EVALUASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN BURUH MIGRAN PEREMPUAN (STUDI PADA BALAI PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (BP3TKI) BANDUNG)

(1)

ABSTRACT

THE EVALUATION OF MIGRANT WORKER PROTECTION POLICY

By

SELLI MUTIARA SARI

The migrant worker problem continues to rise annually and it made government concern that the government enacted Act number 39 in 2004 about Placement and Protection of Indonesian Oversea Workers, so that President Susilo Bambang Yodhoyono issued President Regulation No 81 about Establishment of National Agency for Placement and Protection of Indonesian Oversea Worker (or BNP2TKI) and Service Agency For Placement and Protection of Indonesian Oversea Worker (or BP3TKI) as technical operation unit in regions under BNP2TKI to conduct Act No 39 in 2004.

The objectives of this research were to find out description from implementation of migrant worker protection in West Java province, and to find out factors that might cause failures in implementing migrant worker protection policy. The results showed that the implementation of Act No 39 in 2004 about Placement and Protection of Indonesian Oversea Workers was conducted improperly, because migrant worker always got problems. The some factors leading to implementation failures were that no particular budgets allocated by BP3TKI in Bandung for migrant worker protection, and both of coordination and bilateral cooperation conducted by government and BP3TKI was incapable to overcome migrant worker problems. This was a result of policies that were supposed to regulate migrant worker protection were formed with foreign interventions with an objective to benefit only particular parties.

The researcher recommends: (1) improvement of Indonesian Law and providing competent and responsible human resources; (2) improvement of bilateral agreements, facilitating service access provided by BP3TKI to monitor migrant workers in destination countries in forms of complaining communication access; (3) bearing insurance management to the government than to private sector, so that migrant workers must not fully pay insurances because a half of insurance fee


(2)

is to be charged from migrant worker protection funds; and (4) revising Act No 39 in 2004.


(3)

ABSTRAK

EVALUASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN BURUH MIGRAN

Oleh

SELLI MUTIARA SARI

Masalah buruh migran yang tidak kunjung usai setiap tahunnya menimbulkan perhatian dari pemerintah dengan menuangkannya dalam sebuah Undang-Undang No 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (PPTKILN), sehingga pada tahun 2006 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan peraturan presiden No 81 tentang Pembentukan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)dan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) sebagai unit pelaksana teknis di daerah di bawah BNP2TKIsebagai pelaksana UU No 39 Tahun 2004.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dari implementasi kebijakan perlindungan buruh migran di Provinsi Jawa Barat, serta mengetahui faktor-faktor penyebab kegagalan dari implementasi kebijakan perlindungan buruh migran tersebut. Penelitian ini menggunakaan pendekatan Kualitatif. Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai kebijakan perlindungan buruh migrant ditemukan dalam implementasi kebijakan UU No 39 Tahun 2004 tentang PPTKILN ini ternyata tidak dapat dijalankan dengan baik mulai dari pra penempatan sampai pada purna penempatan, karena dalam setiap prosesnya buruh migran tidak pernah luput dari berbagai masalah. Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan ini dapat dilihat dari anggaran yang dilakukan oleh BP3TKI Bandung yang belum memberikan anggaran khusus untuk perlindungan buruh migran, selain itu, koordinasi dan kerja sama bilateral yang dilakukan oleh pemerintah maupun BP3TKI belum mampu menyelesaikan masalah buruh migran. Karena, kebijakan yang mengatur tentang perlindungannya pun ternyata dibentuk atas hasil intervensi pihak asing dengan tujuan membuka ruang bisnis yang menguntungkan pihak-pihak tertentu saja.

Adapun rekomendasi yang dapat diberikan antara lain yaitu: (1) memperbaiki hukum di Indoenesia, dan memberikan Sumber Daya Manusia yang kompeten dan bertanggungjawab. (2) memperbaiki perjanjian bilateral, berikan kemudahan


(4)

akses pelayanan yang diberikan BP3TKI untuk mengawasi para buruh migran di negara penempatan dengan membentuk layanan pengaduan melalui komunikasi. (3) melimpahkan tanggungjawab pengelolaan asuransi pada pemerintah sehingga buruh migran tidak harus membayar penuh karena separuh dari yang dibebankan menjadi dana perlindungan, (4) merevisi UU No 39 Tahun 2004


(5)

(6)

EVALUASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN BURUH MIGRAN

PEREMPUAN

(Studi Pada Balai Pelayanan Penempatan Dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Bandung)

(Skripsi)

Oleh

SELLI MUTIARA SARI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran………...…..42

Gambar 2 Strukt Organisasi……….…... 66

Gambar 3 Surat Pernyataan………..…………...……... 72

Gambar 4 Kondisi Tangan Ibu Hana Paska Tindak Kekerasan Pengguna……….. 82


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK PERNYATAAN HALAMAN JUDUL RIWAYAT HIDUP MOTTO

PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah……….. 1

B. Rumusan Masalah………...………... 9

C. Tujuan Masalah………...………... 9

D. Manfaat Penelitian ………..……... 9

II. TINJAUAN PUATAKA A. Persepektif Politik Kebijakan Publik ………...……10

B. Tinjauan Tentang Evaluasi Kebijakan………. 14

1. Pengertian Evaluasi Kebijakan Publik……….….. 14


(9)

3. Sifat Evaluasi Kebijakan ………17

4. Fungsi-Fungsi Evaluasi ………..18

5. Tipe-Tipe Evaluasi……….20

6. Parameter Evaluasi ………. 26

C. Tinjauan Tentang Buruh Migran Secara Umum……….. 36

D. Kebijkan Perlindungan Buruh Migran ………..……… 37 E. Kerangka Pemikiran ………. 40

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Tipe Penelitian ……….……... 43 B. Fokus Penelitian……….……... 44 C. Lokasi Penelitian ……….……….. 45 D. Jenis dan SumberData ……….……. 46 1. Jenis Data……… 46 2. Sumber Data……….... 47 E. Teknik Pengumpulan Data ……… 49 F. Teknik Analisis Data ………. 51 G. Teknik Keabsahan Data ……… 53 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum BP3TKI Bandung……….……... 57

1. Latar Belakang……….………... 57

2. Tujuan dan Sasaran………..….. 59

3. Ruang Lingkup………..…….…. 60

4. Landasan Hukum……… 60

5. Tugas dan Fungsi……….... 61

6. Dukungan Personil………..… 63

7. Susunan Organisasi………. 65

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Implementasi kebijakan perlindungan buruh migran mulai dari Pra Penempatan, Penempatan, sampai pada purna penempatan …………..….……... 67

1. Tahap Pra Penempatan……….... 67 2. Tahap Penempatan..………..….. 78

3. Tahap Purna Penempatan………..…….…. 91 B. Faktor-faktor Penyebab Kegagalan atau Keberhasilan Kebijakan Perlindungan Buruh Migran di Provinsi Jawa Barat………...……… 101

1. Anggaran……….... 101 2. Koordinasi Lembaga dalam Perlindungan TKI………...…..… 105


(10)

3. Konteks Kebijakan………. 112

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……….……….…….... 128

B. Saran ………..………..….. 129

DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penempatan Per Tahun Per Negara (6 Negara Besar Penempatan)……….. 2

Tabel 2 Data Kekerasan terhadap Buruh Migran Indonesia di Berbagai Negara Penempatan dari Tahun 2004-2010………... 4

Tabel 3 Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Menurut Daerah Asal Tahun 2012………..……... 7

Tabel 4 Laporan Penanganan Kasus Menurut Jenis Kasus Januari s/d Desember Tahun 2012………..…………... 8

Tabel 5 Proses Kebijakan………...……...……11

Tabel 6 Anggaran Bernasis Pendekatan NPM……….…….31

Tabel 7 Daftar Nama Informan Wawancara………...…..47

Tabel 8 Data Dokumentasi Tabel 9 Jumlah Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal………..……….….63

Tabel 10 Jumlah Personil Berdasarkan Golongan………..………..……64

Tabel 11 Jenis Pelanggaran Pada Proses Rekrutmen…………..……….. 68 Tabel 12 Data Buruh Migran Indonesia Tahun 2009-2012……….…. 79

Tabel 13 Pelanggaran Hak-Hak Buruh Migran Tahun 20013……….……. 87

Tabel 14 Buruh Migrant Meninggal Tahun 2013………...……….. 88

Tabel 15 Data Kasus TKI Jawa Barat Tahun 2013………..……….…… 89 Tabel 16 Kebijakan Kepulangan TKI Tahun 1986-2012………. 93

Tabel 17 Beberapa Korban Mahalnya Pengiriman Lewat Cargo………..……... 96


(12)

Tabel 19 Dukungan Anggaran dan Peralatan………..……….. 103

Tabel 20 Biaya Penempatan TKI dari Tahun 1990-2012………..…. 113

Tabel 21 Keuntungan PJTKI dengan Negara Tujuan Malaysia 2006-2010…………...……… 117

Tabel 22 Keuntungan PJTKI dengan Tujuan Hongkong Tahun 2006-2010………..….... 117

Tabel 23 Keuntungan PJTKI dengan Tujuan Arab Saudi………..………… 117

Tabel 24 keuntungan PJTKI dengan Tujuan Singapura………. 118

Tabel 25 Matriks Evaluasi Kebijakan Buruh Migran Perempuan………..……… 123


(13)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamiin, tercurah segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunianya kepada penulis. Tak lupa shalawat serta salam penulis ucapkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Atas segala keridhoan dan kekuasaan dari Allah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “EVALUASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN BURUH MIGRAN PEREMPUAN (Studi Pada Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Bandung)sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara (S.A.N) pada jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki keterbatasan, kekurangan, dan ketidaksempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Azza wa Zalla

dan setiap kesalahan ada pada diri penulis yang merupakan proses pembelajaran penulis untuk menjadi lebih baik lagi dikemudian hari. Akhir kata saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis,

Selli Mutiara Sari


(14)

(15)

(16)

(17)

MOTO

Maka tidak seorangpun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenagkan hati sebagai balasan

atas apa yang mereka kerjakan (QS. As-Sajdah Ayat 17)

Orang-orang menjadi begitu luar biasa ketika mereka mulai berfikir bahwa mereka bisa melakukannya

(Vince Peale)

Hidup itu pilihan dan kita harus bertanggungjawab atas pilihan tersebut (Selli Mutiara Sari)

Saat tuhan masih memberikan mu waktu, maka saat itulah waktu akan mengubahmu

(Selli Mutiara Sari)

Bersyukurlah atas apa yang kamu miliki hari ini, maka kamu akan bahagia (Jufri Salim)


(18)

ERSEMBAHAN

Dengan menyucapakan banyak syukur kehadirat Allah SWT

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk yang menyayangiku:

Mamahku Tersayang Ai Wahda Fitriyati, S.Pd Papahku tersayang Jufri Salim

Terimakasih untuk segala dukungan, doa, dan semangat yang diberikan kepada ku Terimakasih sudah menjadi penerang dan memberikan petunjuk di setiap perjalanan hidupku Terimakasih atas semua kasih sayang, kebahagian, dan pengorbanan yang diberikan, sehingga aku

tidak pernah merasa kurang

Semoga dengan gelar ini, aku dapat memberikan sedikit senyum untuk kalian, dan semoga kalian selalu diberikan kerukunan dan kebahagian di dunia dan akhirat. AMIIN ..

Bapakku Tersayang Ujang Saripudin, S.Pd, M.M, wa Asep, dan Nenek dan Kakek (Alm)

Doa, dukungan, semangat dan kasih sayang kalian telah menyempurnakan perjalanan hidupku

Memberikan kebahagian yang tak ternilai untuk ku

Karya ini hanya hal kecil yang mampu aku berikan sebagai sedikit tanda terimasihku Semoga kebahagiaan dan kesehatan selalu Allah berikan kepada kalian

Amiin ..

Yoga Sudrajat, dan Keluarga besarku

Terimakasih telah memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada ku

Terimakasih telah menjadi sahabat, keluarga, dan teman hidup yang sabar, yang baik, dan menyayangiku dengan tulus


(19)

RIWAYAT HIDUP

penulis dilahirkan di Kabupaten Subang pada 1 September 1992, sebagai putri pertama dari pasangan Jufri Salim dan Ai Wahda Fitriyati. Penulis merasa sanggat bangga karena telah terlahir dari keluarga yang bahagia, yang dikelilingi oleh keluarga besar yang rukun dan bersahaja.

Selama masa pendidikan formalnya, penulis telah menempuh pendidikan di TK Darussalam (1995-1996), SD Negeri 5 Ciasem Subang (1998-2004), lalu penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Ciasem Subang (2004-2007), SMA Negeri 1 Ciasem Subang (2007-2010) penulis dan keluarga sangat bangga karena selama melaksanakan pendidikan penulis selalu meraih prestasi dalam bidang akademik, dan pada tahun 2010 penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Administrasi Negara melaui jalur Mandiri, karena pada saat itu penulis dinyatakan gagal dalam tahap seleksi IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri).

Pengalaman organisasi penulis dimulai ketika duduk di bangku SLTP dengan mengikuti organisasi PMR (Palang Merah Remaja). Di SMA penulis mengikuti organisasi Paskibra dan dipercaya sebagai Bendahara Umum. Pada jenjang kuliah penulis pernah mengikuti organisasi PMI (Palang Merah Indonesia) namun penulis tidak aktif dalam organisasi.

Pada semester 6, penulis dan rekan-rekan angkatan 2010 melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) Periode ke 2. Saat KKN penulis ditempatkan di Desa Gedung Wani Kecamatan Margatiga Lampung Timur, selama 40 hari penulis dan rekan-rekan dari Fakultas dan Jurusan


(20)

lain tinggal dirumah keluarga Bapak Johan yang kebetulan beliau adalah orang Lampung asli dan sekaligus sebagai mantan Lurah. Selama kebersaam tersebut penulis merasa telah memiliki keluarga baru, dan telah memperoleh banyak pengalaman dan pengetahuan khususnya untuk sedikit mengenal budaya Lampung.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh penulis jika ingin menyelesaikan studi di Universitas Lampung ialah dengan menyelesaikan skripsinya yang berjudul Evaluasi Kebijakan Perlindungan Buruh Migran Perempuan (studi pada Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Bandung). Berkat semangat, kerja keras dan doa yang tulus penulis panjatkan kepada Allah AWT yang telah memberikan keridhoannya sehingga penulis memperoleh banyak kekuatan, kemudahan, dan semangat untuk menyelesaikan studi di Universitas Lampung.


(21)

SANWACANA

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT pencipta alam semesta yang telah memberikan kebesarannya kepada penulis melalui kemudahan dan pertolongan yang tidak pernah terduga sebelumnya, serta karena berkat Rahmat dan Ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul EVALUASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN BURUH MIGRAN PEREMPUAN”. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak dapat menyelesaikan sendiri, namun banyak pihak yang memberikan bimbingan, motivasi, inspirasi, serta dukungan agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Atas segala bantuan yang diterima, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua ku tersayang mamah ku Ai Wahda Fitriyati & papah ku Jufri Salim, mamah dan papah adalah sosok yang luar biasa, karena kalianlah aku bisa menyelesaikan karya kecilku ini. Terima kasih buat Mamah & Papah atas kasih sayang yang telah kau berikan selama ini. Semoga ini awal yang indah bagiku agar dapat memberikan kebahagian untuk kalian, dan membuat kalian bangga. Semoga kalian selalu


(22)

mendapatkan kebahagian dari allah dalam hidupnya, selalu jadi keluarga kecil bahagia. I LOVE YOU

2. Bapak ku tercinta Ujang Saripudin, S.pd, MM terimakasih untuk semua cinta dan kasih yang tercurah buat aku dari aku kecil sampai aku sebesar ini. Terimakasih untuk segala masukannya, nasihatnya, makasih pokonya buat semuanya. Tetap jadi bapak yang baik buat aku yah. I LOVE YOU

3. Dr. Novita Tresiana, S.Sos, M.SIselaku pembimbing utama yang begitu baik, sangat mengerti apa yang aku mau untuk menulis skripsi ini, ibu yang enak diajak bertukar fikiran dan pendapat, sosok yang sangat keibuan, kalau melihat ibu seperti melihat mamah saya, yang masih cantik dan sangat energic di usianya. Makasih buat semuanya ibu, makasih untuk bimbingannya selama ini, untuk semangat dan dorongannya. Semoga allah selalu memberikan kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan. Amiin. . . 4. Devi Yulianti, S.A.N, M.P.A selaku dosen pembimbing yang begitu baik, sangat

mengarahkan aku untuk menulis skripsi ini, maaf jika aku punya salah selama bimbingan dengan ibu, terimakasih untuk semua masukannya, nasihatnya, dukungan dan semangatnya. Semoga ibu lancar dalam persalinnanya, semoga allah selalu berikan keselamatan, dan kebahagiaan untuk ibu. Amiin. . .

5. Dr. Noverman Duadji, M.SI selaku Dosen Pembahas yang begitu baik dan senantiasa memberikan semangat dan masukan yang begitu besar hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Simon Sumonjoyo Hutagalung, S.A.N., M.PA. selaku dosen Pembimbing Akademik menggantikan Ibu Indri yang sedang sekolah, yang selalu memberikan bimbingan selama di bangku kuliah dan selalu memberikan


(23)

dukungan atas segala kegiatan yang penulis ikuti, terima kasih bu atas segalanya yang diberikan selama ini.

7. Susana Indriyanti C. S.IP selaku dosen Pembimbing Akademik, yang selalu memberikan bimbingan selama di bangku kuliah dan selalu memberikan dukungan atas segala kegiatan yang penulis ikuti, terima kasih bu atas segalanya yang diberikan selama ini.

8. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si. dan Bapak Simon Sumonjoyo Hutagalung, S.A.N., M.PA. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara, dan Ibu Nur selaku staf Administrasi Jurusan terimakasih untuk semua yang sudah diberikan.

9. Dosen-dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, dimana dengan ikhlasnya memberikan ilmu yang bermanfaat dan memberikan pengalaman yang luar biasa bagi penulis. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunianya kepada beliau sekalian.

10. Nenek dan Kakek (Alm) ku, ade ku tersayang Aditya Fajar Nugraha dan Farhan Maulana Yusuf, dan Keluarga Besar ku. Terimakasih buat dukungan dan semangatnya selama ini. Makasih udah selalu jadi yang terbaik buat aku, makasih udah selalu ada disamping aku. makasih banyak. I LOVE YOU

11. Buat Wa Asep, Wa Ayu, makasih udah sayang sama tia dan izinin tia tinggal di rumah kalian selama tia kuliah, maaf untuk segala salah dan hilaf yang tia perbuat. Makasih banyak untuk semua yang kalian beri selama ini. I LOVE YOU


(24)

12. Yoga sudrajat tercinta dan terkasih. makasih buat dukungannya, doanya, semangatnya, makasih selalu ada disamping aku, nganter-nganter aku kerumah Mantan TKI, ke Migrant CARE, dan terimakasih buat semuanya. I LOVE YOU

13. Buat aa ku yang ganteng-ganteng Aditya Ibnu cepet kelarin skripsinya yah a, semangat terus, jangan nonton korea mulu, hehehe dan buat a Dion Putra makasih udah bantuin aku terjemahin abstrak, dan makasih udah jadi kaka ku yang baik.

14. Ibu Dra. Lismia Elita MM selaku Kasi perlindungan dan Agus Gustapul S selaku Staf CC Center BP3TKI yang membantu penulis dalam melakukan penelitian, sekaligus menjadi informan peneliti.

15. Terimaksih kepada ibu Anis Hidayah selaku Dirut Migrant CARE, yang membantu penulis dalam melakukan penelitian, sekaligus menjadi informan peneliti.

16. Kepada para mantan TKI yang membantu penulis dalam melakukan penelitian, sekaligus menjadi informan peneliti.

17. Dora Sonia Purba, S.A.N yang selalu jadi teman terbaik buat ku, selalu membukakan pintu kosannya buat aku maen dan istirahat. Buan Sriani, Sari Putri DMT, S.A.N dan Jenni S Depari, S.A.N makasih udah jadi teman terbaik selama 4 Tahun ini. Makasih udah selalu nemin aku selama aku kuliah. Pokoknya I LOVE YOU ALL and I MISS U, Next Time I hope we can meet again. Sukses buat kita.


(25)

18. Pandu Pamungkas, S.A.N. Padri Ari Sandi, S.A.N, Jodi Prayuda, Aris, Anjas, Yogis, Ade. Makasih udah jadi temen aku, kasih semangat ke aku, maksih buat jalan-jalannya, udah ngenalin aku sama Lampung. Hehehe Next jadi yah ke kiluan. hehehe

19. Buat Izal, Wayan, Hadi, Gideon, Eeng (semoga sukses kedepan). Geri, Daus, Beg, Bogel, Tian, Efrido, Lica, Maya Utami, Putri, maya utami, nurul, rahma, rana, Rofi’i ayooo semangat ngerjain skripsinya. semangat jadi S.A.N yah….

20. Tio Sandi Y, S.A.N dan Erisa Tri Anggraini S.A.N, dan Desmon E Candra, S.A.N, makasih buat bantuanya seminar kemaren, makasih juga untuk semangatnya.

21. Teman-teman ANE 010 Enggi, Nuzul, Karina, Nona, Sari Sukma, Dita, Sahara, Buat Indah Putri Sari Cory, Mery, Lusy, Aden, Julian, Hany, Tamy, Nurul, Maritha, Cahya, Gengnya Bunga Janati, si Maya, Indah Kiting, abdurahman (Selamat atas gelar S.A.N. nya) semoga sukses kedepan. Satria semangat kejar November yah. . .

22. Kakak tingkat dan Adik Tingkat ANE, kalian sosok yang luar biasa dan bersahabat. Hehhehe,,,

23. Buat Temen-Temen KKN makasih udah jadi keluarga baru aku, buat devi, waskito, doni tetep kompak yah temen. Hehehehe LOVE U

24. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas motivasi dan dukungannya.


(26)

Akhir kata semoga kita semua mendapatkan limpahan rahmat serta hidayah dari Allah SWT dan mudah-mudahan semua yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan dari Allah SWT. AMINN,,,

Harapan penulis semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi seluruh umat manusia yang mendambakan sebuah kedamaian dalam konflik yang tak ujung padam. AMINN..

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis,


(27)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja atau angkatan kerja di Indonesia semakin bertambah setiap tahunnya. Akan tetapi, lapangan pekerjaan di Indonesia tidak mampu menampung jumlah pencari kerja, sehingga masyarakat Indonesia memutuskan untuk mencari pekerjaan di luar negeri dengan harapan dapat memperbaiki kehidupan perekonomian mereka.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Azmi (2011:1), yang menyatakan bahwa kondisi yang memperihatinkan atas kehidupan sosial masyarakat Indonesia dapat dilihat dari besarnya angka pengangguran di Indonesia. Pusat Data Informasi (Pusdatin) Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) RI mencatat ada 22.753.520 angka pengangguran terbuka ditahun 2005. Pada tahun 2006 menjadi 22.036.693 orang dan 20.559.059 di tahun 2007. Tahun 2008 jumlah ini menjadi 18.822.105 orang dan 9.258.964 orang berstatus sebagai penganggur terbuka hingga bulan Februari 2009. Jumlah angka tersebut memberi gambaran nyata bahwa pencari kerja di Indonesia masih sangat besar dan belum diimbangi dengan lapangan kerja yang luas. Faktor lapangan kerja yang sempit dan kebutuhan ekonomi yang mendesak menyebabkan tumbuhnya minat sebagian


(28)

2

besar masyarakat Indonesia untuk melakukan migrasi dan bekerja di luar negeri sebagai buruh mingran Indonesia.

Kebanyakan buruh migran Indonesia yang bekerja di luar negeri direkrut untuk bekerja di sektor informal yang tersebar di negara-negara seperti Saudi Arabia dan Malaysia. Badan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) mencatat bahwa penempatan buruh migran di Saudi Arabia dan Malaysia menduduki peringkat paling besar sebagai negara tujuan para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk bekerja. Hal ini dapat di tunjukan dari tabel di bawah ini :

Tabel 1 Penempatan Per Tahun Per Negara (6 Negara Besar Penempatan) No Negara

Penempatan

Tahun

Jumlah 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Saudi Arabia 281,087 257,217 234,644 276,633 228,890 137,643 11,814 1,427,928 2 Malaysia 219,658 222,198 187,123 123,886 116,056 134,108 46,296 1,049,325 3 Taiwan 45,706 50,810 59,522 59,335 62,048 73,498 30,669 381,588 4 Singapore 28,661 37,496 21,807 33,077 39,623 47,781 20,430 228,875

5

United Emirate Arab (UEA)

22,685 28,184 38,092 40,391 37,337 39,857 14,274 220,820

6 Hong Kong 20,100 29,973 30,204 32,417 33,262 50,283 18,237 214,476 Sumber : Pusat Penelitian Pengembangan dan Sistem Informasi BNP2TKI, 2012.

Data di atas hanya mewakili jumlah negara tujuan terbesar para Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Sebenarnya masih banyak negara-negara lain sekitar 45 negara lagi yang manjadi negara tujuan bagi TKI.

Banyaknya jumlah negara yang menjadi tujuan para TKI memperlihatkan betapa banyaknya buruh migran indonesia yang bekerja di luar negeri dari tahun ke


(29)

3

tahunnya. Akan tetapi, kenyataan ini tidak diimbangi dengan perlindungan yang baik untuk para TKI. Sebuah berita online harian terbit (tuntas,tegas,cerdas).com menyatakan bahwa, negara telah menerima devisa sebesar Rp 1,5 juta per bulan dari setiap individu, dikali dengan banyaknya jumlah TKI. Maka selama setahun TKI telah menyumbang devisa kurang lebih sekitar Rp 108 triliun.

Banyaknya sumbangan devisa yang diberikan oleh para TKI ke negara ternyata tidak sesuai dengan perlindungan yang diberikan negara kepada para TKI. Hal ini sesuai dengan pendapat Azmi (2012:7), bahwa ada beberapa kasus kekerasan yang terjadi pada buruh migran Indonesia pada sektor informal yang dapat dilihat sejak tahun 2004 sampai dengan sekarang. Pada tahun 2004 media massa gencar memberitakan tentang penganiayaan yang di alami oleh Nirmala Bonat, seorang Pegawai Rumah Tangga (PRT) migran yang bekerja di Malaysia. Nirmala Bonat mengalami penyiksaan dari majikannya berupa penyiraman air panas, bekas strika pada tubuhnya, pemukulan kepala dengan gantungan baju, dan pemukulan cawan pada kepala Nirmala. Meski demikian, bukan berarti bahwa kejadian penganiayaan terhadap buruh migran Indonesia baru terjadi di tahun 2004. Tentu sudah banyak terjadi penganiayaan, namun tidak diketahui oleh masyarakat Indonesia. Di bawah ini data mengenai jumlah kekerasan yang terjadi pada TKI di negara penempatan.


(30)

4

Tabel 2 Data Kekerasan terhadap Buruh Migran Indonesia di Berbagai Negara Penempatan dari Tahun 2004-2010

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Saudi Arabia 3 - 5 55 53 1048 5536

Malaysia 4 7 19 58 37 1748 1000

Singapura 2 - - 4 14 16 3

Hongkong - - - 4 - 78 2

Taiwan - - - 5 6 103 8

UEA - - 1 1 6 533 5

Jumlah 9 7 26 141 131 5314 6588

Total keseluruhan

12.216 Orang Sumber: di kelola dari Database Migrant CARE tahun 2004-2010

Data di atas menunjukan adanya kenaikan jumlah kekerasan terhadap buruh migran setiap tahunnya. Akan tetapi kekerasan tersebut tidak berhenti hanya pada masalah penyiksaan dan serupanya. Baru-baru inikasus perdagangan TKI telah terjadi di Malaysia Indonesia Maids Now on SALE di situ dijelaskan, TKI dilabeli dengan harga 7.500 Ringgit Malaysia (RM) atau diskon 40 persen dari tarif semula. Jika ingin menggunakan jasa TKI, calon pengguna bisa menyetor deposit 3500 RM. Iklan tersebut juga memuat nomor telepon yang bisa dihubungi.

Menurut sumber Okezonenews.com, bahwa tidak hanya kasus Indonesia Maids Now on SALE yang menimpa para TKI di Malaysia. Kasus perdagangan orang atau trafficking juga menimpa Abdul Kadir, dan Mad Noon yang organ tubuhnya di perdagangkan. Faktanya ada lebih dari 1.6 juta pekerja ilegal asal Indonesia yang bekerja di luar negeri, dan sebanyak 69 persen adalah wanita bahkan masih banyak anak-anak, yang sebagian di antara mereka menjadi korban trafficking yang dipekerjakan secara eksploitatif sebagai tenaga seks. Namun, selama


(31)

2005-5

2011, International Organization of Migration (IOM) Indonesia, telah menangani 3,942 kasus trafficking, dengan 87.94 % dari kasus trafficking tersebut terjadi di Malaysia. Mayoritas kasus trafficking dialami oleh perempuan, yaitu sebesar 88%. Masih berdasarkan catatan IOM, mayoritas korban trafficking dipekerjakan sebagai PRT sebanyak 53,33% sedangkan 16,52% dipekerjakan sebagai pekerja seks.

Maraknya kasus yang terjadi pada buruh migran indonesia pada umumnya menimpa buruh migran yang bekerja di sektor informal sebagai PRT, yang selama ini banyak mengalami tindakan kekerasan dari tahap pra penempatan, penempatan hingga purna penempatan. Oleh karena itu, pemerintah menuangkan perhatiannya terhadap perlindungan buruh migran dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (PPTKILN).

Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 berisi tentang penjelasan mengenai Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, yang secara garis besar berisi tentang kewajiban negara untuk menjamin dan melindungi hak asasi warga negaranya dari objek perdagangan manusia, termasuk perbudakan dan kerja paksa, korban kekerasan kesewenang-wenangan, kejahatan atas harkat dan martabat manusia, serta perlakuan lain yang melanggar hak asasi manusia.Serta negara wajib menjamin dan melindungi hak asasi warga negaranya yang bekerja baik di dalam maupun di luar negeri bedasarkan prinsip persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi dan anti perdagangan manusia.


(32)

6

Sehingga Pada tahun 2006 presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan peraturan presiden No. 81 Tahun 2006 tentang pembentukan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia(BNP2TKI). BNP2TKI sendiri adalah sebuah badan yang berdiri atas dasar peraturan presiden yang diamanatkan untuk mengimplementasikan Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang PPTKILN. Sekarang ini program penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri semakin mendapatkan sambutan positif khususnya bagi masyarakat Jawa Barat yang merupakan salah satu daerah sumber rekrut terbesar Calon TKI untuk ditempatkan di luar negeri sebagai pilihan alternatif untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan guna meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya.

