81
pneumonia pada balitanya dibandingkan dengan seseorang yang tidak membuka jendela setiap hari. Selain itu, menurut hasil di lapangan selama
penelitian wilayah kerja puskesmas Ngesrep merupakan wilayah yang padat penduduknya. Rumah responden kasus dan kontrol dalam penelitian ini
semuanya memiliki jendela yang memungkinkan untuk dibuka, karena walaupun rumah responden padat penduduk tetapi masih ada halaman yang
cukup untuk membuka jendela rumah mereka agar terjadi pertukaran udara, sedangkan responden yang tidak membuka jendela pun dikarenakan lupa atau
merasa panas jika jendela dibuka.
5.1.5 Hubungan antara perilaku membersihkan rumah dengan tingkat
kekambuhan pneumonia pada balita
Berdasarkan analisis bivariat perilaku membersihkan rumah dengan tingkat kekambuhan pneumonia pada balita dengan menggunakan Chi-Square
didapatkan hasil p-value sebesar 0,035 OR=5,333; 95 CI=1,008-28,209. Karena p-value 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara perilaku membersihkan rumah dengan tingkat kekambuhan pneumonia pada balita. Nilai Odd Ratio OR adalah 5,333 yang
berarti bahwa orang tua yang memiliki perilaku membersihkan rumah kurang baik memiliki resiko untuk mengalami kekambuhan pneumonia 5,3 kali lebih
besar daripada orang tua yang memiliki perilaku membersihkan rumah dengan baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian Mas Henny Dewi Sartika tahun 2012 yang menyatakan bahwa lantai yang berdebu merupakan salah satu bentuk
82
polusi udara dalam rumah. Debu dalam udara bila terhirup akan menempel pada saluran napas bagian bawah. Akumulasi tersebut akan menyebabkan
elastisitas paru menurun, sehingga menyebabkan anak balita sulit bernapas. Seseorang yang tidak memiliki kebiasaan membersihkan rumah kurang dari 2
kali sehari mempunyai resiko 23,327 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki kebiasaan membersihkan rumah lebih dari 2 kali
sehari. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Mas Henny 2012, pada penelitian ini jumlah responden yang mengalami kekambuhan pneumonia
yang kurang baik dalam membersihkan rumah lebih banyak dibandingkan jumlah responden yang tidak mengalami kekambuhan pneumonia.
Menurut teori Florence Nethingle bahwa kebersihan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kejadian pneumonia dan mempengaruhi
timbulnya pneumonia kembali pada balita. Responden yang memiliki perilaku kebersihan rumah yang kurang baik akan lebih mudah terkena kambuhnya
pneumonia pada balitanya karena rumah yang tidak bersih merupakan tempat yang baik untuk tumbuh dan menularnya bibit penyakit. Selain itu
membersihkan rumah seperti menyapu dan mengepel rumah setiap hari dapat mengurangi adanya debu dan kotoran didalam rumah.
Paparan debu didalam rumah berpengaruh terhadap kesehatan. Debu yang kita hirup setiap hari dalam jangka waktu yang cukup lama akan
membahayakan kesehatan manusia. Akibat menghirup debu yang langsung dapat dirasakan adalah rasa sesak dan keinginan untuk bersin atau batuk
dikarenakan adanya gangguan pada saluran pernapasan. Debu termasuk
83
substansi yang bersifat toksik dan dapat memberikan efek iritan pada saluran pernapasan. Untuk menghindari paparan debu didalam rumah orang tua harus
selalu membersihkan rumah secara teratur dan menghindari anak terpapar debu baik didalam maupun diluar rumah Eva Maretta Habeahan, 2009.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa terdapat perbedaan perilaku membersihkan rumah antara responden yang mengalami kekambuhan
pneumonia dan yang tidak mengalami kekambuhan pneumonia. Responden dengan kekambuhan pneumonia memiliki perilaku membersihkan rumah
dengan baik 18 orang 69,2 dan kurang baik sebanyak 8 orang 30,8. Sedangkan responden yang tidak kambuh memiliki perilaku membersihkan
rumah dengan baik sebanyak 24 orang 92,3 dan kurang baik sebanyak 2 orang 7,7. Pada responden kambuh memiliki perilaku kurang baik dalam
membersihkan rumah lebih banyak dibandingkan yang tidak kambuh.
5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian