18
3 Menentukan prioritas pengembangan PPN Palabuhanratu. 1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa: 1
Tersedianya suatu pola pengembangan PPN Palabuhanratu. 2
Memberi masukan dalam pembuatan kebijakan pembangunan dan pengelolaan PPN Palabuhanratu serta PPS Palabuhanratu.
3 Dapat dijadikan acuan untuk menyusun pola pengembangan pelabuhan
perikanan lainnya. 4
Memberikan sumbangan dalam upaya pengembangan konsep atau teori pelabuhan perikanan.
5 Membuka wawasan tentang pelabuhan perikanan sehingga berpeluang untuk
penelitian lebih lanjut tentang pelabuhan perikanan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dibatasi pada: 1
Menganalisis arah pengembangan PPN Palabuhanratu. 2
Memformulasikan pola pengembangan PPN Palabuhanratu. 3
Merekomendasikan prioritas pengembangan PPN Palabuhanratu.
1.6 Novelty
Berdasarkan hasil penelitian, maka kebaruan novelty yang ada dalam penelitian ini adalah :
1 Penerapan penggunaan konsep triptyque portuaire dalam menganalisis suatu pelabuhan perikanan baru pertama kali digunakan dalam penelitian ini.
Selama ini untuk membangun pelabuhan perikanan hanya memperhatikan keberadaan sumberdaya ikan dan kapasitas fisik pelabuhan perikanan tanpa
mengkaitkan tiga komponen secara terpadu dalam suatu konsep triptyque portuaire, sehingga tidak jarang pelabuhan perikanan yang telah dibangun
tidak berfungsi optimal. Konsep triptyque portuaire adalah suatu kerangka analisis geografi yang terdiri dari tiga komponen yang tidak dapat dipisahkan
didalam menganalisis pembangunan suatu pelabuhan perikanan yakni
19 komponen wilayah produksi foreland, pelabuhan perikanan fishing port
dan wilayah distribusi hinterland. Menurut Chaussade 1986 yang diacu Lubis 1989, konsep triptyque portuaire pertama kali digunakan untuk
menganalisis pembangunan dan pengembangan pelabuhan perikanan di negara Perancis. Penerapan konsep triptyque portuaire untuk pengembangan
PPN Palabuhanratu dapat berbeda apabila dibandingkan dengan konsep triptyque portuaire yang diterapkan pertama kali di Perancis karena adanya
perbedaan penggunaan teknologi baik untuk kegiatan penangkapan ikan, operasional pelabuhan maupun aktivitas pembinaan mutu dan pemasaran
ikan bahkan dalam kebijakan perikanan yang berlaku. 2 Pola pengembangan PPN Palabuhanratu dengan konsep triptyque portuaire
dapat dijadikan acuan didalam membangun dan mengembangkan pelabuhan perikanan lain dengan melakukan penyesuaian terhadap parameter yang
digunakan.
2 KERANGKA PEMIKIRAN
Pelabuhan perikanan merupakan prasarana yang sangat diperlukan guna mendukung pembangunan perikanan, yang merupakan salah satu sub sistem
dalam sistem pembangunan perikanan. Fungsi pelabuhan perikanan adalah untuk mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan, sampai dengan pemasaran. Dalam pembangunannya pelabuhan
perikanan harus direncanakan secara terintegrasi dengan wilayah produksi foreland dan wilayah distribusi hinterland.
Pembangunan suatu pelabuhan perikanan harus didasarkan suatu perencanaan yang matang, baik perencanaan secara nasional, perencanaan
regional maupun untuk perencanaan setiap lokasi pelabuhan perikanan. Perencanaan perikanan secara nasional yang dibuat oleh Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap dan ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan harus mencakup rencana induk pembangunan pelabuhan perikanan nasional. Rencana
induk pelabuhan perikanan secara nasional berdasarkan UU No. 31 tahun 2004 ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan. Menurut Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan No.Per.16MEN2006 tentang Pelabuhan Perikanan, bahwa rencana induk pelabuhan perikanan disusun dengan
mempertimbangkan daya dukung sumberdaya ikan yang tersedia, daya dukung sumberdaya manusia, wilayah pengelolaan perikanan WPP, rencana umum tata
ruang wilayah provinsikabupatenkota, dukungan prasarana wilayah, geografis daerah dan kondisi perairan.
Berdasarkan rencana induk pelabuhan perikanan nasional, maka masing- masing daerah secara regional membuat rencana induk pelabuhan perikanan
regional. Kemudian setiap lokasi pelabuhan perikanan menyusun rencana induknya sendiri-sendiri yang merupakan pedoman atau pola pembangunan suatu
pelabuhan. Ketiga rencana induk tersebut harus saling mendukung dan sinkron, sehingga tujuan pembangunan suatu pelabuhan perikanan dapat tercapai.
PPN Palabuhanratu dalam tahap pembangunannya sudah ditetapkan pola pengembangan melalui proses perencanaan, yakni dari hasil studi kelayakan dan
21 rencana induk pembangunannya. Pola pengembangan tersebut kemudian
diimplementasikan pada saat pembangunan, operasional dan pemeliharaan pelabuhan. Setelah pola pengembangan PPN Palabuhanratu tersebut dilaksanakan
sejak tahun 1993 hingga tahun 2005, pelabuhan perikanan ini ternyata masih belum optimal menjalankan fungsinya, seperti contoh jumlah produksi ikan yang
didaratkan pada tahun akhir pembangunan tahap pertama PPN Palabuhanratu tahun 2002 sebesar 7.900 kghari atau 18,02 dari tagetnya, sedangkan target
yang harus dicapai menurut hasil studi kelayakan sebesar 43.840 kghari, sehingga tujuan pembangunan pelabuhan perikanan yakni antara lain untuk
mensejahterakan nelayan belum tercapai. Pada tahun 2002 yang merupakan awal pembangunan tahap kedua, telah tersedia kolam baru seluas 2 ha dengan
kedalaman kolam 4 m dan dermaga sepanjang 410 m’. Sejak operasionalnya kolam dan dermaga tahap kedua tersebut, maka terjadi perubahan struktur armada
yang dilayani, yakni semula hanya melayani kapal sampai ukuran 30 GT berkembang menjadi kapal berukuran 30–150 GT dengan alat tangkap
longline. Perkembangan operasional tersebut terlihat bahwa ada sebanyak 68 unit kapal
berukuran 30–150 GT yang menjadikan basisnya di PPN Palabuhanratu pada tahun 2005, kemudian meningkat menjadi 139 unit kapal pada tahun 2006.
Sementara itu pada tahun 2006, sejak bulan Januari sampai dengan Oktober tercatat jumlah ikan tuna segar dan ikan layur berkualitas ekspor yang telah
didaratkan sebanyak 1.013.438 kg. Ikan tuna kualitas ekspor yang didaratkan terdiri dari 2 bentuk, yakni ikan tuna segar dan ikan tuna beku. Ikan tuna kualitas
ekspor dalam bentuk segar setelah pendaratan di dermaga dibongkar untuk dimasukkan ke dalam mobil berinsulasi yang berisi es curai kemudian langsung
dibawa ke Jakarta. Ikan tuna beku dibongkar dari kapal untuk dipindahkan ke mobil ber
freezer kemudian diangkut ke Jakarta. Perjalanan dari Palabuhanratu ke Jakarta memerlukan waktu sekitar 4-5 jam. Tabel 5 menunjukkan secara rinci
data ekspor ikan tuna dan ikan layur dari PPN Palabuhanratu. Ikan layur kualitas ekspor, setelah dibeli dari nelayan oleh pedagang
pengumpul kemudian dijual ke pemilik cold storage yang ada di PPN
Palabuhanratu dan sekitarnya. Ikan layur yang telah di packing oleh perusahaan
cold storage kemudian diangkut ke Jakarta menggunakan mobil truk kontainer.
22 Tabel 5 Jumlah ikan tuna dan ikan layur yang diekspor dari PPN Palabuhanratu
bulan Januari sampai dengan Oktober 2006 Satuan: kg
Bulan Tuna Layur Jumlah
Januari 194.360 7.200
201.560 Februari 112.700
8.500 121.200
Maret 120.700
5.000 125.700
April 65.300 4.327
69.627 Mei 171.899
5.000 176.899
Juni 179.619
- 179.619
Juli 57.435 5.400
62.835 Agustus 46.250
25.000 71.250
September 52.000 25.600
77.600 Oktober 13.175
5.000 18.175
Jumlah 1.013.438 91.027
1.104.465 Rata-rata 101.343,8
9.102,7 110.446,5
Sumber: Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2006.
Ikan tuna kualitas ekspor banyak didaratkan pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni. Menurut Baskoro
et al. 2004, pada bulan April-September merupakan musim ikan dengan tangkapan yang bagus di WPP 9. Ikan layur
banyak didaratkan pada bulan Agustus dan September karena pada saat itu kondisi perairan di Teluk Palabuhanratu sedang musim ikan layur. Rata-rata per bulan
jumlah ikan tuna yang diekspor sebesar 101.343,8 kg dengan tujuan ke negara Jepang. Ikan layur yang diekspor ke negara Korea rata-rata per bulan sebanyak
9.102,7 kg. Kondisi kolam II saat ini sudah dipenuhi oleh kapal-kapal
longline, yakni lebih dari 30 unit kapal kapasitas kolam II sebanyak 40 unit kapal. Sehingga
perlu dilakukan upaya pengembangan. Untuk itu perlu pengkajian terhadap operasional pelabuhan melalui monitoring dan evaluasi guna menentukan sampai
sejauhmana operasional berdasarkan fungsi yang ada dan permasalahannya sehingga sesuai dengan pola pengembangan yang ditentukan. Menurut Lubis
2002, dalam melakukan monitoring dan evaluasinya akan dikaitkan dengan seberapa jauh pelabuhan ini telah memanfaatkan wilayah produksinya
foreland dan wilayah distribusinya
hinterland yang merupakan komponen-komponen dari konsep
triptyque portuaire. Pada wilayah produksi, beberapa faktor yang perlu diperhitungkan adalah kondisi potensi sumberdaya ikan yang masih besar
peluang untuk dimanfaatkan, jumlah dan struktur kapal yang memanfaatkan WPP
23 9, serta pergerakan kapal dari PPN Palabuhanratu ke daerah
fishing ground kemudian kembali ke PPN Palabuhanratu serta berbagai kemungkinan rute kapal
perikanan dari PPN Palabuhanratu ke fishing ground. Pada wilayah distribusi,
faktor-faktor yang perlu diperhitungkan adalah kondisi permintaan ikan oleh konsumen, kondisi jalan yang menghubungkan PPN Palabuhanratu ke daerah
konsumen terutama ke Jakarta dan Bandung. Dari hasil monitoring dan evaluasi, kemudian dilakukan identifikasi untuk setiap permasalahan dan akan ditemukan
permasalahannya. Berdasarkan kondisi dan permasalahannya, maka perlu diupayakan untuk
menentukan apakah PPN Palabuhanratu perlu dikembangkan baik untuk optimalisasi PPN Palabuhanratu maupun antisipasi menjadi PPS Palabuhanratu.
PPS Palabuhanratu yang akan dibangun harus diarahkan kepada pemanfaatan potensi ikan di WPP 9. Ikan tuna dan cakalang adalah sumberdaya ikan yang
masih potensial untuk dimanfaatkan yang merupakan komoditi high migration,
sehingga kapal-kapal yang memiliki tonase 30 GT dapat menangkap ikan-ikan tersebut di perairan ZEEI 12-200 mil dan samudera lepas 200 mil.
Untuk mengembangkan PPS Palabuhanratu, maka perlu kajian antara lain tentang penentuan apakah Kabupaten Sukabumi merupakan lokasi sektor basis,
yakni lokasi yang mencerminkan: 1 Kondisi sumberdaya ikan nya dapat dijadikan komoditi ekspor.
2 Bagaimana kualitas pemasaran ikan di PPN Palabuhanratu dibandingkan dengan daerah lain.
3 Kondisi tingkat operasional kolam dan dermaga saat ini. Selanjutnya parameter-parameter tersebut dipakai untuk menyusun pola
pengembangan pelabuhan perikanan yang telah mempertimbangkan konsep triptyque portuaire.
Pola pengembangan pelabuhan perikanan yang dikaitkan dengan konsep triprtyque portuaire dirancang dengan tujuan mengoptimalkan fungsi pelabuhan
perikanan berdasarkan permasalahan yang ada guna menentukan target produksi, target jumlah kapal, luas kolam, kedalaman kolam, panjang dermaga, kapasitas
pabrik es, kebutuhan solar dan kebutuhan air bersih serta manajemen pelabuhan perikanan.
24 Penentuan prioritas pengembangannya dilakukan dengan mengidentifikasi
dan menentukan prioritas pengembangan melalui proses hierarki analitik PHA.
Untuk menentukan stabil atau tidaknya prioritas pengembangan maka diperlukan analisis sensitivitas terhadap prioritas pengembangan yang terpilih.
Dalam pelaksanaan pengembangan berdasarkan pada pola yang didapat, maka perlu dilakukan antisipasi apabila PPN Palabuhanratu menjadi PPS
Palabuhanratu baik terhadap aktivitas, fasilitas maupun pengelolaannya dengan konsep
triptyque portuaire. Antisipasi pelaksanaan pola pengembangan pelabuhan perikanan dengan menganalisis perkembangan kondisi
foreland dengan kesiapan PPS Palabuhanratu, yaitu kaitannya dengan berbagai kemungkinan bertambah nya
jumlah kapal yang memanfaatkan PPS Palabuhanratu, sehingga jangkauan dan bertambah luasnya
fishing ground ke arah perairan wilayah pengelolaan perikanan 9 WPP 9 Samudera Hindia dan kemungkinan kapal-kapal tersebut melakukan
pendaratan di tempat lain. Kaitan hinterland dengan rencana pembangunan PPS
Palabuhanratu, perlu dianalisis banyaknya jumlah ikan yang didaratkan, diolah dan dipasarkan serta berkembangnya berbagai bentuk transportasi untuk
menjangkau konsumen .
Gambar 2 menunjukkan diagram alir pemikiran pelaksanaan penelitian pada penyusunan pola pengembangan PPN Palabuhanratu.
25 Gambar 2 Kerangka penelitian pola pengembangan PPN Palabuhanratu.
EVALUASI DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELABUHAN
PERIKANAN OPERASIONAL
PPN PALABUHANRATU RENCANA INDUK PPN PALABUHANRATU
PRIORITAS PENGEMBANGAN
KONSEP TRIPTYQUE PORTUAIRE :
FORELAND FISHING PORT
HINTERLAND PENENTUAN PERLUNYA
PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN
KONDISI: SDI, SDM, WPP, RUTR,PRASARANA
WILAYAH, GEOGRAFIS DAERAH DAN KONDISI
PERAIRAN
Pola pengembangan PPN Palabuhanratu
Analisis kebutuhan pengembangan
3 TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Tujuan Pengelolaan Perikanan