TUGAS AKHIR SEMESTER 002

(1)

BENDUNGAN PAYA SORDANG TAPANULI SELATAN

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR DI DESA PASIR

MATOGU DAN KELURAHAN SIGALANGAN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK III

1. MHD. RAMADHAN LUBIS NPM. 2012 13 019

2. MAULANA RIZKI NPM. 2012 13 042

3. AGUS ARDIANSYAH NPM. 2012 13 029

4. NELSON NASUTION NPM. 2012 13 077

5. NANDA ISKANDAR ZULKARNAIN NPM. 2012 13 050

DOSEN PEMBIMBING

ASROY BENNI NOOR HARAHAP, ST, MT

LAPORAN PENELITIAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GRAHA NUSANTARA

PADANGSIDIMPUAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan hidayah-NYA sehingga kami Kelompok III dapat menyelesaikan tugas penelitian Irigasi dan Bangunan Air II yang terletak di desa Pasir Matogu dan Kelurahan Sigalangan,dimana hasil laporan kami ini dibuat dalam kondisi di lapangan yang ada, dan disusun dalam bentuk makalah dengan sesederhana mungkin.

Mudah-mudahan makalah ini dapat membantu menambah wawasan,pengetahuan, dan pengalaman kepada kita semua, dimana dalam penyusunan malakah ini, kami akui masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu kami harapkan kepada kita semua untuk memberikan masukan- masukan yang bersifat membangun dalam penyempurnaan makalah ini.

KELOMPOK III


(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...i

Daftar Isi ...ii

BAB I ...1

1. PENDAHULUAN...1

1.1...L atar Belakang...1

1.2...T ujuan dan Manfaat Penelitian...2

1.2.1. Tujuan Penelitian...2

1.2.2. Manfaat Penelitian...2

BAB II ...3

2. TINJAUAN PUSTAKA ...3

2.1...K eadaan Ekonomi, Sosial, dan Pertanian...3

2.1.1. Ekonomi dan Sosial...3

2.1.2. Pertanian...3

2.2...J aringan Irigasi...3

2.3...B angunan Irigasi...4

2.3.1. Bangunan Utama...5

2.3.2. Bangunan Bagi...5

2.3.3. Bangunan Pengatur muka Air...6

2.3.4. Bangunan Pengambil dan Pembilas (Penguras)...6

2.3.5. Bangunan Pelengkap...7

2.4...P engertian Pengolahan...7

2.5...P engolahan Jaringan Irigasi...7

2.5.1. Operasi Jaringan Irigasi...8

2.5.2. Pemeliharaan Jaringan Irigasi...9

2.6...Daerah Pengaliran Sungai dan Wilayah Sungai...10


(4)

2.7...Kelemb

agaan Pengelolaan Irigasi...12

2.7.1. Kelembagaan Pengelolaan Irigasi Nasional...12

2.7.2. Kebijakan Pengolahan Irigasi...12

2.7.3. Pengolahan dan Pengembangan Sistem Irigasi...14

BAB III ...18

3. PERMASALAHAN ...18

3.1...Jaringa n Irigasi...18

3.2...Petak Sawah...18

3.3...Peta Konsep Jaringan Irigasi...19

BAB IV ...20

4. PEMBAHASAN...20

4.1...Lokasi dan Waktu Penelitian...20

4.1.1. Lokasi Penelitian...20

4.1.2. Waktu Penelitian...20

4.1.3. Sumber Data...20

4.2...Analis a dan Pembahasan...20

4.2.1. Proses dan Data Hasil Penelitian...20

4.2.2. Penanganan Masalah...21

BAB V ...22

5. KESIMPULAN DAN SARAN...22

5.1...Kesim pulan...22

5.2...Saran ...22

DAFTAR PUSTAKA ...iv

LAMPIRAN DOKUMENTASI PENELITIAN...v ii


(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mengingat pengelolaan Sumber Daya Air merupakan masalah yang sangat kompleks dan melibatkan semua pihak baik sebagai pengguna, pemanfaat maupun pengelola, maka tidak dapat dihindari perlunya upaya bersama untuk mempergunakan pendekatan One River Basin, One Plan, and One Integrated Management.

Sebelum terbentuknya Balai Wilayah Sungai Sumatera II, kegiatan pengelolaan SDA ditangani beberapa Satuan Kerja yaitu :

1. SNVT Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Sumatera Utara,

2. SNVT Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Medan dan sekitarnya, 3. SNVT Irigasi dan Rawa Andalan Sumatera Utara.

Untuk lebih efektifnya pengelolaan SDA dan didasarkan kepada Undang-undang No. 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan Undang-undang No.1/2004 Tentang iii


(6)

Perbendaharaan Negara serta Peraturan Pelaksanaannya terbentuknya Balai Wilayah Sungai, adalah sebagai berikut :

 Undang-undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan Undang-undang No. 1/2003 Tentang Perbendaharaan Negara serta Peraturan Pelaksanaannya.

 Undang-undang No.7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air.

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 286/PRT/M/2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dep. PU

 Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. B/1616/M.PAN/6/2006.

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai.

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.12/PRT/M/2006 s/d No.15/PRT/M/2006 tentang Organisasi danTata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis / Balai dilingkungan Ditjen SDA dan Ditjen Bina Marga.

 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 385 /KPTS/M/ 2006 tentang Pembebasan dan Pengangkatan Pejabat Pemimpin Eselon III.a pada Balai Dilingkungan Dep. PU

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber daya Air

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 22/PRT/M/2008 tentang Pedoman Teknis Tatacara Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air.

1.2. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.2.1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


(7)

a. Untuk mengetahui besarnya kapasitas debit (Q) yang mengalir dari sumber irigasi/bendung melalui jaringan saluran primer.

b. Untuk mengetahui besarnya kehilangan air dibeberapa titik saluran irigasi yang kami teliti.

1.2.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain :

a. Sebagai pemecahan masalah terhadap kekurangan air yang sering terjadi pada saluran irigasi Primer di Kelurahan Sigalangan.

b. Sebagai sumbangan pemikiran ilmiah dan alternatif solusi untuk menganalisa kemampuan bendungan paya sordang.

c. Sebagai masukan bagi instansi teknik dalam perencanaan Irigasi Kecil dimasa yang akan datang, khususnya dalam mendesain jaringan Irigasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keadaan Ekonomi, Sosial, Pertanian 2.1.1 Ekonomi dan Sosial

Masyarakat pada daerah ini memiliki mata pencaharian dari pertanian lahan kering dengan tingkat pendidikan serta penghasilan dari masyarakat setempat cukup minim.

2.1.2 Pertanian

Hasil tanaman di desa Pasir Matogu cukup baik, sedangkan di kelurahan Sigalangan kurang baik dikarenakan sumber air yang kurang dari saluran irigasi untuk mengairi areal pertanian.

2.2 Jaringan Irigasi

Menurut peraturan pemerintah No. 23 / 1998 tentang irigasi, bahwa Irigasi ialah usaha untuk penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian. Menurut PP No. 22 / 1998

2


(8)

irigasi juga termasuk dalam pengertian Drainase, yaitu : mengatur air terlebih dari media tumbuh tanaman atau petak agar tidak mengganggu pertumbuhan maupun produksi tanaman.Sedangkan Small dan Svendsen ( menyebutkan bahwa irigasi ialah : tindakan intervasi manusia untuk mengubah aliran air dari sumbernya menurut ruang dan waktu serta mengolah sebagian atau seluruh jumlah tersebut menaikkan produksi pertanian. Yang dimaksud dengan istilah irigasi adalah kegiatan - kegiatan yang bertalian atau berkaitan dengan usaha mendapatkan air untuk sawah, ladang, perkebunan dan lain-lain usaha pertanian, rawa - rawa, perikanan. Usaha tersebut terutama menyangkut pembuatan sarana dan prasarana untuk membagi-bagikan air ke sawah-sawah secara teratur dan membuang air kelebihan yang tidak diperlukan lagi untuk memenuhi tujuan pertanian. Masih sering kita jumpai istilah irigasi ini diganti dengan istilah "Pengairan". Untuk sementara istilah irigasi kita anggap punya pengertian yang sama dengan istilah pengairan.

Irigasi adalah usaha penyediaan, pengambilan, pembagian, dan pemberian air ke lahan usaha tani.

1. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.

2. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagisadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.

3. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri atas saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.


(9)

4. Saluran kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terakhir.

2.3 Bangunan Irigasi

Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam praktek irigasi antara lain :

a. Bangunan utama b. Bangunan pembawa c. Bangunan bagi d. Bangunan sadap

e. Bangunan pengatur muka air f. Bangunan pengambil dan penguras g. Bangunan pelengkap

Semua bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan saluran irigasi agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi dimana bagian-bagian banguan irigasi.

2.3.1. Bangunan Utama

Bangunan Utama (Headworks) dapat didefinisikan sebagai kompleks bangunan yang direncanakan di atau sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokan air kedalam jaringan Irigasi atau saluran irigasi agar air tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan irigasi.

Bangunan Utama terdiri dari bangunan – bangunan antara lain :


(10)

 Bangunan Pengelak yaitu bagian dari bangunan utama yang berfungi untuk membelokan arah aliran sungai kedalam saluran (misalnya : bendung) dengan peredam energi.

 Peredam Energi yaitu bagian dari bangunan pengelak yang berfungsi untuk meredam tenaga aliran air pada saat melewati pembendungan (misalnya : kolam olak).

 Kantong Lumpur yaitu bagian dari bangunan utama yang berfungsi untuk mengendapkan atau menampung sedimen dari sungai agar tidak masuk kedalam saluran irigasi sampai pada saat pembilasan.

 Bangunan Pembilas yaitu bagian dari bangunan utama yang berfungsi untuk membilas sedimen.

 Pembilas bawah, adalah bangunan pembilas melalui tubuh bendung berupa gorong-gorong di bagian bawah pintu penguras.

 Pembilas samping, adalah bangunan pembilas yang tidak terletak pada tubuh bendung, dengan maksud tidak mengurangi lebar tubuh bendung (shunt undersluice).

2.3.2. Bangunan Bagi

Bangunan boks bagi adalah bangunan yang terletak di saluran tersier yang berfungsi untuk membagi aliran air ke cabangnya.

2.3.3. Bangunan Pengatur Muka Air

Pembuatan bangunan-bangunan khusus di sekitar bangunan utama adalah untuk menjaga agar bangunan tetap berfungsi dengan baik, terdiri dari:

Pekerjaan pengaturan sungai guna melindungi bangunan terhadap kerusakan akibat penggerusan dan sedimentasi. Pekerjaan pekerjaan ini umumnya berupa krib, matras batu, pasangan batu kosong dan/atau dinding pengarah.

Tanggul banjir untuk melindungi lahan yang berdekatan terhadap genangan akibat banjir.


(11)

Saringan bongkah untuk melindungi pengambilan/pembilas bawah agar bongkah tidak menyumbat bangunan selama terjadi banjir.

Tanggul penutup untuk menutup bagian sungai lama atau, bila bangunan pengelak dibuat di kopur, untuk mengelakkan sungai melalui bangunan tersebut.

2.3.4. Bangunan Pengambil dan Pembilas (Penguras)

 Bangunan pembilas pengambilan disungai dilengkapi dengan pintu

dan bagian depannya terbuka untuk menjaga jika terjadi muka air tinggi selama banjir. Besarnya bukaan pintu bergantung kepada kecepatan aliran masuk yang diijinkan. Kecepatan ini bergantung kepada ukuran butir bahan yang dapat diangkut.