BP3TKI (Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) adalah unit pelaksana teknis di daerah di bawah BNP2TKI yang memiliki tugas memberikan kemudahan pelayanan pemprosesan seluruh dokumen penempatan, perlindungan dan penyelesaian masalah tenaga kerja Indonesia secara terkoordinasi dan terintegrasi di wilayah Propinsi Jawa Barat. BP3TKI Bandung memiliki wilayah kerja yang cukup luas mencakup 26 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. Dari 26 kabupaten/kota di Jawa Barat Kabupaten Indramayu adalah kabupaten yang paling banyak mengirimkan tenaga kerjanya. Kenyataan ini bisa lihat pada tabel jumlah TKI Perempuan disetiap daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat di bawah ini:


(33)

7

Tabel 3 Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Menurut Daerah Asal Tahun 2012 Nama Kabupaten/Kota Jumlah TKI

Perempuan

Kabupaten Bogor 543

Kabupaten Sukabumi 4.686

Kabupaten Cianjur 6.591

Kabupaten Bandung 1.842

Kabupaten Garut 1.003

Kabupaten Tasikmalaya 409

Kabupaten Ciamis 880

Kabupaten Kuningan 333

Kabupaten Cirebon 9.313

Kabupaten Majalengka 3.562

Kabupaten Sumedang 323

Kabupaten Indramayu 16.537

Kabupaten Subang 6.083

Kabupaten Purwakarta 1.521 Kabupaten Karawang 6.398

Kabupaten Bekasi 662

Kabupaten Bandung Barat 571

Kota Bogor 22

Kota Sukabumi 159

Kota Bandung 90

Kota Cirebon 102

Kota Bekasi 176

Kota Depok 155

Kota Cimahi 55

Kota Tasikmalaya 57

Kota Banjar 74

Jumlah 62.147

Sumber: Laporan BP3TKI Bandung Tahun 2013

Kebijakan PPTKILN telah memberikan dampak dengan banyaknya jumlah TKI ke Luar Negeri. Namun kebijakan tersebut tidak memberikan perlindungan yang baik dalam implementasinya. Kebijakan PPTKILN dinilai tidak memenuhi kebutuhan TKI sehingga kebijakan tersebut tidak bisa memecahkan masalah TKI yang ada selama ini. Hal ini bisa kita lihat pada data tabel di bawah, yang memperlihatkan jumlah TKI yang bermasalah di Jawa Barat.


(34)

8

Tabel 4 Laporan Penanganan Kasus Menurut Jenis Kasus Januari s/d Desember Tahun 2012

No Jenis Kasus Jumlah TKI

1. Sakit 26

2. Meninggal Dunia 69

3. Kontrak Kerja Habis Belum Pulang 52

4. Perlakuan Tidak Manusiawi 11

5. Gaji Tidak Dibayar 37

6. Berkaitan dengan Hukum 11

7. Klaim Asuransi 18

8. Pengiriman Uang DIAT 2

9. Putus Komunikasi 25

10 Tidak Sesuai Dengan Kontrak Kerja 9

11 Minta Dipulangkan 8

12 PHK Dipulangkan 2

13 Pemerasan 1

14 Pengiriman Sisa Gaji 17

15 Korban Pemerkosaan 3

JUMLAH 291

Sumber: Laporan BP3TKI Bandung Tahun 2013

Dari banyaknya jumlah tenaga kerja Jawa Barat yang bermasalah memperlihatkan bahwa kebijakan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri belum berjalan sesuai dengan tujuannya. Dari masalah ini maka penulis akan mencoba menelaah bagaimana kebijakan PPTKILN di rumuskan (apakah sudah memenuhi kebutuhan TKI) dan diimplementasikan di Provinsi Jawa Barat dengan mengevaluasi kebijakan tersebut. Evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak kebijakan yang ditimbulkan dari sebuah kegiatan implementasi, apakah dampak yang dihasilkan sudah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki ataukah tidak sesuai (gagal), dan faktor apasaja yang menyebabkan kebijakan tersebut berhasil atau gagal.


(35)

9

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka penulis menentukan masalah pokok yang akan diteliti ialah :

1. Bagaimanakah hasil Implementasi kebijakan perlindungan buruh migran perempuan di Provinsi Jawa Barat?

2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan kegagalan atau keberhasilan kebijakan perlindungan buruh migran perempuan di Provinsi Jawa Barat?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan gambaran mengenai kebijakan perlindungan buruh migran perempuan khususnya untuk buruh migran dari Provinsi Jawa Barat. 2. Untuk menemukan faktor-faktor penyebab kegagalan atau keberhasilan

kebijakan perlindungan buruh migran perempuan.

D. Manfaat atau Kegunaan

1. Penelitian ini mampu memberikan masukan-masukan dan saran, bagi para pembuat dan pelaksana kebijakan perlindungan TKI, khususnya bagi BP3TKI (Balai Pelatihan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) selaku badan operasional daerah dibawah BNP2TKI.

2. Penelitian ini mampu memberikan sumbangsih bagi penelitian-penelitian lainnya dalam Administrasi Negara, khususnya berkaitan dengan Evaluasi Kebijakan Publik perlindungan buruh migran.


(36)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepektif Politik Kebijakan Publik

Secara harfiah kebijakan publik itu tidak terlepas dari pengaruh pemerintah dan politik, karena sebuah kebijakan dibentuk oleh sekelompok orang yang memiliki kedudukan atau kekuasaan (pemerintah) dengan berlandaskan hukum dan tujuannya untuk menyelesaikan sebuah masalah yang berkembang di masyarakat, dan sifatnya mengikat seluruh warga negara termasuk pemerintah. Hal ini pun di dukung oleh Azmi (2012:21-23), Dalam kehidupan masyarakat, kebijakan publik sudah tentu akan mempengaruhi sebuah kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara politik, Anderson memaparkan bahwa banyak orang ingin terlibat dalam advokasi kebijakan, menggunakan pengetahuan dari kebijakan publik yang baik yang akan mempunyai tujuan yang benar, yang akan memenuhi kebutuhan mereka. Sebuah kebijakan publik diawali dengan proses kebijakan. Proses kebijakan tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:


(37)

11

Tabel 5 Proses Kebijakan

Terminology kebijakan Tahap 1 Agenda Kebijakan Tahap 2 Formulasi Kebijakan Tahap 3 Adopsi Kebijakan Tahap 4 Implementasi Kebijakan Tahap 5 Evaluasi Kebijakan

Definisi Diantara

banyaknya permasalahan yang

mendapat perhatian

serius dari

pemerintah.

Pengembangan atas hal yang berhubungan dan pengajuan yang diterima atas aksi untuk sepakat dengan masalah publik.

Pengembangan dukungan utuk pengajuan yang lebih spesifik, karenanya kebijakan dapat dilegitimasikan.

Aplikasi kebijakan

oleh mesin

administrative pemerintahan. Usaha pemerintah untuk menetapkan apakah kebijakan sudah efektif atau mengapa tidak efektif. Konsep Umum Mendapat perhatian pemerintah untuk menyadari

aksi dari

masalah.

Apa yang

diajukan untuk dilakukan mengenai masalah. Mendapatkan perhatian pemerintah untuk menerima

solusi khusus

atas masalah. Menerapkan kebijakan pemerintah kepada masalah. Apakah kebijakan itu berjalan efektif?

Sumber: Buku Hasil Penelitian Azmy (2012:22) yang diadopsi dari James E Anderson, David W.

Brady and Charles Bullock III, Public Policy and Politic in The United State, 1984.

Anderson dalam Azmy (2012:22-23) mengatakan bahwa proses kebijakan publik itu mulai dari tahap agenda kebijakan sampai pada tahap evaluasi kebijakan. Dari pendapat tersebut maka penulis meberikan kesimpulan bahwasanya suatu kebijakan itu berangkat dari sebuah masalah publik yang mendapatkan perhatian dari pemerintah sehingga pemerintah menuangkannya dalam sebuah kebijakan baik berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, atau Peraturan Presiden untuk diimplementasikan dalam menangani masalah publik tersebut. Selain itu,


(38)

12

Anderson juga menyebutkan bahwa dalam kebijakan publik, memang ada beberapa kelompok yang mempunyai akses lebih dari pada yang lain. Kebijakan publik dalam waktu kapan pun akan merefleksikan kepentingan orang yang dominan. Dalam pembuatan kebijakan, baik secara ekonomi atau politik, individu atau siapa pun akan didorong oleh pilihan-pilihan, dan kemudian mencari untuk memaksimalisasikan keuntungan yang mereka dapatkan.

Hal ini juga didukung oleh pendapat Easton dalam Azmy (2012:22-23), yang mengatakan bahwa karakteristik kebijakan publik diawali dari kebijakan itu diformulasikan oleh para penguasa dalam suatu sistem politik, yaitu para sesepuh tertinggi suku, anggota-anggota eksekutif, legislatife, yudikatif, administrator, penasihat, para raja, dan semacamnya. Orang-orang ini oleh Easton disebut sebagai “orang yang terlibat dalam urusan keseharian dari sistem politik”, dan dikenal sebgai anggota yang paling banyak dari sistem sebagai yang mempunya tanggung jawab terhadap sebuah kebijakan.

Brikland dalam Azmy (2012:23) menjelaskan bahwa ada dua kategori partisipan dalam pembuatan kebijakan publik, yaitu:

1. Official actor (aktor resmi), yaitu mereka yang terlibat dalam kebijakan publik karena tanggung jawab mereka, dank arena itulah mereka mempunyai kekeuasaan untuk membuat dan menegakan kebijakan tersebut. Pihak ini biasanya dikenal dengan badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

2. Unofficial actor (aktor tidak resmi), yaitu aktor yang terlibat dan berperan dalam proses kebijakan tanpa adanya otoritas legal secara langsung untuk


(39)

13

berpartisipasi. Sebutan aktor tidak resmi bukan berarti bahwa mereka kurang penting dari aktor resmi, atau peran mereka harus dibatasi. Sesungguhnya, kelompok ini dilibatkan karena mempunyai hak untuk terlibat, karena mereka mempunyai kepentingan yang penting untuk melindungi dan memajukan haknya untuk memperoleh kebutuhan mereka, karena dalam banyak hal sistem pemerintahan tidak akan berjalan baik tanpa mereka. Pihak ini biasa disebut sebagai LSM, atau masyarakat umum.

Brikland dalam Azmy (2012:23) juga memaparkan bahwa partisipasi politik yang luas adalah kunci dari demokrasi yang sehat. Namun, partisipasi politik jangan hanya dilihat dari kacamata voting, ada skala yang lebih luas untuk komunitas yang berbeda, strata ekonomi yang berbeda, umur dan kategori lain untuk berpartisipasi. Pembuat kebijakan biasanya sensitif pada hal opini publik dan pada akhirnya, kita dapat mengatakan bahwa publik umum sering tidak dapat berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan. Kelompok kepentingan ini dikatakan penting, dan mungkin merupakan pusat pada proses kebijakan, karena kekuatan individu adalah keajaiban yang hebat ketika dibentuk secara kelompok. Hal tersebut juga di dukung oleh pendapat Lister dalam Azmy (2012:132) menyatakan bahwa kewarganegaraan politik harus menjadi bagian dari masyarakat secara penuh, karena ketika masyarakat menjalankan politik yang berbeda dengan lainnya, maka ia akan beresiko dimarginalisasikan sebagai politik yang tidak setara.

Pemaparan dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik itu sangat dekat kaitannya dengan politik. Karena kebijakan publik itu dibuat oleh


(40)

14

aktor-aktor yang memiliki kedudukan di politik, dan biasanya sesuatu yang dekat dengan politik itu lebih pro terhadap kelompok orang yang dominan. Oleh karena itu kebijakan publik terkesan hanya memenuhi kebutuhan pihak-pihak dominan saja, tidak memenuhi kebutuhan publik/masyarakat umum. Sebab itu, dibutuhkan evaluasi kebijakan untuk menelaah seberapa efektifkah sebuah kebijakan publik itu diimplementasikan.

B. Tinjauan Tentang Evaluasi Kebijakan 1. Pengertian Evalusi Kebijakan

Evaluasi kebijakan adalah salah satu bagian dari proses kebijakan yang tidak kalah pentingnya dengan proses kebijakan yang lain. Secara umum evaluasi kebijakan adalah sebuah penilaian yang dilakukan terhadap sebuah kebijakan apakah kebikajan tersebut efektif atau tidak efektif. Evaluasi kebijakan sendiri tidak hanya dilakukan di akhir proses kebijakan, tetapi evaluasi kebijakan dilakukan di awal (formulasi) atau pada saat mengimplementasikan kebijakan tersebut. Pernyataan ini diperkuat oleh Dunn (2000:608), ia menyatakan bahwa istilah evaluasi itu mempunyai arti yang saling berhubungan, masing-masing menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai, tahap hasil kebijakan dan program. Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian (assessment), kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. Dunn juga mengemukakan bahwa evaluasi kebijakan itu sebuah proses untuk melihat sebab-sebab kegagalan suatu kebijakan


(41)

15

atau untuk mengetahui apakah kebijakan publik yang telah dijalankan meraih dampak yang diinginkan.

Selain itu, evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi kebijakan dipandang sebagi suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan dapat meliputi tahap perumusan masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.

Pendapat lain menurut Nugroho (2009:669), evaluasi kebijakan biasanya ditunjuk untuk menilai sejauh mana keefektifan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya. Sejauh mana tujuan dicapai. Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Pernyataan mengenai definisi lainnya diutarakan oleh Henry (1995:223) bahwa, evaluasi dan analisis mencakup suatu jangkauan aktivitas yang luas dibuat untuk mendukung proses pembuatan keputusan yang sedang berjalan. Aktivitas-aktivitas ini meliputi tinjauan-tinjauan yang telah dikenal seperti perencanaan program, pengujian anggaran, analisis manajemen, perencanaan, penelitian kelembagaan, penganggaran program, analisis program, perekayasaan, analisis ekonomi, evaluasi program, analisis kebijaksanaan, analisis kelayakan ongkos dan sebagainya.


(42)

16

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa evaluasi kebijakan merupakan sebuah penilaian terhadap suatu kebijakan atau program dengan mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan kebijakan tersebut. Selain itu, Evaluasi bertujuan untuk memberikan arahan atau acuan untuk program selanjutnya, atau sebagai masukan bagi suatu kebijakan yang sudah ada.

2. Tujuan Evaluasi Kebijakan

Proses evaluasi kebijakan tidak hanya menilai efektifitas dari kebijakan publik saja tanpa memberikan kontribusi untuk kebijakan itu sendiri. Pada dasarnya sebuah kebijakan dievaluasi untuk memperoleh sebuah masukan dengan kata lain ada tujuan yang ingin dicapai dari sebuah proses evaluasi kebijakan yaitu untuk memberikan masukan atau arahan untuk program selanjutnya atau masukan bagai kebijakan yang sudah ada. Adapun Tujuan dari evaluasi kebijkan Menurut Henry (1995:225), penelitian evaluasi dapat diarahkan untuk berbagai macam tujuan, tidak hanya sebagai alat untuk memperbaiki program-program. Kadang-kadang evaluasi dilakukan untuk membenarkan atau mendukung suatu program yang sedang berjalan dan kadang-kadang untuk meneliti atau memeriksa program tersebut supaya terhindar dari kegagalan, mengakhirinya, mengganti kepemimpinannya, atau untuk mengurangi kegiatan-kegiatannya.

Suharto (2006:119), mengemukakan bahwa evaluasi bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan


(43)

17

c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin terjadi di luar rencana.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan evaluasi adalah sebagai alat ukur untuk mengetahui kegagalan atau keberhasilan suatu kebijakan atau program kebijakan dengan mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kebijakan tersebut gagal atau berhasil. Maka hasil dari evaluasi akan memberikan masukan atau rekomendasi berupa dukungan atau penolakan untuk mengakhiri kebijakan tersebut.

3. Sifat Evaluasi

Dunn (2000: 608), menyatakan bahwa evaluasi mempunyai sejumlah karakteristik yang membedakannya dari metode-metode analisis kebijakan lainnya, antara lain:

a. Fokus nilai. Evaluasi berbeda dengan pemantauan, dipusatkan pada penilaian menyangkut keperluan atau nilai dari sesuatu kebijakan dan program.

b. Interdependensi fakta nilai. Tuntutan evaluasi tergantung baik fakta maupun nilai. Untuk menyatakan bahwa kebijakan atau program tertentu telah mencapai tingkat kinerja yang tertinggi (atau rendah) diperlukan tidak hanya bahwa hasil-hasil kebijakan berharga bagi sejumlah individu, kelompok atau seluruh masyarakat.

c. Orientasi masa kini dan masa lampau. Tuntutan evaluatife, berbeda dengan tuntutan-tuntutan advokatif, diarahkan pada hasil sekarang dan masa lalu, ketibang hasil di masa depan.


(44)

18

d. Dualitas nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai kualitas ganda, karena mereka dipandang sebagai tujuan dan sekaligus cara.

Kesimpulannya bahwa sifat dari evaluasi yaitu sebuah penilaian terhadap suatu kebijakan yang diperoleh dari fakta nilai untuk mengatakan bahwa kebijakan tersebut gagal atau berhasil, sesuai atau tidak sesuai dengan tujuan kebijakan dengancara membandingkanya pada masa sekarang (setelah kebijakan tersebut ada dan diimplementasikan) dan masa yang lampau (sebelum kebijakan itu ada atau lahir).

4. Fungsi-Fungsi Evaluasi Kebijakan

Menurut Dunn (2000:609) evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan, sebagai berikut:

a. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu, seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu dan target tertentu yang telah dicapai.

b. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoprasikan tujuan dan target. Nilai juga dikritik dengan menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan dan target dalam hubungan dengan masalah yang dituju.


(45)

19

c. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi tentang memadainya kinerja kebijakan dapat memberi sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan, sebagai contoh, dengan menunjukan bahwa tujuan dan target perlu didefinisikan ulang.

Menurut Wibawa dalam Nugroho (2009:675), evaluasi kebijakan publik memiliki empat fungsi , yaitu:

a. Eksplanasi. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antar berbagai dimensi realitas yang diamatinya. Dari evaluasi ini evaluator dapat mengidentifikasi masalah, kondisi, dan actor yang mendukung keberhasilan atau kegagalan kebijakan.

b. Kepatuhan. Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya, sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.

c. Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai ketangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran atau penyimpangan.

d. Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial-ekonomi dari kebijakan tersebut.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi dari evaluasi adalah sebagai penafsiran, penilaian dan sebagai masukan terhadap suatu kebijakan atau program kebijkan dengan mengukur tingkat keberhasilan dan


(46)

20

tingkat kegagalan dari kebijakan atau program kebijkan tersebut dengan memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk menjadikan sebuah kebijakan yang baik.

5. Tipe-Tipe Evaluasi Kebijakan

Selain fungsi-fungsi evaluasi kebijakan terdapat pula tipe-tipe evaluasi kebijakan, tipe evaluasi kebijakan adalah sebuah pemisah antara evaluasi kebijakan tahap awal (evaluasi formulasi), tahap pelaksanaan (evaluasi implementasi) dan evaluasi pada tahap akhir (evaluasi dampak). Berikut ini penjelasan mengenai tipe-tipe evaluasi kebijakan.

Tipe evaluasi kebjakan terdiri dari beberapa tipe diantaranya tipe evaluasi formulasi, evaluasi implementasi, dan evaluasi dampak atau output dari sebuah kebijakan, yang pertama yaitu evaluasi formulasi, evaluasi formulasi biasanya berkenaan dengan seberapa efektifkah sebuah kebijakan itu dirumuskan, yang kaitannya dengan apakah kebijakan yang dirumuskan itu dapat memenuhi kebutuhan publik atau tidak memenuhi. Nugroho (2009:679-682) menjelaskan mengenai evaluasi formulasi. Secara umum, evaluasi formulasi kebijakan publik berkenaan dengan apakah formulasi kebijakan publik telah dilaksanakan:

a. Menggunakan pendekatan yang sesuai dengan masalah yang hendak diselesaikan, karena setiap masalah publik memerlukan model formulasi kebijakan publik yang berlainan.

b. Mengarah pada permasalahan inti, karena setiap pemecahan masalah harus benar-benar mengarah pada inti permasalahannya.


(47)

21

c. Mengikuti prosedur yang diterima secara bersama, baik dalam rangka keabsahan maupun dalam rangka kesamaan dan keterpaduan langkah perumusan.

d. Mendayagunakan sumberdaya yang ada secara optimal, baik dalam bentuk sumber daya waktu, dana, manusia, maupun kondisi lingkungan strategis. Evaluasi formulasi dapat dilakasanakan dengan menggunakan beberapa teknik evaluasi yang dapat mengacu pada model formulasi kebijakan publik apa yang dipergunakan. Model formulasi yang dipilih merupakan ukuran standar yang dapat dipergunakan untuk menilai proses formulasi apakah proses tersebut telah sesuai dengan model formulasi yang dipergunakan ataukah tidak. Berikut ini beberpa model evaluasi formulasi menurut Nugroho (2009:680):

a. Model kelembagaan b. Model proses c. Model kelompok d. Model elite e. Model rasional f. Model incremental g. Model teori permainan h. Model pilihan publik i. Model sistem

j. Model demokratis k. Model strategis l. Model delebratif

Sederhanannya, pemikiran Nugroho mengenai model di atas ialah bahwa suatu evaluasi formulasi kebijakan itu bisa dilakukan dengan berpatokan pada ukuran atau parameter evaluasi formulasi yaitu dengan menggunakan model formulasi. Jadi jika suatu formulasi kebijakan menentukan untuk menggunakan model kelompok karena masalah yang dihadapi akan dapat diselesaikan dengan model kebijakan yang dirumuskan dalam kelompok maka proses formulasinya pun harus


(48)

22

secara model kelompok. Namun apabila model formulasi yang digunakannya model kelompok tetapi dalam praktiknya menggunakan model elite maka dapat dikatakan bahwa formulasi kebijakan publik yang dilakukan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara proses.

Selain evaluasi formulasi ada evaluasi implementasi, yaitu berkaitan dengan penilaian sejauh mana keefektifan praktik dari sebuah kebijakan yang sudah dirumuskan, apakah kebijakan tersebut dapat menyelesaikan masalah publik ataukah tidak berjalan efektif. Berikut ini pemaparan mengenai evaluasi implementasi yang dikemukakan oleh Anderson dalam Winarno (2012: 230), Anderson membagi evaluasi implementasi kebijakan ke dalam tiga tipe, yaitu:

a. Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional.

Bila evaluasi kebijakan dipahami kegiatan fungsional, maka evaluasi kebijakan dipandang sebagai kegiatan yang sama pentingnya dengan kebijakan itu sendiri. Para pembentuk kebijakan dan administrator selalu membuat pertimbangan-pertimbangan mengenai manfaat atau dampak dari kebijakan-kebijakan, program-program dan proyek-proyek, pertimbangan ini banyak memberi kesan bahwa pertimbangan-pertimbangan tersebut didasarkan pada bukti yang terpisah-pisah dan dipengaruhi oleh ideologi, kepentingan para pendukungnya dan kriteria-kriteria lainnya.

b. Merupakan tipe evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program-program tertentu.


(49)

23

Tipe evaluasi seperti ini berangkat dari pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut: apakah program dilaksanakan dengan semestinya? Berapa biayanya? Siapa yang menerima manfaat (pembayaran atau pelayanan), dan berapa jumlahnya? Apakah terdapat duplikasi atau kejenuhan dengan program-program lain? Apakah ukuran-ukuran dasar dan prosedur-prosedur diikuti? Dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti ini dalam melakukan evaluasi dan memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program-program, maka evaluasi dengan tipe seperti ini akan lebih membicaran sesuatu akan kejujuran atau efisiensi dalam melaksanakan program.

c. Tipe evaluasi kebijakan sistematis

Evaluasi sistematis melihat secara objektif program-program kebijakan yang dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut tercapai.Lebih lanjut, evaluasi sistematis diarahkan untuk melihat dampak yang ada dari suatu kebijakan dengan berpijak pada sejauh mana kebijakan tersebut menjawab kebutuhan atau masalah masyarakat.

Bukan hanya Anderson yang mengemukakan mengenai evaluasi implementasi, Dunn dalam Nugroho (2009:671) mengungkapkan penjelasannya mengenai evaluasi implementasi, dunn mengembangkan tiga pendekatan mengenai evaluasi implementasi kebijakan, yaitu:

a. Evaluasi Semu (Pseudo Evaluation) adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya megenai hasil kebijakan, tanpa berusaha


(50)

24

untuk menanyakan manfaat atau nilai dari hasil-hasil tersebut terhadap individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan. Asumsi utama dari evaluasi semu adalah bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai merupakan sesuatu yang dapat terbukti sendiri (self evident) atau tidak kontroversi.

b. Evaluasi formal merupakan pendekatan yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan cepet dipercaya mengenai hasil-hasil kebijakan tetapi mengevaluasi hasil tersebut atas dasar tujuan program kebijakan yang telah diumumkan secara formal oleh pembuat kebijakan dan administrator program. Asumsi utama dari evaluasi formal adalah bahwa tujuan dan target diumumkan secara formal adalah merupakan ukuran yang tepat untuk manfaat atau nilai kebijakan program. Dalam evaluasi formal analis menggunakan berbagai macam metode yang sama seperti yang dipakai dalam evaluasi semu dan tujuannya adalah identik: untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai variasi-variasi hasil kebijakan dan dampak yang dapat dilacak dari masukan dan proses kebijakan. Meskipun demikian perbedaannya adalah bahwa evaluasi formal menggunanakan undang-undang, dokumen-dokumen program, dan wawancara dengan pembuat kebijakan dan administrator untuk mengidentifikasikan, mendefinisikan dan menspesifikasikan tujuan dan target kebijakan. Kelayakan dari tujuan dan target yang diumumkan secara formal tersebut tidak ditanyakan. Dalam evaluasi formal tipe-tipe kriteria evaluatif yang paling sering digunakan adalah efektifitas dan efisiensi.


(51)

25

c. Evaluasi keputusan teoritis (Decision-Theoretic Evaluation) adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oelh berbagai macam pelaku kebijakan. Perbedaan pokok antara evaluasi teoritis keputusan disatu sisi, dan evaluasi semu dan evaluasi formal disisi lainnya, adalah evaluasi keputusan teoritis. Berusaha untuk memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari pelakukebijakan baik yang tersembunyi atau dinyatakan. Ini berarti ada tujuan dan target dari para pembuat kebijakan dan administrator mempunyai andil dalam memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan (sebagai contoh, staf tingkat menengah dan bawah, pegawai pada badan-badan lainnya, kelompok klien) dilibatkan dalam merumuskan tujuan dan target di mana kinerja nantinya akan diukur.

Pendapat lainpun datang dari Lester dan Steward dalam Nugroho (2009:674), mereka mengelompokkan evaluasi implementasi kebijakan menjadi evaluasi proses, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan proses implementasi; evaluasi impak, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan hasil dan/atau pengaruh dari implementasi kebijakan; evaluasi kebijakan, apakah benar hasil yang dicapai mencerminkan tujuan yang dikehendaki; dan evaluasi meta-evaluasi yang berkenaan dengan evaluasi berbagai implementasi kebijakan yang ada untuk menemukan kesama-kesaman tertentu.

Berdasarkan tipe-tipe evaluasi diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa dalam evaluasi kebijakan perlindungan buruh migran perempuan penulis


(52)

26

memilih tipe evaluasiLester dan Steward, karena penulis akan mengevaluasi dengan melihat atau mengamati secara objektif proses implementasi Kebijakan Perlindungan Buruh Migran perempuan serta mengevaluasi impactdari implementasi kebijakan tersebut dengan melihat faktor-faktor penyebab kegagalan atau keberhasilan kebijakan.

6. Parameter Evaluasi Kebijakan

Parameter evaluasi adalah suatu alat ukur untuk melihat sejauh mana keefektifan sebuah kebijakan dilaksanakan.Apakah kebijakan itu sudah sesuai dengan tujuan atau dapat menyelesaikan masalah atau kah kebijakan itu keluar dari tujuan yang telah ditentukan.Dalam hal ini ada beberapa pendapat dari berbagai pakar atau ahli yang mengemumakan mengenai parameter evaluasi kebijakan. Ada Van Meter dan Van Horn dalam Agustin (2012:141-144), mereka mengemukakan bahwa proses implementasi kebbijakan itu berjalan secara linier dari kebijakan public, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Ada beberapa variabel yang dimasukan sebagai variabel yang mempengaruhi kebijakan publik ialah sebagai berikut:

(a) Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Kinerja implementasi kebiajakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis di level pelaksana kebijakan.


(53)

27

(b) Sumber Daya

Keberahasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Tetapi diluar sumberdaya manusia, ada sumberdaya-sumberdaya lain yang harus diperhitungkan ialah: sumberdaya finansial dan sumber daya waktu.

(c) Karakteristik Agen Pelaksana

Agen pelaksana dalam hal ini ialah meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat dalam mengimplementasikan kebijakan publik. Hal ini dianggap penting oleh Van Meter dan Van Horn karena kinerja implementasi kebijakan akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksanaannya. Selai itu, cakupan atau luas wilayah implementasi kebiijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.

(d) Sikap/Kecenderungan Para Pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi karena sebuah kebijakan itu biasanya bukan hasil dari formulasi warga melainkan kebijakan yang akan dilaksanakan oleh implementator adalah kebijakan dari atas (top down) yang sangat mungkin si pembuat keputusannya tidak pernah


(54)

28

mengetahui kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang warga ingin selesaikan.

(e) Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana

Koordinaasi adalah sebuah mekanisme yang baik dalam implementasi sebuah kebijakan.

(f) Lingkungan Ekonomi, Sosial, Politik

Yaitu berkaitan dengan sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan, baik dukungan dari lingkungan ekonomi, social maupun politik.

Selain Van Meter dan Van Horn parameter evaluasi implementasi juga di kemukakan oleh Riant Nugroh dalam penelitiannya mengenai Kebijakan Pendidikan yang Unggul di Daerah Jembrana, berikut ini parameter evaluasi implementasi yang dipergunakan Riant dalam penelitiannya:

(a) Strategi Kelembagaan

Strategi kelembagaan yang dimaksud disini lebih kepada Prinsip Organisasi dalam mencapai sebuah tujuan yang dikehendaki.

(b) Strategi Anggaran

Startegi anggaran yang diamati oleh Riant dalam penelitiannya yaitu lebih kepada jenis anggaran yang dipakai oleh organisasi terkait, karena faktor yang paling penting dalam melaksanakan sebuah kebijakan yaitu ketersediaan anggaran.


(55)

29

(c) Manajemen Sekolah

Pada tingkat manajemen sekolah dilakukan dengan beberapa strategi. Pertama riant menggunakan indikator efisiensi. Indikator Kedua, melihat pada manajemen khusus yang dilaksanakan di sekolah seperti, menggunakan waktu yang lebih panjang dalam melaksanakan proses belajar mengajar disekolah dibandingkan dengan sekolah-sekolah negeri biasa. Ketiga, memberikan insentif khusus pada guru.Keempat, peneingkatan kapasitas guru pengajar dan manajemen sekolah. Kelima, mengsuplay anggaran untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik. Keenam, berkenaan dengan peningkatan manajemen sekolah.

(d) Komite Sekolah

Komite sekolah yang dimaksud disini ialah aktor yang berperan diluar lingkungan sekolah atau dengan kata lain aktor yang berperan sebagai forum lintas pelaku yang berkenaan dengan penyelenggaran pendidikan di tingkat sekolah. Salah satu bentuk yang paling menonjol dari komite sekolah adalah perbaikan sekolah atau pembangunan sekolah.

(e) Dewan Pendidikan

Dewan pendidikan yang dimaksud adalah aktor dari luar sekolah, biasanya dewan sekolah diberikan pada seseorang yang berperan dalam organisasi kemasyarakatan seperti LSM, dan jabatan lainnya.

Dari berbagai parameter yang dikemukakan oleh kedua pakar diatas maka penulis membentuk sebuah parameter hasil gabungan dari kedua pakar diatas untuk


(56)

30

mengevaluasi kebijakan Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 mengenai Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri yang di implementasikan oleh BP3TKI sebagai badan teknis di daerah. Parameter yang digunakan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Strategi Anggaran

Strategi Anggaran biasanya berkaitan dengan anggaran (jumlah) yang dialokasikan untuk pelaksanaan kebijakan atau program, dalam hal ini berkaitan dengan jenis anggaran sepeti apa yang digunakan oleh BP3TKI selaku organisasi publik. Dibawah ini dijelaskan jenis-jenis anggaran sektor publik menurut Mardiasmo dalam bukunya Akuntansi Sektor Publik (2009:75-89):

(a) Anggaran Tradisional

Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang banyak dilakukan dinegara berkembang. Ciri-ciri dari anggaran ini ialah: incrementalism yaitu pengurangan dan penambahan jumlah rupiah pada tiap-tiap item anggaran dengan menggunakan data anggaran di tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau penguranga anggaran tanpa dilakukan kajian yang mendalam. Line item, yaitu anggaran disusun atas dasar sifat penerimaan dan pengeluaran. Cenderung sentralisasi, spesifikasi, tahunan dan anggaran bruto.

Tujuan utama pendekatan tradisonal adalah pada pengawasan dan pertanggungjawaban yang terpusat. Masalah utama anggaran tradisional adalah tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money. Anggaran


(57)

31

tradisional lebih cenderung menggunakan konsep historiccost of service yaitu suatu item, program, atau kegiatan yang akan muncul kembali sdalam anggaran tahun berikutnya meskipun sebenarnya item tersebut sudah tidak dibuthkan.

(b) Anggaran Publik dengan Pendekatan New Public Management

Anggaran dengan pendekatan NPM berfokus pada kinerja organisasi, bukan pada kebijakan. Dalam pendekatan ini kompetisi adalah satu-satunya cara untuk menghemat biaya sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan. Berikut ini tabel penjelasan mengenai pendekatan NPM.

Tabel 6 Anggaran Bernasis Pendekatan NPM NEW PUBLIC MANAGEMENT

Desentralisasi &devolved management

Berorientasi pada input, output, dan outcome (value for money) Utuh dan komperhensif dengan perencanaan jangka panjang

Berdasarkan sasaran kinerja Lintas departemen (cross department)

Zero Base Budgeting, planing programming budgeting system Sistemik dan rasional

Buttom up budgeting

Sumber: Mardiasmo,2009. Akuntansi Sektor Publik. C.V ANDI OFFSET. Yogyakarta.

(c) Anggaran Kinerja

Pendektan anggaran kinerja menekankan pada konsep value for money dan pengawasan atas kinerja output.Anggaran kinerja didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja.Oleh karena itu anggaran dijadikan alat untuk mencapai tujuan. Pendekatan ini cenderung menolak pandangan anggaran tradisional karena pendekatan ini menganggap bahwa tanpa adanya arahan


(58)

32

dan campur tangan pemerintah maka anggaran tidak akan boros (over spending).

(d) Zero Based Budgeting (ZBB)

Pendekatan ini tidak berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun anggaran tahun ini, penentuan anggaran didasarkan pada kebutuhan saat ini, jadi dapat diansumsikan bahwa pendekatan ZBB memulai anggaran dari nol (zero based). Item anggaran yang sudah tidak relevan dan tidak mendukung pencapaian organisasi dapat hilang dari struktur anggaran, atau juga muncul item baru.

Adapun yang menjadi keunggulan ZBB ialah sebagai berikut:

1) Jika ZBB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi sumber daya secara lebih efisisensi.

2) ZBB berfokus pada value for money.

3) Memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidak efektivan biaya.

4) Meningkatkan pengetahun dan motifasi manajer

5) Meningkatkan partisipasi manajemen level bawah dalam proses penyusunan anggaran

6) Merupakan cara yang sistematik untuk menggeser status quo dan mendorong organisasi untuk selau menguji alternatif aktivitas dan pola perilaku biaya serta tingkat pengeluaran.


(59)

33

Berikut ini kelemah dari pendekatan ZBB :

1) Prosesnya memakan waktu lama.

2) ZBB cenderung menekankan manfaat jangka pendek 3) Implementasi ZBB membutuhkan teknologi yang maju

4) Masalah besar yang dihadapi ZBB adalah proses meranking dan mereview paket keputusan.

5) Untuk melakukan perankingan paket keputusan dibutuhkan staf yang memiliki keahlian yang mungkin tidak dimiliki organisasi.

6) Memungkinkan munculnya kesan yang keliru bahwa semua paket keputusan harus masuk dalam anggaran.

7) Implementasi ZBB menimbulkan masalah keperilakuan dalam organisasi.

(e) Planing. Programming, and Budgeting system (PPBS)

PPBS merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem yang beorientasi pada output dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasi sumber daya berdasarkan analisis ekonomi. Sistem anggaran PPBS tidak mendasrkan pada struktur organisasi tradisional yang terdiri dari divisi-divisi, namun berdasarkan program, yaitu mengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu.

Karakteristik PPBS :

1) Berfokus pada tujuan dan aktivitas (program) untuk mencapai tujuan 2) Secara eksplisit menjelaskan implikasi terhadap tahun anggaran yang


(60)

34

3) Mempertimbangkan semua biaya yang terjadi.

4) Dilakukan analisis secara sistematik atas berbagai alternatif program, yang meliputi : a) identifikasi tujuan, b) identifikasi secara sistematik alternatif program untuk mencapai tujuan, c) estimasi biaya total dari masing-masing alternatif program, dan d) estimasi manfaat (hasil) yang ingin diperoleh dari masing-masing alternatif program. Sumber : Mardiasmo (2009:75-89).

Berbagai jenis anggaran yang ada pada organisasi publik diatas akan menjadikan suatu pandangan mengenai sistem anggaran organisasi publik, sehingga penulis akan melihat sistem anggaran seperti apa yang dilakukan BP3TKI dalam mengimplementasikan UU No. 39 Tahun 2004. Apakah sistem anggaran tradisisonal seperti kebanyakan organisasi publik di indonesia memakainya, ataukah berbeda dengan organisasi pubik pada umumnya.

b. Kerjasama dengan pihak lain (Koordinasi)

Kerjasama dengan pihak lain atau koordinasi atau kemitraan ini sebenarnya termasuk kedalam startegi managemen organisasi dalam rangka menjalankan kinerja organisasi untuk mencapai tujuan yang telah dikehendaki. Dalam Sudirman (2012:77-82) dijelaskan, bahwa koordinasi adalah hasil dari reformasi penerapan New Public Management (NPM).

NPM adalah suatu paradigma pengelolaan organisasi yang lahir di era desentralisasi.Paradigma ini mengubah peran pemerintah, terutama dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan eksternal lainnya.Namun seiring berjalannya waktu paradigma NPM menemukan beberapa akses negatif yang


(61)

35

diakibatkan oleh pilarisasi pada penerapan New Public Management. Dengan mempertimbangkan berbagai ekses negataif tersebut, maka dibutuhkan untuk membentuk reformasi generasi baru yang mampu mengatasi ekses negatif dari penerapan NPM. Salah satu penerapan yang banyak digunakan adalah whole government yang sebelumnya dikenal dengan nama joined up government. Pendekatan ini mencoba merespon peningkatan fragmentasi yang diakibatkan oleh reformasi NPM melalui pengadopsian strategi koordinasi dan integrasi. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh pemerintahan Blair dalam Sudirman (2012:77-82) pada tahun 1997. Joined up government (JUG) atau whole government (WG) adalah kebalikan dari departementalism yang menekankan pada koordinasi vertikal. JUG atau WG mengakomodir aspirasi untuk meningkatkan koordinasi vertikal maupun horizontal. Konsep JUG atau WG dilakukan dengan cara melibatkan secara bersama-sama seluruh stakeholder yang berada dalam satu wilayah kebijakan tertentu serta membuka akses masyarakat seluas-luasnya terhadap pelayanan publik karena akses tersebut tidak lagi fragmentasi.

Konsep JUG atau WG juga telah diterapkan oleh pemerintah Republik Indonesia dengan istilah koordinasi lintas sektor. Di dalam suatu sektor, tingkat pusat dan tingkat daerah secara berkala melakukan rapat koordinasi untuk menyingkronkan dan mengintegrasikan program dan implementasi. Selain itu, masing-masing sektor baik pusat maupun daerah dapat mengembangkan kemitraan dengan lintas sektor lainnya seperti swasta, masyarakat, organisasi massa, dan LSM. Pada dasarnya, strategi JUG atau WG bermaksud meningkatkan kapasitas organisasi publik untuk mencapai tujuannnya secara lebih efektif dan efisien dengan bekerja


(62)

36

bersama-sama. Dampak positif lain dari aktivitas bersama-sama adalah transparansi informasi berkualitas tingggi dalam pelaksanaan fungsi-fungsi menejemen dalam wilayah yang dikoordinasikan dan diintegrasikan, sehingga hal tersebut dapat semakin meningkatkan akuntabilitas organisasi publik.

Pemaparan konsep diatas menjadi indikator yang digunakan penulis dalam mengidentifikasi sistem manajemen strategi yang digunakan BP3TKI khususnya koordinasi dalam rangka mengimplementasikan kebijakan perlindungan buruh migran.

c. Konteks Kebijakan

Konteks kebijakan dalam hal ini berkaitan dengan konteks/isi kebijakan UU No. 39 Tahun 2004 dan kebijakan perlindungan lainnya, apakah isi kebijakan itu dapat memenuhi kebutuhan masayarkat dan dapat menyelesaikan masalah yang ada ataukah sebaliknya. Sumber : dikelola oleh peneliti.

C. Tinjauan Tentang Buruh Migran Secara Umum

Buruh migran atau pekerja migran itu sangat luas meskipun lebih sering di artikan sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Luar Negeri. Arti umumnya adalah orang yang bermigrasi atau berpindah dari wilayah kelahiran atau lokasi tinggal yang bersifat tetap untuk keperluan bekerja di lintas negara. Guna keperluan bekerja tersebut, pekerja migran akan menetap di tempat bekerja tersebut dalam kurun waktu tertentu.

Terdapat dua tipe pekerja migran, yaitu pekerja migran internal dan pekerja migran internasional. Pekerja migran internal adalah pekerja yang bermigrasi


(63)

37

dalam kawasan satu negara. Contoh yang paling sering dan mudah dipahami adalah urbanisasi dan transmigrasi.

Pekerja migran internasional itu adalah perseorangan yang bermigrasi ke luar negeri untuk keperluan bekerja, dengan Definisi tersebut, maka pekerja di Kedutaan Indonesia di Negara Asing adalah buruh migran atau pekerja migran.

D. Kebijakan Perlindungan Buruh Migran

Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri, dalam hal ini penulis hanya mencantumkan sedikit ulasan dari isi UU No. 39 Tahun 2004, yang menyatakan bahwa:

BAB VI (Perlindungan TKI)

Passal 77

(1) Setiap calon TKI/TKI mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan mulai dari pra penempatan, masa penempatan, sampai dengan purna penempatan.

Passal 78

(1) Perwakilan Republik Indonesia memberikan perlindungan terhadap TKI di luar negeri sesuai dengan peraturan per-undang-undangan serta hukum dan kebiasaan internasional.


(64)

38

(2) Dalam rangka perlindungan TKI di luar negeri, pemerintah dapat menetapkan jabtan atas ketenagakerjaan pada Perwakilan Republik Indonesia tertentu.

(3) Penguasaan atas ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Passal 79

Dalam rangka pemberian perlindungan selama masa penempatan TKI di luar negeri, Perwakilan Republik Indonesia melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perwakilan pelaksana penempatan TKI swasta dan TKI yang di tempatkan di luar negeri.

Passal 80

(1) Perlindungan selama masa penempatan TKI di luar negeri dilaksanakan antara lain:

a. Pemberian bantuan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di negara tujuan serta hukum dan kebiasaan internasional.

b. Pembelaan atas pemenuhan hak-hak sesuai dengan perjanjian kerja dan/atau peraturan perundang-undangan di negara TKI ditempatkan. (2) Ketentuan mengenai pemberian perlindungan selama masa penempatan

TKI di luar negeri sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.


(1)

127

Jawa Barat yang sudah sering terjadi setiap tahunnya, seolah tanpa solusi atau jalan keluar, sehingga masalah tersebut terus saja terjadi. Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwasannya UU No 39 Tahun 2004 tentang PPTKILN dinilai gagal diimplementasikan.

3. Purna Penempatan

Pada saat buruh migra pulang ke Indonesia, buruh migran menjadi sasaran para pembisnis dan preman-preman di terminal kedatangan dan GPK TKI. Sehingga banyak buruh migran yang mengalami pemerasan dan pungutan liar. Sehingga penulis dapat menarik kesimpulan bahwa UU No 39 Tahun 2004 tentang PPTKILN telah gagal diimplementasikan.

Faktor-faktor penyebab ke gagalan perlindungan buruh migran adalah sebagai berikut:

1. Anggaran

Dilihat dari sistem anggaran yang di lakukan oleh BP3TKI Bandung hanya berupa anggaran operasional saja, tidak ada anggaran khusus yang diberikan pemerintah kepada buruh migran. Sehingga UU No 39 Tahun 200 tentang PPTKILN telah gagal melindungi buruh migran dilihat dari segi anggaran.

2. Koordinasi

Koordinasi yang dilakukan masih saling melempar tanggungjawab dan masih ada tumpang tindih kerja. Sehingga koordinasi dalam masalah ini belum bisa melindungi buruh migran (gagal).


(2)

128

3. Konteks kebijakan

Kebijakan yang dibentuk masih syarat akan investasi bisnis, Undang-Undang yang mengatur perlindungan buruh migran pun tidak terlepas dari intervensi IMF dan Word Bank. Hal itu dikarenakan sifat kebijakan kita yang Buttum Up. Sehingga dapat disimpulkan bahwa UU kita gagal melindungi buruh migran.

B. Saran

Berikut ini adalah beberapa saran yang diberikan oleh penulis:

1. Banyaknya pelanggaran atau maladministrasi yang dilakukan pihak perekrut, maka penulis menyarankan untuk memperkuat hukum di Indonesia atau penegakan hukum.

2. Lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh perwakilan pemerintah di negara penempatan menyebabkan banyak masalah yang dialami oleh buruh migran, sehingga penulis menyarankan agar pemerintah membentuk badan khusus untuk perlindungan dan pengawasan terhadap TKI, dan BP3TKI diharapkan menyediakan layanan pengaduan yang langsung terhubung seperti 119, guna meminimalisir angka kekerasan.

3. Banyaknya kasus yang terjadi di terminal kedatangan atau GPK TKI menimbulkan kerugian bagi buruh migran Indonesia oleh karena itu maka penulis menyarankan agar terminal kedatangan atau GPK TKI bisa segera ditutup, dan peraturan kepulangan atau purna penempatan harus menjadi tanggungjawab bersama termasuk pemerintah dan swasta.


(3)

129

4. Karena tidak adanya anggaran perlindungan khusus untuk buruh migran maka penulis menyarankan anggaran membentuk asuransi yang pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah atau BNP2TKI/BP3TKI.

5. Karena koordinasi yang dilaksanakan dalam perlindungan buruh migran terkesan saling melempar tanggungjawab dan timbul adanya tumpang tindih kerja sehingga penulis menyarankan agar pemerintah memperbaiki koordinasi antar lembaga dengan cantumkannya dalam Undang-Undang. Dan koordinasi atau kerjasama bilateral antara Indonesia dan negara pengguna harus diperluas jangan hanya dengan beberapa negara saja tetapi harus dengan semua negara yang menggunakan jasa buruh migran Indonesia.

6. UU No 39 Tahun 2004 tentang PPTKILN dibentuk atas dasar intervensi pihak asing maka yang dihasilkan pun tidak melindungi buruh migran, sehingga penulis menyarankan agar UU No 39 Tahun 2004 harus direvisi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Literatur :

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Azmy, Ana Sabhana. 2012. Negara dan Buruh Migran Perempuan: Menelaah Kebijakan Perlindungan Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Bugin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group.

Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Edisi Kedua. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Henry, Nicholas. 1995. Administrasi Negara dan Masalah-Masalah Publik. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rodakarya.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia. Nugroho, Riant. 2009. Public Policy. Jakarta: PT. Gramedia.

Nugroho, Riant. 2008. Kebijakan Pendidikan yang Unggul (Kasus Pembangunan Pendidikan di Kabupaten Jembrana 2000-2006). Yogyakarta. Pustaka pelajar.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik: Teori, Proses dan Studi Kasus. Yogyakarta: C A P S.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI.

Sudirman, Indrianty. 2013. Topik-Topik Riset Manajemen Sektor Publik. Bogor: IPB Press.


(5)

Hidayah, Anis dkk. 2013. Selusur Kebijakan (Minus) perlindungan Buruh Migran Indonesia. Jakarta: Migrant CARE

Dokumen Lainnya :

Dokumen PKL BP3TKI Bandung

Dokumen Rencana Pelaksanaan Kegiatan BP3TKI Bandung Intruksi Presiden No. 81/2006 Tentang Pembentukan BNP2TKI

Septiyani, Neni Astria. 2011. Skripsi Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Beguai Jejamo Wawai (Gerbang BJW) di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2005-2011. Bandar Lmpung.

Undang-Undang No. 39/2004 tentang PPTKILN Daraft Renlakgiat 2010

Profil Tahunan 2013 Draft (November) Laporan Jan-Des Tahun 2012

Laporan Kasus 2013 Profil BP3TKI Bandung

Memastikan RUU PPILN Mengadopsi Standar HAM dan Perburuhan Internasional

Anomalim Ratifikasi Konvensi Buruh Migran

Wujudkan Payung Hukum Bagi Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Buruh Migran Indonesia dan Anggota Kelurganya.

Websaite :

http://www.bnp2tki.go.id/pusat penelitian pengembangan sistem informasi bnp2tki, diakses pada tanggal 19 Oktober 2012 pukul 20.34 WIB.

http://harianterbit(tegas,lugas,cerdas), diakses pada tanggal 30 semptember 2013 pukul 08.55 WIB.

http://migrantcare.net diakses pada tanggal 19 Oktober 2012 pukul 22.15 WIB. http://news.okezone.com diakses pada tanggal 30 September 2013 pukul 17.45

WIB.

http://disnakertrans.jabarprov.go.id diakses tanggal 10 Novenber 2013 pukul 19.00 WIB.


(6)

Wawancara :

Ibu Tasih (mantan TKI asal Kabupaten Subang), tanggal 13 Mei 2014 pukul 18.56 WIB

Ibu Hana (mantan TKI asal Kabupaten Karawang), tanggal 26 Mei 2014 pukul 18.45 WIB

Agus Gustapul Supyan, S.H, selaku staf perlindungan di bagian Crisis Center BP3TKI Bandung, tanggal 21 Oktober 2013 pukul 12.18 WIB

Dra. Lismia Elita, MM, selaku Kasi Perlindungan di BP3TKI Bandung, pada tanggal 21 Oktober 2013 pukul 11.45 WIB

Anis Hidayah, selaku Dirut Migrant CARE, pada tanggal 23 Mei 2014 pukul 10.55 WIB


Dokumen yang terkait

Analisa Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Komitmen Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Teaga Kerja Indonesia di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Medan

1 36 175

Perlindungan HAM Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Di Malaysia Ditinjau Dari Kovensi ILO Tentang Buruh Migran

13 206 104

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TENAGA KERJA INDONESIA OLEH BALAI PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA LAMPUNG

0 22 56

(ABSTRAK) PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KE LUAR NEGERI MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (Studi Pada Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Propinsi.

0 0 3

(ABSTRAK) PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KE LUAR NEGERI MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (Studi Pada Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Propinsi.

0 0 3

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2017 TENTANG KOMUNITAS KELUARGA BURUH MIGRAN

0 0 21

Pengaruh kepemimpinan, motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai di balai pelayanan, penempatan dan perlindungan tenaga kerja indonesia (bp3tki) Medan Repository UIN Sumatera Utara

0 2 93

LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISA PENGARUH KEPUASAN KERJA, KEPEMIMPINAN, DAN KEMAMPUAN PEGAWAI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PEGAWAI BALAI PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (BP3TKI) MEDAN

0 0 71

Analisa Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Komitmen Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Teaga Kerja Indonesia di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Medan

0 0 18

PELAYANAN BALAI PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (BP3TKI) SERANG DALAM PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL KABUPATEN SERANG

0 0 271