17
2.1.9. Optimalisasi Performa Individu dalam Organisasi LK
Apapun bentuk, sifat, dan ukuran organisasi selalu diarahkan pada keber- hasilan pencapaian tujuan organisasi
organizational effectiveness
yang telah ditetapkan. Keberhasilan organisasi ini pada dasarnya merupakan akumulasi dan
agregat usaha-usaha sekaligus keberhasilan individu-individu
individual effectiveness
dalam organisasi itu sendiri Gibson, 1985. Dengan demikian dapat diungkapkan bahwa performa individu atau mahasiswa anggota LK merupakan
determinan terhadap performa organisasi LK. Dengan melihat mahasiswa anggota LK merupakan
determinan
terhadap efektifitas organisasi dan dengan munculnya pendekatan baru yang disebut
pendekatan perilaku organisasi, dimana pendekatan ini peduli terhadap individu individu dinilai sebagai
people
, bukan
thinks
, maka tulisan ini hendak mengkaji upaya-upaya secara global
makro
untuk mengoptimalkan performa individu dalam organisasi LK dalam rangka pencapaian tujuan organisasi LK, dengan
mendasarkan pada pendekatan perilaku organisasi LK. Untuk mengarahkan dan mengendalikan perilaku mahasiswa dalam
Organisasi LK dengan melihat manusia secara utuh
humanistic oriented
maka manajemen harus memahami berbagai variabel yang mempengaruhi perilaku
individu tersebut. Dinamika menuju pendekatan perilaku organisasi dalam LK merupakan satu pendekatan yang menandai perkembangan awal dari studi
perilaku yang merupakan pendekatan perspektif teoritis-
makro
yakni yang dikenal sebagai pendekatan tradisional.
Pendekatan tradisional ini telah memberikan kontribusi dalam studi manajemen antara lain:
18 1
Telah mengenalkan teori-teori rasional yang sebelumnya belum ada.. 2
Memusatkan perhatian pada peningkatan produktivitas dan kualitas
output
. 3
Menyediakan mekanisme administratif yang sesuai bagi organisasi.
4
Penerapan pembagian kerja. 5
Meletakkan landasan bagi studi berikutnya mengenai
efisiensi
metode kerja dan organisasi.
6 Mengembangkan prinsip-prinsip yang umum dalam manajemen LK.
Namun demikian pendekatan ini kemudian banyak ditinggalkan karena pendekatan ini hanya menekankan aturan-aturan formal, spesialisasi, pembagian
tanggung jawab yang jelas dengan memberi perhatian relatif kecil terhadap arti pentingnya personal dan kebutuhan sosial dari individu-individu yang berada
dalam organisasi tersebut Bennet, 1994. Hal ini menegaskan bahwa pendekatan klasik ini memperlakukan individu-individu dalam organisasi secara mekanistik-
menilai bahwa secara eksklusif manusia hanya termotivasi oleh keinginan untuk memperoleh penghargaan berupa keuntungan finansial yang tinggi.
Dalam perkembangan selanjutnya muncullah pendekatan baru yakni pendekatan hubungan kerja kemanusiaan
human relation approach.
Pendekatan ini muncul dengan diawali dengan eksperimen Hawthorne
Hawthorne experi- ments
oleh Elton Mayo dan team
Industrial Research
dari Universitas Harvard. Pendekatan
Human Relations
telah memberikan wacana baru dalam studi mana- jemen dengan memberikan beberapa sumbangan pemikiran dan hipotesis baru
antara lain:
19 1
Secara eksplisit pertama kali mengenalkan peranan dan pentingnya hubungan interpersonal dalam perilaku kelompok.
2 Secara kritis menguji kembali hubungan antara keuntungan finansial dan
motivasi. 3
Mempertanyakan anggapan bahwa masyarakat merupakan kelompok individu yang berusaha untuk memaksimalkan pemenuhan kepentingan personalnya
sendiri. 4
Menunjukkan bahwa bagaimana sistem teknis dan sistem sosial saling berhubungan.
5 Menunjukkan hubungan di antara kepuasan kerja dan produktivitasnya.
Dalam bagian yang sama Bennet 1994 menunjukkan beberapa kele- mahan dari pendekatan ini yakni pendekatan ini mengesampingkan pengaruh
struktur organisasi terhadap perilaku individu, memandang organisasi sebagai sistem tertutup
closed system
dan mengabaikan kekuatan lingkungan politik, ekonomi dan lingkungan yang lain, tidak menjelaskan pengaruh kesatuan kerja
terhadap sikap dan perilaku individu, meremehkan motivasi, keinginan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dan kesadaran sendiri berkaitan dengan
segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan, memusatkan perhatian kepada pengaruh kelompok kecil namun mengabaikan pengaruh struktur sosial
yang lebih luas. Kemudian pada tahun 1970-an muncul pendekatan yang berspektif mikro
teoritis yakni yang dikenal dengan istilah pendekatan perilaku organisasi
organizational behavior approach.
Berkaitan dengan ini Thoha 1990 menga-
20 takan bahwa perilaku organisasi adalah secara langsung berhubungan dengan
pengertian, ramalan, dan pengendalian terhadap perilaku orang-orang di dalam organisasi, dan bagaimana perilaku orang-orang tersebut mempengaruhi usaha-
usaha pencapaian tujuan organisasi. Duncan dalam Thoha, 1990 juga menjelaskan bahwa studi perilaku organisasi termsuk di dalamnya bagian-bagian
yang relevan dari semua ilmu perilaku yang berusaha menjelaskan tindakan- tindakan manusia di dalam organisasi, perilaku organisasi sebagaimana suatu
disiplin mengenal bahwa individu dipengaruhi oleh bagaimana pekerjaan yang diatur dan siapa yang bertanggung jawab untuk pelaksanaannya. Walaupun
dikenal adanya keunikan pada individu, namun perilaku organisasi masih memusatkan pada kebutuhan manajer untuk menjamin bahwa keseluruhan tugas
pekerjaan bisa dijalankan. Sehingga kesimpulannya pendekatan ini mengusulkan beberapa cara supaya usaha-usaha individu itu bisa terkoordinir dalam rangka
mencapai tujuan organisasi. Lebih terperinci Gibson 1985 memberikan beberapa pokok pikiran yang
perlu dicatat berkaitan dengan pendekatan perilaku organisasi ini yakni bahwa pendekatan perilaku organisasi merupakan:
way of thinking
: tingkat analisis pada level individu, kelompok, dan organisasi,
interdiciplinary field:
memanfaatkan berbagai disiplin, model, teori dan metode dari disiplin yang ada,
humanistic orientation:
manusia dan segala sikap, perilaku, persepsi, kapasitas, perasaan, dan tujuannya merupakan nilai utama,
performance oriented :
selalu mengarahkan pada performance,
external environment:
lingkungan eksternal dilihat memiliki pengaruh terhadap perilaku organisasi, metode ilmiah
scientific method
21 berperanan penting dalam mempelajari variabel dan hubungan, dan
application orientation:
memusatkan perhatian untuk menjawab berbagai permasalahan yang muncul dalam konteks manajemen organisasi. Dengan demikian dapat digaris
bawahi bahwa pendekatan perilaku organisasi seperti LK merupakan
multidisipliner, integrated, comprehensive,
dan
people centered approach
yaitu pendekatan yang memandang organisasi sebagai suatu sistem sosial, sehingga
tidak lagi memandang organisasi sebagai wadah atau alat semata, sehingga dalam rangka memperbaiki produktifitas
productivity improvement
dalam arti luas guna mencapai efektivitas organisasi
organizational effectivity
tidak cukup memberi tekanan pada struktur dan desain organisasi
organizational structure and design
saja tetapi hendaknya juga dan lebih pada manusianya
human.
Tabel 1
Management Skills Necessary at Various Levels of an Organization
Executive Managerial
Supervisory Nonsupervisory
Sumber: Etal, 1985 Dari ilustrasi tersebut dapat dilihat bahwa
human skill
merupakan kapasitas yang krusial dalam setiap level manajemen. Hersey dalam Etal, 1985
juga menegaskan bahwa human skill telah dipandang penting pada masa lalu, namun menjadi utama pada saat ini. Untuk dapat mencapai kepemimpinan yang
efektif yang secara langsung juga mengarahkan perilaku individu yang berorientasi tujuan organisasi
goal oriented behavior
maka perlu adanya
Human Conseptual Technical
22 pemahaman yang jelas terhadap berbagai variabel yang mempengaruhi perilaku
organisasi termasuk LK, yaitu : 1
Perilaku Individu Individu atau anggota organisasi dalam memasuki lingkungan
organisasi akan membawa beberapa unsur yang telah membentuk karakteristiknya
antara lain
kemampuan, kebutuhan,
kepercayaan, pengalaman, pengharapan. Namun demikian lingkungan organisasi memiliki
karakteristik sendiri yang berupa keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang dan tanggung
jawab, sistem penggajian
reward system,
sistem pengendalian dan lain sebagainya. Kemudian dalam proses pencapaian tujuan organisasi, kedua
karekteristik ini melakuakn interaksi dan akan membentuk suatu perilaku individu dalam organisasi Anderson dan Anna Kyprianou : 1994.
