lambat sehingga hasil buluhnya sedikit. Cara yang sering digunakan adalah dengan setek batang dan setek cabang. Perbanyakan dengan menggunakan
setek cabang mempunyai beberapa kelebihan di antaranya adalah dapat menghasilkan bahan tanaman yang cukup banyak, dan tidak memerlukan
tempat yang luas Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999.
Persentase hidup yang masih kurang dalam perbanyakan bambu betung dengan cara setek cabang menjadi permasalahan dalam upaya pengadaan
bibit. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan penelitian
mengenai perbanyakan bambu betung Dendrocalamus asper dengan cara setek cabang dan diberi zat pengatur tumbuh asam indol butirat AIB yang
berfungsi untuk memacu pertumbuhan akar.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui respon pertumbuhan setek cabang bambu betung akibat
pemberian AIB dengan berbagai konsentrasi. 2. Mengetahui konsentrasi AIB yang terbaik bagi pertumbuhan setek cabang
bambu betung.
C. Kerangka Pemikiran
Perbanyakan tanaman bambu betung dapat dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan secara generatif dapat dilakukan dengan menanam
biji. Permasalahan yang dihadapi dalam perbanyakan secara generatif adalah pada umumnya tanaman bambu termasuk bambu betung tidak menghasilkan
biji. Perbanyakan bambu betung dengan cara vegetatif dapat dilakukan
dengan setek rhizom, setek buluh, setek cabang, layering runduk, dan kultur jaringan. Namun pertumbuhan bambu betung sangat lambat sehingga hasil
buluhnya sedikit. Oleh karena itu, perbanyakan yang paling banyak dilakukan untuk bambu betung adalah dengan cara setek karena mudah dilakukan dan
tidak membutuhkan waktu lama.
Berdasarkan penelitian Oktaviana 2006 yang menggunakan setek cabang bambu betung dengan jumlah ruas cabang 2, 3, dan 4 menyatakan bahwa
jumlah ruas setek cabang yang paling efektif adalah jumlah ruas 2 karena setek cabang bambu betung dengan jumlah ruas 2 adalah yang paling baik
pertumbuhannya dengan persentase hidup tertinggi dibandingkan dengan jumlah ruas cabang 3 dan 4, yaitu sebesar 88.
Persentase hidup setek cabang bambu betung tersebut perlu dinaikkan lagi dengan cara menambahkan
zat pengatur tumbuh ZPT AIB yang dapat memacu pertumbuhan akar. Pemberian ZPT akan efisien bila semakin rendah konsentrasi namun respon
pertumbuhan tanamannya semakin baik. Pemberian dosis ZPT dalam jumlah besar justru akan menjadi racun bagi tanaman tersebut. Oleh karena itu,
dilakukan penelitian untuk mengetahui respon setek cabang bambu betung Dendrocalamus asper terhadap pemberian ZPT AIB dengan konsentrasi
yang berbeda-beda, yaitu 0 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, dan 400 ppm.
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Terdapat respon pertumbuhan yang positif pada setek cabang bambu
betung akibat pemberian AIB dengan berbagai konsentrasi. 2. Konsentrasi AIB yang paling baik untuk memacu pertumbuhan setek
cabang bambu betung adalah 200 ppm dibandingkan konsentrasi 100 ppm, 300 ppm, 400 ppm, dan 0 ppm kontrol.
E. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Membantu penyelesaian permasalahan pengadaan bibit bambu.
2. Sebagai acuan dalam menentukan konsentrasi AIB untuk perbanyakan tanaman bambu betung dengan cara setek cabang.