Ratu Cilacap Prigi Tello
117
20 °
20 °
15 °
15 °
10 °
10 °
5° 5°
0° 0°
5° 5°
10° 10
° 15
° 15
° 20
° 20
°
90 ° 90 °
95 ° 95 °
10 0 ° 10 0 °
10 5 ° 10 5 °
11 0 ° 11 0 °
11 5 ° 11 5 °
12 0 ° 12 0 °
12 5 ° 12 5 °
13 0 ° 13 0 °
13 5 ° 13 5 °
14 0 ° 14 0 °
N E
W S
Gambar 13 Jumlah perahukapal perikanan laut menurut daerah perairan pantai dan provinsi di WPP 9 Samudera Hindia tahun 2004 Sumber : Ditjen Perikanan Tangkap, 2006.
B A
Jml U
9 B
83 A
Jml U
B 10
A Jml
U B
A Jml
U
B A
Jml U
1.166 B
919 A
Jml U
5 B
6 A
Jml U
24 B
48 A
Jml U
B 2
A Jml
U B
3 A
Jml U
107 B
157 A
Jml U
B 9
A Jml
U B
3 A
Jml U
B A
Jml U
Keterangan : U : Ukuran kapal
A : 30 – 100 GT : 1.240 UNIT B : 100 GT : 1.311 UNIT
TOTAL : 2.551 UNIT
117
Sabang Sibolga
Bungus Jakarta
P. Ratu Cilacap Prigi P.Tello
P.Baai
Benoa Kupang
118
20 °
20 °
15 °
15 °
10 °
10 °
5° 5°
0° 0°
5° 5°
10° 10
° 15
° 15
° 20
° 20
°
90 ° 90 °
95 ° 95 °
10 0 ° 10 0 °
10 5 ° 10 5 °
11 0 ° 11 0 °
11 5 ° 11 5 °
12 0 ° 12 0 °
12 5 ° 12 5 °
13 0 ° 13 0 °
13 5 ° 13 5 °
14 0 ° 14 0 °
N E
W S
Gambar 14 Jumlah pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan yang berada di WPP 9 Samudera Hindia tahun 2004 Sumber : Ditjen. Perikanan Tangkap, 2006.
B A
24 D
1 C
Jml P
1 B
A
2 D
1 C
Jml P
B 1
A
19 D
C Jml
P B
A
12 D
C Jml
P B
A
10 D
C Jml
P
B A
13 D
C Jml
P B
1 A
D C
Jml P
1 B
A
22 D
C Jml
P B
1 A
21 D
C Jml
P B
A
19 D
C Jml
P 1
B A
23 D
C Jml
P B
A
11 D
C Jml
P B
A
21 D
C Jml
P B
A
10 D
1 C
Jml P
Keterangan : P : Jenis Pelabuhan
A : PPS : 3 B : PPN : 3 C : PPP : 3 D : PPI : 207
TOTAL : 216 PP PP DIDARATI
KAPAL 30 GT : 11 PP
118
Sibolga Bungus
Jakarta P. Ratu Cilacap
Prigi Sabang
P.Tello P.Baai
Benoa Kupang
119
3 Pergerakan kapal dari PPN Palabuhanratu
Adapun hubungan PPN Palabuhanratu dengan fishing ground dijelaskan sebagai berikut Gambar 15:
Gambar 15 Pergerakan kapal perikanan dari PPN Palabuhanratu dan fishing ground.
Keterangan gambar: Kapal menuju fishing ground
Kapal menjual ikan = Kapal berasal dari PPN Palabuhanratu berangkat ke fishing ground
WPP 9 , mendaratkan ikan di PPN Palabuhanratu. = Kapal berasal dari PPN Palabuhanratu berangkat ke fishing ground,
mendaratkan ikan di tempat lain. = Kapal berasal dari PPN Palabuhanratu berangkat ke fishing ground,
menjual ikan di tengah laut mendarat di PPN Palabuhanratu. = Kapal berasal dari PPN Palabuhanratu berangkat ke fishing ground,
mendaratkan atau menjual ikan di pelabuhan perikanan atau PPI asal kapal atau pelabuhan perikanan lainnya atau di tengah laut.
= Kapal berasal dari tempat lain ke fishing ground, mendaratkan atau menjual ikan di PPN Palabuhanratu.
PPN Palabuhanratu
Cilacap, Jakarta, Binuangeun, P.Baai,
Ujung Genteng, Lempasing
Fishing ground di WPP 9 Samudera Hindia
1 4
2
3 5
1 2
3 4
5
120
1 Kapal berasal dari PPN Palabuhanratu berangkat ke fishing ground,
kemudian mendaratkan ikan di PPN Palabuhanratu.
