Manfaat Bambu TINJAUAN PUSTAKA

D. Perbanyakan Bambu

Pembibitan tanaman bambu dapat dilakukan dengan beberapa cara perbanyakan, yaitu perbanyakan dengan biji, perbanyakan dengan setek, perbanyakan dengan rhizomrimpang, dan perbanyakan dengan kultur jaringan Departemen kehutanan dan Perkebunan, 1999. Perbanyakan bambu dengan cara setek cabang dilakukan dengan menggunakan batang dan cabang bambu karena mempunyai buku-buku yang berpotensi sebagai sumber tunas dan akar. Cara perbanyakan bambu dengan cara setek cabang dapat dilakukan secara langsung dalam kantung plastik. Batang bambu untuk setek batang dipilih yang berumur 2 tahun. Bagian yang digunakan untuk setek batang adalah bagian bawah sampai tengah yang mempunyai tunas atau mata tunas. Setelah itu batang dipotong 10 cm di atas buku dan 10 cm di bawah buku sehingga panjang seluruhnya 20 cm, selanjutnya setek disemai dengan cara ditancapkan pada guludan sampai mata tunas tertutup tanah. Bahan tanaman untuk setek cabang dipilih yang berumur 3 tahun. Cabang dipotong mulai pada pangkal cabang yang menempel pada buku cabang, kemudian ujung cabang dipotong sehingga setek cabang diperoleh dengan panjang 75 cm 3--4 ruas cabang kemudian setek ditancapkan pada kantung plastik yang telah disediakan Sutiyono dkk., 1992.

E. Setek

Menurut Wudianto 2002, setek adalah potongan organ vegetatif tanaman akar, batang, daun, dan tunas sebagai bahan tanaman dengan tujuan agar bagian-bagian tersebut membentuk akar. Perbanyakan dengan setek ini dapat juga untuk memperoleh tanaman baru yang mempunyai sifat seperti induknya. Setek dengan kekuatannya sendiri akan menumbuhkan akar dan daun sampai menjadi tanaman sempurna dalam waktu yang relatif singkat. Tanaman yang dihasilkan dari setek biasanya mempunyai persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat lainnya. Setek cabang dikenal dengan setek kayu, karena umumnya tanaman yang dikembangbiakkan dengan setek cabang adalah tanaman berkayu.

F. Media Tumbuh Setek

Media tumbuh setek yang memiliki banyak nutrisi dan kapasitas pegang air yang tinggi serta kaya akan N, P 2 O 5 , K 2 O, CaO, SiO 2 , akan mendorong pertumbuhan bambu dengan baik, dan batang terlihat tumbuh dengan baik walaupun pada tanah asam pH 4,5 Uchimura, 1980. Media tumbuh yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus memiliki sifat fisik baik, antara lain mempunyai kemampuan mengikat air yang tinggi, drainase dan aerasi yang baik, serta sifat kimiawi yang baik pula. Selain itu, media tumbuh tersebut mampu menghasilkan tanaman yang berkualitas, memiliki bobot yang cukup ringan, cukup tersedia, mudah diperoleh dan tidak menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan Rahayu, 1996.

G. Zat Pengatur Tumbuh Asam Indol Butirat AIB

Golongan auksin yang sering ditambahkan dalam medium adalah asam indol asetat AIA, asam indol butirat AIB, dan asam α-naftalenasetat ANA. AIB lebih sering digunakan untuk memacu perakaran dibandingkan dengan ANA atau auksin lainnya. AIB dapat disimpan pada tubuh tanaman, kemudian secara bertahap dilepaskan, hal ini menjadikan konsentrasi AIB bertahan pada tingkat yang tepat, khususnya pada tahap pembentukan akar selanjutnya. Sifat-sifat inilah yang menyebabkan pemakaian AIB dapat lebih berhasil kerena sifat kimianya yang mantap dan pengaruhnya yang lebih lama Lukman dan Sumaryono, 1995. Menurut Wudianto 1999 asam indol butirat mempunyai sifat yang lebih baik dan efektif dari pada AIA dan ANA. Dengan demikian IBA paling cocok untuk merangsang perakaran, karena kandungan kimianya lebih stabil dan daya kerjanya lebih lama. IAA biasanya mudah menyebar ke bagian lain serta menghambat perkembangan serta pertumbuhan tunas dan NAA dalam mempergunakannya harus benar-benar tahu konsentrasi yang tepat yang diperlukan oleh suatu jenis tanaman, bila tidak tepat akan memperkecil batas konsentrasi optimum perakaran. AIB dan ANA bersifat lebih efektif dibandingkan AIA yang merupakan auksin alami, sedangkan zat pengatur tumbuh yang paling berperan dalam pembentukan tunas adalah sitokinin yang terdiri atas zeatin, zeatin riboside, kinetin, isopentenyl adenin ZiP, thidiazurron TBZ, dan benzyladenine BA atau BAP. Selain auksin, absisic acid ABA juga berperan penting dalam pengakaran setek.