Tujuan Penelitian Kerangka Pemikiran

9 digunakan perbedaan varietas. Beberapa varietas yang digunakan diantaranya Varietas Numbu, Keller, dan Wray. Namun ketiga varietas ini memiliki kemampuan genetik yang akan menampilkan penampilan yang berbeda pula. Penampilan varietas juga berhubungan dengan kondisi lingkungan yang ada disekitar karenanya karakter dipengaruhi oleh lingkungan. Penggunaan perbedaan varietas dengan meningkatkan kerapatan tanaman pada tanaman sorgum akan menimbulkan perbedaan antara varietas tersebut dengan varietas yang lainnya. Kemudian perbedaan tiap kerapatan tanaman yang dilakukan akan memperlihatkan perbedaan pada masing-masing varietas yang digunakan, sehingga dengan menggunakan perbedaan varietas dan meningkatkan kerapatan tanaman akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum. Pada penelitian ini sorgum yang ditumpangsarikan dengan ubikayu dilakukan pengembangan dengan meningkatkan kerapatan tanam yaitu, satu, dua, tiga, dan empat tanaman perlubang tanam. Dengan meningkatnya jumlah populasi tanaman dalam luasan hektar karena pengaturan kerapatan tanaman ini maka hasil produksi yang akan dihasilkan akan semakin besar. Kerapatan tanam memiliki batas optimum yaitu jika melebihi batas tersebut maka penurunan hasil akan terjadi. Karena dalam kerapatan tanam terjadi persaingan antar tanaman sehingga pertumbuhan terhambat dan hasil produksi yang diinginkan akan berkurang. Kombinasi antara tumpangsari dengan kerapatan tanam akan menimbulkan persaingan antara tanaman sorgum dengan tanaman ubikayu, dan tanaman sorgum dengan tanaman sorgum itu sendiri. Persaingan yang terjadi antara tanaman 10 sorgum dengan tanaman ubikayu melalui persaingan memperebutkan cahaya matahari, air, unsur hara dan lainnya akan ditunjukan pada pertumbuhan dan hasil produksi keduanya, serta persaingan antara tanaman sorgum dengan sorgum itu sendiri yang ditanam dengan kerapatan lebih dari satu akan menunjukan pertumbuhan dan hasil yang berbeda. Namun kombinasi antara tumpangsari dan kerapatan tanam diharapkan dapat memecahkan kebutuhan pangan yang terus meningkat di Indonesia.

1.4 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka didapatkan hipotesis sebagai berikut: 1. Tingkat kerapatan tanaman sorgum yang ditumpangsarikan dengan ubikayu berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum. 2. Perbedaan varietas sorgum yang ditumpangsarikan dengan ubikayu berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum. 3. Terdapat interaksi antara tingkat kerapatan tanaman dan varietas tanaman sorgum yang ditumpangsarikan dengan ubi kayu pada pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sorgum Sorghum bicolor L. Moench Menurut Yulita dan Risda 2006, sorgum merupakan tanaman serealia yang dapat tumbuh pada berbagai keadaan lingkungan sehingga potensial dikembangkan khususnya pada lahan marginal beriklim kering di Indonesia. Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasinya yang luas, toleran terhadap kekeringan, produktivitas tinggi, dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Selain budi daya yang mudah, sorgum mempunyai manfaat yang luas, antara lain untuk pakan, pangan, dan bahan industri. Berdasarkan De Wet 1970, klasifikasi taksonomi tanaman sorgum adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Class : Monocotyledoneae Ordo : Poales Family : Poaceae Sub family : Panicoideae Genus : Sorghum Species : Sorghum bicolor L. Moench Di negara-negara berkembang, sorgum dibudidayakan terutama sebagai bahan pangan dan minuman beralkohol atau bahan upacara adat. Minuman beralkohol 12 yang dibuat dari biji sorgum dapat berupa bir berasal dari biji yang difermentasi setelah dikecambahkan. Di negara-negara maju, batang atau biji sorgum digunakan sebagai pakan, media jamur merang. Khusus sorgum manis, batangnya digunakan sebagai bahan untuk gula dan kertas Yulita dan Risda 2006, Sundra dan Marimuthu 2012.

2.1.1 Morfologi Tanaman Sorgum

2.1.1.1 Perakaran Tanaman sorgum merupakan tanaman biji berkeping satu, tidak membentuk akar tunggang, perakaran hanya terdiri atas akar lateral. Sistem perakaran sorgum terdiri atas akar-akar seminal akar-akar primer pada dasar buku pertama pangkal batang, akar skunder dan akar tunjang yang terdiri atas akar koronal akar pada pangkal batang yang tumbuh ke arah atas dan akar udara akar yang tumbuh di permukaan tanah. Tanaman sorgum membentuk perakaran sekunder dua kali lebih banyak dari jagung. Ruang tempat tumbuh akar lateral mencapai kedalaman 1,3 – 1,8 m, dengan panjang mencapai 10,8 m. Sebagai tanaman yang termasuk kelas monokotiledone, sorgum mempunyai sistem perakaran serabut. 2.1.1.2 Batang Batang tanaman sorgum merupakan rangkaian berseri dari ruas internodes dan buku nodes, tidak memiliki kambium. Pada bagian tengah batang terdapat seludang pembuluh yang diselubungi oleh lapisan keras sel-sel parenchym. Tipe batang bervariasi dari solid dan kering hingga sukulen dan manis. Jenis 13 sorgum manis memiliki kandungan gula yang tinggi pada batang gabusnya, sehingga berpotensi dijadikan sebagai bahan baku gula sebagaimana halnya tebu. Bentuk batang tanaman sorgum silinder dengan diameter pada bagian pangkal berkisar antara 0,5 – 5,0 cm. Tinggi batang bervariasi, berkisar antara 0,5 – 4,0 m, bergantung pada varietas. 2.1.1.3 Tunas Pada beberapa varietas sorgum, batangnya dapat menghasilkan tunas baru membentuk percabangan atau anakan dan dapat tumbuh menjadi individu baru selain batang utama. Ruas batang sorgum bersifat gemmiferous, setiap ruas terdapat satu mata tunas yang bisa tumbuh sebagai anakan atau cabang. Tunas yang tumbuh pada ruas yang terdapat di permukaan tanah akan tumbuh sebagai anakan, sedangkan tunas yang tumbuh pada batang bagian atas menjadi cabang. 2.1.1.4 Daun Daun merupakan organ penting bagi tanaman, karena fotosintat sebagai bahan pembentuk biomasa tanaman dihasilkan dari proses fotosintesis yang terjadi di daun. Sorgum mempunyai daun berbentuk pita, dengan struktur terdiri atas helai daun dan tangkai daun. Posisi daun terdistribusi secara berlawanan sepanjang batang dengan pangkal daun menempel pada ruas batang. Panjang daun sorgum rata-rata 1 m dengan penyimpangan 10 – 15 cm dan lebar 5 – 13 cm. Jumlah daun bervariasi antara 7 – 40 helai, bergantung pada varietas.

Dokumen yang terkait

DISTRIBUSI BAHAN KERING BEBERAPA GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench) YANG DITUMPANGSARIKAN DENGAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz.)

0 4 23

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) RATOON I PADA TINGKAT KERAPATAN TANAMAN YANG BERBEDA

1 12 57

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) RATOON I PADA TINGKAT KERAPATAN TANAMAN YANG BERBEDA

4 33 57

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench)

1 18 55

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench)

2 13 55

RESPONS BEBERAPA GENOTIPE SORGUM (Sorgum bicolor [L.] Moench) TERHADAP SISTEM TUMPANGSARI DENGAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)

8 37 27

PENGARUH TINGKAT KERAPATAN TANAMAN TERHADAP KERAGAAN DAUN, PERTUMBUHAN BIJI DAN DAYA KECAMBAH BENIH BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) PADA SISTEM TUMPANGSARI DENGAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz)

0 10 59

KAJIAN INTERSEPSI CAHAYA MATAHARI PADA TIGA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) DENGAN KERAPATAN TANAMAN BERBEDA PADA SISTEM TUMPANGSARI DENGAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz)

2 17 45

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PRODUKSI BIOMASSA SORGUM, PERTUMBUHAN, DAN HASIL UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA SISTEM TUMPANGSARI SORGUM DENGAN UBIKAYU

5 30 67

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor L.)

1 11 56