Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
TRANSESTERIFIKASI HETEROGEN ANTARA MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN METANOL MENGGUNAKAN
KATALIS K2O-CaO
SKRIPSI
MUHAMMAD FADLI AZMI 040802034
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
(2)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
PERSETUJUAN
Judul : TRANSESTERIFIKASI HETEROGEN ANTARA MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN METANOL MENGGUNAKAN KATALIS K2O-CaO
Kategori : SKRIPSI
Nama : MUHAMMAD FADLI AZMI
Nomor Induk Mahasiswa : 040802034
Program Studi : SARJANA (S-1) KIMIA
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di: Medan, Juli 2009
Komisi Pembimbing:
Pembimbing II Pembimbing I
Dr. Marpongahtun M.Sc. Dra. Tirena B. Siregar, ST. M.Eng. NIP. 131 796 151 NIP. 130 365 343
Diketahui/Disetujui oleh:
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
Dr. Rumondang Bulan Nst, MS. NIP. 131 459 466
(3)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
PERNYATAAN
TRANSESTERIFIKASI HETEROGEN ANTARA MINYAK SAWIT
MENTAH DENGAN METANOL MENGGUNAKAN KATALIS K2O-CaO
SKRIPSI
Dengan kesadaran sepenuhnya saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing dicantumkan sumber aslinya.
Medan, Juli 2009
M. FADLI AZMI 040802034
(4)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
PENGHARGAAN
Puji Syukur yang tak terhingga penulis ucapkan dengan segala kerendahan hati dan diri kepada Allah SWT, Sang Khaliq yang senantiasa mencurahkan segala nikmat Iman, Islam dan Ihsan, serta Shalawat dan Salam kepada Nabi Allah sebagai insan terbaik ; Rasulullah Muhammad SAW sehingga penulis dapat menempuh fase – fase perjalanan aktualisasi penelitian dan transformasi hasil menjadi sebuah skripsi.
Skripsi ini berjudul “TRANSESTERIFIKASI HETEROGEN ANTARA MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN METANOL MENGGUNAKAN KATALIS K2O-CaO”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sains (S.Si) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang selalu sabar membimbing penulis, kepada ayahanda Yusri dan ibunda Rizki Bazahra. Kepada adinda Fauziah ulfa, M. Fadlan , Fadilah, adik-adik sepupu penulis , Almh. Ibu Yusni khairani, bapak Jamaluddin, Tulang Sayuti Nasution, ibu aa, Alm. Bapak M. Yamin Lubis terima kasih buat doa dan motivasinya, tanpa kalian dan keluarga semua penulis bukanlah apa - apa. Juga kepada Dwi Raafiah ulpa (upe) yang selalu memberikan semangat bagi penulis buat menyelesaikan skripsi ini.
Kepada Dosen Pembimbing I; Ibu Dra. Tirena B. Siregar, ST. M.Eng. dan Dosen Pembimbing II Ibu Dr. Marpongahtun, M.Sc. yang telah membimbing penulis dengan kesabaran tinggi mulai tahap awal orientasi penelitian sampai tahap akhir selesainya penulisan skripsi ini, kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S. dan Bapak Drs. Firman Sebayang, M.S. selaku ketua dan sekretaris Departemen Kimia yang telah mensyahkan skripsi ini, Bapak Drs. Nimpan Bangun, M.Sc. selaku Dosen Wali penulis, terlebih untuk semua Bapak/Ibu Staf Laboratorium Kimia Fisika dan Kimia Polimer serta Bapak/ Ibu Staf Pengajar Departemen Kimia secara keseluruhan. Kepada seluruh assisten, teknisi dan laboran Lab. Kimia Fisika, Lab. Polimer dan Lab. Komputer yang telah menjalani hari – hari bersama penulis dalam menjalankan amanah ilmu pengetahuan. Penghargaan untuk persahabatan spesial kepada teman - teman stambuk 2004.
Penulis juga menyadari dengan kemampuan dan pemahaman terhadap pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Harapan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
(5)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian transesterifikasi heterogen terhadap minyak sawit mentah, CPO dengan metanol menjadi biodiesel dengan menggunakan katalis 10%
K2O-CaO. Pada penelitian ini telah dipelajari pengaruh perbandingan mol CPO
dengan metanol, suhu reaksi dan waktu reaksi terhadap yield biodiesel. Transesterifikasi heterogen CPO dengan metanol dilakukan didalam gelas reaktor dengan pengadukan 800 rpm. Variasi perbandingan mol CPO dengan metanol yaitu 1:9 , 1:12, 1:15 dan 1:18 (mol/mol), suhu reaksi yaitu 60oC, 62,5oC, 65oC, dan 67,5oC, waktu reaksi yaitu 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit. Kondisi maksimum yield biodiesel adalah 87,30% dengan perbandingan mol CPO terhadap metanol sebesar 1:15 (mol/mol), suhu 65oC dan waktu reaksi selama 120 menit. Hasil penelitian menunjukkan sifat fisika yang baik menurut standar biodiesel SNI
(6)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
HETEROGENEOUS TRANSESTERIFICATION OF
CRUDE PALM OIL WITH METHANOL
USING K
2O-CaO AS CATALYST
ABSTRACT
The heterogeneous transesterification of Crude Palm Oil, CPO with methanol
produced methyl ester as biodiesel that was carried out using 10% K2O-CaO as
catalyst .The research has been studied about effect of mol ratio CPO to methanol, reaction temperature, time reaction time. The heterogeneous transesterification mol ratio CPO to methanol has been done in a reactor glass with stirring rate 800 rpm. The variation mol ratio CPO to methanol were 1:9 , 1:12, 1:15 and 1:18 , reaction temperature was 60oC, 62,5oC, 65oC, and 67,5oC, reaction time was 60 minutes, 90 minutes, 120 minutest and 150 minutes. The maximum yield of biodiesel was obtained about 87,30% by using mol ratio of CPO to methanol ware 1:15 (mol/mol), reaction temperature of 65oC and reaction time for 120 minutes. The resulted biodiesel indicated a good physical properties according to biodiesel standards of SNI 14-7182-2006 and ASTM D6751, especially has high cetane number.
(7)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ... i
Persetujuan ... ii
Pernyataan ... iii
Penghargaan ... iv
Abstrak... v
Abstract ... vi
Daftar Isi ... vii
Daftar Gambar... x
Daftar Tabel ... xi
Daftar Lampiran ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 2
1.3. Pembatasan Masalah ... 2
1.4. Tujuan Penelitian ... 3
1.5. Manfaat Penelitian ... 3
1.6. Metodologi Penelitian ... 3
1.7. Lokasi Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Minyak Sayuran ... 5
2.1.1. Kelapa Sawit ... 5
2.1.2. Komposisi Minyak kelapa sawit ... 6
2.1.3. Standar Mutu Minyak Kelapa sawit ... 7
2.2. Katalisis... 8
2.2.1. Kalsium Oksida, CaO ... 13
2.2.2. Kalium Oksida, K2O ... 15
2.3 Transesterifikasi ... 16
... 2.4. Biodiesel ... 17
BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 19
3.1. Bahan – Bahan dan Alat – Alat Penelitian ... 19
3.1.1. Bahan – Bahan Penelitian ... 19
3.1.2. Alat – Alat Penelitian ... 20
3.2. Desain Penelitian ... 20
3.2.1. Skema Penelitian ... 23
3.2.1.1. Skema Umum ... 23
(8)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
3.2.2. Pembuatan Reagen ... 25
3.2.2.1. Larutan Pencuci ... 25
3.2.2.2. Larutan KOH 0.1N ... 25
3.2.2.3. Larutan Indikator Fenolftalein ... 25
3.2.2.4. Larutan Alkohol Netral ... 25
3.2.2.5. Larutan H2C2O4 0.1N... 25
3.2.2.6. Standardisasi Larutan KOH 0.1N ... 25
3.2.3. Pengambilan Data ... 25
3.2.3.1. Seleksi Perbandingan Mol Sampel dengan metanol 25 3.2.3.2. Seleksi Suhu Reaksi Maksimum ... 27
3.2.3.3. Seleksi Waktu Reaksi Maksimum ... 27
3.2.4. Karakterisasi Produk ... 27
3.2.4.1. Penentuan Kadar Air CPO (ASTM D2709) ... 27
3.2.4.2. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ASTM D664) ... 28
3.2.4.3. Penentuan Densitas (ASTM D1298) ... 28
3.2.4.4. Penentuan Koefisien Viskositas (ASTM D445) ... 29
3.2.4.5. Penentuan Komposisi Asam Lemak Bebas ... 29
3.2.4.6. Perhitungan Yield Metil Ester ... 30
3.2.5. Pengolahan dan Analisis Data Statistik ... 30
3.2.5.1. Analisis Regresi Linear Berganda ... 30
3.2.5.2. Analisis Residu ... 31
3.2.5.3. Analisis Korelasi ... 31
3.2.5.3.1. Analisis Korelasi Pearson ... 31
3.2.5.3.2. Analisis Korelasi Ganda ... 32
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 34
4.1. Hasil ... 34
4.2. Analisis Data Statistik ... 35
4.2.1. Persamaan Regresi Linear Sederhana ... 35
4.2.2. Persamaan Regresi Linear Berganda ... 36
4.2.3. Analisis Residu ... 37
4.2.4. Analisis Korelasi ... 37
4.2.4.1. Analisis Korelasi Pearson ... 37
4.2.4.2 Analisis Korelasi Ganda ... 40
4.3. Pembahasan ... 41
4.3.1. Pengaruh Perbandingan Mol Sisa CPO dengan Metanol pada Proses Transesterifikasi Heterogen terhadap Yield Metil Ester ... 41
4.3.2 Pengaruh Suhu pada Proses Transesterifikasi Heterogen terhadap Yield Metil Ester ... 42
4.3.3 Pengaruh Waktu Reaksi pada Proses Transesterifikasi Heterogen terhadap Yield Metil Ester ... 43
(9)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN... 47
5.1. Kesimpulan ... 47
5.2. Saran ... 47
Daftar Pustaka ... 48
(10)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Mekanisme Reaksi Heterogen ... 10
Gambar 2.2. Mekanisme Katalisis Heterogen Menurut Rideal-Eley ... 10
Gambar 2.3. Mekanisme Reaksi Transesterifikasi heterogen dengan Katalis Basa CaO ... 14
Gambar 2.4. Reaksi Transesterifikasi Antara Trigliserida dan Metanol ... 16
Gambar 3.1. Skema Umum Reaksi Transesterifikasi... 23
Gambar 3.2. Transesterifikasi Heterogen ... 24
Gambar 4.1. Grafik pengaruh perbandingan mol sisa CPO dengan metanol pada proses transesterifikasi basa terhadap yield metil ester pada suhu 65oC dan waktu reaksi 120 menit ... 41
Gambar 4.2 Grafik pengaruh suhu reaksi pada proses transesterifikasi basa terhadap yield metil ester pada perbandingan mol sisa CPO dengan metanol dan waktu reaksi 120 menit ... 43
Gambar 4.3 Grafik pengaruh waktu reaksi pada proses transesterifikasi basa terhadap yield metil ester pada perbandingan sisa CPO dengan metanol 1:15 dan suhu reaksi 65oC ... 44
(11)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit ... 6
Tabel 2.2. Komponen Minor dari Minyak Kelapa Sawit ... 7
Tabel 2.3. Parameter Kualitas CPO dan RBDPO ... 7
Tabel 3.1. Komposisi Asam Lemak CPO... 18
Tabel 3.2. Komposisi Trigliserida Sisa CPO ... 19
Tabel 3.3. Bahan-Bahan Penelitian ... 19
Tabel 3.4. Alat –alat Penelitian ... 20
Tabel 3.5. Pedoman untuk memberikan Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi . 32 Tabel 4.1. Data Hasil Transesterifikasi Basa antara Metanol dan Sisa CPO ... 34
Tabel 4.2. Perbandingan Karakteristik Sifat Fisik Metil Ester dengan SNI 14-7182-2006 dan ASTM D6751 ... 46
(12)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Tabel Jumlah Yield yang Diperoleh pada Proses Transesterifikasi
... 51
Lampiran 2 Tabel Pengukuran Densitas Metil Ester Hasil Transesterifikasi... 52
Lampiran 3 Tabel Pengukuran Kadar Asam Lemak Bebas Metil Ester Hasil Transesterifikasi ... 53
Lampiran 4 Tabel Pengukuran Koefisien Viskositas Metil Ester Hasil Transesterifikasi ... 54
Lampiran 5 Tabel Penggandaan antar Variabel – Varibel Bebas Terhadap Variabel Terikat ... 55
Lampiran 6 Penggandaan Koefisien Penyimpangan Yield ... 56
Lampiran 7 Penggandaan Nilai untuk Menghitung Koefisien Korelasi antara Perbandingan Mol dengan Yield Metil Ester ... 57
Lampiran 8 Penggandaan Nilai untuk Menghitung Koefisien Korelasi antara Suhu dengan Yield Metil Ester ... 57
Lampiran 9 Penggandaan Nilai untuk Menghitung Koefisien Korelasi antara Waktu Reaksi dengan Yield Metil Ester ... 57
Lampiran 10 Grafik Estimasi Kurva Linear Pengaruh Perbandingan Mol terhadap Yield metil ester ... 58
Lampiran 11 Grafik Estimasi Kurva Linear Pengaruh Suhu Reaksi terhadap Yield Metil Ester ... 58
Lampiran 12 Grafik estimasi Kurva Linear Pengaruh Waktu Reaksi terhadap Yield Metil Ester ... 59
Lampiran 13 Analisis Kromatografi Gas (GC) CrudePalm Oil (CPO) ... 60
Lampiran 14 Analisis Kromatografi Gas (GC) sisa CrudePalm Oil (CPO)... 61
Lampiran 15 Analisis Kromatografi Gas (GC) terhadap Metil Ester Hasil Transesterifikasi sisa CPO dengan Metanol dengan variasi mol... 62
Lampiran 16 Analisis Kromatografi Gas (GC) terhadap Metil Ester Hasil Transesterifikasi sisa CPO dengan Metanol dengan variasi suhu reaksi ... 63
Lampiran 17 Analisis Kromatografi Gas (GC) terhadap Metil Ester Hasil Transesterifikasi sisa CPO dengan Metanol dengan variasi waktu reaksi ... 64
Lampiran 18 Tabel Perhitungan Bilangan Setana ... 65
Lampiran 19 Tabel Standar Biodiesel menurut ASTM D6751 ... 66
(13)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.8. Latar Belakang
Diperkirakan sebelum tahun 2015 Indonesia akan menjadi negara Jaringan Importir bahan baku minyak mentah. Dimana saat ini Indonesia mengimpor hampir 5-6 Milyar liter bahan bakar diesel, yang merupakan hampir 50% kebutuhan solar dalam negeri sehingga alternatif substitusi dengan bahan baku di Indonesia sangat layak dilakukan. Subtitusi dalam 1% sampai dengan 3% saja biodiesel dalam solar akan menghemat devisa yang cukup berarti (Prakoso, 2008).
Minyak kelapa sawit dapat dikonversi menjadi bentuk metil ester asam lemak atau yang disebut dengan biodiesel. Konversi dilakukan melalui reaksi transesterifikasi antara minyak kelapa sawit dengan metanol serta penambahan katalis, baik katalis asam maupun katalis basa (Fauzi, 2004).
Indonesia termasuk pengekspor minyak sawit mentah (CPO) terbesar kedua di dunia setelah Malaysia, dan terus bertambah setiap tahunnya, dan diperkirakan pada tahun 2012 akan menjadi ekportir CPO terbesar di dunia. Oleh karena itu CPO merupakan bahan baku biodiesel yang paling potensial pada saat ini (Prakoso, 2008).
Berdasarkan data terakhir yang diperoleh dari United States department of
Agriculture (USDA) pada bulan maret 2009 bahwa produksi total minyak sawit
Indonesia adalah 19,7 juta ton yang artinya mengalami peningkatan sekitar 12,5 juta ton atau 174 % dari produksi minyak sawit 10 tahun terakhir ( sekitar 7,2 juta ton) (USDA , 2009).
Minyak sawit mentah mempunyai nilai koefisien viskositas yang tinggi (sekitar 11 – 17 kali lebih tinggi dari bahan bakar diesel), sehingga tidak dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar diesel. Sifat volatile yang rendah akan mengakibatkan terjadinya pengendapan pada mesin selama proses pembakaran tak sempurna. Salah satu cara untuk menurunkan nilai viskositasnya adalah dengan proses pirolisa ataupun dengan proses transesterifikasi (Meher, 2006).
Reddy, 2006, memproduksi biodiesel dari minyak kedelai menggunakan kristal CaO dibawah suhu ruang, tetapi reaksi berjalan dalam waktu yang cukup lama sekitar 6 jam sampai 24 jam untuk memperoleh hasil maksimum, sedangkan Zhu
(14)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
(2006) memperoleh 93% biodiesel dari minyak jarak dengan menggunakan katalis CaO tetapi CaO harus terlebih dahulu dicampur dengan larutan Amonium Karbonat kemudian dikalsinasi dengan suhu yang tinggi.
Transesterifikasi CPO dengan metanol menggunakan variasi komposisi K2O dalam CaO dengan perbandingan mol CPO terhadap mol metanol adalah 1:12 pada suhu 65odan waktu 2 jam diperoleh yield metil ester 77,26%. Hasil ini lebih besar dibanding dengan yield metil ester yang dihasilkan Liu (2008). Mereka mereaksikan minyak kacang kedelai dengan metanol menggunakan katalis CaO tanpa penambahan air yaitu 67% terbesar adalah 10% K2O-CaO.
1.9. Permasalahan
Adapun permasalahan pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh perbandingan mol terhadap perolehan atau yield metil ester yang terbentuk pada transesterifikasi sampel dengan metanol menggunakan 10% K2O-CaO (b/b sampel).
2. Bagaimana pengaruh waktu reaksi terhadap perolehan atau yield metil ester yang terbentuk pada transesterifikasi sampel dengan metanol menggunakan 10% K2 O-CaO (b/b sampel).
3. Bagaimana pengaruh suhu reaksi terhadap perolehan atau yield metil ester yang terbentuk pada transesterifikasi sampel dengan metanol menggunakan 10% K2 O-CaO (b/b sampel)
1.3. Pembatasan Masalah
1. Sampel adalah sisa CPO yang diperoleh dengan transesterifikasi homogen yang selanjutnya dikonversikan menjadi metil ester asam lemak, dalam hal ini CPO berasal dari PT. Palmcoco Laboratories.
2. Transesterifikasi heterogen menggunakan sampel dalam hal ini dilakukan pengaruh perbandingan mol sampel dengan metanol, pengaruh suhu dan waktu reaksi terhadap perolehan atau yield metil ester menggunakan 50 ml sampel dan katalis 10% K2O-CaO (b/b sampel) dengan laju pengadukan 800 rpm kemudian dianalisa dengan instrumen kromatografi gas (GC).
(15)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh
perbandingan mol sampel : metanol, waktu reaksi dan suhu reaksi terhadap perolehan atau yield metil ester yang terbentuk pada transesterifikasi heterogen.
1.5. Manfaat Penelitian
Dengan diperolehnya gambaran yang jelas terhadap pengaruh perbandingan mol sampel : metanol , waktu reaksi dan suhu reaksi terhadap perolehan atau yield metil ester yang terbentuk pada transesterifikasi heterogen maka penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi dunia industri, masyarakat dan peneliti sebagai parameter yang sesuai dalam pembuatan metil ester atau biodiesel melalui reaksi transesterifikasi.
1.6. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan adalah: a. Pengambilan Sampel
Populasi adalah sisa CPO yang diperoleh dengan melakukan transesterifikasi homogen terhadap CPO yang nanti dikonversi menjadi metil ester atau biodiesel dan sisa CPO dengan melakukan perbandingan mol CPO dengan metanol yaitu 1:6 (mol/mol), pada suhu reaksi 60oC dan waktu reaksi 60 menit dengan menggunakan katalis H2SO4 0,5% (b/b CPO) pada pengadukan 400 rpm.
b. Pengambilan Data
a. Pengaruh perbandingan mol metanol dan sampel
Menentukan konsentrasi metil ester hasil transesterifikasi dengan perbandingan mol sampel : metanol yaitu 1:9, 1:12, 1:15, dan 1:18 pada suhu 65oC, waktu 120 menit menggunakan konsentrasi katalis 10% K2O-CaO (b/b sampel) dengan pengadukan 800 rpm.
b. Pengaruh Suhu Reaksi
Menentukan konsentrasi metil ester hasil transesterifikasi dengan variasi suhu reaksi 60oC, 62,5oC, 65oC dan 67,5oC dengan perbandingan mol sampel :
(16)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
metanol yang terbaik, waktu reaksi 120 menit menggunakan konsentrasi katalis 10% K2O-CaO (b/b sampel) dengan pengadukan 800 rpm.
c. Pengaruh Waktu Reaksi
Menentukan konsentrasi metil ester hasil transesterifikasi dengan variasi waktu reaksi 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit, suhu reaksi yang terbaik dengan perbandingan mol sampel : metanol yang terbaik menggunakkan konsentrasi katalis 10% K2O-CaO (b/b sampel) dengan pengadukan 800 rpm.
d. Replikasi setiap proses dilakukan pengulangan sebanyak dua kali untuk masing-masing sampel.
1.7. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakuka n di Laboratorium Kimia Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara Medan.
(17)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Minyak Sayuran
Minyak sayuran adalah lipid yang dihasilkan dari tumbuh- tumbuhan. Walaupun kebanyakan dari tanam-tanaman dapat menghasilkan minyak tetapi biji-bijian merupakan sumber yang utama. Minyak sayuran dapat digunakan baik untuk keperluan memasak maupun untuk keperluan industri. Beberapa jenis minyak seperti minyak biji kapas, minyak jarak, minyak kelapa sawit dan beberapa jenis dari minyak lobak tidak cocok untuk dikonsumsi tanpa pengolahan khusus.
Seperti halnya semua lemak, minyak sayuran merupakan senyawa ester dari gliserin dan beberapa campuran dari berbagai jenis asam lemak, tidak larut dalam air tetapi larut di dalam pelarut organik
Minyak yang dihasilkan dari tanaman telah banyak digunakan untuk beberapa keperluan dalam waktu yang lama. Kegunaan dari minyak sayuran dapat dibedakan atas 4 bagian besar yaitu :
1. Makanan atau pelengkap makanan 2. Obat-obatan dan aromaterapi 3. Keperluan industri
4. Bahan bakar seperti biodiesel (Tambun, 2006).
2.1.1. Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis) berasal dari Guinea di pesisir Afrika Barat, kemudian diperkenalkan ke bagian Afrika lainnya, Asia Tenggara dan Amerika Latin sepanjang garis equator (antara garis lintang utara 15odan lintang selatan 12o). Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah iklim tropis, dengan suhu antara 24oC – 32oC dengan kelembaban yang tinggi dan curah hujan 200 mm / tahun. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis. Kandungan
(18)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
minyak dalam perikarp sekitar 30% – 40%. Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainan sifatnya, yaitu :
1. Minyak sawit (CPO), yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit 2. Minyak inti sawit (CPKO), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit
Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam palmitat, oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit. Minyak sawit merupakan gliserida yang terdiri dari berbagai asam lemak, sehingga titik lebur dari gliserida tersebut tergantung pada kejenuhan asam lemaknya. Semakin jenuh asam lemaknya semakin tinggi titik lebur dari minyak sawit tersebut (Tambun, 2006).
2.1.2 Komposisi Minyak Kelapa Sawit
Asam lemak yang paling dominan pada minyak kelapa sawit adalah Asam palmitat (C16:0 asam lemak jenuh) dan asam oleat (C18:1 asam lemak tak jenuh)
(May, 1994).
Tabel 2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit (Allen,1992).
Asam Lemak Persen Komposisi (%)
1
Asam Kaprilat ( 8:0) 0,1
2
Asam Kapriat (10:0) 0,1
1 Asam Laurat (12:0) 0,9
2 Asam Miristat (14:0) 1,3
3 Asam Palmitat (16:0) 43,9
4 Asam Stearat (18:0) 4,9
5 Asam Oleat (18:1) 39
6 Asam Linoleat (18:2) 9,5
7 Asam Linolenat (18:3) 0.3
Disamping komponen utama penyusun minyak kelapa sawit berupa asam lemak jenuh dan tak jenuh (stearin dan olein), juga terdapat komponen minor yang terdapat pada minyak kelapa sawit dalam jumlah kecil. Minyak kelapa sawit mengandung sekitar 1% komponen minor diantaranya: karoten, vitamin E (tokoferol dan tokotrienol), sterol, posfolipida, glikolipida, terpena dan hidrokarbon alifatik. Kegunaan yang terpenting dari karoten dan vitamin E adalah memberikan kontribusi sifat fisiologis yang penting pada tubuh (May, 1994).
(19)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Tabel 2.2. Komponen minor dari minyak kelapa sawit (Tan, 1981).
1 Karotenoid 500-700
2 Tokoperol dan Tokotrienol 600-1.000
3 Sterol 326-527
4 Phospholipid 5-130
5 Triterpen Alkohol 40-80
6 Metil Sterol 40-80
7 Squalen 200-500
8 Alkohol Alifatik 100-200
9 Hidrokarbon Alifatik 50
Minyak sawit merupakan sumber karotenoid alami yang paling besar. Kadar karotenoid dalam minyak sawit yang belum dimurnikan berkisar 500 - 700 ppm dan lebih dari 80 persennya adalah α dan ß-karoten (May, 1994).
2.1.3. Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit
Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (kurang lebih 2 persen), bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam (Ketaren, 1986).
Tabel 2.3. Parameter Kualitas CPO dan RBDPO
PARAMETER CPO RBDPO
Angka Asam > 5 mgKOH/g minyak 0,49 – 0,59 mgKOH/g minyak
Angka Penyabunan
200-205 mgKOH/g
minyak 199 – 217 mgKOH/g minyak Kandungan FFA 2,5 – 4,2 %-air < 0.1 %-air
Kualitas minyak dipengaruhi oleh :
1. Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid).
Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan ketengikan serta dapat mengakibatkan turunnya rendeman minyak kelapa sawit.
(20)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
2. Kadar Zat Menguap dan Kotoran
Dapat menyebabkan terjadinya proses hidrolisa pada minyak kelapa sawit. 3. Kadar Logam
Adanya logam dapat berfungsi sebagai katalisator sehingga dapat menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi pada minyak kelapa sawit.
4. Angka Oksidasi
Proses oksidasi yang disebabkan oleh logam jika berlangsung intensif akan mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna (menjadi semakin gelap).
5. Pemucatan
Kualitas minyak juga dipengaruhi oleh kualitas warna dan konsentrasi bahan pemucat yang digunakan (Tim Penulis PS, 1997).
Minyak kelapa sawit dapat dikonversi menjadi bentuk metil ester asam lemak atau yang disebut dengan biodiesel. Konversi dilakukan melalui reaksi transesterifikasi antara minyak kelapa sawit dengan metanol serta penambahan katalis, baik katalis asam maupun katalis basa. Biodiesel juga dapat diperoleh dari hasil konversi RBDPO dan fraksi-fraksinya seperti stearin dan olein.
Biodiesel yang berasal dari minyak kelapa sawit mempunyai sifat-sifat kimia dan sifat fisika yang sama dengan minyak bumi (petroleum diesel) sehingga dapat digunakan secara langsung untuk mesin diesel dengan melakukan pencampuran dengan bahan bakar petroleum diesel dengan tidak perlu melakukan modifikasi apapun pada mesin diesel (Fauzi, 2004).
2.2. Katalisis
Katalis adalah zat yang dapat mempengaruhi laju reaksi tetapi zat tersebut tidak mengalami perubahan kimia pada akhir reaksi. Katalis tidak berpengaruh pada energi bebas ∆G0, dan juga tidak berpengaruh terhadap tetapan kesetimbangan K. Umumnya kenaikan konsentrasi katalis juga menaikkan laju reaksi, jadi katalis ini ikut dalam reaksi tetapi pada akhir reaksi diperoleh kembali (Sukardjo, 2002).
Berdasarkan fasa reaktan dan katalis, proses katalisis dapat digolongkan menjadi katalisis homogen dan katalisis heterogen. Katalisis homogen ialah katalis yang mempunyai fasa sama dengan fasa campuran reaksinya, sedangkan katalisis
(21)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
heterogen adalah katalis yang berbeda fasa dengan campuran reaksinya. Katalisis homogen lebih efektif dibandingkan dengan katalisis heterogen,tetapi pada katalisis homogen katalis sukar dipisahkan dari produk dan sisa reaktannya sedangkan katalisis heterogen pemisahan antara katalis dan produknya serta sisa reaktan mudah dipisahkan dengan demikian, karena mudah dipisahkan dari campuran reaksinya dan kestabilannya terhadap perlakuan panas, katalisis heterogen lebih banyak digunakan dalam industri kimia (Setyawan, 2003).
Keuntungan lain dari katalisis heterogen adalah tidak korosif, ramah terhadap lingkungan, memiliki waktu paruh yang panjang dan dapat memberikan aktifitas dan selektifitas yang tinggi (Liu, 2008).
Katalis Homogen adalah katalis yang berada dalam fasa yang sama dengan campuran reaksinya. Dua jenis katalisis homogen yang penting adalah katalisis asam dan katalisis basa. Banyak reaksi organik bersangkutan dengan salah satu jenis katalisis (terkadang dengan keduanya).
Katalisis asam Brownsted merupakan transfer ion hidrogen pada substrat: X + HA HX+ + A- Kemudian HX- bereaksi Katalisis basa Brownsted merupakan tansfer ion hidrogen pada substrat: XH + B X
+ BH+ Kemudian X- bereaksi (Atkins, 1997).
Secara umum mekanisme reaksi katalisis homogen adalah sebagai berikut : 1. Difusi molekul reaktan keatas permukaan katalis
2. Reaksi reaktan dalam lapisan teradsorpsi pada permukaan katalis 3. Abfusi produk keluar dari permukaan katalis.
Secara umum mekanisme reaksi katalisis heterogen adalah sebagai berikut : 1. Difusi molekul reaktan ke atas permukaan katalis
2. Adsorpsi reaktan pada permukaan katalis
3. Reaksi reaktan dalam lapisan teradsorpsi pada permukaan katalis 4. Desorpsi produk reaksi dari permukaan katalis
(22)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Gambar 2.1. Mekanisme Reaksi Heterogen
Mekanisme katalis heterogen menurut Rideal-Eley terlihat pada gambar 2.2. sebagai berikut :
1. Atom A berdifusi diatas permukaan katalis
Difusi adalah peristiwa mengalirnya / berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Proses difusi molekul reaktan kepermukaan atau difusi pada produk desorpsi merupakan proses yang paling lambat dan tidak dapat ditentukan kecuali pada penentuan proses teknik yang melibatkan penyerapan katalis.
2. Atom B lewat kemudian berinteraksi dengan atom A yang ada dipermukaan katalis
katalis menyediakan suatu permukaan dimana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerap.
3. Atom A dan B saling berinteraksi satu sama lainnya
4. Terbentuk molekul produk dalam permukaan katalis kemudian terlepas molekul produk dari permukaan katalis.
Ikatan dalam substrat-substrat menjadi lemah sehingga memadai terbentuknya produk baru. Ikatan antara produk baru dan katalis lebih lemah sehingga akhirnya terlepas.
P A
B A . . .
B B
A A
. . . .
. . AB
3.Reaksi
1. Difusi
(23)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Gambar 2.2. Mekanisme katalisis heterogen menurut Rideal-Eley (Schwelik,1973). Permukaan padatan yang kontak dengan suatu larutan cenderung untuk menghimpun lapisan dari molekul-molekul zat terlarut pada permukaannya akibat ketidakseimbangan gaya-gaya pada permukaan.
Permukaan spesifik, Specific surface yang besar lebih diharapkan karena laju perpindahan massa akan meningkat sehingga akan meningkatkan laju reaksi kimia secara keseluruhan. Permukaan spesifik yang besar ini berhubungan dengan diameter partikel yang kecil dan seluruh permukaan porinya.
Pori yang kecil membatasi kemampuan senyawa mendifusi ke dalam permukaan sebelah dalam ( internal surface ) demikian juga difusi produk keluar dari pori. Sehingga didalam pemilihan diameter pori dan keseragaman diameter pori untuk menyediakan permukaan spesifik dan tahanan difusi kepermukaan sebelah dalam perlu diperhatikan. Tahanan difusi yang terjadi didalam katalis disebabkan karena gesekan antar molekul maupun dengan dinding pori.
Proses heterogen selalu melibatkan energi aktivasi yang cukup besar sedang difusi dalam gas tidak melibatkan energi aktivasi. Didalam adsorpsi dan desorpsi sangat lambat didalam poses heterogen karena keduanya melibatkan energi aktivasi yang cukup besar (Laidler,1987).
Secara umum, apabila suatu partikel padat terdispersi dalam suatu media cair, maka partikel tersebut dapat melalui beberapa mekanisme, yaitu :
1. Terjadinya peristiwa adsorpsi yang bersifat selektif terhadap spesies bermuatan yang terdapat didalam dispersi tersebut.
2. Terjadinya peristiwa ionisasi gugus-gugus yang terdapat pada permukaan padatan, sehingga meninggalkan muatan tertentu pada permukaan padat tersebut. Mekanisme ini sering terjadi ketika pada suatu permukaan partikel padat terdapat gugus –OH yang mudah terionisasi, misalnya COOH (Lestari,2008).
Adsorpsi kimia menghasilkan pembentukan lapisan monomolekular adsorbat pada permukaan melalui gaya-gaya dari valensi sisa dari molekul-molekul pada permukaan. Adsorpsi fisika diakibatkan kondensasi molekular dalam kapiler-kapiler dari padatan. Secara umum, unsur-unsur dengan berat molekul yang lebih besar akan lebih mudah diadsorpsi. Terjadi pembentukan yang cepat sebuah kesetimbangan konsentrasi antar-muka, diikuti dengan difusi lambat ke dalam partikel-partikel. Laju
(24)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
adsorpsi keseluruhan dikendalikan oleh kecepatan difusi dari molekul-molekul zat terlarut dalam pori-pori kapiler dari partikel (Subiarto, 2000).
Bila digunakan logam atau oksidanya sebagai katalis maka kita berusaha untuk membuat permukaan yang dapat bekerja secara katalisis sebesar-besarnya. Untuk keperluan itu sering kali dipergunakan pendukung. Pendukung disini adalah dengan permukaan yang besar seperti batu apung, arang aktif oksida, aluminium, kalium oksida dan silikat oleh pelekatan bagian-bagian logam diatas bahan pendukung ini. Permukaan aktif kadang-kadang diperbesar sampai seratus kali lipat atau lebih. Karena itu bobot dari katalis dari yang sesungguhnya kadang-kadang hanya berjumlah sebagaian kecil dari seluruh bobot dari katalis yang sesungguhnya.
Pada umumnya inhibitor adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat suatu reaksi kimia (Surya, 2004). Reaksi permukaan katalis dapat terhambat jika suatu substansi asing berikatan pada sisi aktif katalis sehingga memblok kepada subtrat molekul-molekul. Jenis penghambatan ini disebut peracunan dan penghambat atau katalis negatif tersebut merupakan racun katalis.
Suatu katalis jika sudah terpakai beberapa kali maka aktivitasnya akan berkurang. Ini berarti bahwa kemampuan untuk mempercepat reaksi tertentu telah berkurang. Gejala ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya oleh suhu yang terlalu tinggi katalis dapat lumer sebagaian atau disenter, penyebab lain yaitu katalis dapat bereaksi dengan produk atau kotoran yang terdapat didalam bahan dasar. Penyebab yang terkenal dari pengurangan aktivitas katalis adalah belerang dan persenyawaan belerang, air lembab (vouch) dan uap minyak dapat dapat dimasukkan kedalam kelompok ini yang dikenal dengan racun katalis atau poisoning catalyst.
Bila setelah beberapa waktu , aktivitas katalis telah turun sampai dibawah minimum yang dapat diterima, katalis itu harus apkir atau berhenti. Beberapa katalis yang tidak aktif dapat diperbaiki kembali dengan jalan regenerasi. Dalam hal ini dipergunakan uap, zat cair, zat asam atau gas lain. Katalis sering juga digenerasi dengan pengolahan memakai asam mineral, dimana logamnya dapat larut (Bergeyk, 1982).
Didalam dunia industri katalis yang digunakan: 1. Harus murni
2. Stabil terhadap panas
(25)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
4. Dapat diregenerasi
5. Tahan terhadap keracunan
6. Kesederhanaan dalam cara pembuatannya 7. Mudah didapat
8. Harganya murah (Leach, 1983).
Pada zaman sekarang ini, banyak sekali jenis katalis padat yang telah digunakan dalam reaksi transesterifikasi minyak nabati menjadi biodisel seperti oksida logam alkali tanah atau campuran logam alkali dengan aluminium dan zeolit namun kebanyakan katalis logam alkali mudah mengalami kerusakan dan memiliki waktu hidup yang singkat sementara itu CaO adalah katalis basa yang memiliki waktu hidup yang panjang (Liu, 2008).
2.2.1 Kalsium oksida, CaO
Nama lain dari Kalsium oksida adalah lime, caustic, quicklime atau gamping.CaO merupakan oksida basa yang didapat dari batuan gamping dimana terkandung kalsium oksida sedikitnya 90% dan magnesia 0-5%, kalsium karbonat, silika, alumina, feri oksida terdapat sedikit sebagai ketidakmurnian.
Ditinjau dari komposisinya, ada beberapa jenis gamping. Gamping hidraulik didapat dari pembakaran batu gamping yang mengandung lempung, gamping berkadar kalsium tinggi lebih dimanfaat didalam reaksi kimia. Gamping dolomit yang biasanya 35-45% CaO dan 10-25% MgO.
Kalsium karbonat dan juga magnesium didapat dari endapan batu gamping marmer, kapur (chalk), dolomit atau kulit kerang. Untuk tujuan penggunaan kimia , biasanya batu gamping yang agak murni lebih disukai sebagai bahan awal, karena dapat menghasilkan gamping berkadar kalsium tinggi.
Kalsinasi CaCO3 pada suhu 900oC . Reaksinya :
CaCO3(p) CaO(p) + CO2(g)
Sebagaimana ditunjukkan diatas reaksi kalsinasi tersebut bersifat dapat balik. Pada suhu dibawah 650oC tekanan keseimbangan CO2 hasil dekomposisi cukup rendah.
(26)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Akan tetapi suhu antara 650 dan 900oC, tekanan dekomposisi itu cukup tinggi (Austin, 1984).
CaO (massa relatif 56,08 g/mol) memiliki sifat higroskopis, titik lelehnya 2600oC dan titik didihnya 2850oC, tidak larut dalam HCl, struktur kristalnya oktahedral, memiliki luas permukaannya 0,56 m2/g (West, 1984 ; Ryu, 2007 ).
CaO biasanya digunakan sebagai mortar, industri pupuk, industri kertas, industri semen, pemutih (bleaching) dan sebagai katalis (Austin, 1984 ; Liu, 2007). CaO memiliki sisi-sisi yang bersifat basa dan CaO telah diteliti sebagai katalis basa yang kuat dimana untuk menghasilkan biodiesel menggunakan CaO sebagai katalis basa mempunyai banyak manfaat, misalnya aktivitas yang tinggi, kondisi reaksi yang rendah, masa katalis yang lama, serta biaya katalis yang rendah. Reddy menghasilkan biodiesel dengan menggunakan nano kalsium oksida dalam kondisi suhu kamar. Tetapi kecepatan reaksi begitu lambat dan membutuhkan 6-24 jam untuk memperoleh konversi (hasil) yang tinggi. Dia juga telah meneliti deaktivitasi setelah tiga kali siklus dengan asam lemak. Zhu memperoleh 93% hasil dari minyak jarak menggunakan CaO sebagai katalis tetapi katalis tersebut harus direaksikan dengan larutan amonium karbonat dan dikalsinasi pada suhu yang tinggi (Liu, 2008).
Mekanisme reaksi transesterifikasi heterogen dengan katalis basa CaO
1. Katalis basa CaO merupakan tempat, dimana permukaan O2- menyerang atom H+ dari metanol sehingga terbentuk metoksi
2. Metoksi menyerang atom karbon dari trigliserida untuk membentuk perantara tetrahedral
3. Mengambil atom H+ dari CaO
4. Kemudian langkah terakhir adalah penyusunan kembali perantara tetrahedral menjadi metil ester dan gliserol
CH3OH + --Ca—O-- -- --Ca—O--
R1—C—OR + --Ca—O-- R1—C—OR + --Ca—O-- O
CH3O
-H+
OCH3
O- H+
CH3O
(27)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
R1—C---OR + --Ca—O-- R—C—ROH+ + --Ca—O --
R1—C—ROH+ R1—C + ROH
Gambar 2.3. Mekanisme reaksi transesterifikasi padat dengan katalis basa CaO
2.2.2. Kalium Oksida, K2O
Logam oksida golongan I (Li, Na, K, Rb, Cs) dan golongan II (Mg, Ca, Sr, Ba) merupakan basa kuat. Semua logam alkali oksida bereaksi dengan air yang dapat memberi hidroksida sehingga membentuk logam alkali hidroksida kemudian akan menyerap karbon dioksida diudara untuk membentuk alkali karbonat dan jika dipanaskan dibawah titik didihnya akan membentuk logam oksida dan air.
Kalium atau potas berasal dari ekstraksi abu kayu dengan air menghasilkan larutan KOH-K2CO3. Kalium diambil dari dalam tanah oleh tumbuh-tumbuhan yang bertindak sebagai konsentrator. Kalium ini akan dikembalikan ke tanah apabila tumbuhan tersebut membusuk ditempat sehingga terbentuk endapan-endapan garam kalium yang mengandung endapan sedimenter permia silvinit { sesuai dengan campuran alami antara silvit (KCl), halit (NaCl) dan langbeinit (K2SO4.2MgSO4)} (Austin, 1984).
Dari penjelasan diatas bahwa K2CO3 jika dipanas dibawah titih didihnya yaitu 825oC maka akan mengalami dekomposisi kalium oksida dan air.
K2CO3(p) K2O(p) + CO2 (l) OCH3
O- H+
OCH3
O
-OCH3
O
-OCH3
(28)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Bila dipergunakan Logam atau oksidanya sebagai katalisator maka kita berusaha untuk membuat permukaan katalis sebesar-besarnya. Untuk keperluan itu sering kali digunakan pendukung, pendukung disini adalah zat berpori dengan permukaan yang besar. Pada pemeriksaan cara kerja katalisator ditemukan bahwa sedikit dari zat tertentu dapat meningkatkan aktivitas, zat yang memperlihatkan sifat ini dinamakan promotor (Bergeyk,1982) Banyak contoh promotor didalam reaksi heterogen khusus didalam proses industri diantaranya adalah kalium oksida dan aluminium oksida (Glasstone,1960).
Logam-logam alkali kuat seperti Li, Na, K, Rb, dan Cs merupakan promotor tetapi Litium eksplosif dan karena harganya mahal Rb da Cs juga ekplosif sekali (Leach, 1983).
Heber-Bosch pernah melakuan sintesis NH3 dari N2 dan H2 dengan menggunakan katalis Fe3O4 dengan penambahan sedikit K2O dan Al2O3 kemudian dipanaskan didalam campuran H2-N2 dimana Al2O3 sebagai promotor struktural yang memiliki luas permukaan yang besar sehingga penyerapan dapat dilakukan dengan baik, sedangkan K2O disini bertindak sebagai promotor elektron yang menutupi permukaan katalis melindungi bagain internal katalis dari racun katalis seperti CO2 (yang mengadorpsi K2O), CO (mengadsorpsi besi), H2 dan O2 (Adamson, 1990).
2.3. Transesterifikasi
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Diantara alkohol-alkohol monohidrik yang menjadi sumber/pemasok gugus alkil, metanol adalah yang paling umum digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksi disebut metanolisis). Jadi, disebagian besar dunia ini, biodiesel praktis identik dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty Acids Metil Ester, FAME).
Secara umum reaksi transesterifikasi antara Trigliserida dan alkohol (metanol) dapat digambar sebagai berikut
CH2-O-COR1 CH2OH R1-COOCH3
CH--O-COR2 + 3CH3OH CH2OH + R2-COOCH3
CH2-O-COR3 CH2OH R3-COOCH3
Katalis
(29)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Gambar 2.4. Reaksi transesterifikasi antara trigliserida dan metanol
Dalam hal ini R1, R2, dan R3 didalam trigliserida merupakan alkil dari C8 sampai C20. Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa adanya katalis, konversi yang dihasilkan meskipun maksimum namun reaksi berjalan dengan lambat (Mittlebatch,2004).
2.4. Biodiesel
Biodiesel merupakan metil ester asam lemak yang diperoleh dengan cara transesterifikasi trigliserida dari minyak tumbuhan dengan metanol ( Meher, 2004). Indonesia dikenal memiliki khazanah kekayaan hayati yang beraneka ragam. Sumber lemak/minyak tumbuhan di Indonesia dapat diperoleh dari minyak sawit (palm oil), minyak kelapa (coconut oil), minyak inti-sawit (palm-kernel oil), minyak kacang tanah, lemak ternak (fats), minyak jarak pagar (physic-nut oil), minyak nyamplung (laurel-nut oil), minyak kelor (horse radish oil), minyak kasumba (safflower oil), minyak saga utan/pohon (corail tree oil), minyak nimba, lemak rambutan, minyak kapok/randu (kapok oil), minyak randu alas, dan lain-lain.
Pengembangan palm biodiesel yang berbahan baku minyak kelapa sawit terus dilakukan karena selain untuk mengantisipasi cadangan minyak bumi yang semakin terbatas, produk biodiesel juga termasuk produk yang ramah lingkungan ( Tim Peneliti PPKS Medan).
Biodiesel juga bersifat biodegradable dan tidak beracun, disamping itu juga biodiesel memiliki flash point (temperatur terendah yang dapat menyebabkan uap biodiesel dapat menyala) yang tinggi daripada diesel normal, sehingga tidak menyebabkan mudah terbakar. Biodiesel juga menambah pelumasan mesin, menambah ketahanan mesin dan mengurangi frekuensi pergantian mesin. Keuntungan lain dari biodiesel yang cukup signifikan adalah sifat emisi yang rendah dan mengandung oksigen sekitar 10-11% (Lotero, 2004).
(30)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
BAB 3
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah merupakan penelitian yang dilakukan di laboratorium (expriment laboratory) dan termasuk kedalam kategori field research.
3.1. Bahan – Bahan dan Alat – Alat Penelitian
3.1.1. Bahan – Bahan Penelitian
Bahan dasar dalam penelitian ini adalah CPO dari PT. Palmcoco Laboratories dengan Kandungan air 0,19 % dan komposisi trigliserida terlihat pada tabel 3.1 dan data ini diambil dari hasil analisis Gas Kromatografi CPO (lampiran 13) sebagai berikut :
Tabel 3.1. Komposisi asam lemak CPO
Nomor
Metil Ester CPO
Rumus Nama Konsentrasi
(%)
1 12:0 Asam Laurat 0.17
2 14:0 Asam Myristat 1.02
(31)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
4 18:0 Asam Stearat 4.21
5 18:1 Asam Oleat 37.70
6 18:2 Asam Linoleat 13.88 7 18:3 Asam Linolenat 0.45 8 20:0 Asaml Arakidat 0.33 100
Adapun komposisi Trigliserida sisa CPO dari hasil analisis gas kromatografi (lampiran 14) sebagai sampel terlihat pada tabel 3.2. sebagai berikut :
Tabel 3.2. Komposisi Trigliserida sisa CPO
Nomor Metil Ester SISA CPO
Rumus Nama Konsentrasi (%)
1 12:0 Metil Laurat 0.13
2 14:0 Metil Myristat 0.76
3 16:0 Metil Palmitat 38.65
4 18:0 Metil Stearat 4.80
5 18:1 Metil Oleat 44.30
6 18:2 Metil Linoleat 10.46
7 18:3 Metil Linolenat 0.48
8 20:0 Metil Arachidat 0.42
100
Adapun bahan-bahan kimia yang digunakan terlihat dalam tabel 3.3. sebagai berikut :
Tabel 3.3. Bahan-bahan penelitian
Nama Bahan Spesifikasi Merek
(32)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Fenolftalein p.a. 96% E. Merck
H2SO4 (p) p.a. 95% - 97% E. Merck
CaO (s) p.a. 97% E. Merck
Metanol p.a. 99,9% E. Merck
n-Heksana p.a. 99% E. Merck
Na2SO4.anhidrat p.a. 99.5 E. Merck K2CO3.anhidrat p.a. 99,9% E. Merck H2C2O4.2H2O p.a 99.% E. Merck
KOH Pelet E. Merck
3.1.2. Alat – Alat Penelitian
Sedangkan alat – alat yang digunakan disusun dalam tabel tabel 3.4. Tabel 3.4. Alat-alat penelitian
Nama Alat Spesifikasi Merek
Instrumen Kromatografi Gas Kolom: SGE BPX70 Detektor : FID
Agilent Technologies
Labu Leher Tiga 250 mL Pyrex
Neraca Analitis (presisi ± 0.0001 gr) Mettler AE-200 Swiss
Oven 30 – 200 oC Precision Scientific
Pemanas dan Pengaduk - Fisher Scientific
Pendingin Liebig - -
Pengaduk Magnet - -
Piknometer 2 mL Pyrex
Rotari Evaporator 30 – 100 oC Heidolph WB 2000
Termometer 0 – 110 oC Silber Brand
(33)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
3.2. Desain Penelitian
Penelitian ini didesain sebagai berikut :
A. Preparasi Katalis
Bahan yang digunakan adalah CaO produksi Merck CAS-No. (1305-78-8) dan K2CO3 produksi Merck CAS-No.(584-08-7).
Preparasi Kalsium Oksida, CaO
CaO harus dihaluskan terlebih dahulu dengan menggunakan lumpang dan alu yang terbuat dari porselin sampai terbentuk serbuk, kemudian serbuk CaO tersebut diletakkan diatas permukaan cawan penguap dengan ketebalan ± 1 mm. Untuk menghilangkan kadar air yang masih terkandung didalam CaO maka serbuk CaO dimasukkan kedalam oven dan dikeringkan pada suhu 110oC selama 60 menit, kemudian disimpan dalam desikator.
Preparasi Kalium Oksida, K2O
Preparasi kalium oksida dengan meletakkan K2CO3 diatas cawan penguap dengan ketebalan ± 1 mm kemudian dikalsinasi pada suhu 700oC didalam tanur selama 5 jam untuk menghasilkan K2O kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 110oC selama 60 menit untuk menghilangkan kadar air yang masih terkandung didalamnya kemudian dimasukkan kedalam botol dan disimpan dalam desikator.
B. Populasi
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai populasi adalah sisa CPO (Crude Palm Oil) yang diperoleh melalui reaksi transesterifikasi asam menggunakan CPO yang diperoleh dari PT. Palmcoco Laboratories, Medan, yang kemudian akan dikonversi menjadi metil ester atau biodiesel. Populasi yang digunakan bersifat homogen.
c. Variabel-Variabel
1. Variabel bebas :
- perbandingan mol metanol : sampel - suhu reaksi
(34)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
2.. Variabel yang dibuat tetap : - kecepatan pengadukan
- volume sampel - Konsentrasi Katalis 3. Variabel terikat :
- yield metil ester
b. Pengambilan Data
1. Pengaruh perbandingan mol sampel dengan metanol
Menentukan konsentrasi metil ester hasil transesterifikasi dengan perbandingan mol sampel : metanol yaitu 1:12, 1:12, 1:15 dan 1:18 dengan suhu 65oC, waktu 120 menit menggunakan 10% K2O-CaO (b/b sampel) dengan pengadukan 800 rpm.
2. Pengaruh Suhu Reaksi
Menentukan konsentrasi metil ester hasil transesterifikasi dengan variasi suhu reaksi 60oC, 62,5oC, 65oC dan 67,5oC dengan perbandingan sampel : metanol yang terbaik, waktu reaksi 120 menit menggunakan 10% K2O-CaO (b/b sampel) dengan pengadukan 800 rpm.
3. Pengaruh Waktu Reaksi
Menentukan konsentrasi metil ester hasil transesterifikasi dengan variasi waktu reaksi 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit, suhu reaksi yang terbaik dengan perbandingan mol sampel : metanol yang terbaik menggunakan 10% K2O-CaO (b/b sampel) dengan pengadukan 800 rpm.
