80
5. Analisis Hasil
No. Subjek
Kemampuan Mengartikulasi
Jumlah Omisi
Subtitusi Addisi
Distorsi
1 FB
Huruf
21 7
Suku Kata
26 5
Kata
55 20
60
Total
25 72
2 TB
Huruf
26 4
Suku Kata
21 1
Kata
75 35
18
Total
30 23
Tabel 12. Analisis hasil kemampuan dan kesalahan artikulasi Subjek FB dan TB
Berdasarkan analisis hasil kemampuan artikulasi yang dimiliki kedua subjek baik subjek FB dan TB maka didapatkan gambaran jumlah
kemampuan mengucapkan huruf, suku kata, dan kata serta didapatkan jumlah kesalahan-kesalahan artikulasi seperti omisi, subtitusi, addisi, dan distorsi.
Subjek FB berhasil mengucapkan huruf berjumlah 26, suku kata berjumlah 21, dan kata berjumlah 55. Berikutnya untuk kesalahan artikulasi, subjek FB
melakukan kesalahan omisi berjumlah 25 dan subtitusi berjumlah 72. Subjek TB berhasil mengucapkan huruf berjumlah 26, suku kata berjumlah 21, dan
kata berjumlah 75. Subjek TB melakukan kesalahan omisi berjumlah 30, dan subtitusi berjumlah 23.
Subjek FB mengalami kesalahan omisi pada kata sejumlah 20, kesalahan subtitusi pada huruf sejumlah 7, suku kata sejumlah 5, dan kata sejumlah 60.
81 Subjek TB mengalami kesalahan omisi pada kata sejumlah 35, kesalahan
subtitusi pada huruf sejumlah 4, suku kata sejumlah 1, dan kata sejumlah 18.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat dibahas dengan teori tentang anak autistik. Dilihat dari deskripsi kedua subjek, maka dapat
dijelaskan bahawa kedua subjek sama-sama berada pada tingkatan level 2. Level tersebut didapatkan berdasarkan tingkatan hambatan yang ada pada DSM-V yang
menyebutkan bahwa: “Kekurangan yang kentara dari kemampuan komunikasi verbal dan non-
verbal, gangguan sosial nyata walaupun mendapat dukungan lingkungan; keterbatasan memulai interaksi sosial; respon sedikit atau
abnormal terhadap ajakan bersosialisasi dari pihak lain. Sebagai contoh, seseorang yang berbicara dengan kalimat sederhana, interaksinya
terbatas pada minat tertentu saja, tampak adalah keganjilan dalam komunikasi non-verbal
”. Gejala anak autistik sangat berpengaruh terhadap kemampuan artikulasinya.
Menurut Santoso 2010: 156-158 terkait gejala dan gangguan salah satunya menyebutkan bahwa anak autistik mengalami kesulitan berbicara atau pernah
mampu berbicara, tapi kemudian hilang kemampuannya. Penjelasan ini semakin menguatkan bahwa gangguan tersebut berpengaruh karena anak autistik tidak
bisa berbicara maka kemampuan artikulasi yang dimiliki tidak ada. Kedua subjek