas publik (openbare diensbetreking).Hubungan dinas publik ini ada, apabila seseorang menyetujui untuk mengikatkan dirinya diangkat sebagai pelaksana pekerjaan-pekerjaan tertentu

.Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa negara sebagai organisasi kekuasaan merupakan suatu badan yang berstatus hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban (subyek hukum). Negara akan mencapai tujuannya dengan menggunakan status badan hukum beserta hak dan kewajibannya tersebut. Hak dan kewajiban yang dilaksanakan oleh aparatur negara didistribusikan kepada jabatan-jabatan negara.

Aparatur yang melaksanakan hak dan kewajiban negara yang disebut subyek hukum adalah Pegawai Negeri.Hubungan antara Pegawai Negeri dengan negara menimbulkan kaidah-kaidah dalam hukum kepegawaian.Kelancaran pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan tergantung pada kesempurnaan dan kemampuan aparatur Negara, dalam hal ini adalah Pegawai Negeri.

2


(14)

yang lebih kurang sejenis (dalam keseluruhan jabatan tertentu), dengan menerima gaji dan imbalan-imbalan pribadi lainnya 3

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), diperlukan Aparatur Sipil Negara yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

.Dapat dikatakan bahwa Pegawai Negeri merupakan aparatur yang diangkat dan digaji oleh pemerintah untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu tersebut yang harus berdasarkan pada segala peraturan yang mengaturnya yang telah dibuat dan ditetapkan oleh Negara.

4

Adapun tugas pemerintahan dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan yang meliputi pendayagunaan kelembagaan, kepegawaian, dan

. Tujuan nasional seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan nasional, dibutuhkan Pegawai ASN. Pegawai ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan publik dilakukan dengan memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan Pegawai ASN.

2 Amrah Muslimin, 1985: 18

4


(15)

ketatalaksanaan.Sedangkan dalam rangka pelaksanaan tugas pembangunan tertentu dilakukan melalui pembangunan bangsa (cultural and political development) serta melalui pembangunan ekonomi dan sosial (economic and social development) yang diarahkan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh masyarakat.

Untuk dapat menjalankan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu, Pegawai ASN harus memiliki profesi dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada Sistem Merit atau perbandingan antara kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang dimiliki oleh calon dalam rekrutmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi pada jabatan yang dilaksanakan secara terbuka dan kompetitif, sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik.

Adapun Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, dan perlindungan.

Pegawai Negeri Sipil sebagai abdi negara dan abdi masyarakat berkedudukan dan memegang peranan yang penting, karena Pegawai Negeri adalah unsur aparatur negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional.Tujuan nasional tersebut hanya dapat dicapai melalui pembangunan nasional yang direncanakan dengan terarah dan realistis serta dilaksanakan secara bertahap, bersungguh-sungguh, berdaya guna dan berhasil guna.

Sejalan dengan tujuan tersebut, penyelenggara pemerintah tidak hanya dilakukan dari pusat, namun juga dari daerah.Penyelenggara pemerintah daerah memerlukan


(16)

sumber daya manusia sebagai pelaksananya.Sumber daya manusia pada pemerintah daerah merupakan unsur yang sangat menentukan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pemerintah daerah akan dapat diselenggarakan dengan baik sehingga tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien jika didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten5

5

Hanif Nurcholis, 2007, Teori & Praktik Pemerintahan Dan Otonomi Daerah, Grasindo .

Sebagai tulang punggung pemerintah dalam melaksanakan pembangunan nasional, kedudukan dan peranan pegawai dalam setiap organisasi pemerintahan sangatlah menentukan.Oleh sebab itu, pendayagunaan aparatur negara terus ditingkatkan terutama yang berkaitan dengan kualitas, efisiensi pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan profesional dan kesejahteraan aparat dalam menunjang pelaksanaan tugas.Dalam rangka meningkatkan profesionalitas, kinerja, efektifitas, dan efisiensi pelaksanaan tugas pegawai negeri sipil, perlu adanya peraturan mengenai disiplin pegawai negeri sipil.

Dalam melaksanakan pembinaan hendaknya sejauh mungkin diusahakan adanya keserasian antara kepentingan dinas dan kepentingan pegawai negeri sebagai perorangan, dengan ketentuan bahwa apabila ada perbedaan antara kepentingan dinas dan kepentingan pegawai negeri sebagai perorangan, maka kepentingan dinaslah yang harus di utamakan.

Tetapi kadang kenyataannya, berdasarkan pada observasi mengenai pembangunan menunjukan bahwa hambatan pelaksanaan pembangunan terkadang justru muncul dari kalangan Aparatur Negara sendiri. Hal ini sebagaimana di ungkapkan oleh The Liang Gie adalah sebagai berikut :


(17)

“ Dalam praktek, Pegawai Negeri Indonesia pada umumnya masih banyak kekurangan yaitu kurang mematuhi peraturan kedisiplinan pegawai, sehingga dapat menghambat kelancaran pemerintahan dan pembangunan nasional, antara lain adalah masih adanya jiwa kepegawaian dengan berfikir mengikuti kebiasaan bagian, bukan terletak pada kesatuan yang harmonis melainkan kesatuan pada bagian – bagian tersendiri, mempunyai bentuk dan corak yang berbeda serta kurang menghargai ketepatan waktu “.

Jiwa kepegawaian yang mempunyai sifat seperti tersebut di atas akan berakibat negatif terhadap prestasi kerja pegawai negeri yang bersangkutan karena tidak adanya pengembangan pola pikir kerja sama dan pemakaian kelengkapan peralatan dalam mendukung kelancaran tugas.Berdasarkan pada hal tersebut, Pegawai Negeri Indonesia dipandang masih banyak kekurangan yaitu kurang adanya menghargai waktu, mengefisienkan tenaga dan kedisiplinan kerja. Untuk itu pembinaan Pegawai Negeri Sipil sebaiknya terus dilakukan dari waktu ke waktu.

Terkait dengan pembinaan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang Undang No.43 tahun 1999 yang selanjutnya diubah menjadi Undang-Undang No. 5 Tahun 2014, maka salah satu faktor yang dipandang sangat penting dan prinsipil dalam mewujudkan Aparatur Negara yang bersih dan berwibawa adalah masalah kedisiplinan para Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas pemerintahan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat.


(18)

Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Indonesia masih rendah dan kasusnya cenderung meningkat6

Hal ini menimbulkan suatu pertanyaan yaitu apakah keberadaan Badan Kepegawaian Daerah memberikan pengaruh positif yaitu meningkatnya kedisiplinan

. Kasusnya pun beragam mulai dari tidak masuk kerja, poligami, melakukan perzinahan atau perselingkuhan, menggunakan narkotika, melakukan tindakan asusila, calo CPNS, hingga penyalahgunaan wewenang. Seharusnya seorang pemimpin di suatu dinas atau bagian memiliki kewenangan untuk menindak atau memberi teguran kepada anak buahnya yang tidak disiplin atau yang melakukan pelanggaran. Akan tetapi tidak banyak pemimpin yang menegakkan peraturan ini.

Permasalahan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil sangat menarik untuk diteliti apalagi apabila permasalahan tersebut dikaitkan dengan peran pihak pemerintah untuk mewujudkan penegakan disiplin tersebut di kalangan Pegawai Negeri Sipil. Dalam hal ini pemerintah dibantu oleh suatu instansi atau lembaga yang berada di tingkat daerah baik propinsi, kota maupun kabupaten yang dinamakan Badan Kepegawaian Daerah. Badan Kepegawaian Daerah merupakan salah satu perangkat daerah untuk membantu kelancaran manajemen Pegawai Negeri Sipil. Salah satu fungsi dari Badan Kepegawaian Daerah adalah untuk penyiapan dan pelaksanaan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil daerah sesuai dengan norma, standar dan prodesur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Berkaitan dengan fungsi tersebut maka Badan Kepegawaian Daerah perlu mempertimbangkan sampai sejauh mana Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil.

6

http://www.batamtoday.com/berita35062-Disiplin-Rendah,-44-PNS-Dipecat-Akibat-Bolos.html diakses tanggal 5 Februari 2014


(19)

Pegawai Negeri Sipil berupa peningkatan kedisiplinantersebut sudah terlalu melekat dalam jiwa kepegawaian Pegawai Negeri Sipil sehingga sulit untuk di adakan pembinaaan atau penertiban sebagaimana telah di atur dalam UU ASN No. 5 Tahun 2014.

Perumusan Masalah

Apakah tugas dan fungsi Badan Kepegawaian Daerah meningkatkan disiplin Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu Utara

Bagaimanakah tinjauan hukum administrasi negara yang mengacu pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 dan kaitannya dengan peningkatan disiplin Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu Utara

Apakah hambatan-hambatan yang timbul dalam meningkatkan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu Utara

Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan dalam skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut :

Untuk mengetahui pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 dan kaitannya dengan kedisiplinan di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu Utara.

Untuk mengetahui implementasi tugas dan fungsi Badan Kepegawaian Daerah sebagai instansi yang berkaitan dengan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu Utara.

Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ada dalam meningkatkan disiplin Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu Utara.


(20)

Manfaat penulisan yang diharapkan diperoleh dari skripsi ini adalah sebagai berikut : Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ataupun menambah pengetahuan terutama dalam hukum administrasi negara mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

Secara Praktis

Bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu Utara, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan sekaligus menambah pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu Utara Provinsi Sumatera Utara sebagaimana telah diatur dalam UU Nomor 5 Tahun 2014.

Keaslian Penulisan

Untuk mengetahui originalitas penulisan, sebelum melakukan penulisan skripsi berjudul ”Tugas dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah dalam Meningkatkan Disiplin Pegawai Negeri Sipil Ditinjaudari Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus di Kabupaten Labuhan Batu Utara)” terlebih dahulu melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini juga menulusuri berbagai judul karya ilmiah melalui media internet, dan sepanjang penulusuran yang penulis lakukan, belum ada penulis lain yang pernah mengangkat topik tersebut. Sekalipun ada, hal itu adalah di luar sepengetahuan dan tentu saja substansinya berbeda dengan substansi dalam skripsi ini. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran Penulis yang didasarkan


(21)

pada pengertian-pengertian, teori-teori, dan aturan hukum yang diperoleh melalui referensi media cetak maupun media elektronik. Oleh karen itu, dapat dinyatakan bahwa skripsi ini adalah karya asli penulis dan dapat dipertanggungjawabkans secara ilmiah.

Tinjauan Kepustakaan

Menurut J.H.A Logemanm bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah tiap pejabat yang mempunyai hubungan dinas publik (open bare dienst betrokking)dalam negara. Mengenai hubungan dinas publik ini terjadi jika seseorang mengikat dirinya untuk tunduk pada pemerintah dan pemerintah untuk melakukan suatu atau beberapa macam jabatan tertentu dengan mendapatkan penghargaan berupa gaji dan beberapa keuntungan lain7

Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.

.

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 1 menyatakan :

Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh

7

Lili Rasjidi & IB Wyasa, Hukum sebagai suatu sistem, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1993, hal.20


(22)

pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan Manajemen ASN di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2003 Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil pasal 1 membedakan antara Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Daerah sebagai berikut :

Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Kejaksaan Agung, Kesekretariatan Lembaga Kepresidenan, Kantor Menteri Negara Koordinator, Kantor Menteri Negara, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Lembaga Pemerintah, Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Badan Narkotika Nasional, Kesekretariatan Lembaga lain yang dipimpin oleh Pejabat struktural eselon I dan bukan merupakan bagian dari Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen, Instansi Vertikal di Daerah Propinsi/ Kabupaten/Kota, Kepaniteraan Pengadilan, atau


(23)

dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya.

Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota atau dipekerjakan di luar instansi induknya.

Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat adalah Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Kepresidenan, Kepala Kepolisian Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/ Tinggi Negara, Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional serta Pimpinan Kesekretariatan Lembaga lain yang dipimpin oleh pejabat struktural eselon I dan bukan merupakan bagian dari Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen.

Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi adalah Gubernur.

Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota.

Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Lebih lanjut dalam pasal 30 dinyatakan bahwa :

Pelanggaran atas pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian dapatdikenakan tindakan administratif.

Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa : peringatan,

teguran,

pencabutan keputusan atas pengangkatan, pemindahan, atau pemberhentian.


(24)

sejak tanggal ditetapkan.

Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan oleh KepalaKepegawaian Negara, kecuali terhadap keputusan yang ditetapkan oleh Presiden. Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dapat mendelegasikan atau memberikankuasa kepada pejabat lain di lingkungannya untuk melakukan tindakan administratifsebagaimana dimaksud dalam ayat (2), kecuali atas keputusan yang ditandatangani olehPejabat Pembina Kepegawaian dan Gubernur.

Hukum merupakan keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan manusia dan masyarakat, yang juga mencakup lembaga-lembaga dan proses-proses yang mewujudkan berlakunya kaidah itu dalam kenyataan. Kehadiran hukum dalam masyarakat salah satunya adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan organisasi dalam masyarakat sehingga dapat meminimalkan benturan sekecil-kecilnya.

Menurut J.B. Sumarlin, agar PNS dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna, maka pembinaan harus diarahkan untuk menjamin antara lain8

Agar satuan organisasi lembaga pemerintah mempunyai jumlah dan mutu pegawai yang rasional berdasarkan jenis, sifat, dan beban kerja yang dibebankan kepadanya.

:

Pembinaan yang terintegrasi terhadap seluruh PNS artinya bahwa terhadap semua PNS berlaku ketentuan yang sama.

Pembinaan PNS atas dasar sistem karier dan sistem prestasi kerja.

Pengembangan sistem penggajian yang mengarah pada penghargaan terhadap prestasi dan besarnya tanggung jawab.

Melaksanakan tindakan korektif yang tergas terhadap norma hukum dan

8


(25)

norma kepegawaian.

Penyempurnaan sistem administrasi kepegawaian dan sistem pengawasannya.

Pembinaan kesetiaan dan ketaatan penuh pegawai negeri terhadap negara dan pemerintah.

Kedudukan dan peranan Pegawai Negeri Sipil berkaitan erat dengan hak dan kewajiban yang melingkupi aktivitasnya. Apabila hak telah diperoleh namun kewajiban tidak dilaksanakan secara otomatis Pegawai Negeri Sipil tersebut akan dikenakan sanksi. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari openbare dienstbetrekking (hubungan dinas publik) yang melekat pada hubungan kepegawaian sebagai hubungan sub-ordinatie antara bawahan dan atasan9

Mengucapkan sumpah/janji PNS. .

Kewajiban Pegawai Negeri Sipil yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 pasal 3 adalah :

Mengucapkan sumpah/janji jabatan.

Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah.

Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan.

Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.

Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS;

Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan.

9

Philipus M. Hadjon., Philipus M Hadjon dkk, 1994, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia,


(26)

Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan.

Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara.

.Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil.

.Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja. .Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan.

.Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya. .Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.

.Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas.

.Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier .Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Adapun larangan bagi Pegawai Negeri Sipil yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 pasal 4 adalah :

Menyalahgunakan wewenang.

Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;

Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional.

Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing.


(27)

barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah.

Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya.

Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya.

.Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani.

.Menghalangi berjalannya tugas kedinasan.

.Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara :

Ikut serta sebagai pelaksana kampanye.

Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS. Sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain.

Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara.

. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara: Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu


(28)

pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

.Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan; danmemberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara:

Terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.

Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye.

Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dansesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

Pemberhentian/Pemberhentian sementara bagi Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 yang tertuang dalam pasal 3 :Seorang pegawai Negeri harus diberhentikan jika ia terbukti telah melakukan


(29)

penyelewenganterhadap ideologi dan haluan Negara atau ia terbukti dengan sadar dan/atau sengaja telahmelakukan sesuatu yang merugikan kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara.

Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil juga diatur dalam Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1979 Pasal 1 memuat :

Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil adalah pemberhentian yang mengakibatkan yang bersangkutan kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pemberhentian dari Jabatan Negeri adalah pemberhentian yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak bekerja lagi pada suatu satuan organisasi Negara, tetapi masih tetap berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Hilang adalah suatu keadaan bahwa seseorang di luar kemauan dan kemampuannya tidak diketahui tempatnya berada dan tidak diketahui apakah ia masih hidup atau telah meninggal dunia.

Batas usia pensiun adalah batas usia Pegawai Negeri Sipil harus diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Kemudian di Bagian Keempat, dicantumkan Pemberhentian Karena Melakukan Pelanggaran/Tindak/Penyelewengan yang tertuang dalam Pasal 8, 9, dan 10. Pasal 8 berbunyi ”Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil karena” :

Melanggar Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil, Sumpah/Janji Jabatan Negeri atau Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil; atau


(30)

hukum yang tetap, karena dengan sengaja melakukan suatu tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara setinggi-tingginya 4 (empat) tahun, atau diancam dengan pidana yang lebih berat.

Pasal 9 berbunyi ”Pegawai Negeri Sipil diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil apabila dipidana penjara ataukurungan berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena”:

Melakukan suatu tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan; atau

Melakukan suatu tindak pidana kejahatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 sampai dengan Pasal 161 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Bunyi dari Pasal 10 adalah ”Pegawai Negeri Sipil diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil apabila ternyata melakukan usaha atau kegiatan yang bertujuan mengubah Pancasila dan atau Undang-Undang Dasar 1945 atau terlibat dalam gerakan atau melakukan kegiatan yang menentang Negara dan atau Pemerintah.

Dalam Pasal 12 diterangkan tentang Pemberhentian Karena Meninggalkan Tugas yaitu :

Pegawai Negeri Sipil yang meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu 2 (dua) bulan terus-menerus, diberhentikan pembayaran gajinya mulai bulan ketiga.

Pegawai Negeri Sipil sebagaimna dimaksud dalam ayat (1) yang dalam waktu kurang dari 6 (enam) bulan melaporkan diri kepada pimpinan instansinya, dapat :

Ditugaskan kembali apabila ketidak hadirannya itu karena ada alasan-alasan yang dapat diterima; atau


(31)

Diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai Negeri Sipil, apabila ketidak hadirannya itu adalah karena kelalaian Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dan menurut pendapat pejabat yang berwenang akan mengganggu suasana kerja, jika ia ditugaskan kembali.

Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yang dalam waktu 6 (enam) bulan terus menerus meninggalkan tugasnya secara tidak sah, diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Metode Penulisan Jenis Penelitian

Sesuai judul dan permasalahan yang ada dalam penelitian ini dan supaya dapat memberikan hasil yang bermanfaat maka penelitian ini dilakukan dengan penelitian yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan dan menganalisa masalah-masalah yang akan dikemukakan, yang dilakukan dengan cara pendekatan yuridis normatif (penelitian hukum normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder10

Pendekatan yuridis normatif digunakan dengan maksud untuk mengadakan pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang-undangan yang berlaku, dokumen-dokumen dan berbagai teori

).

11

Penelitian yuridis normatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti sumber-sumber bacaan yang relevan dengan tema penelitian, yang meliputi penelitian

.

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, hal. 13

11

Ronny Hanitijo Soeitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990, hal. 11


(32)

terhadap asas-asas hukum, sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan yang bersifat teoritis ilmiahyang dapat menganalisa permasalahan yang akan di bahas serta ditambah data lainnya yang diperoleh di lapangan dengan cara melakukan observasi langsung Perilaku Disiplin Pegawai Negeri Sipil ditinjau dari segi hukum yang berlandaskan UU Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara studi kasus pada Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu Utara.

Sumber Data

Pengumpulan data diperoleh dari penelitian kepustakaan yang didukung penelitian lapangan, sebagai berikut :

Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan kepustakan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier12

Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang berhubungan dengan peraturan perundang-undangan yaitu :

, yaitu :

a. Undang-Undang dasar 1945

b. Undang-undang nomor 5 Tahun 2014 tentang aparatur sipil negara serta peraturan pelaksanaan yang terkait lainnya

Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan-bahan hukum primer yaitu karangan ilmiah, buku-buku referensi dan informasi.

Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk dan penjelasan-penjelasan terhadap hukum sekunder, yakni kamus umum, kamus hukum, jurnal, artikel

12


(33)

dan lainnya.

b. Penelitian lapangan (Field Research) tentang Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil diPemerintah Kabupaten Labuhan Batu Utara untuk mendapatkan data primer yang dilakukan dengan wawancara dan observasi.

Analisis Data

Setelah pengumpulan data dilakukan, baik dengan studi kepustakaan maupun studi di lapangan maka data tersebut dianalisis secara kualitatif13untuk mendapatkan hasil penelitian hukum empiris dengan analisis domain. Analisis domain dilakukan untuk memperoleh gambaran atau pengertian yang menyeluruh14. Dengan mengadakan pengamatan data yang diperoleh dan menghubungakan tiap data yang diperoleh tersebut dengan ketentuan maupun asas hukum yang terkait dengan permasalahan yang diteliti sehingga dengan logika induktif yaitu berfikir dari hal yang khusus menuju hal yang lebih umumdengan menggunakan perangkat normatif, yakni interpretasi dan konstruksi hukum sehingga diharapkan dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bersifat umum terhadap permasalahan dan tujuan penelitian.

13

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997, hal. 10

14


(34)

Sistematika Penulisan

Pembahasan dan penyajian yang baik dari suatu penelitian harus memiliki suatu keteraturan. Oleh karena itu, penulis membagi skripsi ini dalam beberapa bab yang saling berkaitan satu sama lain, karena isi dari skripsi ini bersifat berkesinambungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya.

Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini memaparkan tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan..

BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA Pada bab ini terdiri dari sub bab: Sejarah Kabupaten Labuhanbatu Utara, Visi dan Misi Kabupaten Labuhanbatu Utara, dan Penyelenggara Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB III : TINJAUAN TENTANG UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

Pada bab ini terdiri dari sub bab: Pengertian Disiplin Kerja PNS, Latar Belakangnya dikeluarkan UU ASN Nomor 5 tahun 2014, Dasar-Dasar Hukum yang Mengatur Tentang Disiplin PNS, Penerapan Sanksi Terhadap Pelanggaran Disiplin PNS Menurut UU ASN Nomor 5 tahun


(35)

2014, dan BKD sebagai Pelaksana Manajemen PNS.

BAB IV : PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN

KEPEGAWAIAN DAERAH DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN PNS DI KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Pada bab ini terdiri dari sub bab: Tugas dan Fungsi BKD dalam meningkatkan Disiplin PNS di Kabupaten Labuhanbatu Utara, Hambatan-Hambatan BKD dalam Melaksanakan Fungsinya Untuk Melaksanakan Disiplin PNS di Kabupaten Labuhanbatu Utara, dan Solusi yang Dilakukan BKD Untuk Meningkatan Disiplin PNS di Kabupaten Labuhanbatu Utara.


(36)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA

Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara Sejarah Singkat

Sebutan Labuhanbatu bermula ketika pada tahun 1862 Angkatan Laut Belanda datang kesebuah kampung di Hulu Labuhanbilik tepatnya di Desa Sei Rakyat sekarang.Di kampung ini Belanda membangun tempat pendaratan kapal dari batu beton. Tempat ini berkembang menjadi tempat persinggahan dan pendaratan kapal yang kemudian menjadi kampung besar dengan nama Pelabuhanbatu. Masyarakat mempersingkat sebutannya menjadi Labuhanbatu, nama ini kemudian melekat dan ditetapkan menjadi nama wilayah Kabupaten Labuhanbatu.

Sebelum kemerdekaan di wilayah Kabupaten Labuhanbatu terdapat 4 kesultanan, yaitu :

Kesultanan Kota Pinang berkedudukan di Kota Pinang Kesultanan Kualuh berkedudukan di Tanjung Pasir Kesultanan Bilah berkedudukan di Negeri Lama


(37)

Kesultanan Panai berkedudukan di Labuhanbilik

Setelah kemerdekaan keempat kesultanan ini menjadi wilayah Kabupaten Labuhanbatu sesuai ketetapan komite nasional daerah keresidenan Sumatera Timur tanggal 19 Juni 1946. Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu berdasarkan Undang-undang No.23 tahun 2008 tanggal 21 Juli 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Labuhanbatu Utara lahir dari tuntutan aspirasi masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan, Pelaksanaan Pembangunan dan Pelayanan Masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Wilayah Labuhanbatu Utara.

Profil Labuhan Batu Utara

Kabupaten Labuhanbatu Utara dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 23 tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara.Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara sangat mendukung percepatanpembangunan di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara. Kabupaten Labuhanbatu Utara merupakan salah satu daerah yang berada di kawasan pantai timur Sumatera Utara.

Secara geografis, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara berada pada 1058’– 2050’ Lintang Utara, 99025’–100005’ Bujur Timur dengan ketinggian 0–700m di atas permukaan laut. Kabupaten Labuhanbatu Utara menempati area seluas 354.580 Ha yang terdiri dari 8 Kecamatan dan 90 Desa / Kelurahan defenitif.


(38)

Utara, Kabupaten Labuhanbatu Utara termasuk daerah yang beriklim tropis. Daerah ini memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim.

Tabel 2.1

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2014

NO

Kecamata n

Luas / Area Penduduk

Kepadatan penduduk

(orang / Km2 ) Km2 % Jumlah %

1 NA IX-X 554,00 15,62 50,155 15,02 91 2 Marbau 355,90 19,12 38,553 11,55 108 3 Aek Kuo 250,20 7,06 29,170 8,74 117 4 AekNatas 678,00 10,04 33,653 10,08 50

5

Kualuh Selatan

344,51 10,87 56,436 16,91 164

6

Kualuh Hilir

385,48 9,72 31,899 9,56 83

7

Kualuh Hulu

637,39 17,98 65,204 19,53 102


(39)

Ledong

Labuhanbatu Utara

3.545,80 100,00 333,793 100,00 94

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu Utara, 2014 Peta kabupaten Labuhanbatu Utara


(40)

index.php?option=com_content&view=article&id=63&Itemid=731 Visi dan Misi Kabupaten Labuhan Batu Utara

VisiKabupaten Labuhan Batu Utara dibawah kepemimpinan H.Kharuddinsyah Sitorus,SE dan H.Minan Pasaribu adalah “Bersama membangun tanah kelahiran”.

Visi tersebut diwujudkan melalui rangkaian misi Kabupaten Labuhan Batu Utara, yaitu :

Misioptimalisasi pengelolaan sumber daya manusia. Pengawasan proses pelaksanaan pembangunan daerah. Memacu pertumbuhan ekonomi.

Mendorong pemerataan partisipasi dan pembangunan daerah. Memantapkan stabilisasi daerah.

Penyelenggara Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu Utara

Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu Utara dipimpin oleh seorang Bupati. Kabupaten Labuhanbatu Utara terdiri dari 8 Kecamatan yang terbagi menjadi 90 desa / kelurahan. Dari hasil pemilu 2009, ada 35 orang wakil rakyat dari 16 partai yang duduk sebagai anggota DPRD II Kabupaten Labuhanbatu Utara, dimana yang terbanyak berasal dari partai golongan karya dan partai demokrasi indonesia perjuangan yaitu masing-masing sebanyak 5 orang, Anggota DPRD tersebut terdiri dari 35 orang laki-laki.

Jumlah pegawai negeri sipil di Labuhanbatu Utara pada tahun 2014 sebanyak 4.014 orang, yang terdiri dari 60 orang bergolongan I (0,87%), 1010 orang bergolongan II (25,16%), 1.824 orang bergolongan III (45,44%), dan 1.134 orang bergolongan IV


(41)

(28,35%)

Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar PNS tersebut merupakan tamatan S1 yaitu sebanyak 1.478 orang tamat (36,82%), kemudian 1.280 orang tamatan Diploma (31,89%), dan 1.113 orang tamatan SMA (27,73%).

Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara yang terdiri dari : Sekretariat Daerah

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Inspektorat

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Kepegawaian Daerah

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa

Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Badan Penanggulangan Bencana Dinas Pendidikan dan Kebudayaan .Dinas Kesehatan

.Dinas Pekerjaan Umum

.Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil .Dinas Perhubungan

.Dinas Perindustrian dan Perdagangan .Dinas Koperasi dan UMKM

.Dinas Pertanian


(42)

.Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah .Dinas Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata

.Dinas Pertambangan dan Energi .Dinas Pasar dan Pertamanan

.Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan .Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi .Kantor lingkungan Hidup

.Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Rakyat .Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

.Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi

.Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana .Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu


(43)

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG KEDISIPLINAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 2014

A. Disiplin Kerja Pegawai Negri Sipil Pengertian Disiplin

Pengertian disiplin dapat dikonotasikan sebagai suatu hukuman, meskipun arti yang sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. jadi sifat disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan15

“Sikap mental yang tercermin dalam perbuatan, tingkah laku perorangan, kelompok atau .

Di dalam buku Wawasan Kerja Aparatur Negara disebutkan bahwa yang dimaksud dengan disiplin adalah :

15

I.G. Wursanto, Managemen Kepegawaian. Kenisisus, Yogyakarta, 1989, hal. 108


(44)

masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan-peraturan yang ditetapkan Pemerintah atau etik, norma serta kaidah yang berlaku dalam masyarakat”16

“Disiplin adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi keputusan yang telah ditetapkan”.

Menurut Sutopo Yuwono di dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Produksi, diungkapkan bahwa :

17

Selanjutnya Alfred R. Lateiner dan I.S. Levine telah memberikan definisi antara lain, disiplin merupakan suatu kekuatan yang selalu berkembang di tubuh para pekerja yang membuat mereka dapat mematuhi keputusan dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.18

“Disiplin adalah ketaatan yang sikapnya impersonal, tidak memakai perasan dan tidak memakai perhitungan pamrih atau kepentingan pribadi”.

Di samping beberapa pengertian mengenai disiplin pegawai tersebut di atas, A.S. Moenir mengemukakan bahwa :

19

Kaitannya dengan kedisiplinan, Astrid S. Susanto juga mengemukakan sesuai dengan keadaan di dalam setiap organisasi, maka disiplin dapat dibedakan menjadi 2

17

Nurlita Witarsa, Dasar-Dasar Produksi, Karunika, jakarta, 1988, hal. 102

18

I.S. Livine, Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja. Terjemahan oleh iral Soedjono, Cemerlang, Jakarta, 1980, hal 71

19

A.S. Moenir, Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian,Gunung Agung, Jakarta, 1983, hal. 152.