 Bangunan Pembilas

Lantai pembilas meruapakan kantong tempat mengendapnya bahan – bahan kasar didepan pintu pembilas pengambilan. Sedimen dapat dibilas dengan jalan membuka pintu pembilas secara berkala guna menciptakan aliran terkonsentrasi tepat didepan pintu pengambilan. Pengalaman yang diperoleh dari banyak bendung yang sudah dibangun telah menghasilkan beberapa pedoman menentukan pembilas :

 Lebar pembilas ditambah pilar pembagi sebaiknya sama dengan (1/6 – 1/10) dari lebar bersih bendung untuk sungai – sungai yang kurang dari 100 m.

 Lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari total pengambilan termasuk pilar – pilarnya (0,6 x lebar total pengambilan).

 Juga untuk dinding pemisah, dapat diberikan harga empiris (a)

sebaiknya diambil sekitar 60° – 70°.

 Pintu – pintu bilas dapat direncana dengan bagian depan terbuka atau tertutup.


(12)

Pekerjaan-pekerjaan ini terdiri dari bangunan-bangunan atau perlengkapan yang akan ditambahkan ke bangunan utama untuk keperluan:

 Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran;

 Pengoperasian pintu;

 Peralatan komunikasi, tempat dan ruang kerja untuk kegiatan eksploitasi dan pemeliharaan;

 Jembatan di atas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah dijangkau, atau bagian-bagian itu terbuka untuk umum.

 Instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi

ekonomi serta kemungkinan hidrolik. Instalasi ini bisa dibangun di dalam bangunan pengelak atau di ujung kantong lumpur atau di awal saluran.

2.4 Pengertian Pengelolaan

Pengelolaan atau manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber daya organisasi (Hanafi, 1997). Pengelolaan didefinisikan 8 sebagai suatu aktifitas, seni, cara, gaya, pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian, dalam mengedalikan atau mengelola kegiatan. Tahapan pengelolaan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, operasi dan pemeliharaan, organisasi, kepemimpinan, pengendalian, sampai pada evaluasi dan monitoring (New Webster Dictionary, 1997; Echols dan Shadily, 1998; Webster’s New Word Dictionary, 1983; Collins Cobuild, 1988).

2.5 Pengelolaan Jaringan Irigasi

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.32/PRT/M/2007 menyebutkan bahwa Pengelolaan Jaringan Irigasi adalah kegiatan Operasi dan Pemeliharaan serta rehabilitasi jaringan irigasi di Daerah Irigasi. Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi primer dan sekunder menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai


(13)

dengan kewenangannya. Subak dapat berperan serta dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab subak. Dalam hal subak tidak mampu melaksanakan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang menjadi hak dan tanggung jawabnya pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota dapat memberikan bantuan dan atau dukungan fasilitas berdasarkan permintaan subak dengan memperhatikan prinsip kemandirian. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2006 khususnya Pada Bab IV pasal 16, 17 dan 18 menjelaskan tentang kewenangan pengelolaan irigasi utama (primer dan sekunder) menjadi wewenang tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan ketentuan: Daerah Irigasi (DI) dengan luas diatas 3000 ha menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat, Daerah Irigasi (DI) antara 1000 ha–3000 ha menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan Daerah Irigasi (DI) lebih kecil dari 1000 ha sepenuhnya menjadikewenangan dan tanggung jawab pemerintah kabupaten, sedangkan jika berada pada lintas kabupaten maka menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi. Jaringan tersier sepenuhnya merupakan tanggung jawab organisasi petani (P3A) dalam hal ini adalah subak.

2.5.1 Operasi Jaringan Irigasi

Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun system golongan, menyusun rencana pembagian air, melakukan kalibrasi pintu/ bangunan, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi. Agar operasi jaringan dapat dilaksanakan dengan baik harus tersedia data pendukung antara lain :

 Peta Wilayah Kerja Pengelolaan Irigasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab.


(14)

 Peta Daerah Irigasi dengan batas daerah irigasi dan plotting saluran induk dan saluran sekunder, bangunan air, lahan irigasi serta pembagian golongan.

 Skema Jaringan Irigasi yang menggambarkan saluran induk dan saluran sekunder, bangunan air dan bangunan lainnya yang ada disetiap ruas dan panjang saluran, petak tersier dengan data debit rencana, luas petak, kode golongan yang masing-masing dilengkapi dengan nomenklatur.

2.5.2 Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara terus menerus. Adapun jenis pemeliharaan jaringan irigasi terdiri dari:

1. Pengamanan jaringan irigasi

Pengamanan jaringan irigasi merupakan upaya untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kerusakan jaringan irigasi yang disebabkan oleh daya rusak air, hewan atau manusia guna mempertahankan fungsi dari jaringan irigasi tersebut.

2. Pemeliharaan rutin

Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan perawatan dalam rangka mempertahankan kondisi jaringan irigasi yang dilaksanakan secara terus menerus tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti.

3. Pemeliharaan berkala

Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh dinas yang membidangi irigasi dan dapat bekerja sama dengan P3A/ GP3A/ IP3A secara swakelola berdasarkan kemampuan lembaga tersebut dan dapat pula dilaksanakan dengan kontraktual.


(15)

4. Perbaikan darurat

Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam dan atau kerusakan berat akibat terjadinya kejadian luar biasa (seperti pengrusakan/ penjebolan tanggul, longsoran tebing yang menutup jaringan, tanggul putus dll) dan penanggulangan segera dengan konstruksi tidak permanen agar jaringan irigasi tetap berfungsi.

2.6 Daerah Pengaliran Sungai Dan Wilayah Sungai

Secara teknis yang disebut sebagai daerah pengaliran sungai atau yang disingkat DPS adalah suatu kesatuan tata air yang terbentuk secara alamiah, ketika air meresap dan atau mengalir melalui sungai dan anak-anak sungainya ke danau dan atau kelaut, termasuk di bawahnya cekungan air bawah tanah (Sunaryo dkk, 2005). Definisi tersebut menunjukkan bahwa dari gunung tempat air hujan jatuh, melalui sungai dan aliran air bawah tanah hingga bermuara ke laut/ danau merupakan satu kesatuan hidrologis dari DPS. Selanjutnya istilah yang digunakan dalam UndangUndang No. 7 tahun 2004 adalah Daerah Aliran Sungai (DAS) yakni suatu wilayah daratan sebagai satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi untuk menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami. Dengan demikian istilah DPS dapat diartikan sama dengan DAS. Untuk pengelolaan sumber daya air, Indonesia dibagi menjadi banyak wilayah sungai. Berdasar Peraturan Menteri PU Nomor 39/PRT/1989, Indonesia dibagi menjadi 90 Satuan Wilayah Sungai (SWS). Berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor 11 A/PRT/M/2006 ada perubahan yaitu yang semula 90 Satuan Wilayah Sungai (SWS) menjadi 133 Wilayah Sungai (WS) yang meliputi lebih dari 5.590 DAS (PerMen PU 2006; Direktorat Sungai, 1994).Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/ 12 atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama

9


(16)

dengan 2000 km2 (UU No 7 Tahun 2004). Pengaturan air untuk menjamin terselenggaranya tata pengaturan air secara nasional, pola perlindungan, pengembangan dan penggunaan air dan sumber air didasarkan atas wilayah sungai. Kemudian berdasarkan letak geografis DAS dan cakupan pelayanan serta tingkat strategisnya, wilayah sungai dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Wilayah sungai kabupaten/ kota, merupakan daerah aliran sungai yang secara geografis berada dalam suatu kabupaten/ kota. Secara potensial, wilayah sungai ini hanya memberi pelayanan atau menimbulkan dampak negatif pada satu kabupaten/kota. Berarti pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai menjadi wewenang pemerintah kabupaten/ kota.

