E. Kerangka Pemikiran
Maraknya kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia HAM dan perdagangan manusia atau trafficking yang menimpa para TKI di luar negeri ternyata
mengundang perhatian Megawati Soekarno Putri yang pada masa itu menjabat sebagai Persiden Republik Indonesia. Persiden megawati menuangkan
perhatiannya dengan merumuskan kebijakan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri yang berbentuk Undang-Undang No. 39
Tahun 2004. Dan kebijakan tersebut diimplementasikan pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, yang secara garis besar berisi tentang kewajiban
Negara untuk menjamin dan melindungi hak asasi warga negaranya dari objek perdagangan manusia, termasuk perbudakan dan kerja paksa, korban kekerasan
kesewenang-wenangan, kejahatan atas harkat dan martabat manusia, serta perlakuan lain yang melanggar hak asasi manusia.
Untuk menjalankan kebijakan tersebut maka Pada tahun 2006 persiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan peraturan presiden No. 81 Tahun 2006
tentang pembentukan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia BNP2TKI. Sebagai sebuah badan nasional yang menerima
amanat untuk mengimplementasikan Undang-Undang No. 39 Tahun 2004.Di Provinsi Jawa Barat amanat tersebut di berikan kepada BP3TKI bandung selaku
pelaksana teknis di daerah dibawah BNP2TKI yang memiliki tugas memberikan kemudahan pelayanan pemrosesan seluruh dokumen penempatan, perlindungan
dan penyelesaian masalah tenaga kerja Indonesia secara terkoordinasi dan terintegrasi di wilayah Propinsi Jawa Barat.
Di Provinsi Jawa Barat jumlah TKI yang di berangkatkan ke luar negeri mencapai 62.147 orang dari 26 kabupatenkota. Akan tetapi dari banyaknya jumlah TKI
pada tahun 2012 tersebut di barengi dengan banyaknya masalah yang menimpa para TKI yang jumlahnya mecapai 291 orang di tahun yang sama.
Dari bayaknya permasalahan yang menimpa TKI di atas maka perlindungan buruh migran yang telah di cantumkan dalam kebijakan yang berupa Undang-Undang
No. 39 Tahun 2004 di pertanyakan keberhasilan kebijakanya. Dalam sebuah kebijakan terdapat dua kemungkinan, yaitu: kebijakan tersebut gagal atau
kebijakan tersebut berhasil di implementasikan. Maka untuk mengukur berhasil atau tidaknya implementasi kebijakan tersebut di perlukan aktivitas kebijakan.
Evaluasi kebijakn publik merupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat membuahkan hasil, yaitu dengna membandingkan
hasil yang diperoleh dengan tujuan kebijakan yang telah di tentukan sebelumnya.
Evaluasi Kebijkan Perlindungan Buruh Migran Perempuan ini akan memberikan gambaran mengenai sejauh mana pencapaian tujuan-tujuan dari kebijakan tersebut
telah tercapai dan memberikan dampak bagi calon TKITKI sebagai sasaran kebijakan atau tidak.untuk lebih jelasnya mengenai penjabaran penjelasan pada
kerangka pikir, maka penulis menjabarkannya dalam alur kerangka pikir yang dapat dilihat pada gambar berikut ini: