27
b. Teori Fungsionalis: Keserasian Rumah Tangga
Dan Masyarakat.
Teori fungsionalis diungkapkan di sini karena dianggap mempunyai kaitan dengan kepemimpinan
laki-laki dan perempuan. Teori ini berpendapat bahwa pembagian
kerja berbasis
gender merupakan
kebutuhan masyarakat
dan diciptakan
untuk masyarakat secara keseluruhan Budiman,1985. Teori
ini pada hakikatnya merupakan upaya bantahan terhadap teori Freudian yang secara tidak langsung
menyatakan bahwa
pembagian kerja
berdasar perbedaan gender merupakan akibat wajar dari “kodrat
perempuan” itu sendiri, yang membuat perempuan jadi
kurang aktif dibanding dengan laki-laki. Kaum fungsionalis memerikan perhatian kepada
fungsi perempuan dan laki-laki dalam masyarakat, khusunya dalam keluarga inti. Menurut Talcot Parson
dalam Budiman,1985, fungsi perempuan adalah untuk
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan
rumah- tangga. Dengan cara itu maka ditiadakan kemungkinan
terjadinya persaingan antara suami dan isteri. Adanya pembagian fungsi yang jelas, laki-laki sebagai suami
harus mengembangkan kariernya di luar rumah. Isteri boleh bekerja di luar rumah, tapi seharusnya tidak
merupakan kariernya.
Menurut Murdock
dalam Budiman,1985, pembagian kerja berbasis gender akan
28
memberi rasa tenang bagi keduanya dalam keluarga, dan
sekaligus menjadi
tonggak penopang
bagi keserasian harmoni masyarakat.
2.3 Model
–Model Kesenjangan Gender Dan Dampaknya
Masalah utama yang berkaitan dengan fenomena gender di Indonesia adalah karena masyarakat kita
menganut hukum hegemoni patriarkhi Handayani dan Sudiarti,2002.
Sistem patriarkhi
menggambarkan dominasi laki
– laki atas perempuan dan anak–anak di dalam keluarga Russel, 1996, dominasi tersebut
berlanjut di
semua ruang
lingkup kehidupan
masyarakat. Patriarkhi adalah konsep bahwa laki –laki
memegang kekuasaan atas semua peran penting dalam masyarakat, antara lain di bidang pemerintahan,
militer, industri, bisnis, perawatan kesehatan, iklan, agama, termasuk bidang pendidikan. Hukum hegemoni
patriarkhi ternyata juga telah menyebabkan timbulnya berbagai masalah ketidakadilan dan ketidaksetaraan
gender. Penjabarkan hal ini akan dijelaskan melalui model terjadinya kesenjangan “gender gap”, dan
dampak ketidakadilan gender yang terutama dialami oleh perempuan.
Chliwniak,1997, mengemukakan bahwa ada tiga model yang menjelaskan rendahnya kepemimpinan
29
perempuan dalam organisasi pendidikan. Pertama,
Individual or Meritocrasy model model individual atau model kepantasan. Model ini menekankan kepada
keberadaan perempuan dan model penghargaan yang pantas atau kepatutan, dimana perempuan sendiri
yang dianggap menjadi penyebab adanya kesenjangan gender di bidang kepemimpinan. Model ini berorientasi
kepada aspek psikis, misalnya: sifat-sifat pribadi, cirri- ciri pribadi, kemampuan atau kualitas diri, rasa
percaya diri, motivasi, dan harapan. Pendapat yang melatar-belakangi model ini adalah adanya anggapan
bahwa perempuan
tidak cukup
tegas, tidak
menginginkan kekuasaan, kurang percaya diri, tidak memiliki harapan untuk posisi kepemimpinan, dan
mereka menolak untuk melamar menjadi pemimpin pendidikan.
Kedua, Organiztional or Discrimination Model
model perspektif organisasi atau model diskriminasi. Model ini berfokus kepada sistim pendidikan. Adanya
perbedaan harapan tentang karier dan berbagai pencapaian pekerjaan antara laki-laki dan perempuan.
Model ini menjelaskan bagaimana struktur dan praktek organisasi
pendidikan telah
mendiskriminasi perempuan. Kelihatannya laki-laki memang lebih
diutungkan dan diunggulkan dalam praktek promosi ke aras yang lebih tinggi karena mereka sering mendapat
30
perlakuan istimewa,
sementara perempuan
sulit mencapai aras lebih tinggi meskipun mereka sudah
berusaha dengan sungguh-sungguh.
Ketiga,
Woman’s place or social perspective model model tempat perempuan atau model perspektif
sosial. Model ini menekankan kepada norma budaya dan sosial. Norma budaya dan sosial diidentifikasi telah
mendorong terjadinya praktek diskriminasi kepada perempuan.
2.3.1.Teori Ketidakadilan Gender
Di samping model kesenjangan gender yang diungkap Chliwniak di atas, penyisihan kepada
perempuan juga
dapat diidentifikasi
oleh teori
ketidakadilan gender. Sebetulnya sistim dan struktur yang tidak adil gender tidak hanya merugikan
perempuan namun juga laki –laki. Meskipun demikian
rupanya perempuan lebih mengalami dampak negatif yang parah. Beberapa teori ketidakadilan gender dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
a. Menyisihkan hak