Definisi dan klasifikasi oligosakarida Isolasi oligosakarida

2. Ubi jalar putih varietas Jago Jago merupakan hasil polinasi terbuka dari klon B0053 BIS 183 yang merupakan induk asli Indonesia dan salah satu klon yang disumbangkan oleh Bogor Research Institute for Food Crops BORIF pada bulan Juli 1990 Tjintokohadi et al., 2001. Ubi ini tidak memiliki umbi yang kembar pada satu tanaman, tidak memiliki alat kelamin, merupakan tipe tanaman kompak dengan panjang 75-150 cm dan memiliki daun yang secara umum berbentuk cuping. Tanamannya dapat beradaptasi terhadap berbagai keadaan tanah namun tipe tanah yang terbaik untuk tumbuh adalah tanah liat berpasir. Masa panen yang ideal adalah sekitar hari ke-120 setelah penanaman di dataran rendah dan hari ke-150 di dataran tinggi. Nama Jago juga diambil dari nama sebuah candi Hindu yang dibangun pada abad ke-13 selama periode pemerintahan Majapahit. Candi tersebut berlokasi di dekat Malang, Jawa Timur dan merupakan lokasi dari Indonesia Research Institute for Legumes and Root Crops RILET. RILET adalah rekan kerja CIP untuk penelitian dan pemilihan bibit ubi jalar di Indonesia. Ubi jenis ini memiliki rendemen tinggi dan sangat diterima oleh konsumen sebagai bahan pangan sehingga dapat dibuat tepung.

B. Oligosakarida

1. Definisi dan klasifikasi oligosakarida

Oligosakarida merupakan bagian dari polimer karbohidrat yang besar dan penting dimana terdapat dalam bentuk bebas atau berkelompok pada semua makhluk hidup. Definisi oligosakarida yang disetujui secara luas adalah sebuah karbohidrat yang terdiri dari 2-10 buah residu monosakarida dengan struktur kimia tertentu Pazur, 1970. Struktur oligosakarida terdiri dari beberapa residu monosakarida yang saling bergabung karena ikatan glikosidik dimana ikatan ini sangat mudah terhidrolisis oleh larutan asam. Klasifikasi oligosakarida dilakukan berdasarkan tipe gugus fungsional, jumlah monomer monosakarida dan tipe residu monomer di dalam komponen Pazur, 1970. Klasifikasi berdasarkan gugus fungsional adalah penghitungan gugus aglikon dari ikatan glikosida hasil hidrolisis oligosakarida sebagai residu karbohidrat. Monomer-monomer monosakarida bergabung dengan cara saling berikatannya gugus hemiasetal monomer pertama dengan gugus hidroksil dari monomer kedua dan dilanjutkan dengan monomer-monomer berikutnya sehingga membentuk jembatan oksigen. Ikatan inilah yang disebut dengan ikatan glikosida. Jenis klasifikasi oligosakarida yang biasa digunakan adalah klasifikasi berdasarkan jumlah monomer monosakarida penyusun komponen tersebut. Disakarida adalah oligosakarida yang terdiri dari dua buah monosakarida, trisakarida terdiri dari tiga buah, tetrasakarida terdiri dari empat buah dan seterusnya. Oligosakarida yang dikenal umumnya terdiri dari rantai 2-10 monomer monosakarida Pazur, 1970. Oligosakarida juga terdiri dari dua jenis, yaitu homo-oligosakarida dan hetero-oligosakarida. Homo- oligosakarida adalah tipe oligosakarida yang tersusun dari hanya satu jenis monosakarida sedangkan hetero-oligosakarida terdiri dari dua atau lebih jenis monosakarida. Oligosakarida sangat mudah larut di dalam air dan pelarut polar lainnya Pazur, 1970.

2. Isolasi oligosakarida

Isolasi oligosakarida dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu berdasarkan tingkat kemurniannya di dalam larutan atau media tertentu menggunakan prinsip presipitasi dan ekstraksi, pemisahan kromatografi serta konsentrasi dan kristalisasi Pazur, 1970. Namun, metode yang paling dasar dan masih relevan untuk berbagai jenis oligosakarida sampai saat ini adalah kromatografi. Beberapa metode kromatografi yang dapat digunakan untuk isolasi adalah kromatografi kolom, filtrasi gel, lapis tipis dan kertas. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah kromatografi kertas dan HPLC untuk mengkonfirmasi hasil kromatografi kertas. Kromatografi kertas merupakan satu-satunya cara yang tersedia sampai saat ini untuk mendapatkan komponen-komponen oligosakarida dalam bentuk murni Pazur, 1970. Prinsip kerjanya hampir sama dengan kromatografi kolom, yaitu berdasarkan perbedaan koefisien partisi Rf berbagai macam jenis oligosakarida di dalam berbagai macam jenis pelarut. Horowitz 1980 menyatakan bahwa nilai Rf sebuah komponen didefinisikan sebagai rasio jarak yang ditempuh oleh komponen dengan jarak yang ditempuh fase pelarut. Ada dua macam fase di dalam teknik ini, yaitu fase stasioner atau diam dan fase bergerak. Komponen yang akan dikromatografi harus didistribusikan diantara kedua fase tersebut, Fase yang kaya air umumnya akan tetap diam sedangkan fase yang kaya pelarut organik akan bergerak dan membawa komponen yang dipisahkan tersebut. Sampel ditaruh pada garis dasar yang digambar di salah satu sisi kertas kromatografi bentuk sampel dapat berupa lingkaran kecil atau garis panjang dan pelarut organik akan memisahkan komponen-komponen oligosakarida di dalam sampel tersebut berdasarkan prinsip kapilaritas. Chamber kromatografi harus ditutup untuk mempertahankan suhu ruangan yang stabil. Arah gerak pelarut yang sering digunakan adalah ke arah atas atau menurun. Komponen-komponen dengan nilai koefisien partisi hampir sama akan sulit terpisah sedangkan komponen- komponen yang memiliki selisih nilai koefisien partisi besar akan lebih mudah dipisahkan. Nilai Rf gula akan meningkat seiring dengan meningkatnya kandungan air di fase bergerak Horowitz, 1980. Hal ini dikarenakan gula sangat mudah terhidrasi di dalam larutan aqueous. Horowitz 1980 juga menyatakan bahwa nilai Rf sangat dipengaruhi oleh konfigurasi gugus hidroksil gula. Nilai Rf berhubungan dengan interaksi antara gugus hidroksil dari gula melalui ikatan hidrogennya dengan air sebagai fase diam. Jumlah gugus hidroksil ekuatorial yang semakin tinggi akan menghasilkan nilai Rf gula yang semakin kecil. Hal ini dikarenakan rendahnya kelarutan gula di dalam pelarut organik sebagai fase bergerak. Dua jenis kombinasi sistem pelarut yang dapat digunakan untuk mengisolasi oligosakarida dengan kromatografi kertas adalah: 1 butil alkohol – piridin – benzena – air 5:3:1:3; dan 2 propil alkohol - etil asetat - air 7:1:2 Horowitz, 1980.

C. Prebiotik