(35)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
4. Replikasi setiap proses dilakukan pengulangan sebanyak dua kali untuk masing-masing sampel.
3.2.1. Skema Penelitian 3.2.1.1. Skema Umum
Penelitian ini dilakukan menurut bagan alir yang terlihat pada gambar (3.1) sebagai berikut :
CPO
Transestrifikasi dengan metanol dengan menggunakan katalis asam H2SO4 (p) 0,5% (b/b CPO) dengan perbandingan
mol CPO : metanol yaitu 1:6 (mol/mol);suhu 60oC; waktu reaksi 60 menit dan laju pengadukan 400 rpm
Sampel Gliserol
transesterifikasi dengan metanol dengan menggunakan katalis 10% K2O-CaO (b/b sampel) dengan variasi perbandingan mol
sampel : metanol yaitu 1:9 , 1:12, 1:15 dan 1:18 (mol/mol), suhu reaksi yaitu 60oC, 62,5oC, 65oC, dan 67,5oC, waktu reaksi yaitu 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit dengan laju pengadukan 800 rpm.
Produk
(36)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
metil ester , metanol
didiamkan selama 30 menit didalam corong pisah dicuci dengan aquadest hangat 10% (v/v)
dituang
gliserol Campuran sampel, metanol dan katalis
direfluks pada suhu tertentu,waktu tertentu dengan pengadukan 800 rpm
reaksi dihentikan dengan cara quenching menggunakan air es dengan suhu 4o
C disaring
Katalis 10%K20-CaO (b/b sampel)
didespersi didalam metanol dengan pengaduakan 800 rpm
campuran metanol dan katalis
dimasukkan berlahan-lahan sampel kedalam campuran metanol dan katalis
Residu Katalis
Filtrat
gliserol ,metanol dan metil ester
Gambar 3.1. Skema umum reaksi transesterifikasi
3.2.1.2. Proses Transesterifikasi
Proses transesterifikasi secara terperinci ditunjukkan pada (gambar 3.2) berikut : Analisa
Dianalisa koefisien viskositas Dianalisa dengan GC Dianalisa densitas
Dianalisa kandungan ALB
(37)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
ditambahkan N2SO4 anhidrat
didiamkan dan disaring
metil ester kering residu
didestilasi pada suhu 650
C
refinat metil ester
destilat metanol
Gambar 3.2. Transesterifikasi Heterogen
3.2.2. Pembuatan Reagen 3.2.2.1. Larutan Pencuci
Larutan pencuci dibuat dengan melarutkan 10 gram kalium bikromat dalam 200 mL asam sulfat pekat, kemudian ditambah dengan 7,5 mL aquadest, dikocok, disimpan dalam botol berwarna gelap dan didiamkan satu malam sebelum digunakan.
3.2.2.2. Larutan KOH 0,1N
Sejumlah 2,8053 gram KOH pelet dilarutkan dengan aquadest dalam labu takar 500 mL sampai garis tanda dan dikocok sampai homogen.
3.2.2.3. Larutan Indikator Fenolftalein
Sejumlah 0,5 gram fenolftalein dilarutkan dengan etanol 70% dalam labu takar 50 mL sampai garis tanda.
3.2.2.4. Larutan Alkohol Netral
Sebanyak 200 mL alkohol 96 %, ditambahkan 4 tetes indikator fenolftalein dan dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N hingga larutan menjadi berwarna merah muda kemudian larutan tersebut didiamkan hingga berubah menjadi jernih kembali.
(38)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
3.2.2.5. Larutan H2C2O4 0,1N
Sejumlah 6,3033 gram kristal H2C2O4.2H2O dilarutkan dengan aquadest dalam labu takar 500 mL sampai garis tanda dan dikocok sampai homogen.
3.2.2.6. Standardisasi Larutan KOH 0.1N
Dipipet sebanyak 5 mL KOH 0,1N dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer, ditambahkan dengan 3 tetes indikator Fenolftalein, kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan H2C2O4.2H2O 0,1N sampai terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda.
3.2.3. Pengambilan Data
3.2.3.1. Seleksi Perbandingan Mol Sampel dengan Metanol
1. Dimasukkan metanol (1:9 mol/mol sampel) kedalam labu leher tiga lalu ditambahkan 3,56 gram K2O-CaO (b/b sampel) dan distirer hingga homogen selanjutnya ditambahkan sampel secara berlahan-lahan dalam labu leher tiga yang sudah berisi metanol dan katalis.
2. Direfluks selama 120 menit pada suhu 65oC dengan laju pengadukan konstan 800 rpm dan dihentikan dengan quenching menggunakan air es (4oC)
3. Hasil refluks disaring dan filtratnya dimasukkan kedalam corong pisah dan didiamkan selama 30 menit sehingga terbentuk 2 fasa
4. Fasa metil ester dicuci dengan 10% (v/v) aquadest hangat yang suhunya sekitar 50oC hingga larutan pencuci bersifat netral lalu didiamkan kemudian dituang sehingga gliserol terpisah dengan fase metil ester.
5. Fasa metil ester didestilasi pada suhu 65oC sehingga pelarut terpisah dengan fasa metil ester, lalu ditambahkan dengan 0,1 gram Na2SO4 anhidrat dan didiamkan selama 1 jam selanjutya disaring.
6. Perlakuan yang sama untuk variasi perbandingan mol sampel dan metanol 1:12,1:15 dan 1:18
7. Metil ester murni dianalisa kandungan asam lemak bebas, densitas, viskositas dan konsentrasi metil ester
(39)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
1. Dimasukkan metanol (Sesuai dengan perbandingan mol maksimum) kedalam labu leher tiga lalu ditambahkan 3,56 gram K2O-CaO (b/b sampel) dan distirer hingga homogen selanjutnya dimasukkan sampel kedalam labu leher tiga yang telah berisi metanol dan katalis.
2. Direfluks selama 120 menit pada suhu 60oC dengan laju pengadukan konstan 800 rpm.
3. Hasil refluks disaring dan filtratnya dimasukkan kedalam corong pisah dan didiamkan selama 30 menit sehingga terbentuk 2 fasa
4. Fasa metil ester dicuci dengan 10% (v/v) aquadest hangat yang suhunya sekitar 50oC hingga larutan pencuci bersifat netral lalu didiamkan kemudian dituang sehingga gliserol terpisah dengan fase metil ester.
5. Fasa metil ester didestilasi sehingga pelarut terpisah dengan fasa metil ester, lalu ditambahkan dengan 0,1 gram Na2SO4 anhidrat dan didiamkan selama 1 jam selanjutya disaring.
6. Perlakuan yang sama untuk variasi suhu 62,5oC ; 65oC ; 67,5oC
7. Metil ester murni dianalisa kandungan asam lemak bebas, densitas, viskositas dan konsentrasi metil ester.
3.2.3.3. Seleksi Waktu Reaksi Maksimum.
1. Dimasukkan metanol (Sesuai dengan perbandingan mol terbaik) kedalam labu leher tiga lalu ditambahkan 3,56 gram K2O-CaO (b/b sampel) dan distirer hingga homogen selanjutnya dimasukkan sampel kedalam labu leher tiga yang telah beisi metanol dan katalis.
2. Direfluks selama 60 menit pada suhu terbaik dengan laju pengadukan konstan 800 rpm.
3. Hasil refluks disaring dan filtratnya dimasukkan kedalam corong pisah dan didiamkan selama 30 menit sehingga terbentuk 2 fasa
4. Fasa metil ester dicuci dengan 10% (v/v) aquadest hangat yang suhunya sekitar 50oC hingga larutan pencuci bersifat netral lalu didiamkan kemudian dituang sehingga gliserol terpisah dengan fase metil ester..
5. Fasa metil ester didestilasi pada suhu 65oC sehingga pelarut terpisah dengan fasa metil ester, lalu ditambahkan dengan 0,1 gram Na2SO4 anhidrat dan didiamkan selama 1 jam selanjutya disaring.
(40)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
7. Metil ester murni dianalisa kandungan asam lemak bebas, densitas, viskositas dan konsentrasi metil ester.
3.2.4. Karakterisasi Produk
3.2.4.1. Penentuan Kadar Air CPO ( ASTM D2709 )
Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan kedalam cawan yang telah dikeringkan. Kemudian dipanaskan pada suhu 130oC selama 3 jam. Dihitung kadar air yang hilang.
Kadar air dihitung berdasarkan rimus sebagai berikut :
% 100 ) ( ) ( 1 2 1 x W W W W air Kadar − −
= ... (3.0)
Dengan W = berat wadah (g)
W1 = berat wadah dengan sampel (g)
W2 = berat wadah dengan sampel setelah diuji (g)
3.2.4.2. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas ( ASTM D664 )
Sebanyak 1 gram sampel dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 20 mL n-heksan dan 20 mL alkohol netral. Ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein lalu dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N hingga warna larutan berubah dari bening menjadi merah muda. Dihitung volume KOH yang terpakai.
Kadar asam lemak bebas dari sampel dihitung berdasarkan rumus berikut:
% 100 1000 256 ) (% sampel KOH KOH g x x N x mL ALB Bebas Lemak Asam
Kadar = ... (3.1)
(41)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
sampel KOH KOH g x N x mL Asam
Bilangan = 56.1 ... (3.2)
dengan mLKOH = volume KOH yang diperlukan untuk titrasi, NKOH = konsentrasi KOH, gsampel = massa sisa CPO yang digunakan.
3.2.4.3. Penentuan Densitas ( ASTM D1298 )
Mula-mula piknometer kosong yang kering dan bersih ditimbang beratnya. Kemudian dimasukkan sampel kedalam piknometer tanpa ada gelembung udara dan bagian luar piknometer harus dalam keadaan bersih lalu ditimbang beratnya. Dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali.
Densitas dari sampel dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:
piknometer osong k piknometer sampel piknometer V m m
Densitas(
ρ
)= + − ... (3.3)dengan m = massa dan V = volume.
3.2.4.4. Penentuan Koefisien Viskositas ( ASTM D445 )
Dimasukkan 10 mL aquades kedalam Viskosimeter Oswald, lalu dihisap larutan dengan bola karet penghisap hingga melewati batas atas viskosimeter, dihitung waktu yang dibutuhkan oleh larutan untuk mengalir dari batas atas hingga batas bawah. Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Perlakuan yang sama dilakukan pada sampel yang akan dihitung nilai viskositasnya.
Koefisien viskositas dari sampel dapat dihitung dengan cara
membandingkannya dengan nilai viskositas akuades yang telah diukur terlebih dahulu waktu alirnya, berdasarkan persamaan berikut:
aquades sampel sampel aquades aquades sampel x t t
η
ρ
ρ
η
× ×(42)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
dengan = densitas (gr/cm3), t = waktu alir sampel (detik) dan = viskositas (cSt). Koefisien viskositas aquades pada suhu 40oC ; ηaquades =0,6407mm2/s
( )
cSt .3.2.4.5. Penentuan Komposisi Asam Lemak Bebas
Penentuan Kadar produk metil ester menggunakan instrumen kromatografi gas
Agilent Technologies yang didukung dengan perangkat lunak AgilentTechnologies
Coorporation. Volume sampel sebanyak 2 liter, kolom yang digunakan adalah SGE
BPX-70 dengan panjang kolom 60 meter, fase diam adalah silika dan menggunakan detektor Flame Ionization Detector (FID). Analisis yang dilakukan yaitu analisis kandungan asam lemak atau FattyAcids Content Analysis (FAC Analysis).
Sebanyak 25 l sampel dimasukkan kedalam botol vial lalu ditambahkan dengan 1,5 mL n-heksan p.a. kedalamnya. Selanjutnya dimasukkan kedalam ruang sampel pada instrumen kromatografi gas dan diopereasikan komputer sehingga muncul peak dan hasil pada monitor komputer.
3.2.4.6. Perhitungan Yield Metil Ester
Yield dihitung dengan cara membandingkan berat produk hasil transesterifikasi
dengan berat CPO yang digunakan berdasarkan persamaan:
% 100 x m m yield
sampel produk
= ... (3.5)
3.2.5. Pengolahan dan Analisis Data Statistik
Data statistik yang diperoleh dari hasil penelitian ini selanjutnya akan diolah dan dianalisa dengan menggunakan Software SPSS (Statistical Package for Service
(43)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Solution) Versi 12.0 sebagai aplikasi program komputer untuk menganalisis data
statistik dan termasuk didalamnya penggunaan analisis data eksperimen.
3.2.5.1. Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk mencari persamaan regresi linear berganda dengan 3 (tiga) variabel bebas
(independent variabel) yakni ; perbandingan mol, waktu dan suhu reaksi terhadap
variabel terikat (dependent variabel) ditentukan dengan melakukan analisis regresi ganda 3 prediktor. Langkah yang akan diambil adalah dengan menentukan persamaan regresi dan menghitung koefisien regresinya.
Untuk mencari persamaan regresi linear berganda terlebih dahulu dihitung koefisien – koefisien regresinya dengan mencari nilai – nilai penggandaan antara variabel bebas dengan variabel bebas yang lain.
Penggandaan nilai antara variabel bebas yang dihitung adalah : ΣX1, ΣX2,
ΣX3, ΣY, ΣX12, ΣX22, ΣX32, ΣX1Y, ΣX2Y, ΣX3Y, ΣX1X2, ΣX1X3 dan Σ X2X3. Selanjutnya nilai – nilai tersebut disubstitusikan untuk mencari nilai koefisien regresi.
Koefisien regresi b0, b1, b2 dan b3 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan simultan berikut:
∑
∑
∑
=∑
2 + 2 1 2 + 3 1 31 1
1Y b X b X X b X X
X ... (3.6)
∑
∑
∑
∑
= + 2+ 3 2 32 2 2 1 1
2Y b X X b X b X X
X
... (3.7)
∑
∑
∑
∑
= + + 23 3 3 2 2 2 1 1
3Y b X X b X X b X
X ... (3.8) 3 3 2 2 1 1
0 Y b X b X b X
b = − − −
... (3.9) Persamaan regresi 3 (tiga) variabel bebas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
3 3 2 2 1 1
0 bX b X b X
b
Y = + + + ... (3.10) dimana : Y = yield metil ester
b0, b1, b2 danb3 = koefisien regresi X1 = perbandingan mol
X2 = suhu
(44)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
3.2.5.2. Analisis Residu
Setelah diperoleh persamaan regresinya maka dapat dihitung besarnya penyimpangan
yield yang sebenarnya terhadap yield yang diperkirakan, penyimpangan atau
kesalahan baku dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
1 )
( 2
^
123 − −
− ∑ = k n Y Y
Sy ...(3.11)
dengan : Sy = penyimpangan (kesalahan baku) n = jumlah perlakuan
k = jumlah variabel bebas
i
i b X
X b b
Y 0 1 1 2 2
^
+ +
= ...(3.12)
3.2.5.3. Analisis Korelasi
3.2.5.3.1. Analisis Korelasi Pearson
Korelasi Pearson (r) digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesa antara masing – masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung koefisien korelasi Pearson (r) sebagai berikut:
∑
∑
−∑
∑
∑
∑
−∑
− = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 1 2 1 1 1 1 Y Y n X X n Y X Y X nryx ... (3.13)
∑
∑
−∑
∑
∑
∑
−∑
− = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X Y X nryx ... (3.14)
∑
∑
−∑
∑
∑
∑
−∑
− = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 3 2 3 3 3 3 Y Y n X X n Y X Y X nryx ... (3.15)
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang telah dihitung besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang terlihat pada tabel 3.5 sebagai berikut:
(45)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.00 – 0.199 Sangat Rendah
0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Kuat
0.80 – 1.000 Sangat Kuat
Tabel 3.5. Pedoman untuk memberikan interprestasi terhadap koefisien korelasi.
3.2.5.3.2. Analisis Korelasi Ganda
Seberapa besar pengaruh variabel bebas (independent variabel) yakni ; perbandingan mol sampel dengan metanol, suhu, dan waktu reaksi terhadap variabel terikat (dependent variabel) yakni ; yield metil ester dapat ditentukan dengan menghitung koefisien korelasi ganda (R) dari ketiga variabel bebas tersebut.
Untuk menghitung koefisien korelasi (R) antara 3 (tiga) variabel bebas terhadap variabel terikat, terlebih dahulu dihitung koefisien determinasi nya (R2). Persamaan koefisien determinasi dapat dihitung dengan menghitung terlebih dahulu nilai – nilai berikut :
n Y X Y X y
x
∑
∑
∑
=∑
−( 1)( ) 11 ... (3.16)
n Y X Y X y
x
∑
∑
∑
=∑
−( 2)( ) 22 ... (3.17)
n Y X Y X y
x
∑
∑
∑
=∑
−( 3)( ) 33 ... (3.18)
n Y Y
y
∑
∑
2 =∑
2−( )2(46)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Nilai – nilai tersebut selanjutnya disubstitusikan kedalam persamaan determinasi (R2) berikut:
2 3 3 2 2 1 1 2 , , 2 3
1
∑
∑
∑
∑
+ + = y y x b y x b y x bRX X X ...(3.20)
koefisien korelasi korelasi ganda (R) dengan 3 (tiga) variabel bebas diperoleh dengan cara mengakarkan koefisien determinasi (R2).
Langkah selanjutnya adalah melakukan Uji Signifikansi terhadap koefisien korelasi ganda bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien korelasi suatu sampel yang diuji dengan taraf kepercayaan 95% (α = 5%) atau 99% (α = 1 %) dapat diberlakukan ke populasi atau tidak.
Persamaan untuk menguji signifikansi koefisien korelasi ganda adalah sebagai berikut : ) 1 ( ) 1 ( 2 2 R m m N R Fhit − − −
= ...(3.21) dengan : R2 = koefisien determinasi
N = jumlah perlakuan m = jumlah variabel bebas
Selanjutnya melalui tabel distribui F, harga Fhit ini dibandingkan dengan harga Ftabel. Jika Fhit > Ftabel maka koefisien korelasi yang diuji dapat diberlakukan pada populasi.
(47)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Data hasil pengaruh perbandingan mol, suhu dan waktu reaksi terhadap transesterifikasi basa dengan menggunakan katalis 10% K2O-CaO antara metanol dengan sisa CPO, sebagai berikut:
Tabel 4.1. Data hasil transesterifikasi basa antara metanol dan sisa CPO
Kode
Variabel Bebas Metil Ester Asam
Lemak Mol
Suhu Waktu Yield
(48)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
mol ToC (menit) (%) Rataan (%)
A1 9 65 120 21.50
21.29
A2 9 65 120 21.07
B1 12 65 120 77.26
76.48
B2 12 65 120 75.70
C1 15 65 120 86.84
87.30
C2 15 65 120 87.75
D1 18 65 120 47.75
47.26
D2 18 65 120 46.80
E1 15 60 120 75.12
74.37
E2 15 60 120 73.62
F1 15 62.5 120 82.55
82.14
F2 15 62.5 120 81.73
G1 15 65 120 87.75
87.30
G2 15 65 120 86.84
H1 15 67.5 120 79.72
78.92
H2 15 67.5 120 78.12
I1 15 65 60 45.49
45.04
I2 15 65 60 44.58
J1 15 65 90 67.50
67.09
J2 15 65 90 66.69
K1 15 65 120 87.75
87.30
K2 15 65 120 86.84
L1 15 65 150 69.55
68.85
(49)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
4.2. Analisis Data Statistik
4.2.1. Persamaan Regresi Linear Sederhana
Untuk mencari persamaan regresi masing – masing variabel dan mencari hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat dihitung persamaan regresinya dan dilakukan estimasi kurva regresi linear sederhananya.
Dari grafik pengaruh perbandingan mol terhadap Yield Metil Ester terlihat hanya ada dua titik yang linier yaitu pada perbandingan 1 : 9 dan 1 : 15 antara sampel dengan metanol. Kemudian dilakukan estimasi kurva regresi linear sederhana pada pengaruh perbandingan mol terhadap yield metil ester, diperoleh persamaan regresinnya :
Y = -77,730425 + 11,001842 X1
dengan Y = yield metil ester dan X1 = perbandingan mol sampel dengan metanol.
Dari grafik pengaruh suhu reaksi terlihat hanya ada tiga titik yang linier yaitu pada suhu 60oC , 62,5oC dan 65oC, kemudian dilakukan estimasi kurva regresi linear sederhana pada pengaruh suhu terhadap yield metil ester, diperoleh persamaan regresinnya :
Y = -80,285850 + 2.584900 X2
dengan Y = yield metil ester dan X2 = suhu reaksi.
Dari grafik pengaruh waktu reaksi terlihat hanya ada tiga titik yang linier yaitu pada waktu reaksi 60 menit, 90 menit dan 120 menit, kemudian dilakukan estimasi kurva regresi linear sederhana pada pengaruh waktu reaksi terhadap yield metil ester, sehingga diperoleh persamaan regresinnya :
Y = 3.082767 +0,704367 X3
dengan Y = yield metil ester dan X3 = waktu reaksi.
Untuk menghitung berapa besar pengaruh ketiga variabel bebas ; perbandingan mol CPO dengan metanol, suhu dan waktu reaksi pada proses transesterifikasi basa dengan menggunakan katalis 10% K2O-CaO dapat dilakukan dengan mencari persamaan regresi dan analisis korelasi dari data yang telah diperoleh.
(50)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
4.2.2. Persamaan Regresi Linear Berganda
Persamaan regresi berganda berguna untuk mengetahui hubungan antara perbandingan mol sisa CPO : metanol, suhu reaksi dan waktu reaksi dengan yield
metil ester yang dihasilkan atau berguna untuk memprediksikan berapa besarnya perubahan yang terjadi pada variabel terikat (yield metil ester), jika nilai variabel – variabel bebasnya berubah (perbandingan mol, suhu dan waktu reaksi).
