Tekstur Style atau Gaya

19 Dijelaskan pula oleh Darma Guptha 2010: 37, bahwa upaya kultural lain yang dilakukan Sultan Agung untuk mengkokohkan kekuasaaan Dinasti Mataram adalah menyelengarakan kembali upacara keagamaan yang sebelumnya ada di kerajaan Islam Jawa yaitu Sekaten. Upacara sejak jaman Demak akan dihidupkan kembali dengan berbagai pembaharuan-pembaharuan. Selain pembaharuan- pembaharuan disebutkan pula, bahwa untuk mendukung upacara kerajaan Sekaten ini, Sultan Agung membangun Keraton sebagaimana Kasultanan Cirebon yang juga menyelengarakan upacara serupa Darma Ghupta, 2010: 37. Ada pula sumber yang menyatakan, kemungkinan pada saat zaman Kesultanan Mataram semasa pemerintahan Sultan Agung, dimulai tradisi Gerebeg Mulud dengan upacara pasowanan Gerebeg.

2. Upacara Sekaten di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat

Memang semua perayaan seketan hampir dari masa lampu sama tetapi perayaan ini memiliki serangkaian yang menarik, upacara sekaten hakikatnya tidak jauh beda dari upacara sekaten yang telah ada sebelumnya. Upacara dimulai pada tanggal lima sampai dengan tanggal dua belas Mulud. Tetapi upacara sekaten dikeraton Ngayogyakarto meliputi dua aspek yaitu sekaten dan upacara gerebeg Mulud. Perlu disadari bahwa sekaten sudah menjadi milik masyarakat dan bukan lagi sebagai perayaan milik raja saja, masyarakatlah dan menyakini bahwa perayaan sekaten merupakan sebuah perayaan yang dapat memberikan berkah hikmah dan sekaligus sebagai hiburan masayarakat. Sedangkan bagi keraton 20 perayaan sekaten merupakan tradisi yang harus diteruskan dalam rangka mengemban amanah leluhur. KRT Rintaiswara -: 35 menuturkan, istilah gerebeg dalam bahasa Jawa artinya berjalan mengiringi raja, orang yang dihormati bersama-sama. Upacara gerebeg dilaksanakan untuk memperingati hari besar Islam.Adapun upacara untuk memperingati hari besar Islam ialah tiga kali dalam setahun yaitu, Gerebeg Mulud, Syawal, dan Besar. Namaun dalam hal ini Gerebeg yang dilaksanakan dengan sekaten ialah Gerebeg Mulud. Menurut paparan Suyami 2008: 55 dalam buku upacara ritual di Kraton Ngayogyakarta releksi dalam budaya Jawa mempaparkan bahwa: Sebenernya di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat ada tiga upacara gerebeg, yaitu meliputi gerebeg Mulud, Syawal, dan Besar. Yang kesatuan rangkaianya dengan upacara sekaten ialah gerebeg Mulud. Gerebeg Mulud adalah upacara yang berlangsung dengan Maulid Nabi saw, prosesinya berupa iring-iringan gunungan lanang, wadhon, gunungan gepak, gunungan pawuhan, dan gunungan dharat yang dikeluarkan dari dalam keraton Ngayogyakarto melewati Siti Hinggil, Pagelaran, Alun-alun utara, hingga berakhir di Masid Gedhe Ali Muakhir, -: 90. Selain itu gerebeg Mulud diketahui sebagai puncak dimana dilaksanakan upacara perayaan sekaten yang dilaksanakan pada tanggal duabelas Mulud, sebagai peringatan untuk hari kelahiran Nabi Muhammad saw. Herry Lisbijanto 2013: 10 memaparkan urutan perayaan sekaten diawali dengan slametan yang bertujuan agar diberikan keselamatan atas terselengaranya perayaan sekaten, maka perayaaan sekaten secara resmi dimulai. Sebelumnya