Salinitas Oksigen Terlarut DO

permukaan, yang tertinggi pada stasiun D5 yang terletak + 5 km dari Muara Sunter, suhu yang terendah pada stasiun A3 yang terletak + 15-20 km dari Muara Ancol. Kondisi suhu perairan Teluk Jakarta berdasarkan bulan keseluruhan pengamatan pada stasiun-stasiun pengamatan masih dalam kisaran yang baik untuk tumbuh dan berkembangnya zooplankton, Riley 1967 pada umumnya spesies zooplankton dapat berkembang dengan baik pada suhu 25 C atau lebih. Goldman dan Horne 1984, bahwa dengan meningkatnya suhu perairan menyebabkan zooplankton lebih aktif, sampai pada batas tertentu. Dalam hala ini Zona D memiliki kelimpahan zooplankton tertinggi, dimana suhunya lebih besar dibandingkan dengan suhu pada zona yang lain.

3. Salinitas

Kisaran salinitas bulan Oktober 2003 pada stasiun-stasiun pengamatan, sebesar 29,00 00 – 34,00 00. Salinitas tertinggi pada stasiun A5 sebesar 34,00 00 yang terletak + 15-20 km dari Muara Sunter. Salinitas terendah pada stasiun D6 sebesar 30,00 00, yang terletak + 5 km dari Muara Merunda. Kisaran salinitas Mei 2004 pada stasiun-stasiun pengamatan sebesar 29,00 00 – 32,00 00. Salinitas tertinggi pada stasiun C2 sebesar 32,00 00 , yang terletak + 5 – 10 km dari Muara Angke. Salinitas terendah pada stasiun C6 sebesar 29,00 00 yang terletak + 5 – 10 km dari Muara Marunda. Kisaran salinitas Oktober 2004 pada stasiun-stasiun pengamatan sebesar 27,00 00 – 33,00 00, salinitas tertinggi pada stasiun A4 sebesar 33,00 00 yang terletak +15 – 20 km dari Tanjung Priok, salinitas terendah pada stasiun C2 sebesar 27 00 yang terletak + 5 – 10 km dari Muara Angke. Salinitas tertinggi didapat pada stasiun-stasiun yang jauh dari pantai Selatan 15-20 km, sedangkan salinitas yang rendah didapat pada stasiun- stasiun yang dekat dari pantai Selatan 5 – 10 km. Kasijan 2001 menyatakan bahwa salinitas bisa lebih rendah apabila ada masukan air tawar yang cukup banyak dari sungai yang besar dan dapat pula mencapai nilai yang lebih tinggi bila tidak ada masukan dari daratan dan penguapan di permukaan sangat tinggi.

4. Oksigen Terlarut DO

Kisaran oksigen terlarut pada Oktober 2003 di stasiun-stasiun pengamatan sebesar 3,60 mgl – 10,60mgl. Oksigen terlarut tertinggi didapat pada stasiun B3 sebesar 10,60 mgl yang terletak + 19 – 15 km dari Muara Sunter., oksigen terlarut terendah pada stasiun B1 sebesar 3,60 mgl yang terletak + 5 km dari Tanjung Kait. Kisaran oksigen terlarut pada Mei 2004 di stasiun-stasiun pengamatan sebesar 1,97 mgl – 5,25 mgl, oksigen terlarut tertinggi pada stasiun A3 sebesar 5,25 mgl yang terletak + 15 – 20 km dari Muara Ancol sedangkan yang terendah pada stasiun B1 sebesar 1,97 mgl yang terletak + 5 km dari Tanjung Kait. Untuk kisaran oksigen terlarut Oktober 2004 pada stasiun-stasiun pengamatan sebesar 2,47 mgl - 5,96 mgl. Oksigen terlarut tertinggi pada stasiun D5 sebesar 5,96 mgl yang terletak + 5 km dari Muara Sunter, oksigen terlarut terendah pada stasiun D4 sebesar 2,47 mgl yang terletak + 5 km dari Tanjung Priok. Oksigen teralarut terendah didapat dari stasiun yang berjarak + 5 km dari pantai, kelimpahan zooplankton pada stasiun-stasiun juga lebih sedikit dibandingkan pada stasiun-stasiun yang memiliki nilai oksigen terlarut tertinggi yaitu pada stasiun-stasiun yang berjarak + 10 – 15 km dari pantai. Hal ini sesuai dengan pernyataan NTAC 1960 dalam Wardoyo 1975 bahwa kandungan oksigen terlarut di perairan tidak boleh kurang dari 3 mgl karena dapat menyebabkan kematian.

5. Derajat Keasaman pH