41 berkurangnya kandungan air pada kulit dan penebalan pada stratum korneum
Barel, et al., 2009. Untuk fungsi fisiologisnya, kulit memerlukan lemak dan air, keduanya berhubungan erat. Lapisan lemak di permukaan kulit dan bahan-bahan
dalam stratum korneum yang bersifat higroskopis, dapat menyerap air, dan berada dalam hubungan yang fungsional, disebut Natural Moisturizing Factor.
Kemampuan Stratum korneum untuk mengikat air sangat penting bagi fleksibilitas dan kelenturan kulit Tranggono dan Latifah, 2007. Kulit yang sehat memiliki
ciri-ciri: tidak mudah menyerap air, larutan, atau benda padat. Kemampuan kulit dalam menyerap absorbsi sangat dipengaruhi oleh metabolisme, kelembaban dan
ketebalan kulit Darmawan, 2013.
4.5.2 Kehalusan evenness
Pengukuran kehalusan kulit evenness dilakukan dengan menggunakan perangkat skin analyzer Aramo lensa perbesaran 60x dengan sensor biru. Hasil
pengukuran kehalusan kulit diperoleh bahwa semua kelompok marmut mempunyai kulit halus sampai normal pada kondisi sebelum penyinaran. Nilai
kehalusan kulit ini meningkat hingga tidak ada kelompok marmut yang berada pada keadaan kulit halus pada saat dilakukan penyinaran dengan menggunakan
lampu UV panjang gelombang 366 nm. Pengujian dengan Anova menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan p 0,05 antara dasar krim, krim ekstrak
bunga brokoli 1 dan 3 pada saat sebelum dilakukan penyinaran dan sesudah penyinaran serta pada pemulihan minggu pertama sampai minggu keempat.
Pemulihan dengan pengolesan sediaan krim ekstrak bunga brokoli menyebabkan penurunan grafik yang menunjukkan kondisi kulit mengalami perubahan setelah
dilakukan perawatan selama 4 minggu pada semua kelompok marmut.
42 Kering dan kasar juga merupakan tanda umum yang dialami saat kulit
mengalami penuaan dini. Ketika kulit terlalu sering terpapar oleh sinar matahari, kolagen dan elastin yang berada dalam lapisan kulit akan rusak, sehingga sel-sel
mati yang bertumpuk pada stratum korneum menyebabkan permukaan kulit menjadi kurang halus, akibatnya kulit tampak lebih kasar Bodagenta, 2012.
Wasiaatmadja 1997 menyebutkan bahwa kulit terasa kasar, kusam dan bersisik akibat menurunnya kemampuan kulit untuk melepaskan sel kulit yang lama untuk
diganti dengan sel kulit yang baru. Hasil pengukuran kehalusan kulit dari semua kelompok marmut dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.4.
Tabel 4.6 Hasil pengukuran kehalusan evenness
pada kulit marmut kelompok dasar krim, krim ekstrak bunga brokoli 1 dan 3
Krim Marmut Kehalusan Kulit
Sebelum disinar
Setelah disinar
Pemulihan minggu I
II III
IV A
1 28
36 34
30 30
24 2
42 44
40 39
37 40
3 27
48 46
41 38
38 Rata-
rata 32,3
±8,38 42.6
±6,11 40 ±
6,00 36,6
±5,85 35 ±
4,35 34 ±
8,71 B
1 30
40 39
38 40
33 2
31 44
41 43
37 36
3 49
51 49
48 46
45 Rata-
rata 36,6
±10,6 45 ±
5,56 43 ±
5,29 43 ±
5,00 41 ±
4,58 38 ±
6,24 C
1 44
55 39
40 39
40 2
40 55
41 42
41 41
3 29
38 32
26 24
25 Rata-
rata 37,6±
7,76 49,3±
9,81 37,3
±4,72 36 ±
8,71 34,6
±9,29 35,3±
8,96 Halus 0-31; Normal 32-51; Kasar 52-100 Aramo, 2012
Keterangan: A : Dasar krim
B : Krim ekstrak bunga brokoli 1 C : Krim ekstrak bunga brokoli 3
43
Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran kehalusan evenness pada kulit marmut
kelompok dasar krim, krim ekstrak bunga brokoli 1 dan 3
4.5.3 Besar pori pore