Latar Belakang dan Masalah

2011, International Organization of Migration IOM Indonesia, telah menangani 3,942 kasus trafficking, dengan 87.94 dari kasus trafficking tersebut terjadi di Malaysia. Mayoritas kasus trafficking dialami oleh perempuan, yaitu sebesar 88. Masih berdasarkan catatan IOM, mayoritas korban trafficking dipekerjakan sebagai PRT sebanyak 53,33 sedangkan 16,52 dipekerjakan sebagai pekerja seks. Maraknya kasus yang terjadi pada buruh migran indonesia pada umumnya menimpa buruh migran yang bekerja di sektor informal sebagai PRT, yang selama ini banyak mengalami tindakan kekerasan dari tahap pra penempatan, penempatan hingga purna penempatan. Oleh karena itu, pemerintah menuangkan perhatiannya terhadap perlindungan buruh migran dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri PPTKILN. Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 berisi tentang penjelasan mengenai Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, yang secara garis besar berisi tentang kewajiban negara untuk menjamin dan melindungi hak asasi warga negaranya dari objek perdagangan manusia, termasuk perbudakan dan kerja paksa, korban kekerasan kesewenang-wenangan, kejahatan atas harkat dan martabat manusia, serta perlakuan lain yang melanggar hak asasi manusia.Serta negara wajib menjamin dan melindungi hak asasi warga negaranya yang bekerja baik di dalam maupun di luar negeri bedasarkan prinsip persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi dan anti perdagangan manusia. Sehingga Pada tahun 2006 presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan peraturan presiden No. 81 Tahun 2006 tentang pembentukan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja IndonesiaBNP2TKI. BNP2TKI sendiri adalah sebuah badan yang berdiri atas dasar peraturan presiden yang diamanatkan untuk mengimplementasikan Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang PPTKILN. Sekarang ini program penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri semakin mendapatkan sambutan positif khususnya bagi masyarakat Jawa Barat yang merupakan salah satu daerah sumber rekrut terbesar Calon TKI untuk ditempatkan di luar negeri sebagai pilihan alternatif untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan guna meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya. BP3TKI Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia adalah unit pelaksana teknis di daerah di bawah BNP2TKI yang memiliki tugas memberikan kemudahan pelayanan pemprosesan seluruh dokumen penempatan, perlindungan dan penyelesaian masalah tenaga kerja Indonesia secara terkoordinasi dan terintegrasi di wilayah Propinsi Jawa Barat. BP3TKI Bandung memiliki wilayah kerja yang cukup luas mencakup 26 kabupatenkota di Provinsi Jawa Barat. Dari 26 kabupatenkota di Jawa Barat Kabupaten Indramayu adalah kabupaten yang paling banyak mengirimkan tenaga kerjanya. Kenyataan ini bisa lihat pada tabel jumlah TKI Perempuan disetiap daerah KabupatenKota di Provinsi Jawa Barat di bawah ini: Tabel 3 Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Menurut Daerah Asal Tahun 2012 Nama KabupatenKota Jumlah TKI Perempuan Kabupaten Bogor 543 Kabupaten Sukabumi 4.686 Kabupaten Cianjur 6.591 Kabupaten Bandung 1.842 Kabupaten Garut 1.003 Kabupaten Tasikmalaya 409 Kabupaten Ciamis 880 Kabupaten Kuningan 333 Kabupaten Cirebon 9.313 Kabupaten Majalengka 3.562 Kabupaten Sumedang 323 Kabupaten Indramayu 16.537 Kabupaten Subang 6.083 Kabupaten Purwakarta 1.521 Kabupaten Karawang 6.398 Kabupaten Bekasi 662 Kabupaten Bandung Barat 571 Kota Bogor 22 Kota Sukabumi 159 Kota Bandung 90 Kota Cirebon 102 Kota Bekasi 176 Kota Depok 155 Kota Cimahi 55 Kota Tasikmalaya 57 Kota Banjar 74 Jumlah 62.147 Sumber: Laporan BP3TKI Bandung Tahun 2013 Kebijakan PPTKILN telah memberikan dampak dengan banyaknya jumlah TKI ke Luar Negeri. Namun kebijakan tersebut tidak memberikan perlindungan yang baik dalam implementasinya. Kebijakan PPTKILN dinilai tidak memenuhi kebutuhan TKI sehingga kebijakan tersebut tidak bisa memecahkan masalah TKI yang ada selama ini. Hal ini bisa kita lihat pada data tabel di bawah, yang memperlihatkan jumlah TKI yang bermasalah di Jawa Barat. Tabel 4 Laporan Penanganan Kasus Menurut Jenis Kasus Januari sd Desember Tahun 2012 No Jenis Kasus Jumlah TKI 1. Sakit 26 2. Meninggal Dunia 69 3. Kontrak Kerja Habis Belum Pulang 52 4. Perlakuan Tidak Manusiawi 11 5. Gaji Tidak Dibayar 37 6. Berkaitan dengan Hukum 11 7. Klaim Asuransi 18 8. Pengiriman Uang DIAT 2 9. Putus Komunikasi 25 10 Tidak Sesuai Dengan Kontrak Kerja 9 11 Minta Dipulangkan 8 12 PHK Dipulangkan 2 13 Pemerasan 1 14 Pengiriman Sisa Gaji 17 15 Korban Pemerkosaan 3 JUMLAH 291 Sumber: Laporan BP3TKI Bandung Tahun 2013 Dari banyaknya jumlah tenaga kerja Jawa Barat yang bermasalah memperlihatkan bahwa kebijakan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri belum berjalan sesuai dengan tujuannya. Dari masalah ini maka penulis akan mencoba menelaah bagaimana kebijakan PPTKILN di rumuskan apakah sudah memenuhi kebutuhan TKI dan diimplementasikan di Provinsi Jawa Barat dengan mengevaluasi kebijakan tersebut. Evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak kebijakan yang ditimbulkan dari sebuah kegiatan implementasi, apakah dampak yang dihasilkan sudah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki ataukah tidak sesuai gagal, dan faktor apasaja yang menyebabkan kebijakan tersebut berhasil atau gagal.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka penulis menentukan masalah pokok yang akan diteliti ialah : 1. Bagaimanakah hasil Implementasi kebijakan perlindungan buruh migran perempuan di Provinsi Jawa Barat? 2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan kegagalan atau keberhasilan kebijakan perlindungan buruh migran perempuan di Provinsi Jawa Barat?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan gambaran mengenai kebijakan perlindungan buruh migran perempuan khususnya untuk buruh migran dari Provinsi Jawa Barat. 2. Untuk menemukan faktor-faktor penyebab kegagalan atau keberhasilan kebijakan perlindungan buruh migran perempuan.

D. Manfaat atau Kegunaan

1. Penelitian ini mampu memberikan masukan-masukan dan saran, bagi para pembuat dan pelaksana kebijakan perlindungan TKI, khususnya bagi BP3TKI Balai Pelatihan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia selaku badan operasional daerah dibawah BNP2TKI. 2. Penelitian ini mampu memberikan sumbangsih bagi penelitian-penelitian lainnya dalam Administrasi Negara, khususnya berkaitan dengan Evaluasi Kebijakan Publik perlindungan buruh migran.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepektif Politik Kebijakan Publik

Secara harfiah kebijakan publik itu tidak terlepas dari pengaruh pemerintah dan politik, karena sebuah kebijakan dibentuk oleh sekelompok orang yang memiliki kedudukan atau kekuasaan pemerintah dengan berlandaskan hukum dan tujuannya untuk menyelesaikan sebuah masalah yang berkembang di masyarakat, dan sifatnya mengikat seluruh warga negara termasuk pemerintah. Hal ini pun di dukung oleh Azmi 2012:21-23, Dalam kehidupan masyarakat, kebijakan publik sudah tentu akan mempengaruhi sebuah kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara politik, Anderson memaparkan bahwa banyak orang ingin terlibat dalam advokasi kebijakan, menggunakan pengetahuan dari kebijakan publik yang baik yang akan mempunyai tujuan yang benar, yang akan memenuhi kebutuhan mereka. Sebuah kebijakan publik diawali dengan proses kebijakan. Proses kebijakan tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 5 Proses Kebijakan Terminology kebijakan Tahap 1 Agenda Kebijakan Tahap 2 Formulasi Kebijakan Tahap 3 Adopsi Kebijakan Tahap 4 Implementasi Kebijakan Tahap 5 Evaluasi Kebijakan Definisi Diantara banyaknya permasalahan yang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Pengembangan atas hal yang berhubungan dan pengajuan yang diterima atas aksi untuk sepakat dengan masalah publik. Pengembangan dukungan utuk pengajuan yang lebih spesifik, karenanya kebijakan dapat dilegitimasikan. Aplikasi kebijakan oleh mesin administrative pemerintahan. Usaha pemerintah untuk menetapkan apakah kebijakan sudah efektif atau mengapa tidak efektif. Konsep Umum Mendapat perhatian pemerintah untuk menyadari aksi dari masalah. Apa yang diajukan untuk dilakukan mengenai masalah. Mendapatkan perhatian pemerintah untuk menerima solusi khusus atas masalah. Menerapkan kebijakan pemerintah kepada masalah. Apakah kebijakan itu berjalan efektif? Sumber: Buku Hasil Penelitian Azmy 2012:22 yang diadopsi dari James E Anderson, David W. Brady and Charles Bullock III, Public Policy and Politic in The United State, 1984. Anderson dalam Azmy 2012:22-23 mengatakan bahwa proses kebijakan publik itu mulai dari tahap agenda kebijakan sampai pada tahap evaluasi kebijakan. Dari pendapat tersebut maka penulis meberikan kesimpulan bahwasanya suatu kebijakan itu berangkat dari sebuah masalah publik yang mendapatkan perhatian dari pemerintah sehingga pemerintah menuangkannya dalam sebuah kebijakan baik berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, atau Peraturan Presiden untuk diimplementasikan dalam menangani masalah publik tersebut. Selain itu, Anderson juga menyebutkan bahwa dalam kebijakan publik, memang ada beberapa kelompok yang mempunyai akses lebih dari pada yang lain. Kebijakan publik dalam waktu kapan pun akan merefleksikan kepentingan orang yang dominan. Dalam pembuatan kebijakan, baik secara ekonomi atau politik, individu atau siapa pun akan didorong oleh pilihan-pilihan, dan kemudian mencari untuk memaksimalisasikan keuntungan yang mereka dapatkan. Hal ini juga didukung oleh pendapat Easton dalam Azmy 2012:22-23, yang mengatakan bahwa karakteristik kebijakan publik diawali dari kebijakan itu diformulasikan oleh para penguasa dalam suatu sistem politik, yaitu para sesepuh tertinggi suku, anggota-anggota eksekutif, legislatife, yudikatif, administrator, penasihat, para raja, dan semacamnya. Orang-orang ini oleh Easton disebut sebagai “orang yang terlibat dalam urusan keseharian dari sistem politik”, dan dikenal sebgai anggota yang paling banyak dari sistem sebagai yang mempunya tanggung jawab terhadap sebuah kebijakan. Brikland dalam Azmy 2012:23 menjelaskan bahwa ada dua kategori partisipan dalam pembuatan kebijakan publik, yaitu: 1. Official actor aktor resmi, yaitu mereka yang terlibat dalam kebijakan publik karena tanggung jawab mereka, dank arena itulah mereka mempunyai kekeuasaan untuk membuat dan menegakan kebijakan tersebut. Pihak ini biasanya dikenal dengan badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. 2. Unofficial actor aktor tidak resmi, yaitu aktor yang terlibat dan berperan dalam proses kebijakan tanpa adanya otoritas legal secara langsung untuk berpartisipasi. Sebutan aktor tidak resmi bukan berarti bahwa mereka kurang penting dari aktor resmi, atau peran mereka harus dibatasi. Sesungguhnya, kelompok ini dilibatkan karena mempunyai hak untuk terlibat, karena mereka mempunyai kepentingan yang penting untuk melindungi dan memajukan haknya untuk memperoleh kebutuhan mereka, karena dalam banyak hal sistem pemerintahan tidak akan berjalan baik tanpa mereka. Pihak ini biasa disebut sebagai LSM, atau masyarakat umum. Brikland dalam Azmy 2012:23 juga memaparkan bahwa partisipasi politik yang luas adalah kunci dari demokrasi yang sehat. Namun, partisipasi politik jangan hanya dilihat dari kacamata voting, ada skala yang lebih luas untuk komunitas yang berbeda, strata ekonomi yang berbeda, umur dan kategori lain untuk berpartisipasi. Pembuat kebijakan biasanya sensitif pada hal opini publik dan pada akhirnya, kita dapat mengatakan bahwa publik umum sering tidak dapat berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan. Kelompok kepentingan ini dikatakan penting, dan mungkin merupakan pusat pada proses kebijakan, karena kekuatan individu adalah keajaiban yang hebat ketika dibentuk secara kelompok. Hal tersebut juga di dukung oleh pendapat Lister dalam Azmy 2012:132 menyatakan bahwa kewarganegaraan politik harus menjadi bagian dari masyarakat secara penuh, karena ketika masyarakat menjalankan politik yang berbeda dengan lainnya, maka ia akan beresiko dimarginalisasikan sebagai politik yang tidak setara. Pemaparan dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik itu sangat dekat kaitannya dengan politik. Karena kebijakan publik itu dibuat oleh

Dokumen yang terkait

Analisa Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Komitmen Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Teaga Kerja Indonesia di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Medan

1 36 175

Perlindungan HAM Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Di Malaysia Ditinjau Dari Kovensi ILO Tentang Buruh Migran

13 206 104

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TENAGA KERJA INDONESIA OLEH BALAI PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA LAMPUNG

0 22 56

(ABSTRAK) PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KE LUAR NEGERI MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (Studi Pada Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Propinsi.

0 0 3

(ABSTRAK) PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KE LUAR NEGERI MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (Studi Pada Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Propinsi.

0 0 3

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2017 TENTANG KOMUNITAS KELUARGA BURUH MIGRAN

0 0 21

Pengaruh kepemimpinan, motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai di balai pelayanan, penempatan dan perlindungan tenaga kerja indonesia (bp3tki) Medan Repository UIN Sumatera Utara

0 2 93

LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISA PENGARUH KEPUASAN KERJA, KEPEMIMPINAN, DAN KEMAMPUAN PEGAWAI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PEGAWAI BALAI PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (BP3TKI) MEDAN

0 0 71

Analisa Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Komitmen Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Teaga Kerja Indonesia di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Medan

0 0 18

PELAYANAN BALAI PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (BP3TKI) SERANG DALAM PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL KABUPATEN SERANG

0 0 271