DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA

(1)

DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Oleh

DEDE SUGANDA

Masalah penelitian ini adalah masih kurang optimalnya disiplin kerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara terkait dengan pelaksanaan kinerja yaitu belum tercapainya target kinerja, dilihat dari tingkat kehadiran pegawai hanya 85%, penyelesaian program hanya 85% dan penyediaan sarana dan prasarana hanya 80%. Secara optimal, tingkat kehadiran pegawai, penyelesaian program dan penyediaan sarana prasarana idealnya adalah 100%. Dalam kaitannya dengan masalah ini disiplin PNS merupakan aspek yang sangat penting dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban mereka sebagai abdi negara dan abdi masyarakat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Disiplin Kerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara.Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.


(2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Disiplin Kerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara masuk dalam kategori cukup disiplin. Hal ini didasarkan pada data dari 89 pegawai, terdapat 36 (40.45%) pegawai memiliki kedisiplinan kerja masuk dalam kategori cukup disiplin, yang meliputi pegawai datang ke kantor sesuai dengan jadwal, mengerjakan dan menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu, mengerjakan dan menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran, memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik, menaati tata tertib kantor dan aturan dinas, menggunakan peralatan kantor dengan baik, memelihara barang-barang milik negara, melayani masyarakat dengan ramah, menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik dengan atasan serta menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik dengan sesama pegawai. Artinya adalah peningkatan disiplin kerja pegawai akan dapat mengoptimalkan tingkat kehadiran pegawai, penyelesaian program dan penyediaan sarana prasarana pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara.


(3)

CIVIL SERVANT DICIPLINE AT OFFICE OF LOCAL GOVERNMENT ADMINISTRATOR OF NORTH LAMPUNG REGENCY

By

DEDE SUGANDA

The problem of this research is still less optimal labor discipline civil servant in Office of Local Government Administrator related to the implementation of performance that is not the achievement of performance targets, judging from the level of employee attendance is only 85%, only 85% completion of the program and the provision of facilities and infrastructure of just 80%. Optimally, level of employee attendance, of the program and the provision of facilities and infrastructure is 100%. In relation to this matter of discipline civil servants are a very important aspect in the execution of their duties and obligations as civil servants and civil servant.

The purpose of this research is to describe the Civil Servant Dicipline at office of Local Government Administrator of North Lampung Regency. Type research used is descriptive quantitative.


(4)

The results show that civil servant dicipline at office of Local Government Administrator of North Lampung Regency is in the category of sufficient discipline. It is based on data from 89 civil servant, there are 36 (40.45%) have disciplined civil servant working in the category of sufficient discipline, which includes the civil servant came to work in accordance with the schedule, working and completing tasks according to time, work and complete tasks in accordance with the target , provide the public with good, obey the rules of discipline and service office, using office equipment properly, maintaining the state-owned goods, serving the community with a friendly, creating and maintaining a good working atmosphere with bosses and create and maintain a working atmosphere well with fellow civil servant. It’s mean the increase of civil servant discipline will be influenced toward the increasing of level of employee attendance, of the program and the provision of facilities and infrastructure at office of Local Government Administrator of North Lampung Regency.


(5)

A. Latar Belakang Masalah

Peranan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai penyelenggara tugas pemerintah dan pembangunan sangat menentukan guna mencapai tujuan suatu pemerintahan. PNS pada suatu instansi pemerintah yang merupakan suatu masyarakat dalam bentuk suatu usaha kerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam bidang kenegaraan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, maka kerjasama yang demikian dilakukan oleh penguasa atau aparatur negara yang terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas pemerintah dan pembangunan.

PNS berkedudukan sebagai pegawai negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah, menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan. Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan nasional sangat tergantung pada kesempurnaan pegawai negara. PNS sebagai unsur utama sumber daya manusia pegawai negara mempunyai peran yang sangat strategis dalam mengemban tugas pemerintahan dan pembangunan.


(6)

2

Bergulirnya era otonomi daerah di Indonesia membawa perubahan yang signifikan terhadap penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, yaitu dengan beralihnya sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi. Perubahan ini berimplikasi pada kewenangan Pemerintah Daerah untuk mengelola dan memberdayakan serta mewujudkan kemandirian daerah. Oleh karena itu, dinas-dinas daerah dibentuk dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, maka urusan-urusan yang diselenggarakan adalah urusan-urusan yang telah menjadi urusan rumah tangga daerah.

Otonomi Daerah yang dalam realisasinya mempunyai hak, wewenang dan kewajiban mengurus rumah tangganya sendiri, tidak akan berjalan dengan baik jika tidak ditunjang oleh pegawai negeri yang baik sebagai aparatur negara. Pemaknaan otonomi daerah bukan hanya sekedar upaya pengaturan rumah tangga daerah sendiri secara mutlak terpisah dengan daerah lain, namun lebih luas dari itu adalah bagaimana mengembangkan daerah sendiri menggunakan segala potensi yang ada dengan kerjasama dan peran daerah lain dan atau pemerintah pusat.

Sumber daya manusia sebagai salah satu isu strategis otonomi daerah memegang peranan penting dalam upaya mewujudkan kemandirian daerah dengan sifatnya yang dimanis dan aktif. Di dalam pemerintahan, sumber daya manusia ini tercermin pada PNS sebagai pelaksana pemerintahan. Sehingga pemberdayaan PNS juga menjadi hal yang penting dalam pelaksanaan otonomi daerah. Pengembangan PNS tidak hanya terkait dengan organisasi saja tetapi juga harus sampai kepada pengembangan sebagai individu.


(7)

Pengembangan PNS erat kaitannya dengan kesempatan untuk mengaktualisasi diri melalui peningkatan kemampuan intelektual atau skill maupun kemampuan manajerial.

Sosok PNS yang ideal dalam upaya perjuangan dalam mencapai tujuan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah PNS yang profesional, berbudi pekerti yang luhur, berdaya guna dan berhasil guna. PNS juga diharapkan sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur pegawai negara, abdi masyarakat dan abdi negara dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Tata pemerintahan yang baik (good governance) merupakan permasalahan yang penting dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini.

Pentingnya masalah kualitas sumberdaya manusia PNS yang professional tersebut didasarkan pada tuntutan masyarakat kepada pemerintah untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan masyarakat, di samping adanya pengaruh globalisasi. Pola-pola lama penyelenggaraan pemerintah tidak sesuai lagi bagi tatanan masyarakat yang telah berubah. Oleh karena itu, tuntutan itu merupakan hal yang wajar dan sudah seharusnya direspon oleh pemerintah dengan melakukan perubahan yang terarah pada terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Pada aspek lain PNS sebagai penyelenggara pemerintahan dituntut untuk memiliki disiplin kerja yang optimal.


(8)

4

Uraian di atas menunjukkan bahwa sumber daya manusia menjadi satu hal yang sangat penting pada instansi pemerintahan, sebab sumber daya manusia ini tercermin pada PNS sebagai aparat atau administrator pelaksana pemerintahan. Pemberdayaan PNS juga menjadi hal yang penting untuk meningkatkan kemampuan disiplin kerja mereka. Kinerja pegawai pada instansi pemerintah merupakan alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilatas dalam rangka menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan/kegagalan instansi pemerintah, maka seluruh aktivitas dari instansi tersebut harus dapat diukur. Pengukuran aktivitas tersebut tidak hanya pada masukan dari program instansi, tetapi lebih ditentukan kepada keluaran, manfaat, dan dampak dari program instansi pemerintah tersebut bagi kesejahteraan masyarakat.

Upaya agar keluaran, manfaat, dan dampak dari program instansi pemerintah dapat meningkatkan kesejahtaraan masyarakat akan dapat dicapai apabila PNS sebagai pelaksana organisasi pemerintahan bekerja dengan penuh disiplin. Pegawai yang disiplin bekerja ditunjukkan oleh tingginya tingkat kehadiran mereka dalam menaati jadwal datang dan pulang dari kantor untuk melaksanakan tugasnya.

Permasalahan yang melatar belakangi adalah masih kurang optimalnya disiplin kerja pegawai. Berdasarkan data Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP) Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten


(9)

Lampung Utara Tahun 2010, maka diketahui bahwa terdapat beberapa permasalahan terkait dengan kinerja organisasi sebagaimana disajikan pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Permasalahan-Permasalahan pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2010

No Masalah Pencapaian

(%)

Target (%)

1 Kehadiran pegawai 85 100

2 Penyelesaian program 85 100

3 Penyediaan sarana dan prasarana 80 100 Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2011

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2010 terkait dengan pelaksanaan kinerja adalah belum tercapainya target kinerja, yang dilihat dari tingkat kehadiran pegawai hanya 85%, penyelesaian program hanya 85% dan penyediaan sarana dan prasarana hanya 80%. Berbagai permasalahan tersebut dapat berkaitan dengan kurang optimalnya disiplin kerja pegawai.

Kurang optimalnya disiplin kerja PNS tentunya tidak sesuai dengan program pemerintah, yaitu program Gerakan Disiplin Nasional (GDN) yang mewajibkan kepada semua Pegawai Negeri Sipil untuk disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Apabila permasalahan ketidakdisiplinan pegawai tersebut tidak segera diantisipasi maka dikhawatirkan akan mengganggu kinerja organisasi secara keseluruhan, sebab keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannnya sangat ditentukan oleh tingkat disiplin dan kinerja pegawai yang tinggi.


(10)

6

Upaya kongkrit yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan PNS yang memiliki kinerja optimal tesebut adalah dengan memberlakukan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian yang mengatur kedudukan, kewajiban, hak, dan pembinaan PNS. Produk hukum terbaru yang mengatur masalah ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Hal ini bermakna bahwa upaya untuk mencapai kinerja pegawai yang optimal harus didukung oleh disiplin PNS dalam bekerja. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin

Badan Kepegawaian daerah merupakan suatu institusi yang memiliki tugas untuk mengoptimalisasikan kinerja pegawai dan salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan evaluasi administrasi Pegawai Negeri Sipil, khususnya dalam bidang disiplin kerja. Hal ini selaras dengan fungsi Badan Kepegawai Daerah adalah Kabupaten Lampung Utara yaitu: perumusan kebijakan teknis pengelolaan kepegawaian; pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang kepegawaian; pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kepegawaian; serta pelaksanaan tugas lain yang diberikan Bupati di bidang kepegawaian.


(11)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian mengenai disiplin kerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Disiplin Kerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Disiplin Kerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian terdiri dari kegunaan secara teoritis dan kegunaan secara praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini sebagai salah satu kajian bidang ilmu pemerintahan, khususnya yang berkaitan dengan masalah disiplin kerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara.


(12)

8

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau kontribusi pemikiran kepada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara dalam upaya meningkatkan disiplin kerja para pegawai di masa-masa yang akan datang.


(13)

A. Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemerintahan Menurut Sedarmayanti (2002: 42):

Sumber daya manusia merupakan aset utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status dan latar belakang pendidikan, usia, jenis kelamin yang heterogen yang dibawa ke dalam suatu organisasi sehingga tidak seperti mesin, uang dan material yang sifatnya pasif dan dapat dikuasai serta diatur sepenuhnya dalam mendukung tercapainya tujuan organisasi.

Sumber daya manusia yang cakap, mampu dan terampil belum menjamin produktivitas kerja yang baik, apabila moral kerja dan disiplin rendah. Mereka baru bermanfaat dan dapat mendukung terwujudnya tujuan organisasi, jika mereka berkeinginan tinggi untuk berprestasi. Sumber daya manusia yang kurang mampu, kurang cakap dan tidak terampil, salah satunya mengakibatkan pekerjaan tidak dapat diselesaikan secara optimal dengan cepat dan tepat pada waktunya. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dalam suatu organisasi hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan organisasi yang bersangkutan supaya efektif dan efisien dalam menunjang tercapainya tujuan, penempatan pegawai juga harus sesuai dengan keinginan dan keterampilannya, sehingga gairah kerja dan disiplin akan lebih baik, serta efektif dalam menunjang terwujudnya tujuan organisasi.


(14)

10

Perbaikan kualitas aparatur pemerintah, harus dimulai sejak rekruitmen dengan menggunakan sistem yang menjamin diperolehnya sumber daya yang memang mempunyai kualitas dasar yang baik, pembinaan melalui penugasan yang mendidik, pengembangan program pelatihan yang memungkinkan tersedianya tenaga siap pakai, peningkatan kesejahteraan yang memadai, dan pemberian jaminan hari tua.

Dalam hubungan ini Rasyid (2000: 41) menyatakan:

Aspek substansial kebijakan penyiapan sumber daya aparatur yang profesional memerlukan definisi yang jelas tentang kualifikasi profesionalisme yang ingin dicapai pada berbagai bidang tugas. Otonomi daerah pada dasarnya akan terselenggara dengan baik apabila didukung oleh faktor-faktor seperti tersedianya sumber daya-sumber daya yang berkuatitas baik itu sumber daya manusia dan sumber daya alam dalam pelaksanaan otonomi daerah.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa otonomi daerah pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan daerah melalui sumber daya manusia yang berkualitas yang akan membuat kebijakan dan melaksanakan pembangunan sehingga daerah tersebut akan mampu mandiri. Oleh karena itu, pengembangan sumber daya manusia mutlak dilakukan untuk menghasilkan manusia yang profesional, bermoral, bertanggung jawab, kreatif, berprestasi dan berkualitas yang akan meningkatkan kualitas mutu pelayanan terhadap masyarakat. Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pemerintah perlu melakukan upaya pengembangan sumber daya manusia mengingat faktor sumber daya manusia merupakan faktor dominan yang menentukan kualitas sistem dan kegiatan administrasinya untuk mencapai tujuan dan pelaksanaan otonomi daerah.


(15)

Aspek pengembangan sumber daya manusia menjadi bagian penting dalam upaya mengelola sumber daya manusia secara keseluruhan. Pada hakekatnya pengembangan sumber daya manusia mempunyai dimensi luas yang bertujuan meningkatkan potensi yang dimiliki oleh sumber daya manusia, sebagai upaya meningkatkan profesionalisme dalam organisasi

Menurut Siagian (2003: 182):

Pengembangan sumber daya manusia yang terarah dan terencana disertai pengelolaan yang baik akan dapat menghemat sumber daya lainnya atau setidak-tidaknya pengolahan dan pemakaian sumber daya organisasi dapat secara berdaya guna dan berhasil guna. Pengembangan sumber daya manusia merupakan keharusan mutlak bagi suatu organisasi dalam menghadapi tuntutan tugas sekarang maupun dan terutama untuk mencapai tujuan organisasi

Pencapaian tujuan organisasi tentunya harus ditempuh melalui suatu proses tahapan panjang yang dimulai dari perencanaan sampai dengan pengelolaan dan pemeliharaan potensi sumber daya manusia. Karena pengembangan sumber daya manusia (human resourses development) merupakan suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia, yaitu mencakup perencanaan, pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia Dalam hal ini pengembangan sumber daya manusia mempunyai ruang lingkup lebih luas dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian, sehingga dapat memegang tanggung jawab di masa yang akan datang.

Secara khusus dalam pengembangan sumber daya manusia yang menyangkut peningkatan segala potensi internal kemampuan diri manusia ini adalah didasarkan fakta bahwa seseorang pegawai akan membutuhkan serangkaian


(16)

12

pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang berkembang untuk bekerja dengan baik dalam suksesi posisi yang ditemui selama karier. Dalam hal ini merupakan persiapan karier jangka panjang sumber daya manusia tersebut.

B. Disiplin Pegawai Negeri Sipil 1. Pengertian Disiplin

Disiplin merupakan perilaku yang terbentuk dari hasil latihan untuk selalu mematuhi aturan tata tertib yang telah ditentukan. Menurut Admodiwirjo (2000:235), disiplin adalah setiap usaha mengkoordinasikan perilaku seseorang pada masa mendatang dengan menggunakan hukum dan ganjaran. Menurut Nawawi (2001: 182) :

Disiplin dalam hubungannya dengan moral kerja diartikan sebagai usaha untuk mencegah terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan yang telah disetujui bersama agar pemberian hukuman dapat dihindari. Disiplin merupakan sikap yang tercermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan terhadap berbagai peraturandan ketentuan yang ditentukan pemerintah atau etik, norma, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat.

Pengertian disiplin di atas pada dasarnya mencakup adanya kepatuhan, ketaatan, kesetiaan dan terhormat atau patuh kepada ketentuan, peraturan atau norma yang beraku.

Menurut Kusumaningrum (2005: 44):

Disiplin pegawai adalah sikap mental pegawai yang tercermin dalam perilaku melaksanakan semua peraturan atau ketentuan yang telah ditetapkan organisasi atau pemerintah, dan menghindari pelanggaran-pelanggaran terhadap semua peraturan atau ketentuan sehingga hukuman atau sanksi terhadap pegawai akan dapat dihindari atau tidak terjadi.


(17)

Pengertian disiplin di atas pada dasarnya mencakup perilaku pegawai dalam melaksanakan peraturan atau ketentuan yang telah ditetapkan organisasi atau pemerintah dan menghindari pelanggaran atas peraturan tersebut.

Menurut Suradinata (2003: 150):

Dalam hubungannya dengan semangat kerja, disiplin merupakan unsur pengikat, unsur integrasi dan merupakan unsur yang dapat menggairahkan kerja Disiplin menjadi pengikat dan integrasi, yaitu merupakan kakuatan yang dapat memaksa pegawai untuk mematuhi peraturan serta prosedur kerja yang ditetapkan.

Pengertian di atas menunjukkan bahwa disiplin kerja dapat dipandang sebagai suatu standar norma perilaku yang dimiliki oleh organisasi dalam hubungannya dengan pekerjaan, baik tertulis, dan mengharuskan pegawai mematuhinya, sebagai upaya meningkatkan produktivitas. Tetapi, dalam praktek manajemen, pegawai sebagai manusia sering memiliki sifat atau kelemahan yaitu tidak semangat.

Menurut Hariandja (2002:300):

Terdapat beberapa pendekatan untuk meningkatkan disiplin kerja pegawai, yaitu disiplin preventif, korektif, dan progresif. Disiplin preventif merupakan tindakan yang dilakukan untuk mendorong pegawai mentaati standar dan peraturan sehingga tidak terjadi pelanggaran, atau bersifat mencegah tanpa ada pemaksaan sehingga mencaiptakan disiplin diri.

Disiplin korektif adalah tindakan mencegah agar pelanggaran tidak terulang lagi, dengan tujuan memperbaiki perilaku yang melanggar aturan, mencegah orang lain melakukan tindakan serupa dan mempertahankan standar kelompok secara konsisten. Sedangkan disiplin progresif yaitu pemberian kesempatan


(18)

14

untuk memperbaiki kesalahan atau pelanggaran, sehingga pengulangan terhadap kesalahan yang sama akan mendapat sanksi yang lebih berat.

2. Unsur-Unsur Disiplin

Menurut Nawawi (2001: 183), unsur-unsur disiplin meliputi;

a. Sikap mental, artinya adalah adanya sikap mental yang tercermin dari perbuatan seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya serta menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan peraturan yang telah ditetapkan.

b. Alat ukur, artinya adalah adanya alat ukur seperti waktu, tugas, pekerjaan dan larangan-larangan yang dituangkan dalam peraturan. c. Sangsi atau hukuman, artinya adanya sangsi atau hukuman yang

diberikan kepada pelanggar peraturan atau ketentuan yang telah ditetapkan.

Unsur-unsur disiplin di atas menunjukkan adanya hubungan antara pegawai dengan organisasi yang bersifat dinamis. Keduanya memiliki hubungan timbal balik, di mana terjadi saling pertukaran antara kontribusi dan penggantian yang diterima. Tindakan disiplin dipakai oleh organisasi untuk menghukum pegawai yang melanggar aturan-aturan kerja atau harapan-harapan organisasi.

Faktor-faktor yang berkaitan dengan disiplin kerja menurut Edy Sarwoto (2007: 94), meliputi:

a. Tujuan, yakni adanya tujuan yang hendak dicapai dalam suatu organisasi

b. Kemampuan, yakni adanya kemampuan dari setiap subsistem dalam organisasi yang akan melaksanakannya

c. Teladan pemimpin, yakni adanya teladan atau contoh dari pimpinan organisasi

d. Balas jasa, yakni adanya jaminan akan imbalan materi dari apa yang dikerjakan

e. Keadilan, yakni adanya prinsip keadilan yang didasarkan pada persamaan dan kesatuan dalam organisasi


(19)

f. Sanksi hukuman, adanya seperangkat sanksi atau hukuman yang akan diberikan pada orang yang melanggar peraturan

g. Ketegasan, yakni adanya sikap tegas dari pimpinan dalam melaksanakan disiplin dalam organisasi

h. Komunikasi, yakni adanya proses komunikasi dan hubungan yang baik antar sesama subsitem yang berinteraksi di dalam organisasi.

3. Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu perundang-undangan dan digaji menurut perundang-undangan yang berlaku.

PNS berkedudukan sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah, menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan. Kesetiaan dan ketaatan yang penuh tersebut mengandung pengertian bahwa PNS berada sepenuhnya di bawah pemerintah

Menurut Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang undangan dan/atau peraturan kedinasan yang bila tidak ditaati/dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.


(20)

16

Disiplin PNS terdiri atas kewajiban dan larangan bagi PNS. Menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Kewajiban PNS adalah:

(1) Mengucapkan sumpah/janji PNS; (2) Mengucapkan sumpah/janji jabatan;

(3) Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah;

(4) Menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan;

(5) Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab

(6) Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS;

(7) Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan;

(8) Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan;

(9) Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara;

(10) Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil; (11) Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;

(12) Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;

(13) Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya;

(14) Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat (15) Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;

(16) Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier;

(17) Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Larangan bagi PNS menurut Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Kewajiban PNS adalah:

(1) Menyalahgunakan wewenang;

(2) Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain

(3) Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional;

(4) Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing;


(21)

(5) Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah;

(6) Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak merugikan negara;

(7) Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;

(8) Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;

(9) Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;

(10) Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;

(11) Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

(12) Memberikan dukungan kepada calon presiden/wakil presiden, dewan perwakilan rakyat, dewan perwakilan daerah, atau dewan perwakilan rakyat daerah dengan cara: (a) ikut serta sebagai pelaksana kampanye; (b) menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS (c) sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau (d) sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;

(13) memberikan dukungan kepada calon presiden/wakil presiden dengan cara: (a) membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau (b) mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat

(14) Memberikan dukungan kepada calon anggota dewan perwakilan daerah atau calon kepala daerah/wakil kepala daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi kartu tanda penduduk atau surat keterangan tanda penduduk sesuai peraturan perundangundangan;

(15) Memberikan dukungan pada calon kepala daerah/wakil kepala daerah, dengan cara: (a) terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon kepala daerah/wakil kepala daerah; (b) menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye; (c) membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau (d) mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta


(22)

18

pemilu sebelum, selama, dan sesudah kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

4. Hukuman Disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil

PNS yang tidak menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan/atau Pasal 4 dijatuhi hukuman disiplin.Dengan tidak mengesampingkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, PNS yang melakukan pelangggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010: (1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:

a. Hukuman disiplin ringan; b. Hukuman disiplin sedang; dan c. Hukuman disiplin berat.

(2) Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari:

a. Teguran lisan; b. Teguran tertulis; dan

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis.

(3) Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:

a. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun; b. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan

c. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun. (4) Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c terdiri dari:

a. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun; b. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih

rendah;

c. Pembebasan dari jabatan;

d. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan


(23)

Berdasarkan uraian di atas maka beberapa unsur disiplin Pegawai Negeri Sipil yang dijadikan indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Pegawai datang ke kantor sesuai dengan jadwal

2) Pegawai mengerjakan dan menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu 3) Pegawai mengerjakan dan menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran 4) Pegawai memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik, 5) Pegawai menaati tata tertib kantor dan aturan dinas

6) Pegawai menggunakan peralatan kantor dengan baik 7) Pegawai memelihara barang-barang milik negara 8) Pegawai melayani masyarakat dengan ramah

9) Pegawai menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik dengan atasan

10) Pegawai menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik dengan sesama pegawai

Dasar pemilihan beberapa indikator tersebut disesuaikan dengan kenyataaan disiplin kerja PNS pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara, selain itu setiap indikator dikembangkan menjadi tiga pertanyaan sehingga pembahasan mengenai disiplin kerja menjadi lebih mendalam.

C. Otonomi Daerah

1. Pengertian Otonomi Daerah Menurut Mardiasmo (2003: 43):

Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan


(24)

20

dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa otonomi daerah mengandung konsep kebebasan untuk berprakarsa dalam mengambil keputusan atas dasar aspirasi masyarakat yang memiliki status demikian tanpa kontrol langsung oleh pemerintah pusat.

Menurut Kaho (2006: 134):

Otonomi daerah adalah suatu peluang(opportunity)dan tantangan(threat)

bagi pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik dan melaksanakan pembangunan. Otonomi daerah dipandang sebagai cara untuk mewujudkan secara nyata penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien dan berwibawa guna mewujudkan pemberian pelayanan kepada masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa pemberlakuan otonomi daerah bukan hanya bertujuan untuk pendewasaan politik rakyat melainkan juga sekaligus bermakna mensejahterakan rakyat demi terwujudnya peran serta dalam pemberdayaan masyarakat yang menjadi harapan rakyat.

Menurut Soemitro (2005: 11):

Otonomi daerah mempunyai empat tujuan, pertama: peningkatan ekonomi masyarakat setempat, kedua: meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, ketiga: meningkatkan sosial budaya masyarakat, keempat: untuk demokratisasi. Otonomi daerah adalah bagian dari demokratisasi, demokrasi ditandai dengan sharing of power, secara horizontal dengan memberdayakan parlemen dan memandirikan peradilan dan secara vertikal dengan pelimpahan kewenangan pada lapisan-lapisan pemerintahan di daerah. Otonomi daerah dalam konteks demokrasi bertujuan mewujudkan


(25)

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa wewenang yang dimiliki oleh daerah otonom menjadikan daerah tersebut dapat memanfaatkan hak-hak yang dimilikinya, dan salah satu wewenang yang dimiliki daerah otonom adalah wewenang untuk menyusun suatu kebijaksanaan daerah dalam mengelola rumah tangganya dan mengatur kepentingan masyarakat.

Otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, yang merupakan penerapan konsep teori areal division of power yang membagi kekuasaan secara vertikal. Otonomi daerah diartikan sebagai hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dengan hakekat yang demikian otonomi daerah memberikan keleluasaan bagi terbukanya potensi-potensi yang ada di daerah tersebut. Otonomi daerah dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan. Dengan otonomi daerah pengambilan keputusan lebih dekat kepada rakyat yang dilayani. Rentang kendali pemerintahan menjadi lebih dekat, sehingga pemerintahan dapat lebih responsif terhadap kebutuhan, potensi dan kapasitas daerah yang spesifik, dengan begitu diharapkan pelayanan masyarakat akan lebih baik karena dengan otonomi daerah, daerah dapat lebih mengetahui kebutuhan dan keinginan rakyat di daerahnya.

2. Asas-Asas Penyelenggaraan Pemerintahan di Era Otonomi Daerah Asas-asas penyelenggaraan pemerintahan daerah meliputi:

a. Asas Desentralisasi

Pasal 1 butir (7) UU 32/2004 Tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan dari


(26)

22

pemerintah pusat kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa tujuan desentralisasi adalah pemberian otonomi kepada daerah untuk meningkatkan daya guna penyelenggaraaan pemerintahan daerah, terutama pelaksanaan pembangunan dan pelayanan masyarakat serta melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri.

Menurut Rozali Abdullah (1999: 81):

Negara kesatuan adalah bentuk negara di mana wewenang legislatif tertinggi dipusatkan pada satu badan legislatif nasional/pusat kekuasaan terletak pada pemerintah pusat dan tidak pada pemerintah daerah. Pemerintah pusat berwenang menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada daerah otonom atau negara kesatuan dengan sistem desentralisasi

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa kedaulatan negara dalam negara kesatuan tersebut, baik keluar maupun ke dalam, sepenuhnya berada di tangan pemerintah pusat, hanya saja pemerintah pusat dapat menyerahkan sebagian kewenangan yang dimilikinya kepada daerah sesuai dengan dengan asas desentralisasi. Berapa banyak kewenangan yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah akan menentukan berapa luas otonomi yang dimiliki daerah yang bersangkutan.

Urusan-urusan yang telah diserahkan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi, menjadi wewenang dan tanggung jawab daerah, baik yang menyangkut penentuan kebijakan maupun yang menyangkut segi-segi pembiayaannya. Bidang kewenangan yang mewarnai fenomena desentralisasi adalah bidang kepegawaian, budget kepegawaian dan penyesuaian berbagai rupa kebijaksanaan umum.


(27)

Hal ini tertuang dalam Ketentuan Umum Pasal 1 Butir (2) dan dipertegas dalam Pasal 10 Pasal 1 butir (7) UU 32/2004 Tentang Pemerintahan Daerah menyatakan:

(1) Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah pusat.

(2) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daaerah sebagaimana pada ayat (1), pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembagian.

(3) Urusan pemerintah yang menjadi urusan pemerintah pusat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi: politik luar negeri, pertahanan , keamanan, yustisia, moneter dan fiskal dan agama

b. Asas Dekonsentrasi

Asas dekonsentrasi sebenarnya hampir sama dengan asas desentralisasi. Dalam Pasal 1 Butir (8) disebutkan asas dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/ atau pada instansi vertikal di wilayah tertentu.

Perbedaannya terletak pada titik laju menjauhi titik pusat atau sentral. Desentralisasi memiliki gerak menjauhi berupa penyerahan urusan pemerintahan yang diberikan kepada pemerintah di bawahnya yang selanjutnya urusan yang diberikan akan menjadi urusan rumah tangga daerah, jadi bukan pada perorangan seperti dalam asas dekonsentrasi.

c. Tugas Perbantuan

Apabila semua urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan sendiri oleh pemerintah pusat, maka ditinjau dari segi daya dan hasil guna kurang dapat dipertanggung jawabkan karena memerlukan tenaga dan biaya yang sangat


(28)

24

besar. Pasal 1 Butir (9) menyebutkan bahwa tugas perbantuan yaitu penugasan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi pada pemerintah kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Dalam hal penyelenggaraan asas tugas perbantuan tidak beralih menjadi urusan rumah tangga daerah yang dimintakan bantuannya. Selanjutnya tugas perbantuan bukanlah sebagai asas pengganti dari asas desentralisasi dari urusan pemerintah pusat yang ditugaskan pada pemerintah daerah.

D. Kerangka Pikir

Disiplin kerja pegawai merupakan hal yang sangat penting dalam rangka menciptakan pegawai yang profesional dan mampu mewujudkan diri sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Upaya kongkrit yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan PNS yang memiliki kinerja optimal tesebut adalah dengan memberlakukan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian yang mengatur kedudukan, kewajiban, hak, dan pembinaan PNS. Produk hukum terbaru yang mengatur masalah ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Maknanya adalah upaya untuk mencapai kinerja pegawai yang optimal harus didukung oleh disiplin PNS dalam bekerja. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan


(29)

perundang undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

Kerangka pikir penelitian mengenai disiplin kerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara, dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:

Gambar 1

Bagan Kerangka Pikir Penelitian  Datang ke kantor sesuai dengan jadwal

 Mengerjakan dan menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu

 Mengerjakan dan menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran

 Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik,

 Menaati tata tertib kantor dan aturan dinas

 Menggunakan peralatan kantor dengan baik

 Memelihara barang-barang milik negara

 Melayani masyarakat dengan ramah

 Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik dengan atasan

 Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik dengan sesama pegawai.

DISIPLIN KERJA

PNS pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara


(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Menurut M. Nazir (2004: 63):

Tipe penelitian deskriptif adalah penelitian status sekelompok manusia, suatu objek, set kondisi, sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai berbagai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang analisis datanya dilakukan dengan menggunakan perhitungan atau statistika.

Berdasarkan pengertian di atas maka tipe penelitian deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk menggambarkan disiplin pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara dengan berdasarkan pada data dan fakta yang diperoleh pada saat pelaksanaan penelitian.

B. Definisi Konseptual

Menurut Singarimbun dan Effendy (2004:121), definisi konseptual adalah pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan peneliti untuk mengoperasikan konsep tersebut di lapangan.


(31)

Berdasarkan definisi tersebut maka definisi konsep penelitian ini adalah:

1. Pegawai Negeri Sipil adalah seseorang yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu undangan dan digaji menurut perundang-undangan yang berlaku dan berkedudukan sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat.

2. Disiplin pegawai adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang undangan atau peraturan kedinasan yang bila tidak ditaati/dilanggar maka akan dijatuhi hukuman disiplin.

C. Definisi Operasional

Menurut Singarimbun dan Effendy (2004:123), definisi operasional adalah petunjuk bagaimana suatu variabel diukur, dengan membaca definisi operasional dalam penelitian maka diketahui baik buruknya variabel tersebut. Berdasarkan definisi di atas maka definisi operasional mengenai disiplin pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara yang dimaksud dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:


(32)

28

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel

No Variabel Dimensi Indikator

1 Disiplin Kerja Pegawai

1) Pegawai datang ke kantor sesuai dengan jadwal

2) Pegawai mengerjakan dan menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu

3) Pegawai mengerjakan dan menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran

4) Pegawai memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik,

1) Pegawai datang ke kantor sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan

2) Pegawai pulang dari kantor sesuai dengan jam pulang PNS yang telah ditetapkan

3) Jika Pegawai tidak masuk bekerja maka Pegawai menyampaikan izin secara resmi kepada atasan di kantor

4) Pegawai mampu mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan

5) Pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan

6) Pegawai menyerahkan tugas/pekerjaan yang diberikan Atasan sebelum Atasan memintanya

7) Pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan

8) Pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan uraian tugas pada jabtan Pegawai

9) Pegawai mampu menyelesaikan tugas tugas sesuai dengan sasaran baik secara pribadi maupun kelompok

10) Pegawai mampu memberikan

pelayanan kepada masyarakat dengan baik

11) Pegawai selalu berusaha untuk

mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi

12) Pegawai selalu berusaha untuk

mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan kelompok


(33)

5) Pegawai menaati tata tertib kantor dan aturan dinas

6) Pegawai menggunakan peralatan kantor dengan baik

7) Pegawai memelihara barang-barang milik negara

8) Pegawai melayani masyarakat dengan ramah

9) Pegawai menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik dengan atasan

13) Pegawai selalu berusaha menaati tata tertib kantor dengan optimal

14) Pegawai selalu berusaha menaati aturan kedinasan dengan optimal

15) Jika Pegawai terbukti melakukan kesalahan/pelanggaran maka Pegawai bersedia untuk menerima sanksi sesuai ketentuan

16) Pegawai selalu menggunakan peralatan kantor dengan baik

17) Pegawai menggunakan peralatan kantor hanya untuk kepentingan pekerjaan di kantor (tidak untuk kepentingan pribadi)

18) Pegawai menggunakan peralatan kantor dengan penuh tanggungjawab

19) Pegawai selalu memelihara barang-barang milik negara dengan baik

20) Pegawai tidak meminjamkan barang-barang milik negara (inventaris) kepada orang lain atau keluarga

21) Jika terjadi kerusakan barang-barang milik negara maka Pegawai bersedia menggantinya

22) Pegawai mampu melayani masyarakat dengan ramah

23) Pegawai mampu melayani masyarakat dengan sungguh-sungguh

24) Pegawai selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang dapat memuaskan masyarakat

25) Pegawai mampu menciptakan suasana kerja yang baik dengan atasan


(34)

30

10) Pegawai menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik dengan sesama pegawai

26) Pegawai berusaha untuk terus memelihara suasana kerja yang baik dengan atasan

27) Jika terjadi ketidakharmonisan dalam suasana kerja dengan Atasan maka Pegawai bersedia untuk mencari solusi terbaik

28) Pegawai mampu menciptakan suasana kerja yang baik dengan sesama rekan kerja

29) Pegawai berusaha untuk terus memelihara suasana kerja yang baik dengan sesama rekan kerja

30) Jika terjadi ketidakharmonisan dalam suasana kerja dengan sesama rekan kerja maka Pegawai bersedia untuk mencari solusi terbaik

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian baik berupa manusia, benda, peristiwa maupun berbagai gejala yang terjadi, yang merupakan variabel yang diperlukan untuk memecahkan masalah penelitian. Dengan demikian maka dalam populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara yang berjumlah 89 orang PNS. Alasan pengambilan populasi seluruh pegawai tersebut adalah hasil penelitian ini dapat menggambarkan disipilin kerja pegawai secara keseluruhan, sehingga 89 orang PNS Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara ini ditetapkan sebagai populasi penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:


(35)

Tabel 3. Jumlah Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara

No Bidang SUB Bidang Jumlah

1. Bidang Diklat Kabid Pendidikan dan Pelatihan Kasubbid Funsional Kasubbid Perjenjangan Staff Subtotal 1 1 1 19 22 2. Bidang Administrasi dan Kesejahtraan

Kabid Administrasi dan Kesejahtraan Kasubbid Administrasi Kasubbid Pembinaan Staff Subtotal 1 1 1 12 15 3. Bidang Pengembangan dan Kepangkatan

Kabid Pengembangan dan Kepangkatan Kasubbid Kepangkatan Kasubbid Pengembangan Staff Subtotal 1 1 1 13 16 4. Bidang Pengadaan

dan Mutasi

Kabid Pengadaan dan Mutasi Kasubbid Pengadaan Pegawai Kasubbid Mutasi Staff Subtotal 1 1 1 13 16

5. Bidang PU

Sekertaris

Kasubbag Umum dan Administrasi Pegawai

Kasubbag Keuangan dan Perlengkapan Kasubbag Perencanaan Program dan Evaluasi Staff Subtotal 1 1 1 1 16 20

Total Pegawai BKD 89

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2011

Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, yaitu seluruh anggota populasi dijadikan sampel penelitian, dengan demikian maka sampel penelitian ini adalah seluruh pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara yang berjumlah 89 orang PNS.


(36)

32

E. Skala Data dan Penentuan Skor

Skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert, yaitu skala yang terdiri dari lima alternatif jawaban dan dapat diberi skor berdasarkan kategori jawaban pada kuesioner penelitian (Singarimbun dan Effendi, 2004: 111). penentuan skor dengan menggunakan skala likert adalah sebagai berikut: 1) Jawaban (a) Sangat Setuju diberi skor 5

2) Jawaban (b) Setuju diberi skor 4 3) Jawaban (c) Ragu-Ragu diberi skor 3 4) Jawaban (d) Tidak Setuju diberi skor 2 5) Jawaban (e) Sangat Tidak Setuju diberi skor 1

F. Jenis Data

Jenis data penelitian ini meliputi :

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber penelitian atau lokasi penelitian.

2. Data Sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber atau referensi yang terkait dengan penelitian, seperti buku, majalah, atau literatur lain.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Kuisioner, dilakukan untuk mengumpulkan data primer, dengan cara memberikan kuisioner kepada responden yang telah dilengkapi dengan alternatif jawaban untuk memudahkan responden dalam menjawab dan memudahkan pengolahan dan analisis data.


(37)

Kegiatan yang penulis lakukan selama penelitian adalah menyebarkan kuisioner kepada para 89 PNS Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara dan selanjutnya menarik kembali kuisioner tersebut untuk dilakukan tahap pengolahan data.

2. Dokumentasi, dilakukan untukmengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber, seperti buku atau literatur, arsip atau dokumen yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

Kegiatan yang penulis lakukan selama penelitian adalah mengambil data dari Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara yang terdiri dari tugas pokok dan fungsi, visi dan misi, tujuan dan sasaran, strategi, program dan uraian tugas. Selanjutnya tersebut disajikan pada Bab IV mengenai Gambaran Umum Lokasi Penelitian.

A. Teknik Pengolahan Data

Setelah data yang diperoleh dari lapangan terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah dengan mengolah data yang ada tersebut. Adapun teknik yang digunakan dalam pengolahan data pada penelitian ini adalah:

1. Editing, adalah memeriksa kembali data yang telah diperoleh, mengenai kesempurnaan jawaban atau kejelasan penulisan.

Kegiatan yang penulis lakukan selama penelitian adalah memeriksa jawaban responden pada kuesioner untuk mengetahui kejelasan dan kelengkapan jawaban responden pada pertanyaan yang diajukan.


(38)

34

2. Koding, adalah memberi kode-kode tertentu pada jawaban di daftar pertanyaan untuk memudahkan pengolahan data.

Kegiatan yang penulis lakukan selama penelitian adalah memberikan kode pada jawaban responden, yaitu Jawaban A diberi kode 5, Jawaban B diberi kode 4, Jawaban C diberi kode 3, Jawaban D diberi kode 2 dan Jawaban E diberi kode 1. Selanjutnya hasilkodingdisajikan pada Lampiran 2 skripsi.

3. Tabulating, adalah merumuskan data dalam tabel setelah diklasifikasikan berdasarkan kategori yang sama, lalu disederhanakan dalam tabel tunggal.

Kegiatan yang penulis lakukan selama penelitian adalah menyajikan data jawaban responden pada kuisioner ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagaimana terdapat pada Bab V mengenai Hasil Penelitian dan Pembahasan.

B. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan akan dianalisa secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan tabel tunggal, yaitu metode yang dilakukan dengan memasukan data dari kuisioner ke dalam kerangka tabel untuk menghitung frekuensi dan membuat persentase, dengan rumus:

P = F x 100% N

Keterangan: P = Presentase

F = Frekuensi Jawaban N = Jumlah Responden (Suharsimi Arikunto, 2005: 126)


(39)

Kegiatan yang dilakukan adalah merekap jawaban responden dari kuisioner ke dalam tabel jawaban, selanjutnya melakukan perhitungan dengan rumus di atas dan menyajikan hasil perhitungan ke dalam tabel tunggal sebagaimana disajikan pada Bab V dalam penelitian ini.

Selanjutnya untuk mengkategorikan disiplin kerja PNS ke dalam lima kelompok yaitu sangat disiplin, disiplin, cukup disiplin, tidak disiplin dan sangat tidak disiplin, digunakan rumus:

I = K

NR NT

Keterangan: I = interval

NT = Nilai Tertinggi NT = Nilai Terendah K = Kategori Jawaban (Suharsimi Arikunto, 2005: 221)

Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan perhitungan dengan rumus di atas dan menyajikan hasil perhitungan ke dalam kategori jawaban sebagaimana disajikan pada Bab V dalam penelitian ini.


(40)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden

Responden penelitian ini adalah para pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara yang berjumlah 89 orang. Deskripsi identitas respinden menurut menurut jenis kelamin, kelompok umur, pendidikan terakhir serta jabatan, adalah sebagai berikut:

1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

Untuk mengetahui identitas responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada berikut:

Tabel 5. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-Laki 58 65,17

2 Perempuan 31 34,83

Jumlah 89 100,00

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2011

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 58 (65,17%) responden berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 31 (34,83%) responden berjenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa responden laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan responden perempuan.


(41)

2. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur

Untuk mengetahui identitas responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur Frekuensi Persentase

1 40 Tahun atau lebih 18 20.22

2 3039 Tahun 39 43.82

3 2029 Tahun 32 35.96

Jumlah 89 100,00

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2011

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 18 (20,22%) responden berusia 40 tahun atau lebih, sebanyak 39 (43,82%) responden berusia antara 30 -39 tahun dan sebanyak 32 (35,96%) responden berusia antara 20 -29 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada usia yang produktif, sehingga mereka dapat bekerja secara maksimal sesuai dengan bidang pekerjaan pada instansi masing-masing dan melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat

3. Identitas Responden Menurut Pendidikan Terakhir

Untuk mengetahui identitas responden menurut pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel berikut:


(42)

47

Tabel 7. Identitas Responden Menurut Pendidikan Terakhir

No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase

1 Sarjana Strata II (S2) 8 8.99

2 Sarjana Strata I (S1) 59 66.29

3 Diploma III (D3) 15 16.85

4 SMA/Sederajat 7 7.87

Jumlah 89 100,00

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2011

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 8 (8,99%) responden berpendidikan S2, sebanyak 59 (66,29%) responden berpendidikan S1, sebanyak 15 (16,85%) responden berpendidikan Diploma III dan sebanyak 7 (7,87%) responden berpendidikan SMA/Sederajat. Dengan demikian maka sebagian besar responden berpendidikan Sarjana Strata I atau berpendidikan tinggi. Tingginya jenjang pendidikan ini dimaksudkan agar para pegawai dapat bekerja secara profesional dan maksimal sesuai dengan bidang pekerjaannya masing-masing. Selain itu diharapkan mereka mampu mengaplikasikan atau menerapkan disipilin ilmu yang didapatkan selama kuliah pada pekerjaannya masing-masing

4. Identitas Responden Menurut Jabatan

Untuk mengetahui identitas responden menurut jabatan dapat dilihat pada tabel berikut:


(43)

Tabel 8. Identitas Responden Menurut Bidang Tugas

No Jabatan Frekuensi Persentase

1 Bidang Diklat 22 24.72

2 Bidang Administrasi dan Kesejahtaraan 15 16.85 3 Bidang Pengembangan

dan Kepangkatan 16 17.98

4 Bidang Pengadaan dan Mutasi 16 17.98

5 Bidang PU 20 22.47

Jumlah 89 100,00

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2011

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 22 (24,72%) responden bekerja pada bidang diklat, sebanyak 15 (16,85%) responden bekerja pada bidang administrasi dan kesejahteraan, sebanyak 16 (17,98%) responden bekerja pada bidang pengembangan dan kepangkatan, sebanyak 16 (17,98%) responden bekerja pada bidang pengadaan dan mutasi dan sebanyak 20 (22,47%) responden bekerja pada bidang PU. Pembagian pegawai dalam bidang kerjanya masing-masing tersebut bertujuan agar para pegawai dapat bekerja secara optimal sesuai tugas dan fungsinya.

5. Identitas Responden Menurut Golongan

Untuk mengetahui identitas responden menurut golongan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Identitas Responden Menurut Golongan

No Golongan Jumlah Pegawai

(Orang)

Jumlah Pegawai (%)

1 IV/a 5 5.62

2 III/d 12 13.48

3 III/c 15 16.85

4 III/b 34 38.20

5 III/a 12 13.48

6 II/d 6 6.74

7 II/c 5 5.62

Jumlah 89 100,00


(44)

49

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 5 (5,62%) responden adalah PNS Golongan IV/a, sebanyak 12 (13,48%) responden adalah PNS Golongan III/d, sebanyak 15 (16,85%) responden adalah PNS Golongan III/c, sebanyak 34 (38,20%) responden adalah PNS Golongan III/b, sebanyak 12 (13,48%) responden adalah PNS Golongan III/a, sebanyak 6 (6,74%) responden adalah PNS Golongan II/d dan sebanyak 5 (5,62%) responden adalah PNS Golongan II/c. Dengan demikian maka sebagian besar responden adalah PNS Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara Golongan III/b.

B. Disiplin Kerja Pegawai

Disiplin pegawai adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang undangan atau peraturan kedinasan yang bila tidak ditaati/dilanggar maka akan dijatuhi hukuman disiplin. Deskripsi mengenai disiplin kerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara adalah sebagai berikut:

1. Datang ke Kantor Sesuai Dengan Jadwal

Disiplin pegawai pada aspek ini ditunjukkan oleh pegawai datang ke kantor sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, pegawai pulang dari kantor sesuai dengan jam pulang PNS yang telah ditetapkan dan jika Pegawai tidak masuk bekerja maka Pegawai menyampaikan izin secara resmi kepada atasan di kantor.


(45)

a. Pegawai Datang Ke Kantor Sesuai dengan Jadwal yang Telah Ditentukan Untuk mengetahui bahwa pegawai datang ke kantor sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Pegawai Datang Ke Kantor Sesuai dengan Jadwal yang Telah Ditentukan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 55 61,80

Setuju 27 30,34

Cukup Setuju 7 7,87

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 55 (61.80%) menyatakan sangat setuju bahwa pegawai datang ke kantor sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Sebanyak 27 (30.34%) menyatakan setuju bahwa pegawai datang ke kantor sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Sebanyak 7 (7.87%) responden menyatakan cukup setuju bahwa pegawai datang ke kantor sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai datang ke kantor sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai berupaya menaati jadwal masuk kerja yang telah ditetapkan oleh Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara.

b. Pegawai Pulang Dari Kantor Sesuai dengan Jam Pulang PNS yang Telah Ditetapkan

Untuk mengetahui bahwa pegawai pulang dari kantor sesuai dengan jam pulang PNS yang telah ditetapkan, dapat dilihat pada tabel berikut:


(46)

51

Tabel 11. Pegawai Pulang Dari Kantor Sesuai dengan Jam Pulang PNS yang Telah Ditetapkan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 59 66,29

Setuju 20 22,47

Cukup Setuju 10 11,24

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 59 (66.29%) menyatakan sangat setuju bahwa pegawai pulang dari kantor sesuai dengan jam pulang PNS yang telah ditetapkan. Sebanyak 20 (22.47%) menyatakan setuju bahwa pegawai pulang dari kantor sesuai dengan jam pulang PNS yang telah ditetapkan. Sebanyak 10 (11.24%) responden menyatakan cukup setuju bahwa pegawai pulang dari kantor sesuai dengan jam pulang PNS yang telah ditetapkan. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai pulang dari kantor sesuai dengan jam pulang PNS yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai berupaya menaati jadwal pulang kerja yang telah ditetapkan oleh Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara.

c. Jika Tidak Masuk Bekerja Maka Pegawai Menyampaikan Izin Secara Resmi Kepada Atasan di Kantor

Untuk mengetahui bahwa jika tidak masuk bekerja maka pegawai menyampaikan izin secara resmi kepada atasan di kantor, dapat dilihat pada tabel berikut:


(47)

Tabel 12. Jika Tidak Masuk Bekerja Maka Pegawai Menyampaikan Izin Secara Resmi Kepada Atasan di Kantor

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 53 59,55

Setuju 27 30,34

Cukup Setuju 9 10,11

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 53 (59.55%) menyatakan sangat setuju bahwa jika tidak masuk bekerja maka pegawai menyampaikan izin secara resmi kepada atasan di kantor. Sebanyak 27 (30.34%) menyatakan setuju bahwa jika tidak masuk bekerja maka pegawai menyampaikan izin secara resmi kepada atasan di kantor. Sebanyak 9 (10.11%) responden menyatakan cukup setuju bahwa jika tidak masuk bekerja maka pegawai menyampaikan izin secara resmi kepada atasan di kantor. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai menyampaikan izin secara resmi kepada atasan di kantor jika tidak masuk bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai memiliki etika kerja yang baik, yaitu mengajukan izin secara resmi jika tidak masuk bekerja pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara.

2. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu

Disiplin pegawai pada aspek ini ditunjukkan oleh kemampuan pegawai mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan menyerahkan tugas/ pekerjaan yang diberikan sebelum atasan memintanya.


(48)

53

a. Pegawai Mampu Mengerjakan Tugas Sesuai dengan Waktu yang Telah Ditetapkan

Untuk mengetahui kemampuan pegawai dalam mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 13. Pegawai Mampu Mengerjakan Tugas Sesuai dengan Waktu yang Telah Ditetapkan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 53 59,55

Setuju 28 31,46

Cukup Setuju 8 8,99

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 53 (59.55%) menyatakan sangat setuju bahwa pegawai mampu mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Sebanyak 28 (31.46%) menyatakan setuju bahwa pegawai mampu mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Sebanyak 8 (8.99%) responden menyatakan cukup setuju bahwa pegawai mampu mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai mampu mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai mampu bekerja secara optimal sesuai dengan batasan waktu penyelesaian pekerjaan yang telah ditetapkan.

b. Pegawai Mampu Menyelesaikan Tugas Sesuai dengan Waktu yang Telah Ditetapkan

Untuk mengetahui kemampuan pegawai dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, dapat dilihat pada tabel berikut:


(49)

Tabel 14. Pegawai Mampu Menyelesaikan Tugas Sesuai dengan Waktu yang Telah Ditetapkan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 54 60,67

Setuju 25 28,09

Cukup Setuju 10 11,24

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 54 (60.67%) menyatakan sangat setuju bahwa pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Sebanyak 25 (28.09%) menyatakan setuju bahwa pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Sebanyak 10 (11.24%) responden menyatakan cukup setuju bahwa pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai mampu bekerja secara optimal sesuai dengan batasan waktu penyelesaian pekerjaan yang telah ditetapkan oleh Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara

c. Pegawai Menyerahkan Tugas/Pekerjaan yang Diberikan sebelum atasan memintanya

Untuk mengetahui bahwa pegawai menyerahkan tugas/pekerjaan yang diberikan sebelum atasan memintanya, dapat dilihat pada tabel berikut:


(50)

55

Tabel 15. Pegawai Menyerahkan Tugas/Pekerjaan yang Diberikan sebelum atasan memintanya

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 58 65,17

Setuju 22 24,72

Cukup Setuju 9 10,11

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 58 (65.17%) menyatakan sangat setuju bahwa menyerahkan pekerjaan yang diberikan sebelum atasan memintanya. Sebanyak 22 (24.72%) menyatakan setuju bahwa pegawai menyerahkan tugas/pekerjaan yang diberikan sebelum atasan memintanya. Sebanyak 9 (10.11%) responden menyatakan cukup setuju bahwa pegawai menyerahkan tugas/pekerjaan yang diberikan sebelum atasan memintanya. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai menyerahkan tugas/pekerjaan yang diberikan sebelum atasan memintanya. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai memiliki tanggungjawab yang tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepada mereka oleh Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara.

3. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran

Disiplin pegawai pada aspek ini ditunjukkan oleh kemampuan pegawai menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran, menyelesaikan tugas sesuai dengan uraian tugas, menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran baik secara pribadi maupun kelompok.


(51)

a. Pegawai Mampu Menyelesaikan Tugas Sesuai dengan Sasaran yang Telah Ditetapkan

Untuk mengetahui kemampuan pegawai dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 16. Pegawai Mampu Menyelesaikan Tugas Sesuai dengan Sasaran yang Telah Ditetapkan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 57 64,04

Setuju 27 30,34

Cukup Setuju 5 5,62

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 57 (64.04%) menyatakan sangat setuju bahwa pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Sebanyak 27 (30.34%) menyatakan setuju bahwa mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Sebanyak 5 (5.62%) responden menyatakan cukup setuju bahwa mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai mampu bekerja secara optimal sesuai dengan batasan sasaran penyelesaian pekerjaan yang telah ditetapkan oleh Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara.


(52)

57

b. Pegawai Mampu Menyelesaikan Tugas Sesuai dengan Uraian Tugas Pada Jabatannya

Untuk mengetahui kemampuan pegawai dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan uraian tugas pada jabatannya, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 17. Pegawai Mampu Menyelesaikan Tugas Sesuai dengan Uraian Tugas Pada Jabatannya

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 54 60,67

Setuju 27 30,34

Cukup Setuju 8 8,99

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 54 (60.67%) menyatakan sangat setuju bahwa pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan uraian tugas pada jabatannya. Sebanyak 27 (30.34%) menyatakan setuju bahwa pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan uraian tugas pada jabatannya. Sebanyak 8 (8.99%) responden menyatakan cukup setuju bahwa pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan uraian tugas pada jabatannya. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan uraian tugas pada jabatannya. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai memiliki pemahaman dan kemampuan yang baik dalam penyelesaian pekerjaan yang telah ditetapkan oleh Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara, sesuai dengan bidang pekerjaannya masing-masing.


(53)

c. Pegawai Mampu Menyelesaikan Tugas Tugas Sesuai dengan Sasaran Baik Secara Pribadi Maupun Kelompok

Untuk mengetahui kemampuan pegawai dalam menyelesaikan tugas tugas sesuai dengan sasaran baik secara pribadi maupun kelompok, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 18. Pegawai Mampu Menyelesaikan Tugas Tugas Sesuai dengan Sasaran Baik Secara Pribadi Maupun Kelompok

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 54 60,67

Setuju 26 29,21

Cukup Setuju 9 10,11

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 54 (60.67%) menyatakan sangat setuju bahwa pegawai mampu menyelesaikan tugas tugas sesuai dengan sasaran baik secara pribadi maupun kelompok. Sebanyak 26 (29.21%) menyatakan setuju bahwa pegawai mampu menyelesaikan tugas tugas sesuai dengan sasaran baik secara pribadi maupun kelompok. Sebanyak 9 (10.11%) responden menyatakan cukup setuju bahwa pegawai mampu menyelesaikan tugas tugas sesuai dengan sasaran baik secara pribadi maupun kelompok. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai mampu menyelesaikan tugas tugas sesuai dengan sasaran baik secara pribadi maupun kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai memiliki kemampuan bekerjasama yang baik dalam tim untuk mencapai tujuan Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara.


(54)

59

4. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik

Disiplin pegawai pada aspek ini ditunjukkan oleh kemampuan pegawai memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik, selalu berusaha untuk mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi dan selalu berusaha untuk mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan kelompok.

a. Pegawai Mampu Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat dengan Baik

Untuk mengetahui kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 19. Pegawai Mampu Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat dengan Baik

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 55 61,80

Setuju 24 26,97

Cukup Setuju 10 11,24

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 55 (61.80%) menyatakan sangat setuju bahwa pegawai mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik. Sebanyak 24 (26.97%) menyatakan setuju bahwa pegawai mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik. Sebanyak 10 (11.24%) responden menyatakan cukup setuju bahwa pegawai mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai


(55)

mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai mampu mewujudkan diri sebagai abdi masyarakat yang memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat.

b. Pegawai Selalu Berusaha untuk Mengutamakan Kepentingan Masyarakat di Atas Kepentingan Pribadi

Untuk mengetahui bahwa pegawai selalu berusaha untuk mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 20. Pegawai Selalu Berusaha untuk Mengutamakan Kepentingan Masyarakat di Atas Kepentingan Pribadi

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 53 59,55

Setuju 26 29,21

Cukup Setuju 10 11,24

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 53 (59.55%) menyatakan sangat setuju bahwa pegawai selalu berusaha untuk mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi. Sebanyak 26 (29.21%) menyatakan setuju bahwa pegawai selalu berusaha untuk mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi. Sebanyak 10 (11.24%) responden menyatakan cukup setuju bahwa pegawai selalu berusaha untuk mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai selalu berusaha untuk mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan


(56)

61

pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai memiliki pemahaman dan kemampuan yang baik dalam mewujudkan diri sebagai aparatur pemerintahan yang mendahulukan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi dan golongan.

c. Pegawai Selalu Berusaha untuk Mengutamakan Kepentingan Masyarakat di Atas Kepentingan Kelompok

Untuk mengetahui bahwa pegawai selalu berusaha untuk mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan kelompok, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 21. Pegawai Selalu Berusaha untuk Mengutamakan Kepentingan Masyarakat di Atas Kepentingan Kelompok

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 59 66,29

Setuju 24 26,97

Cukup Setuju 6 6,74

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 59 (66.29%) menyatakan sangat setuju bahwa pegawai selalu berusaha untuk mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan kelompok. Sebanyak 24 (26.97%) menyatakan setuju bahwa pegawai selalu berusaha untuk mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan kelompok. Sebanyak 6 (6.74%) responden menyatakan cukup setuju bahwa pegawai selalu berusaha untuk mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan kelompok. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai selalu


(57)

berusaha untuk mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai memiliki kemampuan untuk mendahulukan kepentingan bersama dalam mencapai tujuan organisasi.

5. Menaati tata tertib kantor dan aturan dinas

Disiplin pegawai pada aspek ini ditunjukkan oleh pegawai selalu berusaha menaati tata tertib kantor dengan optimal, selalu berusaha menaati aturan kedinasan dengan optimal dan jika terbukti melakukan kesalahan/pelanggaran maka Pegawai bersedia untuk menerima sanksi sesuai ketentuan.

a. Pegawai Selalu Berusaha Menaati Tata Tertib Kantor dengan Optimal Untuk mengetahui bahwa pegawai selalu berusaha menaati tata tertib kantor dengan optimal, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 22. Pegawai Selalu Berusaha Menaati Tata Tertib Kantor dengan Optimal

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 53 59,55

Setuju 28 31,46

Cukup Setuju 8 8,99

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 53 (59.55%) menyatakan sangat setuju bahwa pegawai selalu berusaha menaati tata tertib kantor dengan optimal. Sebanyak 28 (31.46%) menyatakan setuju bahwa pegawai selalu berusaha menaati tata tertib kantor dengan optimal. Sebanyak 8 (8.99%) responden menyatakan cukup setuju bahwa


(58)

63

pegawai selalu berusaha menaati tata tertib kantor dengan optimal. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai selalu berusaha menaati tata tertib kantor dengan optimal. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai berupaya maksimal dalam mematuhi peraturan kerja yang telah ditetapkan pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara.

b. Pegawai Selalu Berusaha Menaati Aturan Kedinasan dengan Optimal Untuk mengetahui bahwa pegawai selalu berusaha menaati aturan kedinasan dengan optimal, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 23. Pegawai Selalu Berusaha Menaati Aturan Kedinasan dengan Optimal

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 55 61,80

Setuju 26 29,21

Cukup Setuju 8 8,99

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 55 (61.80%) menyatakan sangat setuju bahwa pegawai selalu berusaha menaati aturan kedinasan dengan optimal. Sebanyak 26 (29.21%) menyatakan setuju bahwa pegawai selalu berusaha menaati aturan kedinasan dengan optimal. Sebanyak 8 (8.99%) responden menyatakan cukup setuju bahwa pegawai selalu berusaha menaati aturan kedinasan dengan optimal. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai selalu berusaha menaati aturan kedinasan dengan optimal. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai memiliki kepatuhan untuk melaksanakan kewajiban mereka sebagai PNS.


(1)

29) Anda berusaha untuk terus memelihara suasana kerja yang baik dengan sesama rekan kerja

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-Ragu d. Tidak Setuju e. SangatTidak Setuju

Alasan: ……….

………. ………..

30) Jika terjadi ketidakharmonisan dalam suasana kerja dengan sesama rekan kerja maka Anda bersedia untuk mencari solusi terbaik

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-Ragu d. Tidak Setuju e. SangatTidak Setuju

Alasan: ………. ………. ………..

TERIMA KASIH


(2)

✁✂✂ ✁

✄☎ ✆✝✞ ✝✟☎ ✠☎ ✡☎ ☛☎ ☞✌✍☎ ✎☎✆☞✎ ☎ ✠✏ ✝ ✆☎ ✠☛✝, ☛☎ ✟☎✎✝✠✌☎☎✟☎✠☛ ✑✠✡✌✟ ✝✒ ✌☛ ✝ ✓ ✏☎✠☎☛ ✞☎ ✆✔☎ ✎ ✌☛ ☎✟☎✕ ✝☛✔ ✝✒☎✟ ☎ ✠✌✟ ✝✒✒ ✝☛ ✍ ✝ ✆, ✠☎ ☛ ✝ ✠✖ ✌✟☎✟☎✝☛✑✠☎ ✠☎ ☛

✕✝☛ ✔ ✝✒☛☎ ✟☎✖☎ ✠✡ ☎ ✠✍ ✑✕ ✆☎ ✕☎✔✔ ☎✎✌☎✟☎✠✌✟ ✝✒✒✝☛✍ ✝✆✓

(✗✘ ✓✙☎✌✠✝✎ ✎✌✠✓✚ ✓✙ ✓)

✛✟ ✝✌ ✠✡ ✌✠✜✑✔✑✕✒✌☛ ✝✒ ✌☎ ✕☎

✢☎✠✡✆✌✎✝✔✎ ☎ ✠✞☎✆✌✕✎✌✎ ☎✜☎ ✕✞☎ ✝✒✍☎ ✆✟ ☎ ✠✎ ✌✎ ☎✜☎✕✜☎ ☛ ✝✎✕☎ ☞

✜✑✟☎✞ ✌✔ ✝ ✠✌☎✒ ✑✕ ✆✌✠☎✠☎ ☛ ✝ ✠✜✌✠☎✕✠✢☎

☛☎ ☛✔✝☛ ✑ ✠✢✌✠☎✕ ✌✜☎ ✠✡✜✝ ✕✢☎


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Kebundalam Kecamatan Abung Tinggi Kabupaten Lampung Utara pada tanggal 03 Desember 1988, merupakan anak pertama dari dua bersaudara buah hati pasangan Tajuddin, Ama.Pd dan Kuniah, Ama.Pd.

Jenjang Akademis Penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri Kebundalam Kecamatan Abung Tinggi Kabupaten Lampung Utara, lulus pada tahun 2001. kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bukit Kemuning, lulus pada tahun 2004 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kota Bumi, lulus pada tahun 2007, Kemudian pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan S1 Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(4)

SAN WACANA

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Disiplin Kerja Pegawai Pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Pemeritahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang tentunya sepenuh hati meluangkan waktu dengan ikhlas memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Hi. Aman Toto Dwijono, M.H selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan.

3. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan, Sekaligus selaku Penguji, yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam proses perbaikan skripsi ini.


(5)

4. Bapak Drs. Yana Ekana P.S., M.Si, selaku Pembimbing Skripsi, yang telah meluangkan waktunya dan dengan sabar memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Fahrizal Ismail, SH. MH selaku Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara dan seluruh staf yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis pada saat pelaksanaan penelitian.

6. Teman Teman Ilmu Pemerintahan 07 Reza, Kucuy, Bintang, Gemma, Rakhmad, Dedi, Bayu, Eca, Nety, Fitri dan yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

7. Teman Teman Scorpio Lampung Club (SLC) yang telah mengajarkan arti Brotherhoodkepada saya.

8. Seluruh pihak yang membantu memberi inspirasi dan motivasi penulis untuk bisa menjadi lebih baik dan optimis menyongsong masa depan.

Semoga sumbangsih yang telah mereka berikan, Insyaallah akan dibalas oleh Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kemajuan ummat, Amien.

Bandar Lampung Februari 2012 Penulis


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa

1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Universitas Lampung maupun di Perguruan Tinggi lain.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan Penguji

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari ada penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, Februari 2012 Yang Membuat Pernyataan

DEDE SUGANDA NPM. 0746021015


Dokumen yang terkait

Penerapan Tambahan Penghasilan Pegawai Dalam Meningkatkan Kinerja Dan Disiplin Pegawai Pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara

14 163 119

Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun

48 558 118

ABSTRAK PERAN MOTIVASI KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT (Studi Pada Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Pesawaran)

0 35 100

Pengaruh Disiplin Kerja dan Pengawasan Kerja terhadap Efektivitas Kerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Semarang

0 4 137

Pengaruh Disiplin Kerja, Motivasi dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Grobogan (Studi Empiris di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Grobogan)

0 6 8

PENDAHULUAN Pengaruh Disiplin Kerja, Motivasi Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Kepegawaian Daerah (Bkd) Kabupaten Grobogan(Studi Empiris Di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Grobogan).

0 4 9

PENGARUH IKLIM KERJA ORGANISASI TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA CIMAHI.

0 2 47

Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Brebes.

0 0 2

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN KOMITMEN TERHADAP DISIPLIN KERJA (STUDI PADA PEGAWAI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DIY).

0 1 13

PENGARUH DISIPLIN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI (Studi pada Badan Kepegawaian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta).

0 1 137