Dengan menghitung nilai – nilai penggandaan antara variabel bebas dengan variabel bebas yang lain sehingga diperoleh nilai penjumlahan masing – masing variabel (lampiran 5). Selanjutnya hasil dari penggandaan dan penjumlahan dari variabel – variabel tersebut disubstitusikan kedalam persamaan (3.6), persamaan (3.7), persamaan (3.8) dan persamaan (3.9). Sesuai perhitungan maka diperoleh koefisien regresi masing – masing variabel yaitu:
3 2
1
1Y 1656b 7297,5b 12330b
X = + +
∑
3 2
1
2Y 7297,5b 32856,25b 55650b
X = + +
∑
3 2
1
3Y 7297,5b 155650b 98100b
X = + +
∑
Kemudian dihitung nilai b0, b1, b2 dan b3, selanjutnya hasil tersebut disubstitusikan kedalam persamaan (3.10), maka sesuai perhitungan akan diperoleh persamaan regresi berganda dengan tiga variabel bebas yaitu perbandingan mol metanol dengan minyak sawit mentah, suhu dan waktu reaksi terhadap variabel terikat yaitu yield metil ester, yaitu:
3 3 2 2 1 1
0 bX b X b X
b
Y = + + +
Y = -265,831 + 10,515.X1 +1,780.X2 + 0,640.X3
Dari persamaan tersebut, Y adalah yield metil ester, b0 adalah intersep, b1, b2 dan b3 adalah koefisien regresi berganda, X1 adalah perbandinga n mol sisa CPO dengan metanol, X2 adalah suhu reaksi dan X3 adalah waktu lamanya reaksi berlangsung.
Dari persamaan regresi tersebut dapat disimpulkan bahwa rata – rata yield
metil ester akan naik sebesar 10,515 jika perbandingan mol sisa CPO : metanol dinaikkan sebesar satu mol, rata – rata yield metil ester akan naik sebesar 1,780 jika
(51)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
suhu dinaikkan sebesar satu derejat Celcius dan rata – rata yield metil ester akan naik sebesar 0,640 jika waktu reaksi dinaikkan sebesar satu menit.
4.2.3. Analisis Residu
Besarnya penyimpangan atau kesalahan baku yield yang sebenarnya terhadap yield
yang diperkirakan, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.12). Penjumlahannya terdapat pada lampiran (6).
Selanjutnya, hasil dari penjumlahannya disubstitusikan kedalam persamaan (3.11) sehingga diperoleh:
1 3 8 90,0880 123 = − −
y
S
diperoleh Sy123 = 4,75 %
Dari hasil analisis residu tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi penyimpangan rata – rata sebesar 4,75% pada yield metil ester yang dihasilkan pada setiap perlakuan dalam penelitian ini.
4.2.4. Analisis Korelasi
4.2.4.1. Analisis Korelasi Pearson
1. Pengaruh Perbandingan Mol sisa CPO dengan Metanol pada Proses
Transesterifikasi basa terhadap Yield Metil Ester
Besarnya Pengaruh atau hubungan perbandingan mol sisa CPO dengan metanol pada proses transesterifikasi basa terhadap yield metil ester dapat ditentukan dengan menghitung koefisien korelasi Pearson menggunakan persamaan (3.13), hasil penjumlahan (lampiran 7), secara matematis digambarkan:
} ) 11790.34 ( ) 901 . 8073 )( 2 }{( ) 576 ( ) 306 )( 2 {( ) 5834 , 108 )( 24 ( ) 033 . 1501 )( 2 ( 2 2 1 − − − = yx r
diperoleh : ryx1 = 0,93223 (korelasi sangat kuat). Koefisien korelasinya sebesar 0,93223.
Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh perbandingan mol sisa CPO dan metanol pada transesterifikasi basa terhadap yield metil ester yang dihasilkan adalah sebesar 93.22 %.
(52)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
2. Pengaruh Suhu pada Proses Transesterifikasi Basa terhadap Yield Metil Ester
Besarnya pengaruh atau hubungan suhu reaksi pada proses transesterifikasi basa terhadap yield metil ester dapat ditentukan dengan menghitung koefisien korelasi Pearson menggunakan persamaan (3.13), hasil penjumlahan (lampiran 7) secara matematis digambarkan: } ) 9 , 59443 ( ) 1989,29 )( 3 }{( ) 25 , 35156 ( ) 25 , 11731 )( 3 {( ) 8111 , 243 )( 5 . 187 ( ) 51 , 15270 )( 3 ( 2 2 2 − − − = yx r
diperoleh: ryx2 = 0,993258 (korelasi sangat kuat). Koefisien korelasinya sebesar 0,993258.
Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh perbandingan suhu pada transesterifikasi basa terhadap yield metil ester yang dihasilkan adalah sebesar 99,33 %.
3. Pengaruh Waktu Reaksi pada Proses Transesterifikasi Basa terhadap Yield Metil Ester
Besarnya pengaruh atau hubungan waktu reaksi pada proses transesterifikasi basa terhadap yield metil ester dapat ditentukan dengan menghitung koefisien korelasi Pearson menggunakan persamaan (3.13), hasil penjumlahan (lampiran 7) dan secara matematis digambarkan:
} ) 9771,25 3 ( ) 7 , 14150 )( 3 }{( ) 72900 ( ) 26100 )( 3 {( ) 4273 , 199 )( 270 ( ) 32 , 19216 )( 3 ( 2 2 3 − − − = yx r
diperoleh : ryx3 = 0,999678 (korelasi sangat kuat). Koefisien korelasinya sebesar 0,999678
Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh waktu pada transesterifikasi basa terhadap yield metil ester yang dihasilkan sebesar 99,97 %.
4.2.4.2Analisis Korelasi Ganda
Korelasi ganda berguna untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh ketiga variabel bebas yaitu perbandingan mol sisa CPO : metanol, suhu reaksi dan waktu reaksi pada proses transesterifikasi basa secara bersamaan terhadap variabel terikat yaitu yield metil ester.
(53)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Dengan menghitung koefisien determinasi menggunakan persamaan (3.16), persamaan (3.17), persamaan (3.18) dan persamaan (3.19) maka secara matematis digambarkan:
∑
= − 9 ) 3031 . 628 )( 126 ( 385 . 9067 1yx = 271.1416
∑
= − 9 ) 3031 . 628 )( 5 . 577 ( 48 . 40262 2yx = -53.63
9 ) 3031 . 628 )( 990 ( 41 . 70681 3
∑
x y= − = 1568.0699 ) 39476.7 ( 26 . 47973 2 2
∑
y = − = 4110.516Nilai – nilai tersebut beserta koefisien regresi selanjutnya disubstitusikan kedalam persamaan (3.20) berikut:
5475 , 3766 ) 348 , 1371 )( 640 , 0 ( ) 575 , 4127 )( 780 , 1 ( ) 037 , 278 )( 10,551 ( 2 , , 2 3 1 + − + = X X X R
sehingga diperoleh koefisien determinasi sebesar , , 2 0,916897 3
2 1X X =
X
R dan diperoleh
koefisien korelasi ganda untuk tiga variabel bebas sebesar
3 2 1,X ,X
X
R = 0,957547
Uji Signifikansi terhadap koefisien korelasi ganda dengan taraf kepercayaan 95% (α = 5%) dengan menggunakan persamaan (3.21) :
38877 . 18 ) 0.916897 1 ( 3 ) 1 3 9 ( 0.916897 = − − − = hit F
Melalui tabel distribusi frekuensi diperoleh Ftabel =3,10 , karena FHit > FTabel maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perlakuan pengaruh ketiga variabel bebas pada sampel dapat diberlakukan ke populasi.
Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya persentase pengaruh ketiga variabel bebas yaitu perbandingan mol sisa CPO : metanol, suhu reaksi dan waktu reaksi pada proses transesterifikasi basa secara bersamaan adalah 95,75% terhadap pembentukan yield metil ester pada proses transesterifikasi basa dengan menggunakan katalis 10% K2O-CaO. Dari perlakuan transesterifikasi basa diperoleh bahwa hasil yield metil ester maksimum diperoleh dengan mereaksikan sisa CPO
(1)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
(2)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Gambar Analisis Kromatografi Gas (GC) terhadap metil ester hasil transesterifikasi sisa CPO dengan metanol dengan variasi suhu
(3)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Gambar Analisis Kromatografi Gas (GC) terhadap metil ester hasil transesterifikasi sisa CPO dengan metanol dengan variasi waktu reaksi
(4)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Lampiran 19
Tabel Standar Biodisel Menurut ASTM D 6751
BIODIESEL, B100 SPESIFICATION
Property ASTM Method Limits Units
Flash Point D93 130 min. Degrees C
Water & Sediment D2709 0.050 max. % vol.
Kinematic Viscosity, 40oC D445 1.9 - 6.0 mm2/sec.
Sulfated Ash D874 0.020 max. % mass
Sulfur D5453 0.05 max. % mass
Copper Strip Corrosion D130 No. 3 max. -
Cetane D613 47 min.
Cloud Point D2500 Report Degrees C
Carbon Residue 100% sample D4530 0.050 max. % mass
Acid Number D664 0.80 max. mg
KOH/gm
Free Glycerin D6584 0.020 max. % mass
Total Glycerin D6584 0.240 max. % mass
(5)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Distillation Temp, Atmospheric Equivalent Temperature,
90% Recovered
D 1160 360 max. Degrees C
B100 Spesification, Biodiesel Standard D6751
Lampiran 20
Tabel Standar Biodiesel Nasional (SNI 04-7182-2006)
No. Parameter Unit Bilangan
1 Densitas, Density (40oC) kg/m3 850 – 890
2 Viskositas, Viscosity (40oC) mm2/s (cSt) 2.3 – 6.0
3 Bilangan Setana, Cetane Number - min. 51
4 Titik Nyala, Flash Point(close cup) oC min. 100
5 Titik Awan, Cloud Point oC max. 18
6 Korosi Tembaga, Copper Strip Corrosion
(3 jam, 50 oC) - max. no 3
7 Residu Karbon, Carbon Residue % mass max. 0.05
8 Air dan Endapan, Water and Sediment % vol max. 0.05
9 Suhu Destilasi, Distillation Temperature,
90% recovered
o
C max. 360
10 Abu Sulfat, Sulfated Ash % mass max. 0.02
11 Sulfur ppm (mg/kg) max. 100
12 Kandungan Posfor, Phosporus Content ppm (mg/kg) max. 10
13 Bilangan Asam, Acid Number mg-KOH/g max. 0.8
14 Gliserin Bebas, Free Gliceryn % mass max. 0.02
15 Gliserin Total, Total Glycerin % mass max. 0.24
16 Kandungan Ester, Ester Content % mass min. 96.5
(6)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.