(45)

(dua) macam yaitu20

Disiplin yang bersifat positif. :

Disiplin yang bersifat negatif

Merupakan tugas seorang pemimpin untuk mengusahakan terwujudnya suatu disiplin yang mempunyai sifat positif, dengan demikian dapat menghindarkan adanya disi21

Kepatuhan terhadap jam-jam kerja. plin yang bersifat negatif.

Disiplin positif merupakan suatu hasil pendidikan, kebiasaan atau tradisi dimana seseorang dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan, adapun disiplin negatif sebagai unsur di dalam sikap patuh yang disebabkan oleh adanya perasaan takut akan hukuman.

Adapun ukuran tingkat disiplin pegawai menurut I.S. Levine, adalah sebagai berikut20 :

“Apabila pegawai datang dengan teratur dan tepat waktu, apabila mereka berpakaian serba baik dan tepat pada pekerjaannya, apabila mereka mempergunakan bahan-bahan dan perlengkapan dengan hati-hati, apabila menghasilkan jumlah dan cara kerja yang ditentukan oleh kantor atau perusahaan, dan selesai pada waktunya.”

Berdasarkan pada pengertian tersebut di atas, maka tolak ukur pengertian kedisiplinan kerja pegawai adalah sebagai berikut :

Kepatuhan terhadap instruksi dari atasan, serta pada peraturan dan tata tertib yang berlaku.

Berpakaian yang baik pada tempat kerja dan menggunakan tanda pengenal instansi.

20

Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bina Aksara, Jakarta, 1974, hal 305.

21


(46)

Menggunakan dan memelihara bahan-bahan dan alat-alat perlengkapan kantor dengan penuh hati-hati.

Bekerja dengan mengikuti cara-cara bekerja yang telah ditentukan.

Selanjutnya untuk lebih memperjelas arti dan makna displin kerja, Alex S. Nitisemito22

Pengertian Pegawai Negri Sipil

, antara lain mengemukakan, bahwa kedisiplinan lebih dapat diartikan suatu sikap atau perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau instansi yang bersangkutan baik secara tertulis maupun tidak tertulis12.

Menurut J.H.A. Logemann bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah setiap pejabat yang mempunyai hubungan dinas publik (open bare dienst betrokking) dengan Negara.Mengenai hubungan dinas publik ini terjadi jika seseorang mengikat dirinya untuk tunduk pada pemerintah dan pemerintah untuk melakukan suatu atau beberapa macam jabatan tertentu dengan mendapatkan penghargaan berupa gaji dan beberapa keuntungan lain.23

Berdasarkan Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Tentang Aparatur Sipil Negara, yang dimaksud dengan Pegawai Negri Sipil yang selanjutnya disebut sebagai Pegawai ASN adalah warga negara indonesia yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan

22

Alex S. Nitisemito, Managemen Sumber Saya Manusia, Sasmito Bross, Jakarta, 1980, hal. 260.

23


(47)

Menurut Pasal 7 UU No.5 Tahun 2014, maka Pegawai ASN terdiri atas :

a. PNS sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf (a) merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional.

b. PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf (b) merupakan Pegawai ASN yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instasi Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang.

Didalam Pasal 2 ayat (2) UU No.43 Tahun 1999 bahwa Pegawai Negri Sipil terdiri dari :

Pegawai Negeri Sipil Pusat, Pegawai Negeri Sipil Daerah,

Pegawai Negeri Sipil lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Selanjutnya didalam Penjelasan Pasal 2 ayat (2) dari UU No. 43 Tahun 1999 ditegaskan bahwa :

Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah :

Pegawai Negeri Sipil Pusat yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi / Tinggi Negara, Instansi Vertikal di Daerah-daerah, dan Kepanitiaan Pengadilan.

Pegawai Negeri Sipil Pusat yang bekerja pada Perusahaan Bawahan.

Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan atau dipekerjakan pada Daerah Otonom.


(48)

perundang-undangan yang diperbantukan atau dipekerjakan pada badan lain, seperti Perusahaan Umum, Yayasan dan lain-lain.

Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah Otonom.

Organisasi adalah suatu alat untuk mencapai tujuan, oleh sebab itu organisasi harus selalu disesuaikan dengan perkembangan tugas pokok dalam mencapai tujuan. Berkaitan dengan itu ada kemungkinan bahwa arti Pegawai Negeri Sipil akan berkembang di kemudian hari. Kemungkinan perkembangan ini harus diletakkan landasannya dalam undang-undang.

Didalam Penjelasan Pasal 2 dari UU No.43 Tahun 1999 dijelaskan bahwa, Pegawai Negeri adalah pelaksana peraturan perundang-undangan, oleh sebab itu Pegawai Negeri yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah wajib berusaha agar setiap peraturan perundang-undangan ditaati oleh mayarakat.

Berdasarkan pada pengertian tersebut, Pegawai Negeri mempunyai kewajiban untuk memberikan contoh yang baik dalam mentaati dan melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan pada umumnya kepada Pegawai Negeri diberikan tugas kedinasan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Pada prinsipnya pemberian tugas kedinasan itu adalah merupakan kepercayaan dari atasan yang berwenang dengan harapan bahwa tugas itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dengan demikian maka, setiap Pegawai Negeri wajib melaksanakan tugas kedinasan yang telah dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian,


(49)

kesadaran, dan tanggung jawab.

. Latar Belakang dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

Perubahan sistem Pemerintah daerah sejak diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah dilakukan perubahan dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua Undang-Undang No. 32 Tahun 2004.

Perubahan mendasar undang-undang ini terletak pada paradigma yang digunakan, yaitu dengan memberikan kekuasaan otonomi melalui kewenangan-kewenangan untuk menyelenggarakan urusan rumah tangga daerahnya, khususnya kepada daerah Kabupaten dan Daerah Kota, dengan berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.24

Dikeluarkannya dua undang-undang ini menunjukkan Indonesia telah meninggalkan paradigma pembangunan sebagai pijakan Pemerintah untuk beralih kepada paradigma pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.Perubahan paradigm ini tidak berarti bahwa pemerintah sudah tidak lagi memiliki komitmen untuk membangun, tetapi lebih pada (Agus Dwiyanto, dkk, Teladan dan Tantangan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM Yogyakarta, 2003. Hal 165)

24

Agus Dwiyanto, dkk, Teladan dan Tantangan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan


(50)

meletakkan pembangunan pada landasan nilai pelayanan dan pemberdayaan. Dengan berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 sebagaimana telah dilakukan perubahan kedua dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah tersebut telah menggeser paradigma pelayanan, dari yang bersifat sentralistis ke desentralistis dan mendekatkan pelayanan secara langsung kepada masyarakat.

Dengan adanya perubahan sistem Pemerintahan Daerah berimplikasi pada perubahan UU No. 8 Tahun 1974 menjadi UU No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dan berubah lagi menjadi UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatus Sipil Negara. Perubahannya yang paling mendasar adalah tentang manajemen kepegawaian yang lebih berorientasi kepada profesionalisme SDM aparatur (PNS), yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, Pemerintah dan pembangunan, tidak partisan dan netral, keluar dari pengaruh semua golongan dan partai politik dan tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk itu sumber daya manusia aparatur dituntut memilki profesionalisme, wawasan global, dan mampu berperasn sebagai unsur perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Lahirnya Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 sebagai pengganti Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yang selanjutnya diubah menjadi Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tersebut membawa perubahan mendasar guna mewujudkan sumber dasar aparatur negara yang profesional yaitu dengan pembinaan karir Pegawai Negeri Sipil yang dilaksanakan atas dasar perpaduan antara sistem prestasi dan karir yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja yang pada hakekatnya


(51)

dalam rangka peningkatan pelayanan publik.

C. Dasar – Dasar Hukum Yang Mengatur Tentang Disiplin PNS

Dalam rangka usaha memelihara kewibawaan Pegawai Negeri Sipil, serta untuk mewujudkan Pegawai Negeri sebagai Aparatur Pemerintah yang bersih dan berwibawa diperlukan adanya suatu perangkat Peraturan Disiplin yang memuat pokok-pokok kewajiban, larangan dan sanksi apabila suatu kewajiban tersebut tidak ditaati atau adanya suatu pelanggaran-pelanggaran dalam menjalankan tugas.

Adapun yang menjadi dasar-dasar hukum pelaksanaan disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah sebagi berikut :

Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri.

Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaga Negara Tahun 1974 No 8, Tambahan Lembaran Negara No 3041).

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1974, tentang Pembatasan Kegiatan Pegawai Negeri dalam Usaha Swasta (Lembaran Negara Nomor 8 Tahun 1974, tambahan Lembaran Negara Nomor 3201).

Keputusan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 02 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pelaksanaan Pegawai Negeri Sipil yang menjadi Anggota Partai Politik.

Keputusan Presiden Nomor 67 Tahun 1980 tentang Badan Pertimbangan Kepegawaian. Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Nomor 23/SE/1980, tentang


(52)

Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Selain beberapa peraturan atau perangkat kebijaksanaan tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil tersebut di atas, masih ada peraturan perundang-undangan lain yang mengatur tentang kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil, peraturan tersebut adalah :

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.

Peraruran Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 1974 tentang beberapa Pembatasan Kegiatan Pegawai Negeri Sipil dalam Rangka Pendayagunaan Aparatur Negara dan Kesederhanaan Hidup.

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Ijin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil.

Dasar hukum pelaksanaan disiplin Pegawai Negeri tersebut di atas, diharapkan memberikan dukungan atau dorongan agar Pegawai Negeri Sipil bisa melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

Namun dasar hukum ini dirasa masih kurang tanpa didukung oleh sikap dan mental dari para pegawai itu sendiri, oleh karena itu diperlukan adanya pembinaan para Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana telah dijelaskan di dalam Penjelasan pasal 12 dari UU No. 43 tahun 1999 yaitu bahwa, agar Pegawai Negeri Sipil dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna, maka perlu diatur pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh, yaitu suatu peraturan pembinaan yang berlaku baik bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat maupun Pegawai Negeri Sipil yang ada di Daerah. Dengan


(53)

demikian peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat pusat akan berlaku di tingkat daerah, kecuali ditentukan lain.

Selain itu perlu dilaksanakan usaha penerbitan dan pembinaan Aparatur Negara yang meliputi baik struktur, prosedur kerja, fasilitas dan sarana untuk menunjang Aparatur Negara yang bersih dan berwibawa.

Adapun menurut peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah dimuat di dalam Bab VIII Pasal 86 UU No.5 Tahun 2014, ada beberapa keharusan yang harus dilaksanakan yaitu :

Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan tugas, PNS wajib mematuhi disiplin PNS.

Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap PNS serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin.

PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.

Ketentuan lebih lanjut mengenai disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Dengan demikian, maka disiplin kerja merupakan praktek secara nyata dari para pegawai terhadap perangkat peraturan yang teradapat dalam suatu organisasi. Dalam hal ini disiplin tidak hanya dalam bentuk ketaatan saja melainkan juga tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi, berdasarkan pada hal tersebut diharapkan efektifitas pegawai akan meningkat dan bersikap serta bertingkah laku disiplin.

Kedisiplinan pegawai dapat ditegakkan apabila peraturan-peraturan yang telah ditetapkan itu dapat diatasi oleh sebagian besar pegawainya dalam kenyataan, bahwa


(54)

dalam suatu instansi apabila sebagian besar pegawainya mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan, maka disiplin pegawai sudah dapat ditegakkaan.

Berdasarkan pada sifat kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil tersebut, maka dapat diartikan bahwa sikap dan tindakan Pegawai Negeri Sipil di dalam dinas harus sesuai dengan sumpah dan jabatan, yaitu untuk memelihara penghargaan dan kepercayaan masyarakat kepada korps pegawai. Dengan melalaikan tugas dan kewajiban berarti mereka harus memberikan pertanggungan jawab atas tugas yang diberikan kepadanya.

D. Penerapan Sanksi Terhadap Pelangggaran Disiplin PNS Menurut Undang-Undang ASN No. 5 Tahun 2014

Didalam Pasal 86 ayat (1) UU ASN No. 5 tahun 2014 dijelaskan bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan tugas, PNS wajib mematuhi disiplin PNS. Dalam Pasal 86 ayat (1) dan (2) UU tersebut menegaskan, Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap PNS dan menjatuhkan hukuman disiplin terhadap PNS yang melakukan pelanggaran disiplin.

Pegawai Negeri Sipil yang tidak melakukan kewajiban dan melakukan perbuatan yang dilarang sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 dianggap telah melakukan pelanggaran disiplin PNS dan akan mendapatkan hukuman disiplin. Tujuannya untuk memperbaiki dan mendidik Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin.Karena itu setiap pejabat yang berwenang menghukum sebelum menjatuhkan hukuman disiplin harus memeriksa lebih dahulu Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin.


(55)

pemeriksaan.Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui apakah PNS yang bersangkutan benar telah melakukan pelanggaran disiplin.Pemeriksaan juga bertujuan untuk mengetahui latar belakang serta hal-hal yang menyebabkan pelanggaran disiplin tersebut. Pemeriksaan dilaksanakan sendiri oleh pejabat yang berwenang menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk.

Apabila pejabat pada waktu memeriksa PNS yang disangka melakukan pelanggaran disiplin berpendapat bahwa berdasarkan hasil pemeriksaannya hukuman disiplin yang wajar dijatuhkan adalah di luar wewenangnya, maka pejabat tersebut wajib melaporkan hal itu kepada pejabat yang berwenang menghukum yang lebih tinggi melalui saluran hirarki. Laporan tersebut disertai dengan hasil-hasil pemeriksaan dan bahan-bahan lain yang diperlukan.Pejabat yang berwenang menghukum lebih tinggi wajib memperhatikan dan mengambil keputusan atas laporan itu.Pelanggaran disiplin itu sendiri adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang melanggar ketentuan Peraturan Disiplin PNS, baik di dalam maupun di luar jam kerja. PNS dinyatakan melanggar Peraturan Disiplin apabila dengan ucapan, tulisan, dan atau perbuatannya tersebut secara sah terbukti melanggar ketentuan mengenai kewajiban dan atau larangan PP No. 53 Tahun 2010.

Yang dimaksud ucapan adalah setiap kata-kata yang diucapkan dihadapan atau dapat didengar orang lain seperti dalam rapat, ceramah, diskusi, melalui telepon, radio, televisi, rekaman, atau alat komunikasi lainnya. Sedang tulisan merupakan pernyatan pikiran dan atau perasaan secara tertulis baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk gambar, karikatur, coretan, dan lainnya yang serupa dengan itu.

Dalam rangka memelihara kewibawaan Pegawai Negeri Sipil, maka tindakan kepolisian sebagai penyidik terhadap Pegawai Negeri Sipil hendaknya dilakukan dengan


(56)

tertib dan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalamkaitan ini apabila seornag Pegawai Negeri Sipil diperiksa, ditangkap dan atau ditahan sementara oleh pejabat yang berwajib karena disangka melakukan tindak pidana, maka pejabat yang berwajib tersebut secepat mungkin memberitahukan kepada atasan Pegawai Negeri yang bersangkutan.

Adapun pengertian pelanggaran disiplin berdasarkan Pasal 1 ayat 1 PP No. 53 Tahun 2010 adalah : setiap ucapan, tulisan atau perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang melanggar ketentuan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar kedinasan.

Kemudian menurut Pasal 1 ayat 4 dari Peraturan Pemerintah tersebut, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil karena melanggar Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Selanjutnya PP No.53 Tahun 2010 disebutkan pula mengenai tingkat dan jenis hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil, adapun tingkat dan jenis hukuman disiplin tersebut adalah :

Hukuman Disiplin Ringan

a. Teguran lisan bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alas an yang sahselama 5 (lima) hari kerja.

b. Teguran tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alas an yang sah selama 6 (enam) sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja.

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alas an yang sah selama 11 (sebelas) sampai 15 (lima belas) hari kerja.


(57)

Hukuman Disiplin Sedang

Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun bagi PNSyang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 16 (enam belas) sampai dengan 20 (dua puluh) hari kerja.

Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 21 (dua puluh satu) sampai dengan 25 (dua puluh lima) hari kerja.

Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 26 (dua puluh enam) sampai 30 (tiga puluh) hari kerja.

Hukuman Disiplin Berat

Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 31 (tiga puluh satu) sampai dengan 35 (tiga puuh lima) hari kerja.

Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah bagi PNS yang menduduki jabatan struktural atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) hari kerja. Pembebasan dari jabatan bagi PNS yang menduduki jabatan structural atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 41 (empat puluh satu) sampai dengan 45 (empat puluh lima) hari kerja.

Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhetian tidak hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 46 (empat puluh enam) hari kerja atau lebih.


(58)

Dalam disebutkan, setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1 (satu) Instansi Pusat, antar Instansi Pusat, 1 (satu) Instansi Daerah, antar Instansi Daerah, antar Instansi Pusat dan Instansi Daerah, dan ke perwakilan Negara Kesatuan Republik Indonesia di luar negeri.

Mutasi PNS dalam suatu Instansi Pusat atau Instansi Daerah dilakukan

oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. Mutasi antar Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi ditetapkan oleh Gubernur setelah memperoleh pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN), mutasi antara Kabupaten/Kota antar provinsi dan antar Provinsi ditetapkan olen Menteri PAN-RB setelah melalui pertimbangan Kepala BKN, mutasi PNS Provinsi/Kabupaten/Kota ke Instansi Pusat atau sebaliknya ditetapkan oleh Kepala BKN, dan mutasi PNS antar Instansi Pusat ditetapkan oleh Kepala BKN.

Bunyi Pasal 73 ayat (7) UU ASN No. 5 Tahun 2014 “Mutasi PNS dilakukan dengan memperhatikan prinsip larangan konflik kepentingan”.

Didalam Pasal 86 UU No. 5 Tahun 2014 mengenai pemberhentian PNS. Undang-Undang ASN ini menyebutkan bahwa PNS diberhentikan dengan hormat karena sebaga berikut :

Meninggal dunia. Atas permintaan sendiri. Mencapai usiapensiun.

Perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah mengakibatkan pensiun dini. Tidak cakap jasmani dan/atau rohani, sehingga tidak dapat menjalankan tugas. Adapun PNS diberhentikan dengan tidak hormat karena :


(59)

Melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan UUS 1945.

Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejajahatan jabatan atau tindak pidana yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum.

Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.

Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan dengan berencana.

Pasal 88 UU Nomor 5 tahun 2014 ini menyebutkan, PNS diberhentikan sementara apabila:

Diangkat menjadi pejabat Negara.

Diangkat menjadi komisioner atau anggola lembaga non structural.

Ditahan karena menjadi anggota tindak pidana.

E. Badan Kepegawaian Daerah sebagai Pelaksana Manajemen PNS

Untuk membentuk sosok Pegawai Negeri Sipil yangberkemampuan melaksanakan tugas secara professional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan, serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisrnediperlukan upaya meningkatkan manajemen. Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah keseluruhan upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi, dan kewajiban kepegawaian, yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan, dan pemberhentian.


(60)

Manajemen Pegawai Negeri Sipil perlu diatur secara menyeluruh, dengan menerapkan norma, standar, dan prosedur yang seragam dalam penetapan formasi, pengadaan, pengembangan, penetapan gaji, dan program kesejahteraan serta pemberhentian yang merupakan unsur dalam manajemen Pegawal Negeri Sipil, baik Pegawai Negeri Sipil Pusat maupun Pegawai Negeri Sipil Daerah. Dengan adanya keseragaman tersebut, diharapkan akan dapat diciptakan kualitas Pegawai Negeri Sipil yang seragam di seluruh Indonesia.

Di samping rnemudahkan penyelenggaraan manajemen kepegawaian, manajemen yang seragam dapat pula mewujudkan keseragaman perlakuan dan jaminan kepastian hukum bagi seluruh Pegawai Negeri Sipil.

Sesuai Pasal 34 A Undang Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, untuk kelancaran pelaksanaan manajemen PNS Daerah maka dibentuklah Badan Kepegawaian Daerah yang merupakan perangkat daerah yang dibentuk oleh Kepala Daerah.

Selanjutnya pada Keputusan Presiden Nomor 159 Tahun 2000 tentang pedoman pembentukan Badan Kepegawaian Daerah, bahwa yang dimaksud dengan Badan Kepegawaian Daerah adalah perangkat daerah yang melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil dalam membantu tugas pokok Pejabat Pembina Kepegawaian daerah.

Pembentukan Badan Kepegawaian Daerah di Kabupaten Labuhanbatu Utara ditetapkan dengan Peraturan daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara Nomor 6 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara.


(61)

terdiri dari Kepala Badan, Sekretariat, dan 3 (tiga) bidang yaitu : Bidang pengadaan dan pengembangan karir.

Bidang mutasi dan pensiun. Bidang data dan diklat.

Kedudukan BKD Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah sebagai Perangkat

Daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah (Bupati) melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Labuahbatu Utara.

Dalam melaksanakan Tugas dan Fungsinya, Badan Kepegawaian Daerah dikoordinasikan oleh tata praja dan aparatur


(62)

BAB IV

PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI

KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA

Tugas dan Fungsi BKD dalam Meningkatkan Disiplin PNS di Kabupaten Labuhan Batu Utara

1. Tugas dan Fungsi Pokok Badan Kepegawaian Daerah

Berdasarkan surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 159 Tahun 2000 mengenai Pedoman Pembentukan Badan kepegawaian Daerah, didalam Pasal 1 dinyatakan bahwa Badan Kepegawaian Daerah adalah perangkat daerah yang melaksanakan manajemen Pegawai Negri Sipil Daerah dalam membantu tugas pokok Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah.

Kemudian didalam Pasal 3 disebutkan bahwa, tugas pokok BKD adalah membantu Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah dalam melaksanakan manajemen Pegawai Negri Sipil Daerah.

Tugas Pokok dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara: "Membantu Bupati dalam penyelenggaraan urusan Pemerintah Daerah dalam Lingkungan manajemen Kepegawaian Daerah"


(63)

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

Perumusan kebijakan teknis dalam lingkup Kepegawaian.

Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan Daerah di bidang Kepegawaian.

Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Kepegawaian.

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Bupati sesuai dengan tugas dan fungsi. Meyusun rencana dan program kerja Badan Kepegawaian Daerah.

Merumuskan dan menetapkan kebijakan teknis di bidang Kepegawaian.

Memimpin, membina dan mengendalikan pelaksanaan tugas Badan Kepegawaian Daerah.

Memberikan rekomendasi dan pertimbangan teknis di bidang Kepegawaian.

Melaksanakan koordinasi dengan Instansi lainnya di bidang Kepegawaian dalam rangka pelaksanaan tugas.

.Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada Bupati dalam pelaksanaan sebagian urusan Pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya.

.Membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

.Pelaksanaan pembelajaran dan pelatihan serta bimbingan teknis pendidikan dan pelatihan.

.Penyampaian usul formasi CPNS kepada Pemerintah.

.Melaksanakan tugas - tugas lain yang diperintahkan Bupati atasan sesuai dengan tugas pokok dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.


(64)

2. Tugas dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah Dalam meningkatkan disiplin PNS di Kabupaten Labuhanbatu Utara

Dalam upaya meingkatkan disiplin PNS di Kabupaten Labuhanbatu Utara BKD mempunyai Tugas dan Fungsi sebagi berikut :

Mengumpulkan seluruh absensi PNS seluruh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara setiap bulan, kemudian Absensi di rekap untuk di evaluasi kehadiran PNS.

Diwajibkan bagi seluruh PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara untuk menghadiri kegiatan Apel. Baik apel pagi, sore, dan apel gabungan selalu direkap kehadirannya. Bagi PNS yang tidak mengikuti kegiatan apel akan didenda berupa potongan uang tunjangan.

Untuk meningkatkan disiplin PNS, maka BKD Kabupaten Labuhanbatu Utara sudah memberlakukan absensi elektrik menggunakan sidik jari disetiap kantor pemerintahan. Bagi PNS yang tidak hadir langsung diketahui ketidakhadirannya.

Hambatan-Hambatan BKD dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsinya Untuk Meningkatkan Disiplin PNS di Kabupaten Labuhan Batu Utara

Faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam peningkatan disiplin Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah


(1)

Ketiga, Setidaknya setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merasa bertanggungjawab mengawasi dan melakukan pembinaan secara dini dilingkungan kerjanya mengenai kedisiplinan.Suatu misal bilamana terdapat stafnya yang melanggar tindakan disiplin, setidaknya segera melakukan pendekatan untuk menanyakan permasalahan yang dihadapi dan permasalahan yang menyebabkan yang bersangkutan tidak disiplin.

Keempat, Setidaknya setiap PNS instropeksi dan merasa mensyukuri bahwa tidak semua orang bisa lolos dan berkesempatan menjadi PNS.Coba kita lihat saja setiap penerimaan CPNS dari tahun ke tahun jumlah pelamar yang ingin mengabdi menjadi PNS sampai dengan ribua orang.Tetapi sekarang yang telah menjadi PNS malah banyak yang melakukan pelanggaran disiplin tidak mentaati peraturan yang ada.Bila sudah menjadi PNS setidaknya harus konsekuen dan siap mental untuk mentaati peraturan yang ada. Selain itu menurut kebanyakan orang, PNS merupakan profesi yang sangat didambakan setiap orang dengan alasan antara lain mempunyai status yang jelas, terjaminnya ekonomi keluarga karena berpenghasilan tetap, tidak mungkin di berhentikan atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), mempunyai jaminan hari tua (pensiun) dan jam kerjanya teratur.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kendala yang dihadapi oleh seorang Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam Peningkatan Disiplin Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Kurangnya profesionalisme dan tanggung jawab Pegawai Negeri Sipil dalam menyelenggarakan tugasnya, kurang tegasnya Sanksi yang diberikan oleh Pejabat yang berwenang serta lunturnya Kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil Daerah.

Solusinya yaitu dengan adanya sanksi/tindakan secara tegas bilamana seorang PNS terbukti melakukan pelanggaran disiplin yang tujuan untuk memberikan efek jera dan shock terapi agar PNS yang lain tidak meniru atau melakukannya.dan juga agar tidak melakukan pelanggaran yang hukumannya lebih berat lagi.

B. Saran

1. Kepada Badan Kepegawaian Daerah

Peneliti menyarankan agar dalam Peningkatan Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar Pegawai Negeri Sipil tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas serta kewajibannya dengan baik dan penuh tanggung jawab.


(3)

Peneliti menyarankan agar Pegawai Negeri Sipil Daerah lebih disiplin, lebih memperhatikan kewajibannya sebagai aparatur Negara yang professional dan bertanggung jawab.

3. Kepada Pemerintah

Peneliti menyarankan agar Pemerintah melaksanakan pemerintahan yang baik dalam pengambilan keputusan, sehingga terjaminnya obyektivitas, keadilan dan kepastian hukum.


(4)

DAFTAR PUSAKA

A. Buku

Muchsan, Hukum Kepegawaian. Amrah Muslimin, 1985: 18.

Penjelasan atas UU RI No. 5 Tahun 2014 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Hanif Nurcholis, 2007, Teori & Praktik Pemerintahan Dan Otonomi Daerah, Grasindo. Lili Rasjidi & IB Wyasa, Hukum sebagai suatu sistem, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1993, hal.20.

Sudibyo Triatmodjo, Op. Cit, hal 93.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu TinjauanSingkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, hal. 13.

Ronny Hanitijo Soeitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990, hal. 11.

Philipus M. Hadjon., Philipus M Hadjon dkk, 1994, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Soerjono Soekanto dan Sri mamudji, Op, Cit, hal. 59.

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997, hal. 10.

Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar dan Aplikasi, Malang, 1990, hal. 91. I.G. Wursanto, Managemen Kepegawaian. Kenisisus, Yogyakarta, 1989, hal. 108


(5)

Wawasan Kerja Aparatur Negara, BP-7 Pusat, jakarta, 1993, hal. 24.

urlita Witarsa, Dasar-Dasar Produksi, Karunika, jakarta, 1988, hal. 102.

S. Livine, Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja. Terjemahan oleh iral Soedjono, Cemerlang, Jakarta, 1980, hal 71.

A.S. Moenir,Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian, Gunung Agung, Jakarta, 1983, hal. 152.

strid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bina Aksara, Jakarta, 1974, hal 305.

I.S. Levine, Op. City

Agus Dwiyanto, dkk, Teladan dan Tantangan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan danOtonomi Daerah, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM Yogyakarta, 2003. Hal 165.

, hal. 72.

Alex S. Nitisemito, Managemen Sumber Saya Manusia, Sasmito Bross, Jakarta, 1980, hal. 260.

Sudibyo Triatmodjo, 1983:27.

B. Perundang-Undangan

Undang-Undang N0. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatut Sipil Negara.

Undang-Undang No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil. Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2003 Tentang Wewenang, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negri Sipil.

C. Internet

http://www.batamtoday.com/berita35062-Disiplin-Rendah,-44-PNS-Dipecat-Akibat-Bolos.html diakses tanggal 5 Februari 2014


(6)

http://bkd.labuhanbatuutarakab.go.id


Dokumen yang terkait

Fungsi Camat Sebagai Kepala Wilayah Dan Kepala Pemerintahan Dalam Melaksanakan Tugas Yang Efektif Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

2 40 81

Peranan Inspektorat Dalam Pelaksanaan Pengawasan Otonomi Daerah Di Provinsi Sumatera Utara Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

7 125 67

Penerapan Tambahan Penghasilan Pegawai Dalam Meningkatkan Kinerja Dan Disiplin Pegawai Pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara

14 163 119

Kinerja Pegawai Negeri Sipil (Studi Pada Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara Di Pematangsiantar)

1 62 103

Penerapan Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil (Studi Di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah)

12 78 109

IMPLEMENTASI PROGRAM FINGERPRINT DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN APARATUR SIPIL NEGARA (studi pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Blitar)

5 28 33

DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA

0 5 126

PELAKSANAAN TUGAS FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DALAM PEMBINAAN APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN BOYOLALI

0 4 106

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan - Mekanisme Jabatan Struktural Dan Manajemen Pengembangan Karir Pegawai Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara(Studi Pada Lingkungan Sekretariat Daer

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Mekanisme Jabatan Struktural Dan Manajemen Pengembangan Karir Pegawai Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara(Studi Pada Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara)

0 1 19