Selanjutnya Thoha 1990 menggambarkan model umum perilaku dalam organisasi sebagai berikut:
23
Tabel 2 Model Umum Perilaku dalam Organisasi
Oleh karena itu manajer yang efektif adalah manajer yang mampu memahami karakteristik individu-individu yang berada dalam organisasi tersebut,
dan hal ini dapat dilakukan dengan memahami prinsip-prinsip dasar yang mempengaruhi perilaku individu. Thoha 1990 menyebutkan beberapa prinsip
Karakteristik Individu
Kemampuan Kebutuhan
Kepercayaan Pengalaman
Pengharapan
Karakteristik Organisasi
Hirarki Tugas-tugas
Wewenang Tanggungjawab
Sistem
Reward
Sistem Kontrol Perilaku
Individu Dalam Organisasi
24 dasar tersebut yakni: manusia berbeda perilakunya karena kemampuannya tidak
sama, manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda, orang berpikir tentang masa depan dan membuat pilihan tentang bagaimana bertindak, seseorang memahami
lingkungannya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu dan kebutuhannya, seseorang itu mempunyai reaksi-reaksi senang atau tidak senang
affective
dan banyak faktor yang menentukan sikap dan perilaku seseorang. Dengan demikian tantangan yang dihadapi manajemen adalah berkaitan dengan
kemampuan untuk mengidentifikasikan setiap perilaku individu yang berada dalam organisasi dengan berbagai
historical background-
nya, dan tentunya ini perlu suatu strategi dan teknik tertentu.
Secara lebih terperinci Gibson 1985 mengidentifikasikan berbagai varia- bel yang mempengaruhi perilaku dan performa individu dalam organisasi, dan hal
ini digambarkan pada gambar 3.
Tabel 3
Variables That Influence Behavior and Performance
Psychological Variables
Perception Attitude
Personality Learning
Motivasion Individual behavior e.g
What a person does Performance e.g
Desired result
Individual Variabel Abilities and skills
Mental Physical
Background Family
Social Class Experiences
Democratis Age
Race Sex
Organizational Variabel
Resources Leadership
Rewards Structure
Job desaign
25 Dari ilustrasi di atas dapat diamati bahwa banyak variabel yang mempe-
ngaruhi dan menentukan perilaku dan performa individu, tidak hanya dari variabel organisasional, namun juga dari variabel individual dan variabel psikologis, yang
semuanya tentunya perlu mendapat perhatian manajer secara menyeluruh dan terintegrasi. Perhatian manajer secara menyeluruh dan terintegrasi dapat dikalau-
kan dengan partisipasi individu dalam pembuatan keputusan, kondisi kerja dan budaya organisasi yang membuat
betah
convenient, adanya program pengembangan diri yang jelas, hubungan antar individu dalam kelompok yang
harmonis, gaya kepemimpinan yang mendukung situasi dan kondisi yang harmonis dan
kondusif
untuk mengembangkan daya kreativitas dan
inovatif
, tingkat
stres
yang seminimal mungkin.
2.2 Kemandirian 2.2.1.Pengertian Kemandirian
Kemandirian dalam kamus psikologi berasal dari kata “
independence
” yang diartikan sebagai suatu kondisi dimana sesorang tidak tergantung pada orang
lain dalam menentukan keputusan dan adanya sikap percaya diri Chaplin, 2000. Irene 2002 mendefinisikan kemandirian sebagai suatu sikap yang dapat
menerima dan menjadi diri sendiri, percaya pada kemampuan diri sendiri serta tidak tergantung pada orang lain.
Masrun 1986 mendefinisikan kemandirian sebagai salah satu komponen kepribadian yang mendorong individu untuk dapat
mengarahkan dan mengatur perilakunya sendiri, menyelesaikan masalah tanpa bantuan orang lain. Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh