perempuan, ibu yang menyusui, saudara perempuan sepersusuan, mertua, anak perempuan tiri yang ibunya telah digauli, menantu istri dari anak
kandung, dan saudara kandung istri.
7
Adapun bunyi Surah An- Nisa‟ ayat 23 ialah sebagai berikut:
خ ْْا ا ب ْمك ااخ ْمك اَ ع ْمك ا خأ ْمك ا ب ْمك ا َمأ ْمكْيلع ْ مِ ح مك ا َمأ ْخ ْْا ا ب
ْمكئاس ا َمأ عاضَ لا م ْمك ا خأ ْمك ْعضْ أ ي َالا ْم ْلخد ا ك ْمل ْ إف َ ب ْم ْلخد ي َالا مكئاس ْ م ْمك ح يف ي َالا مكبئاب
مكئا ْبأ لئاح ْمكْيلع ا ج اف َ ب َاإ ْي ْخ ْْا ْيب ا ع ْ ْ أ ْمكباْصأ ْ م ي َلا
ًا يح ًا فغ اك ََ َ إ فلس ْدق ام 32
“Diharamkan atas kamu menikahi ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara ayahmu
yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan
dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusui kamu, saudara-saudara perempuan sesususan, ibu-ibu istrimu mertua,
anak-anak perempuan dari istrimu anak tiri yang dalam pemeliharaan mu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan
istrimu itu dan sudah kamu ceraikan, maka tidak berdosa kamu menikahinya, dan diharamkan bagimu istri-istri anak kandungmu
menantu, dan diharamkan mengumpulkan dalam pernikahan dua
77
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, hal, 898.
perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”.
8
Surat an- Nisa‟ ayat 23 di atas telah menyebutkan siapa-siapa saja
yang dianggap mahram, sehingga haram untuk dinikahi dan boleh menikah dengan selain mahram. Maka haram melakukan perbuatan
khalwat dengan wanita-wanita atau laki-laki bukan mahram sebelum adanya akad nikah antara keduanya yang merubah status bukan muhrim
menjadi status muhrim.
B. Hukum dan Larangan Khalwat dalam Hukum Pidana Islam
Dalam al- Qur‟an terdapat ayat yang menyebutkan larangan untuk
mendekati zina, dan khalwat merupakan salah satu perbuatan mendekati zina. Salah satunya terdapat dalam surah al-
Isra‟ ayat 32, yaitu sebagai berikut:
ا ِِلا ا ب ْْ
ك هَ إ ى ف ا
س ً شحا ْيبس ءا
ًا 23
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk
”. al- Isra‟:32
9
Dijelaskan bahwa larangan untuk mendekati zina, karena zina merupakan perbuatan yang keji. Maka hal-hal yang menyebabkan atau
mendekati terhadap hal tersebut juga dilarang. Yang dimaksud dengan mendekati perbuatan zina ialah, bahwa dekat bermakna pendek, hampir,
8
Al- Qur‟an Surat an-Nisa‟ ayat 23.
9
Al- Qur‟an Surat an-Isra‟ ayat 32 .
rapat, dan tidak jauh jaraknya antara satu dengan yang lain. Mendekati berarti menghampiri atau hampir sampai. Yakni berkhalwat merupakan
perbuatan yang hampir sampai pada perbuatan zina karena bermakna mendekati dan dekat dengan zina. Maka berkhalwat atau menyendiri
dengan perempuan yang bukan mahramnya, dan disepakati hukum keharamannya.
10
Hal ini didukung oleh kaidah fikih yaitu, sebagai berikut:
اا باا باَ ل
yang bermakna
“Pengikut itu adalah mengikuti”.
باَ لاا
ialah sesuatu yang tidak bisa berdiri sendiri, akan tetapi keberadaannya mengikuti
adanya sesuatu yang lain. Sedangkan
باا
maksudnya ialah bahwa sesuatu yang tidak bisa berdiri sendiri tersebut tidak memiliki hukum secara
tersendiri akan tetapi hukumnya mengikuti pokok atau sesuatu yang diikuti. Maksudnya ialah, bahwa sesuatu yang keberadaannya mengikuti
sesuatu yang lain, maka hukumnya pun tidak bisa berdiri sendiri akan tetapi harus mengikuti hukum pokok yang diikutinya.
11
Jadi makna kaidah di atas ialah sesuatu yang mengikuti kepada yang lain, maka hukumnya adalah hukum yang diikuti. Seperti bahwa zina
10
Muhammad Abduh Malik, Perilaku Zina Pandangan Hukum Islam dan KUHP, Jakarta:Bulan Bintang, 2003, hal, 9.
11
Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf, Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah: Kaedah-kaedah Praktis Memahami Fiqih Islami, Gresik: Pustaka Al-Furqon, 2009, hal, 212.
ialah haram, maka segala perbuatan yang mendekati kepada zina seperti khalwat maka hukumnya mengikuti hukum zina yakni haram.
12
Asal hukum segala yang berkaitan dengan sex adalah haram, berkaitan dengan hal ini qaidah fiqihnya ialah:
ْلاَا مْيرْحَ لا ااضْبَا ف
“ Pada dasarnya hukum dalam masalah sex ialah haram” Dapat dipahami dengan jelas, bahwa segala yang berkaitan dengan
perbuatan sex hukum asalnya yaitu haram, sampai ada sebab-sebab yang menghalalkannya yaitu seperti melalui jalan pernikahan atau dengan
milkulyamin yaitu budak miliknya.
13
Kaidah di atas dapat juga diartikan bahwa pada dasarnya farji itu haram, yang maksudnya ialah bahwa hukum
asal bersenang-senang dengan wanita itu adalah haram kecuali yang dihalalkan oleh syari‟at Islam.
14
Al Yasa‟ Abu Bakar berpandangan bahwa khalwat menurut fiqh ialah dimana perbuatan tersebut berada pada suatu tempat yang tertutup
dan sepi antara dua orang mukallaf yakni laki-laki dan perempuan yang bukan merupakan mahromnya maka hal tersebut pun sudah dianggap
sebagai tindak pidana. Sehingga karena khalwat termasuk sebagai tindak
12
Abdul Mujib, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih Al- Qowa’idul Fiqhiyyah, Jakarta: Kalam
Mulia, 2001, hal, 57.
13
Abdul Mujib, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih Al- Qowa’idul Fiqhiyyah, hal, 27.
14
Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf, Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah: Kaedah-kaedah Praktis Memahami Fiqih Islami, hal, 54.