Kapal-kapal jenis motor tempel berukuran 5 GT dengan alat tangkap bagan, payang, pancing ulur, jaring rampus, jaring klitik, dan jaring dogol
yang berjumlah 266 unit tahun 2004 melakukan operasi penangkapan ikan harian one day fishing hanya di sekitar perairan pantai SukabumiTeluk
Palabuhanratu dengan lama tempuh dari PPN Palabuhanratu ke daerah penangkapan ikan antara 1 – 2 jam. Musim penangkapan ikan untuk alat-alat
tersebut tergantung kepada banyaknya keberadaan ikan di laut, dan kondisi gelombang, ombak dan angin. Walaupun musim barat, ternyata kapal-kapal
ukuran kecil ini banyak juga melakukan operasi penangkapan ikan, mungkin mereka sudah terbiasa dengan kondisi musim barat.
Jumlah nelayan per unit penangkapan ikan antara 1–3 orang. Mereka melaut membawa es setengah balok yang dimasukkan ke dalam box
styrofoam. BBM yang digunakan adalah bensin dan minyak tanah yang mudah diperoleh di pelabuhan. Jenis ikan yang didaratkan berupa ikan layur,
kakap merah, kerapu, baronang, kuwe, udang, lobster, cumi-cumi, teri, selayang dan kembung. Karena operasi penangkapannya one day fishing,
maka ikan yang didaratkan masih segar dan disukai oleh sea food restaurant. Produksi ikan yang didaratkan oleh perahu motor tempel ini pada tahun 2004
sebanyak 1.377.854 kg atau 40,92 dari jumlah produksinya sebesar 3.367.517 kg, Pasarnya cukup bagus dan banyak penampungnya di PPN
Palabuhanratu, maka mereka tidak pernah menjual hasil tangkapannya ke tempat pendaratan ikan lain atau menjualnya di tengah laut. Selain alasan itu,
umumnya nelayan kecil ini sudah terikat kepada pemodaltengkulakrentenir dalam menjual hasil tangkapan ikannya. Dengan terikatnya nelayan kepada
tengkulak, maka sistem pelelangan ikan tidak berfungsi sehingga gedung pelelangan ikan tidak berfungsi optimal. Akibat keterikatan nelayan kepada
tengkulak, maka nelayan tidak memperoleh harga jual ikan yang normal. Sampai saat ini belum ada satu lembaga atau aturan pun yang dapat membantu
melepaskan keterikatan nelayan terhadap tengkulak, walaupun sudah ada
121 upaya pemerintah memberikan jaminan kredit kepada nelayan melalui
perbankan.
2 Kapal-kapal yang berasal dari PPN Palabuhanratu berangkat ke
fishing ground, kemudian mendaratkan ikan di pelabuhan perikanan lain
Kapal motor berukuran 5-10 GT dengan alat tangkap purse seine, gill net dan rawai melakukan operasi penangkapan ikan dengan lama operasi
sekitar seminggu di Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng, Cidaun, dan Ujung Kulon. Waktu tempuh ke daerah penangkapan ikan sekitar 3–5 jam. Jumlah
ABK sebanyak 4–10 orang. Sewaktu ke laut mereka mengisi BBM solar sekitar 600 liter, air bersih sebanyak 100 liter, dan es sebanyak 20 balok.
Semua kebutuhan melaut mereka peroleh di pelabuhan. Frekuensi keluar kapal motor berukuran 5-10 GT pada tahun 2004 tercatat untuk unit
penangkapan purse seine sebanyak 1119 kali atau rata-rata sebulan sebanyak 93 kali, unit alat tangkap gillnet sebanyak 483 kali atau rata-rata sebulan
sebanyak 40 kali dan unit alat tangkap pancingrawai sebanyak 1017 setahun atau rata-rata sebulan sebanyak 85 kali. Frekuensi kapal masuk untuk kapal
ukuran 5-10 GT pada tahun 2004 sebanyak 187 kali untuk jenis unit alat tangkap purse seine atau rata-rata 16 kali sebulan, sedikitnya unit alat tangkap
purse seine masuk kembali ke Palabuhanratu disebabkan antara lain banyaknya kapal purse seine mendarat di tempat lain misalnya di Sibolga
karena kapal purse seine melakukan penangkapan ikan pada fishing ground yang dekat dengan Sibolga.
Unit alat
tangkap gillnet sebanyak 1603 kali atau 134 kali sebulan dan
unit alat tangkap pancingrawai sebanyak 355 kali setahun atau atau rata-rata 30 kali sebulan. Setelah mereka memperoleh hasil tangkapan berupa ikan
tuna, cakalang, tongkol, layur dan jenis ikan pelagis lainnya, maka sebagian didaratkan di PPN Palabuhanratu dan ada sebagian menjualmendaratkan
hasil tangkapan ikan ke tempat pendaratan lain seperti di daerah Binuangeun atau ke Ujung Genteng. Umumnya kapal dari Palabuhanratu yang
mendaratkan hasil tangkapan ke daerah lain dengan alasan harga dan layanan di TPI di luar Palabuhanratu lebih baik.
122 Kapal motor ukuran 10-30 GT dengan alat tangkap gillnet, rawai dan purse
seine mengisi perbekalan melaut berupa solar, es, air bersih dan makanan di PPN Palabuhanratu. Setelah melakukan operasi penangkapan ikan selama
7–14 hari, hasil tangkapannya didaratkan di PPI Binuangeun Banten atau PPI Pulau Baai Bengkulu atau PPI Lempasing Lampung. Jumlah kapal
ukuran 10–30 GT yang melakukan kegiatan seperti ini berjumlah 5 unit kapal. Kegiatannya tidak berlangsung lama, hanya sewaktu-waktu saja tergantung
pada harga ikan. Apabila harga ikan lebih baik di luar PPN Palabuhanratu, maka kapal-kapal tersebut akan mendaratkan hasil tangkapannya ke
pelabuhan di luar PPN Palabuhanratu.
3 Kapal-kapal yang berasal dari PPN Palabuhanratu berangkat ke
fishing ground, kemudian mendaratkanmenjual ikan di tengah laut.
Menurut informasi dari beberapa orang nelayan bahwa kapal-kapal ukuran 10-30 GT dijalankan oleh ABK yang ditunjuk oleh pemilik kapal
juragan, dari PPN Palabuhanratu kapal tersebut berangkat ke fishing ground, hasil tangkapannya dijual kepada kapal-kapal lain di tengah laut tanpa
sepengetahuan pemilik kapal. Jumlah kapal seperti ini sedikit sekali 5 unit kapal. Kegiatan ini terjadi karena ABK yang menjalankan kapal tersebut
ingin mendapatkan penghasilan lebih, akibatnya pemilik kapal sangat dirugikan.
Kapal motor berukuran 10-30 GT dengan alat tangkap gillnet dan rawai dengan lama operasi sampai 3 minggu mempunyai daerah pangkapan ikan di
perairan Lampung, Bengkulu, Jawa Barat Bagian Selatan dan Jawa Tengah bagian Selatan. Waktu tempuh ke daerah penangkapan ikan antara 2-4 hari.
Jumlah ABK sebanyak 5-6 orang. Semua kebutuhan BBM, air bersih dan es diperoleh di PPN Palabuhanratu. Sebagian kapal jenis ini setelah melakukan
operasi penangkapan akan mendaratkan hasil tangkapannya berupa ikan tuna, cakalang, tongkol, tenggiri, layur, cucut dan jenis ikan pelagis lainnya di PPI
lain seperti di Lampung dan Bengkulu, atau ke Binuangeun. Sebagian lagi mendaratkan hasil tangkapan ikannya ke PPN Palabuhanratu.
Mutu ikan yang didaratkan umumnya sudah menurun, dikarenakan tidak sempurnanya palkah kapal dan buruknya penanganan ikan pasca
123 penangkapan. Frekuensi kapal keluar pada tahun 2004 untuk ukuran kapal 10-
30 GT dengan alat tangkap gillnet sebanyak 147 kali dan rawai sebanyak 9 kali. Frekuensi kapal masuk pada tahun 2004 untuk ukuran 10-30 GT
sebanyak 200 kali, rawai sebanyak 54 kali.
4 Kapal-kapal yang berasal dari PPN Palabuhanratu berangkat ke
fishing ground, kemudian mendaratkanmenjual ikan di PPN Palabuhanratu atau pelabuhan perikananpangkalan pendaratan
ikan lainnya atau di tengah laut.
Kapal berukuran 30-150 GT dengan alat tangkap gillnet, rawai dan long line dengan lama operasi 2 sampai 3 bulan melakukan penangkapan ikan ke
Perairan Pantai Selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, Bengkulu, Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Waktu tempuh ke daerah penangkapan
ikan selama 4-5 hari. Frekuensi kapal masuk selama tahun 2004 rata-rata 27 kali per bulan Lampiran 5 dan keluar sebanyak 24 kali per bulan Lampiran
6. Semua kapal jenis ini sudah memiliki kelompok tangkapan, yakni mereka sudah memiliki kapal khusus untuk mengumpulkan hasil tangkapan ikan.
Kapal-kapal tangkapan akan berkomunikasi melalui radio SSB dengan kapal pengumpul setelah hasil tangkapannya diperoleh, kemudian kapal pengumpul
membawanya ke PPN Palabuhanratu. Semua hasil tangkapan yang dikumpulkan tersebut sudah didata oleh kapal pengumpul untuk disampaikan
kepada petugas produksistatistik di PPN Palabuhanratu terutama dalam pengisian log book. Terdapat juga sebagian kecil atau sekitar 10 kapal jenis
ini setelah menangkap ikan, hasil tangkapannya dibawa ke pelabuhan lain seperti ke PPS Nizam Zachman atau ke PPS Cilacap.
5 Kapal berasal dari tempat lain ke fishing ground mendaratkan atau
menjual ikan ke PPN Palabuhanratu
Selama ini banyak kapal andon dari luar Palabuhanratu setelah melakukan penangkapan ikan di tengah laut kemudian kapal tersebut
mendaratkan atau menjual ikan ke PPN Palabuhanratu. Ukuran kapal yang melakukan operasi penangkapan ikan di tengah laut adalah 10 GT. Akhir-
akhir ini banyak sekali kapal-kapal melakukan kerja sama dalam satu kelompok untuk meningkatkan pendapatan kelompok usaha penangkapan
124 tersebut, sebagai contoh setiap 10 kapal longline yang sedang melakukan
operasi penangkapan di tengah laut, hasilnya langsung dikumpulkan dalam satu kapal angkut untuk didaratkan atau dijual di PPN Palabuhanratu.
Dari uraian di atas, maka sistem pendaratan ikan dari kapal-kapal yang berasal dari PPN Palabuhanratu beragam, tidak semua data hasil tangkapan kapal-
kapal PPN Palabuhanratu tercatat, hal ini berkaitan dengan semakin luasnya wilayah foreland dan kapal-kapal dari PPN Palabuhanratu memiliki daerah
penangkapan yang semakin jauh ke laut bebas. Kondisi tersebut sesuai dengan pernyataan Lubis 2002, yang menyatakan bahwa hubungan pelabuhan perikanan
dengan foreland ditandai dengan aktivitas kapal yang melalukan operasi penangkapan di daerah fishing ground kemudian setelah memperoleh hasil maka
kapal-kapal tersebut bisa saja kembali ke pangkalan atau mendarat ke tempat pendaratan lainnya.
Dari kelima pergerakan kapal perikanan dari PPN Palabuhanratu ke fishing ground, maka yang paling banyak terjadi saat ini adalah bentuk pergerakan kapal
pertama, yakni kapal dari PPN Palabuhanratu ke fishing ground kemudian mendaratkan hasilnya di PPN Palabuhanratu yang diperkirakan pada tahun 2005
sebanyak 608 unit kapal atau 90, sisanya sebanyak 10 atau 68 unit kapal bergerak dari PPN Palabuhanratu ke fishing ground kemudian mendaratkan ikan
di tempat lain atau menjualkan ikan atau transhipment di tengah laut. Selanjutnya dari pergerakan kapal tersebut diatas, ada beberapa hal yang kemungkinan dapat
menimbulkan masalah yakni : 1
Apabila kapal berasal dari PPN Palabuhanratu, berangkat ke fishing ground mendaratkan ikan di tempat lain menyebabkan terganggunya operasional
pelabuhan, karena produksinya tidak tercatat di Palabuhanratu dan mengurangi pendapatan pelabuhan dan pendapatan masyarakat pemasar ikan.
Kondisi tersebut terjadi karena adanya selisih harga antara PPN Palabuhanratu yang lebih rendah dibandingkan dengan harga ikan di tempat
lain, atau kondisi keamanan, ketertiban di tempat lain jauh lebih kondusif dibandingkan dengan di PPN Palabuhanratu. Untuk mencegah hal tersebut
125 tidak terjadi, maka PPN Palabuhanratu selain mempersiapkan fasilitas juga
melakukan pelayanan prima terhadap aktivitas-aktivitas perikanan. 2
Apabila kapal berasal dari PPN Palabuhanratu, berangkat ke fishing ground, menjual ikan di tengah laut, kemudian mendaratkan kapalnya di PPN
Palabuhanratu, juga akan mempengaruhi operasional pelabuhan. Kondisi tersebut dapat dicegah dengan meningkatkan pengawasan oleh aparat
pengawas. Kondisi yang diharapkan adalah kapal-kapal yang berasal dari PPN
Palabuhanratu, berangkat ke fishing ground mendaratkan ikan di PPN Palabuhanratu atau kapal-kapal yang berasal dari tempat lain ke fishing ground,
mendaratkan atau menjual ikannya di PPN Palabuhanratu.
4 Lokasi PPN Palabuhanratu sebagai sektor basis
Berdasarkan data PDRB sub sektor perikanan Kabupaten Sukabumi atas dasar harga berlaku rata-rata setiap tahun selama tahun 2000-2004 adalah sebesar
Rp 136.699,94 juta Lampiran 7, PDRB seluruh sektor dalam Kabupaten Sukabumi atas dasar harga berlaku rata-rata setiap tahun selama tahun 2000–2004
sebesar Rp 7.366.411,51 juta Lampiran 8, PDRB sub sektor perikanan Provinsi Jawa Barat atas dasar harga berlaku rata-rata selama tahun 2000-2004 sebesar Rp
2.540.043,03 juta Lampiran 9 dan PDRB seluruh sektor Provinsi Jawa Barat atas dasar harga berlaku rata-rata setiap tahun selama tahun 2000-2004 sebesar Rp
231.985.884,60 juta Lampiran 10, maka diperoleh nilai LQ sebagai berikut :
60 ,
884 .
985 .
231 03
, 043
. 540
. 2
51 ,
411 .
366 .
7 44
, 699
. 136
= LQ
=1,69
LQ = 1,69 LQ1, artinya bahwa sub sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi adalah
sektor basis. Sukabumi sebagai sektor basis akan menghasilkan produk yang dapat di ekspor berupa ikan. Sektor basis ini apabila berkembang akan
mempengaruhi sektor non basis seperti kegiatan pelayanan jasa tenaga kerja dan sebagainya. Sehingga arah pengembangan PPN Palabuhanratu dalam kaitannya
126 sebagai lokasi sektor basis adalah bahwa PPN Palabuhanratu sebagai sentra
produksi ikan terutama ikan komoditas untuk ekspor seperti tuna.
5 Indeks relatif nilai produksi I
Kualitas pemasaran ikan dari ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 ditentukan dengan menggunakan
Indeks Relatif Nilai Produksi I. Berdasarkan produksi ikan dan nilai produksi ikan di PPN Palabuhanratu
tahun 2000 sebesar 3.515.151 kg dan Rp 3.857.799.500 Lampiran 11 dan produksi ikan dan nilai produksi ikan laut di Kabupaten Sukabumi periode tahun
2000 sebesar 4.353.000 kg dan Rp 21.791.572.500 Lampiran 12, maka diperoleh nilai indeks relatif nilai produksi I sebagai berikut:
000 .
353 .
4 000
. 515
. 3
500 .
572 .
791 .
21 500
. 799
. 857
. 3
= I
= 0,22
Berdasarkan produksi ikan dan nilai produksi ikan di PPN Palabuhanratu tahun 2001 sebesar 3.504.450 kg dan Rp 4.793.207.839 Lampiran 11 dan
produksi ikan dan nilai produksi ikan laut di Kabupaten Sukabumi periode tahun 2001 sebesar 4.825.000 kg dan Rp 23.951.778.000 Lampiran 12, maka diperoleh
nilai indeks relatif nilai produksi I sebagai berikut:
000 .
825 .
4 450
. 504
. 3
000 .
778 .
951 .
23 839
. 207
. 793
. 4
= I
= 0,28
Berdasarkan produksi ikan dan nilai produksi ikan di PPN Palabuhanratu tahun 2002 sebesar 3.875.468 kg dan Rp 15.335.105.315 Lampiran 11 dan
produksi ikan dan nilai produksi ikan laut di Kabupaten Sukabumi periode tahun 2002 sebesar 6.286.270 kg dan Rp 31.902.950.000 Lampiran 12, maka diperoleh
nilai indeks relatif nilai produksi I sebagai berikut:
270 .
286 .
6 468
. 875
. 3
000 .
950 .
902 .
31 315
. 105
. 335
. 15
= I
= 0,78
127 Berdasarkan produksi ikan dan nilai produksi ikan di PPN Palabuhanratu
tahun 2003 sebesar 4.625.763 kg dan Rp 18.154.560.568 Lampiran 11 dan produksi ikan dan nilai produksi ikan laut di Kabupaten Sukabumi periode tahun
2003 sebesar 7.069.860 kg dan Rp 35.643.248.000 Lampiran 12, maka diperoleh nilai indeks relatif nilai produksi I sebagai berikut:
860 .
069 .
7 763
. 625
. 4
000 .
248 .
643 .
35 568
. 560
. 154
. 18
= I
= 0,78
Berdasarkan produksi ikan dan nilai produksi ikan di PPN Palabuhanratu tahun 2004 sebesar 6.404.179 kg dan Rp 31.566.769.254 Lampiran 11 dan
produksi ikan dan nilai produksi ikan laut di Kabupaten Sukabumi periode tahun 2004 sebesar 9.120.320 ton dan Rp 45.601.600.000 Lampiran 12, maka
diperoleh nilai indeks relatif nilai produksi I sebagai berikut:
320 .
120 .
9 179
. 404
. 6
000 .
600 .
601 .
45 254
. 769
. 566
. 31
= I
= 0,99
Berdasarkan produksi ikan dan nilai rata-rata produksi ikan di PPN Palabuhanratu periode tahun 2000–2004 sebesar 4.385 ton dan Rp 14.741.488.500
Lampiran 11 dan produksi ikan dan nilai produksi ikan laut rata-rata di Kabupaten Sukabumi periode tahun 2000 – 2004 sebesar 6.330,89 ton Lampiran
12 dan produksi I rata-rata sebagai berikut:
89 ,
330 .
6 00
, 385
. 4
700 .
229 .
778 .
31 500
. 488
. 741
. 14
= I
= 0,67
Jika dilihat indeks relatif nilai produksi I PPN Palabuhanratu I selama periode tahun 2000-2004, maka diperoleh perkembangan indeks relatif nilai
produksinya seperti pada Tabel 27.
128 Tabel 27 Nilai indeks relatif nilai produksi I PPN Palabuhanratu periode tahun
2000-2004
Tahun Indeks relatif
nilai produksi I
Keterangan
2000 0,22 Kualitas pemasaran PPNP lebih rendah dari
Sukabumi 2001 0,28
Kualitas pemasaran PPNP lebih rendah dari Sukabumi
2002 0,78 Kualitas pemasaran PPNP lebih rendah dari
Sukabumi 2003 0,78
Kualitas pemasaran PPNP lebih rendah dari Sukabumi
2004 0,99 Kualitas pemasaran PPNP lebih rendah dari
Sukabumi Rata-rata 0,67
Kualitas pemasaran PPNP lebih rendah dari Sukabumi
Berdasarkan Tabel 27, terlihat bahwa indeks relatif nilai produksi dari tahun ke tahun terjadi peningkatan bahkan pada tahun 2004 nilainya hampir mendekati
angka 1, artinya bahwa kualitas pemasaran ikan di PPN Palabuhanratu selalu mengalami perbaikan kualitas setiap tahun. Sehingga berdasarkan indeks relatif
nilai produksi tersebut, maka arah pengembangan PPN Palabuhanratu adalah melakukan upaya agar mutu produk ikan dapat dipertahankan mulai dari
penangkapan ikan di laut, penanganan ikan di atas kapal sampai ke pelabuhan dan persiapan distribusinya. Kemudian mekanisme pemasaran ikan melalui mekanime
pelelangan ikan agar dibenahi terutama tentang manajemen pengelolaan pelelangan ikan dan bakul. Dengan cara mempertahankan mutu dan pelaksanaan
penjualan ikan melalui mekanisme pelelangan ikan maka harga atau nilai ikan akan semakin besar dan pada akhirnya akan menaikkan pendapatan nelayan.
6 Kapasitas kolam pelabuhan
PPN Palabuhanratu saat ini memiliki 2 kolam. Fungsi kolam PPN Palabuhanratu saat ini selain untuk tempat berlabuh, juga sebagai tempat istirahat
dan seringkali juga untuk tempat perbaikan ringan kapal. Kondisi kolam sangat tenang karena kolam terlindung oleh dermaga dan breakwater. Tinggi maksimum
gelombang di kolam sekitar 50 cm terjadi pada saat musim barat. Kolam juga
129 relatif aman terhadap pengaruh sedimentasi karena kuantitas sedimen yang masuk
ke kolam relatif sedikit. Tabel 28 Kondisi kolam PPN Palabuhanratu tahun 2007
Kolam Luas ha
Kedalaman m
Kapasitas unit
Jlh kapal unit di kolam bln
Maret 2007 Keterangan
I II
3 2
1,2, dan 3 4
125 40
334 24
Penuh Lebih dari
setengah kolam digunakan
Sumber: Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2006.
Kolam I memiliki luas 3 ha dengan kedalaman 1,5 m, 2 m dan 3 m. Kolam I dipenuhi oleh kapal-kapal berukuran 30 GT. Pada saat musim barat yang terjadi
pada bulan Maret 2007, di kolam I terdapat 334 unit kapal terdiri dari 215 unit kapal ukuran 5 GT dan 119 unit kapal ukuran 5-30 GT dan di kolam II
sebanyak 24 unit kapal ukuran kapal 30-150 GT. Kondisi kolam II cukup tenang dengan luas kolam 2 ha dan kedalaman kolam 4 m, berkapasitas 40 kapal yang
berukuran 30 – 150 GT. Penuhnya kolam disebabkan oleh banyaknya kapal yang tidak melaut akibat biaya operasional semakin tinggi dan kurang lamanya musim
ikan atau kondisi kapal sedang docking atau rusak atau sedang diservis atau sedang musim barat. Sehingga arah pengembangan kolam sebaiknya diperluas
Tabel 29 Kondisi jumlah kapal di kolam tahun 2005 Jenis kapal
Rata-rata keluar
kalihari Rata-rata
masuk kalihari
Jumlah kapal di kolam yang sedang docking
rusak servisunit tahun 2005
Perahu motor tempel
KM 10-20 GT KM 20-30 GT
KM 30-150 GT Jumlah
60,1 19,7
1,1 0,3
81,2 60,3
19,8 1,1
0,3 81,5
368 132
27 67
594
Sumber: Diolah dari data statistik PPN Palabuhanratu tahun 2005.
130
7 Persaingan PPN Palabuhanratu dibandingkan dengan 6 unit pelabuhan perikanan yang ada di WPP 9 Samudera Hindia
Berdasarkan metode skalogram, maka diperoleh nilai indeks hierarki I
i
berdasarkan fasilitas, pendidikan sumberdaya manusia, jenis ikan, jenis alat tangkap dan jenis kapal dari 6 unit pelabuhan perikanan di WPP 9 Samudera
Hindia seperti pada Tabel 30, 31, 32, 33 dan 34. Tabel 30 Nilai indeks hierarki PPN Palabuhanratu terhadap 5 unit pelabuhan
perikanan lainnya di WPP 9 Samudera Hindia berdasarkan fasilitas tahun 2005.
Pelabuhan Perikanan PP Jumlah Jenis
Fasilitas Index A
Index B
PPS Jakarta 58
93,1 12,723
PPN Palabuhanratu - Jabar 54
88,9 11,897
PPS Bungus- Sumbar 47
77,1 10,376
PPS Cilacap - Jateng 47
63,3 10,100
PPN Prigi - Jatim 39
53,9 8,472
PPN Sibolga - Sumut 32
43,7 6,890
Keterangan : Index A = bobot kelangkaan.
Index B = bobot fasilitas.
Berdasarkan Tabel 30 bahwa nilai indeks hierarki untuk persaingan pelabuhan berdasarkan fasilitas ternyata PPS Jakarta lebih unggul dibandingkan
pelabuhan perikanan lainnya baik dari segi jumlah jenis fasilitas dengan nilai 58 maupun dari segi kelangkaan dengan nilai 93,1 dan dari segi bobot fasilitas
dengan nilai 12,7. Hasil perhitungan persaingan pelabuhan berdasarkan fasilitas seperti pada Lampiran 16.
Hasil persaingan pendidikan sumberdaya manusia berdasarkan strata pelabuhan seperti pada Tabel 31. Berdasarkan sumberdaya manusia pengelola
pelabuhan bahwa PPN Palabuhanratu lebih unggul dibandingkan dengan 5 unit pelabuhan perikanan lainnya baik dari segi jumlah jenis pendidikan SDM
pengelola pelabuhan dengan nilai 7, bobot kelangkaan dengan nilai 10,2 dan bobot SDM pengelola pelabuhan dengan nilai 2,4. Hasil perhitungan persaingan
pelabuhan berdasarkan jumlah jenis pendidikan SDM pengelola pelabuhan seperti pada Lampiran 17.
131 Tabel 31 Nilai indeks hierarki PPN Palabuhanratu terhadap 6 unit pelabuhan
perikanan lainnya di WPP 9 Samudera Hindia berdasarkan pendidikan starata sumberdaya pengelola pelabuhan tahun 2005
Pelabuhan Perikanan Jumlah Jenis
Pendidikan SDM Index A
Index B
PPN Palabuhanratu - Jabar 7
10,4 2,4
PPS Jakarta 6
7,4 2,1
PPS Cilacap - Jateng 6
7,4 2,1
PPS Bungus- Sumbar 5
5,9 1,8
PPN Prigi - Jatim 5
5,9 1,6
PPN Sibolga - Sumut 4
6,2 1,4
Keterangan : Index A = bobot kelangkaan.
Index B = bobot jenis pendidikan SDM.
Berdasarkan jenis ikan ekonomis penting yang didaratkan di pelabuhan Tabel 32, bahwa PPN Palabuhanratu lebih unggul dibandingkan dengan 5 unit
pelabuhan perikanan lainnya baik dari segi jumlah jenis ikan yang didaratkan dengan nilai 34, bobot kelangkaan dengan nilai 94,4 dan bobot jenis ikan dengan
nilai 7,3. Hasil perhitungan persaingan pelabuhan berdasarkan jenis ikan ekonomis penting seperti pada Lampiran 18.
Tabel 32 Nilai indeks hierarki PPN Palabuhanratu terhadap 6 unit pelabuhan perikanan lainnya di WPP 9 Samudera Hindia berdasarkan jenis ikan
ekonomis penting tahun 2005
Pelabuhan Perikanan PP Jumlah Jenis ikan
Index A Index B
PPN Palabuhanratu - Jabar 34
94,4 7,3
PPS Cilacap – Jateng 28
73,4 6,1
PPN Prigi – Jatim 18
33,9 3,9
PPS Jakarta 15
22,9 3,3
PPN Sibolga – Sumut 9
13,4 2,0
PPS Bungus- Sumbar 6
14 1,3
Keterangan : Index A = bobot kelangkaan.
Index B = bobot jenis ikan.
132 Tabel 33 Nilai indeks hierarki PPN Palabuhanratu terhadap 6 unit pelabuhan
perikanan lainnya di WPP 9 Samudera Hindia berdasarkan jenis alat penangkapan ikan tahun 2005
Pelabuhan Perikanan PP Jumlah jenis alat
penangkapan ikan Index A
Index B
PPN Palabuhanratu - Jabar 11
32,6 2,760
PPS Jakarta 7
24,6 1,943
PPN Prigi - Jatim 7
19,4 1,864
PPN Sibolga - Sumut 5
10,4 1,226
PPS Bungus- Sumbar 3
3,6 0,706
PPS Cilacap - Jateng 3
5,4 0,723
Keterangan : Index A = bobot kelangkaan
Index B = bobot jenis alat penangkapan ikan
Berdasarkan jenis alat penangkapan ikan di pelabuhan Tabel 33, bahwa PPN Palabuhanratu lebih unggul dibandingkan dengan 5 unit pelabuhan perikanan
lainnya baik dari segi jumlah jenis alat tangkap dengan nilai 11, bobot kelangkaan dengan nilai 32,6 dan bobot jenis alat tangkap dengan nilai 2,76. Hasil
perhitungan persaingan pelabuhan berdasarkan jenis alat penangkapan ikan seperti pada Lampiran 19.
Tabel 34 Nilai indeks hierarki PPN Palabuhanratu terhadap 6 unit pelabuhan perikanan lainnya di WPP 9 Samudera Hindia berdasarkan jenis kapal
GT tahun 2005
Pelabuhan Perikanan PP Jumlah jenis ukuran
kapal Index A
Index B
PPS Jakarta 7
13,4 2,107
PPN Palabuhanratu - Jabar 7
10,4 2,057
PPS Cilacap - Jateng 6
7,4 1,707
PPS Bungus- Sumbar 5
5,4 1,387
PPN Sibolga - Sumut 5
5,4 1,387
PPN Prigi - Jatim 4
6 1,152
Keterangan : Index A = bobot kelangkaan.
Index B = bobot jenis kapal.
Berdasarkan ukuran kapal di pelabuhan Tabel 34, bahwa PPS Jakarta dan PPN Palabuhanratu lebih unggul dibandingkan dengan 4 unit pelabuhan perikanan
lainnya baik dari segi jumlah jenis alat tangkap dengan nilai 7, PPS Jakarta
133 dengan bobot kelangkaan sebesar 13,4 dan bobot ukuran kapal dengan nilai 2,107.
Hasil perhitungan persaingan pelabuhan berdasarkan ukuran kapal seperti pada Lampiran 20.
Berdasarkan perhitungan di atas, maka secara keseluruhan hasil perhitungan persaingan seperti Tabel 35.
Tabel 35 Hasil perhitungan persaingan 6 unit pelabuhan perikanan di WPP 9 Samudera Hindia tahun 2005
Jenis persaingan Fasilitas SDM Ikan
Alat tangkap
Kapal Pelabuhan
Perikanan A B
C A
B C A
B C
A B C A B
C
PPN Palabuhanratu 54 89 12 7 10 2 34 94 7 11 33 3 7 10 2
PPS Jakarta 58 93 13
6 7 2 15 23 3 7 25 2 7 13 2 PPS Cilacap
47 63 10 6 7 2 28 73 6 3 5 1 6 7 2
PPN Prigi 39 54 9 5 6 2 18 34 4 7 19 2 4 6 1
PPS Bungus 47 77 10
5 6 2 6 14 1 3 4 1 5 5 1 PPN Sibolga
32 44 7 4 6 1 9 13 2 5 10 1 5 5 1
Keterangan : A = jenis. B = bobot kelangkaan.
C = bobot jenis.
Persaingan 6 unit pelabuhan perikanan di WPP 9 Samudera Hindia diperoleh hasil bahwa PPN Palabuhanratu unggul dari segi jenis pendidikan SDM
pengelola pelabuhan, jenis ikan ekonomis penting yang didaratkan dan jenis alat penangkapan ikan. PPS Jakarta unggul dari segi jenis fasilitas dan jenis kapal.