2. Wilayah sungai lintas kabupaten/ kota merupakan daerah aliran sungai yang secara geografis melewati lebih dari satu kabupaten/ kota dalam satu provinsi. Secara potensial wilayah sungai tersebut memberikan pelayanan atau menimbulkan dampak negatif pada lebih dari satu kabupaten/ kota namun masih dalam satu wilayah provinsi. Pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai tersebut menjadi wewenang pemerintah provinsi.

3. Wilayah sungai lintas provinsi merupakan daerah aliran sungai yang secara geografis melewati lebih dari satu daerah provinsi. Secara potensial wilayah sungai tersebut memberikan pelayanan atau menimbulkan dampak negatif pada lebih dari satu provinsi. Berarti pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai tersebut menjadi wewenang pemerintah pusat (selanjutnya disebut pemerintah).

4. Wilayah sungai lintas negara merupakan daerah aliran sungai yang secara geografis melewati lebih dari satu negara. Secara potensial wilayah sungai tersebut memberikan


(17)

pelayanan atau menimbulkan dampak negatif pada lebih dari satu negara. Pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai tersebut menjadi wewenang pemerintah.

5. Wilayah sungai strategis nasional merupakan wilayah sungai yang mempunyai nilai strategis bagi kepentingan nasional. Pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai ini menjadi wewenang pemerintah.

2.7 Standard Teknis Pengembangan Jaringan Irigasi

Kegiatan pengembangan jaringan irigasi diarahkan pada pembangungan jaringan irigasi tersier baru dan/atau jaringan irigasi tersier yang mengalami kerusakan yang terhubung dengan jaringan utama (primer dan sekunder dalam kondisi baik).

2.7.1 Norma

Pengembangan jaringan irigasi merupakan kegiatan pembangunan baru, peningkatan, dan/atau perbaikan/penyempurnaan jaringan irigasi guna mengembalikan/meningkatkan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semulasehingga menambah luas areal tanam dan/atau meningkatkan intensitas pertanaman (IP).

2.7.2 Standar Teknis

a. Irigasi Air Permukaan/ Non Rawa

 Jaringan primer, sekunder dalam kondisi baik dan sumber air tersedia.

 Lebar saluran disesuaikan dengan debit air dan luas lahan sawah yang akan diairi(luas oncoran).

 Kemiringan (slope) saluran disesuaikan dengan kelerengan lahan 2%.

 Luas lahan sawah kelompok tani/gapoktan minimal 15 Ha sedangkan P3A minimal 25 H

 Meningkatkan IP minimal 0,5 dan meningkatkan produktivitas minimal 0,3 ton/ha. b. Irigasi Rawa


(18)

 Jaringan primer, sekunder dan/atau sumber air dalam kondisi baik.

 Lebar saluran disesuaikan dengan besarnya luapan dan luas lahan sawah yang akan diairi (luas oncoran).

 Luas lahan sawah kelompok tani/gapoktan/P3Aberada pada satu hamparan blok tersier.

 Meningkatkan IP minimal 0,5 dan meningkatkan produktivitas minimal 0,3 ton/ha. c. Kriteria Lokasi dan Petani

a) Kriteria Lokasi

Kegiatan pengembangan jaringan irigasi dilaksanakan pada jaringan tersier di daerah irigasi pemerintah (Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota), irigasi desa dan/atau daerah irigasi rawa yang memerlukan pengembangan jaringan irigasi tersier.

Beberapa hal yang harus diperhatikan :

 Lokasi diutamakan pada jaringan irigasi yang tersiernya mengalami kerusakan dan/atau memerlukan pembangunan.

 Jaringan primer, sekunder dalam kondisi baik dan sumber air tersedia melalui koordinasi dengan Dinas/Balai lingkup pengairan sesuai kewenangan Daerah Irigasinya, yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Dinas/Balai lingkup pengairan.

 Lokasi kegiatan pengembangan jaringan irigasi dilaksanakan pada Daerah Irigasi/Daerah Irigasi

 Rawa yang sudah ditetapkan dalam POK Kabupaten/Kota.

 Lokasi dilengkapi dengan posisi koordinatnya (LU/LS – BT/BB). b) Kriteria Penerima Manfaat

 Tergabung dalam wadah P3A/GP3A dan/atau Poktan/Gapoktan.

 P3A/GP3 dan/atau Poktan/Gapoktan yang mempunyai semangat partisipatif.


(19)

d. Tahapan Pelaksanaan 1. Persiapan :

a. Survei, Investigasi dan Desain (SID) b. Penyusunan SK-SK

c. Penyusunan RUKK

d. Pembukaan Rekening Kelompok e. Transfer Dana

2. Pelaksanaan konstruksi : a. Pembersihan Lokasi

b. Pembelian Bahan Material

c. Mobilisasi Alat dan Tenaga Kerja d. Konstruksi

3. Pembiayaan

Biaya yang digunakan untuk kegiatan ini tersedia dalam mata anggaran belanja bantuan sosial untuk pemberdayaan sosial dalam bentuk uang, yang dipergunakan untuk kegiatan fisik pengembangan jaringan irigasi dengan mengacu pada Pedoman Umum Bansos Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Adapun besarnya bantuan untuk wilayah Jawa dan Bali sebesar Rp. 1.000.000,-/ha, wilayah Sumatera, Sulawesi, dan NTB sebesar Rp. 1.100.000,-/ha, wilayah Kalimantan, Maluku dan NTT sebesar Rp.1.250.000,-/ha, sedangkan wilayah Papua sebesar Rp.1.500.000,-/ha. Kegiatan SID, Sosialisasi, Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi dibiayai dari dana pendukung/sharing yang berasal dari APBD Provinsi atau APBD Kabupaten/Kota.

2.7.3 Pelaksanaan Kegiatan


(20)

Kegiatan pengembangan jaringan irigasi dilaksanakan sesuai tahapan kegiatan meliputi persiapan dan konstruksi.

a. Persiapan

1. Survei, Investigasi dan Desain (SID)

a. SID dimaksudkan untuk mendapatkan calon petani dan calon lokasi yang sesuai untuk pengembangan jaringan irigasi baik dari segi teknis maupun sosial.

b. Pelaksanaan SID dikoordinasikan dengan instansi terkait.

c. Pelaksanaan SID dibiayai oleh daerah (tidak termasuk dalam dana bansos yang dialokasikan) dan dilaksanakan oleh petugas Dinas lingkup Pertanian Kabupaten/Kota bersama dengan petugas Kecamatan atau dikerjasamakan dengan pihak lain.

d. Laporan hasil SID memuat :

 Letak lokasi berdasarkan daerah administratif dan koordinat lintang dan bujur dengan menggunakan Global Positioning System/GPS atau ekstrapolasi dari peta topografi yang tersedia.

 Gambar/sketsa/peta situasi lokasi.

 Luas layanan oncoran (command area) yang akan diairi.

 Rencana Anggaran Biaya (RAB) 2. Penyusunan SK-SK

Calon petani dan calon lokasi yang memenuhi persyaratan ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan diketahui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

3. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK)

Penyusunan RUKK dilaksanakan dengan musyawarah P3A/Poktan dengan bimbingan Tim Teknis atau koordinator lapangan. RUKK disusun berdasarkan kebutuhan bahan dari hasil SID dan sekurang-kurangnya memuat rencana : (i) volume (panjang)

14


(21)

saluran, komponen jaringan irigasi tersier yang akan dibangun/direhabilitasi, (ii) kebutuhan bahan,(iii) jumlah tenaga kerja,(iv) biaya,(v) sumber biaya dan (vi) waktu pelaksanaan. RUKK yang telah disusun harus disetujui oleh Tim teknis/koordinator lapangan dan diketahui oleh PPK.

b. Pelaksanaan Konstruksi

Pelaksanaan konstruksi pengembangan jaringan irigasi dilaksanakan secara swakelola oleh P3A/Poktan secara bergotong royong dengan memanfaatkan tenaga kerja anggotanya. Kepada anggota kelompok yang berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan jaringan irigasi, jika diperlukan dapat diberikan insentif kerja yang nilainya ditentukan berdasarkan musyawarah kelompok dan harus tertulis dalam RUKK.

Kegiatan konstruksi pengembangan jaringan irigasi disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dibutuhkan, meliputi :

i. Membangun/merehabilitasi jaringan irigasi tersier meliputi : saluran pembawa (conveyance) dan saluran pembuang (drainage) serta bangunan lainnya, seperti: boks bagi, siphon, talang, bangunan terjun, gorong – gorong, dsb.

ii. Membangun/merehabilitasi bangunan penangkap air, seperti bendung sederhana dan pengambilan bebas lainnya serta bangunan pelengkapnya.

Untuk konstruksi bangunan saluran, diutamakan dari bahan ferosemen agar lebih ekonomis, mudah dikerjakan dan cepat pelaksanaannya. Saluran ferosemen ini dibuat dengan ukuran atau dimensi sesuai dengan kondisi lapangan (debit air dan luas oncoran). Apabila tidak dimungkinkan dengan bahan ferosemen maka dapat diganti dengan pasangan batu dan pipa paralon.

Khusus pembangunan saluran ferosemen di lahan rawa, untuk menghindari struktur tanah yang labil, maka saluran irigasi ferosemen dibangun di atas lahan.


(22)

P3A dan/atau Poktan diwajibkan untuk berpartisipasi pada kegiatan ini sejak proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan. Partisipasi tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk pemikiran, tenaga kerja, bahan bangunan, dana dan pemeliharaan.

2.7.4 Indikator

a. Indikator Kinerja

Indikator kinerja dari kegiatan ini meliputi : keluaran, hasil, manfaat dan dampak. Uraian secara rinci dari indikator kinerja disajikan sebagai berikut :

1. Keluaran (Output)

a. Terbangun dan/atau terehabilitasinya jaringan irigasi tersier sesuai dengan target di 32 provinsi.

b. Meningkatnya partisipasi petani terhadap pelaksanaan kegiatan pengembangan jaringan irigasi.

2. Hasil (Outcome)

Meningkatnya luas areal tanam melalui indeks pertanaman dan/atau intensitas pertanaman (IP) pada lokasi kegiatan pengembangan jaringan irigasi.

3. Manfaat (Benefit)

Meningkatnya produksi padi melalui penambahan indeks pertanaman dan/atau intensitas pertanaman (IP) pada lokasi kegiatan pengembangan jaringan irigasi.

4. Dampak (Impact)

Meningkatnya pendapatan petani sebagai akibat dari meningkatnya produksi padi di lokasi pengembangan jaringan irigasi sehingga kesejahteraan petani meningkat.

16


(23)

BAB III

PERMASALAHAN

3.1. Saluran Irigasi

Di sepanjang saluran irigasi air mengalami pengaliran kurang baik, di beberapa titik tanah mengalami kekeringan, banyak terdapat endapan lumpur atau sedimen sehingga air tidak berjalan dengan lancar, badan irigasi kurang perawatan sehingga menyebabkan penyempitan lahan pada saluran irigasi, rumput liar dibiarkan tumbuh di sekitarnya.

Gorong-gorong tersumbat akibat banyaknya sampah dan rumput liar yang terkumpul dan tumbuh di sekitar gorong-gorong tersebut.

Pihak yang berwenang kurang aktif dalam menjaga, mengawasi, dan memelihara saluran irigasi.

3.2. Petak Sawah

Masyarakat menggunakan sumber air yang ada secara berlebihan, terutama pada saat cocok tanam padi. Dimana beberapa masyarakat hanya memiliki satu atau dua petak sawah yang memerlukan air tidak sebanyak mungkin.

Dalam keadaan seperti itu, beberapa petak sawah di sekitarnya tidak akan teraliri oleh air yang menyebabkan kerusakan pada pertumbuhan padi.


(24)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 4.1.1. