pendapat Watson Budiningsih, 2005: 22 bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang
dimaksud harus berbentuk tingkahlaku yang dapat diamati observabel dan dapat diukur. Teori tersebut menjadi salah satu pendukung dalam
penelitian ini karena berkaitan erat dengan variabel yang digunakan oleh peneliti yaitu model pembelajaran talking stick, hasil belajar pada
kemampuan sikap sosial dan kemampuan keterampilan berbicara atau komunikasi lisan.
b. Teori kognitivisme
Teori belajar menurut Ausubel Budiningsih, 2005: 43 bahwa belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang
dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif. Berdasarkan teori tersebut
dapat diketahui bahwa belajar merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa dengan menggabungkan pengetahuan yang sudah
dimiliki dengan pengetahuan yang baru didapat, artinya kegiatan belajar tidak hanya sekedar stimulus dan respon saja tetapi siswa juga melibatkan
keberanian mereka dalam proses pembelajaran. Teori tersebut menjadi salah satu pendukung dalam penelitian ini karena sesuai dengan variabel
penelitian dan tujuan penelitian, yaitu model pembelajaran two stay two stray dan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada kemampuan
pengetahuan kognitif.
c. Teori humanisme
Menurut teori ini tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat
Bloom dan Krathwohl Budiningsih, 2005: 78 yang membagi tujuan belajar menjadi 3 kawasan yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif.
Berdasarkan teori tersebut dapat diketahui bahwa belajar merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa untuk mencapai hasil belajar.
Siswa tidak hanya mengetahui dan memahami sebuah materi dalam pembelajaran tetapi juga mengalami proses belajar yang melibatkan secara
keseluruhan kemampuan yang dimiliki siswa, yaitu kemampuan pengetahuan, kemampuan sikap dan kemampuan keterampilan. Teori ini
menjadi landasan dalam penelitian karena tujuan penelitian adalah mengetahui dan membandingkan hasil belajar siswa secara keseluruhan
yaitu hasil belajar pada kemampuan pengetahuan, kemampuan sikap sosial dan kemampuan keterampilan berbicara pada pelajaran IPS Terpadu.
3. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning menitikberatkan pada model pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok-kelompok
kecil dan saling membantu dalam belajar. Pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran yang dilakukan bersama – sama untuk dapat
memecahkan masalah yang dihadapi.
Menurut Majid 2014: 172 pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dengan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai dengan enam orang dengan struktur kelompok
yang bersifat heterogen.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan partisipasi dan keaktivan siswa dalam
proses belajar mengajar. Strategi pembelajaran yang menekankan kerjasama ini akan menimbulkan lebih banyak komunikasi dan interaksi
antara siswa dalam satu kelompok maupun antar kelompok sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa baik pada kemampuan
pengetahuan, kemampuan sikap maupun kemampuan keterampilan.
b. Tujuan pembelajaran kooperatif
Menurut Majid 2014: 173 pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut.
1 Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model
kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
2 Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai perbedaan latar belakang. 3
Mengembangkan keterampilan sosial siswa antara lain: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman
untuk bertanya, mau menjelaskan idea tau pendapat, bekerja dalam kelompok.
Sesuai dengan tujuan pembelajaran kooperatif di atas, peneliti akan menerapkan model pembelajaran ini pada subjek yang akan diteliti yaitu
siswa kelas VIII A dan VIII B SMP Kartikatama Metro Tahun 20142015. Setelah siswa melakukan eksperimen ini diharapkan mampu
mengorganisir tiga ranah kemampuannya yaitu kemampuan pengetahuan, kemampuan sikap dan kemampuan keterampilan.
c. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
Menurut Majid 2014: 173 pembelajaran kooperatif mempunyai ciri karakteristik sebagai berikut:
1 siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar,
2 kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah, 3
bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda,
4 penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
Berdasarkan karakteristik tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif lebih baik dibandingkan dengan belajar invidu. Dalam
pembelajaran kooperatif siswa mampu menuntaskan materi belajarnya dan mampu berinteraksi dengan baik karena kelompok dibentuk berdasarkan
kemampuan dan latar belakang yang berbeda-beda.
d. Strategi pembelajaran kooperatif
Proses belajar mengajar memerlukan strategi yang sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat pembelajaran berlangsung.
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok-kelompok,
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, terdapat hal penting dalam strategi pembelajarn yang telah ditetapkan yaitu:
1
adanya peserta didik dalam kelompok 2
adanya aturan main 3
adanya upaya belajar dalam kelompok 4
tatap muka
5 evaluasi proses komplek
Majid, 2014: 174.
e. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Tabel 2.Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase-Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1 Menyampaikan tujuan
dan memyiapkan siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dan menyiapkan siswa belajar Fase II
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara
demonstrasi atau lewat bahan bacaan Fase III
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
kooperatif Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase IV Membimbing kelompok
bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas Fase V
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase VI Memberikan penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
4. Model pembelajaran talking stick
Talking stick merupakan model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib
menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari meteri pokoknya. Pembelajaran talking stick sangat cocok diterapkan bagi siswa
SD, SMP, dan SMASMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa
aktif. Menurut Huda 2014: 225 sintak metode talking stick adalah sebagai
berikut. 1
Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya + 20 cm. 2
Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pelajaran. 3
Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat dalam wacana.
4 Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari
isinya, guru mempersilahkan siswa menutup isi bacaan. 5
Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa, setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat
tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari
guru.
6 Guru memberi kesimpulan.
7 Guru melakukan evaluasi atau penilaian.
8 Guru menutup pembelajaran.
Peneliti menerapkan langkah-langkah pembelajaran sesuai tahapan di atas tetapi ada sedikit modifikasi yaitu menambahkan lagu di sini senang di
sana senang versi bahasa arab dan bahasa inggris. Pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa sudah mengetahui lagu apa yang akan
digunakan, ketika tongkat berputar siswa sambil bernyanyi lagu di sini senang di sana senang. Pembelajaran dengan modifikasi seperti ini dapat
membuat proses belajar mengajar menjadi menyenangkan dan siswa menjadi lebih aktif sehingga hasil belajar diharapkan juga akan meningkat.
Kemudian Huda 2013: 227-228 mengemukakan bahwa metode ini bermanfaat karena ia mampu menguji kesiapan siswa, melatih
keterampilan mereka dalam membaca dan memahami materi pelajaran dengan cepat, dan mengajak mereka untuk terus siap dalam situasi apapun.
5. Model pembelajaran two stay – two stray
Model two stay two stray adalah pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan
informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu.