Atut dijerat dengan Pasal 6 Ayat 1 Huruf a UU No 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat 1 nomor 1 KUHP.
Ratu Atut dinyatakan secara bersama-sama atau turut serta dengan tersangka yang sudah ditetapkan terlebih dulu yaitu adiknya
Tubagus Chaeri Wardana dalam
kasus penyuapan Ketua Mahkamah Konstitusi
Akil Mochtar . Setelah diperiksa
sebagai tersangka untuk pertama kalinya pada 20 Desember
, Atut langsung dijebloskan ke penjara. Atut ditahan selama 20 hari di
Rumah Tahanan Pondok
Bambu Jakarta. Walau begitu, Menteri Dalam Negeri
Gamawan Fauzi mengatakan
Atut tetap sebagai gubernur sampai Ia ditetapkan sebagai terdakwa. Sedangkan sebagian tugas Atut diserahkan kepada wakilnya.
Mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dituntut pidana 10 tahun penjara dalam kasus dugaan suap pengurusan sengketa Pilkada Kabupaten Lebak, Banten
2013 di Mahkamah Konstitusi MK. Atut juga dituntut membayar denda Rp 250 juta subsider 5 bulan kurungan.
Jaksa menilai Atut bersama-sama adiknya, Tubagus Chaeri Wardana melakukan suap Rp 1 miliar kepada mantan Ketua MK M Akil Mochtar. Uang suap diberikan melalui
pengacara Susi Tur Andayani. Dalam sidang di Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi Tipikor, Jakarta,
Senin 1182014, Jaksa Penuntut Umum JPU membeberkan kronologis penyuapan itu. Jaksa menerangkan, awal perkara ini terjadi saat kemenangan pasangan Iti
Octavia Jayabaya-Ade Sumardi dalam Pilkada Lebak 2013 digugat oleh pasangan Amir Hamzah-Kasmin bin Saelan melalui penasihat hukum Rudi Alfonso ke MK
pada 8 September 2013.
B. Dakwaan Perkara
Mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dituntut pidana 10 tahun penjara dalam kasus dugaan suap pengurusan sengketa Pilkada Kabupaten Lebak, Banten
2013 di Mahkamah Konstitusi MK. Atut juga dituntut membayar denda Rp 250 juta subsider 5 bulan kurungan.
2
Jaksa menilai Atut bersama-sama adiknya, Tubagus Chaeri Wardana melakukan suap Rp 1 miliar kepada mantan Ketua MK M Akil Mochtar. Uang suap diberikan melalui
pengacara Susi Tur Andayani. Dalam sidang di Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi Tipikor, Jakarta,
Senin 1182014, Jaksa Penuntut Umum JPU membeberkan kronologis penyuapan itu. Jaksa menerangkan, awal perkara ini terjadi saat kemenangan pasangan Iti
Octavia Jayabaya-Ade Sumardi dalam Pilkada Lebak 2013 digugat oleh pasangan Amir Hamzah-Kasmin bin Saelan melalui penasihat hukum Rudi Alfonso ke MK
pada 8 September 2013. Atut dikenakan pasal 6 ayat 1 huruf a Undang-undang No 31 tahun 1999
sebagaimana diubah dalam UU No 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
Pasal tersebut mengenai orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan
kepadanya untuk diadili dengan ancaman pidana penjara 3-15 tahun dan denda Rp150 juta hingga Rp750 juta.
Selain mendakwa Atut melanggar Pasal 6 Ayat 1, tim jaksa KPK memasukkan Pasal 13 UU Tipikor dalam dakwaan Atut. Menurut Pasal 13 ini memuat ancaman
hukuman lebih ringan dibandingkan dengan Pasal 6, yakni maksimal 3 tahun penjara. Sementara ancaman hukuman dalam Pasal 6 Ayat 1 UU Tipikor, maksimal 15 tahun
penjara. Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta menjatuhkan vonis
hukuman penjara empat tahun ditambah denda Rp 200 juta subsider lima bulan kurungan kepada Gubernur Banten nonaktif, Atut Chosiyah. Atut dinyatakan terbukti
bersama-sama menyuap Akil Mochtar selaku Ketua Mahkamah Konstitusi ketika itu terkait sengketa Pilkada Lebak, Banten.
Menyatakan terdakwa Atut Chosiyah terbukti sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi bersama-sama sebagaimana dalam dakwaan
3
primer, kata Ketua Majelis Hakim Matheus Samiadji di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Senin 192014.
Putusan ini lebih ringan dari tuntutan tim jaksa KPK. Dalam persidangan sebelumnya, tim jaksa KPK menuntut Atut 10 tahun penjara dan denda Rp 250 juta
subsider 5 bulan penjara. Menurut majelis hakim, hal yang meringankan hukuman Atut di antaranya berlaku sopan dalam persidangan, tidak pernah dihukum, dan Atut
adalah seorang ibu yang juga memiliki cucu. Hal yang memberatkan, tidak mendukung upaya pemerintah dalam
memberantas tindak pidana korupsi, kata Matheus. Menurut majelis hakim, Atut terbukti melanggar pasal yang termuat dalam
dakwaan primer, yakni Pasal 6 Ayat 1 huruf a Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP. Meski demikian, Atut dibebaskan
dari hukuman tambahan berupa pembayaran uang pengganti. Majelis hakim juga menolak permintaan jaksa untuk menghapus hak dipilih dan memilih Atut.
4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pandangan Teoritis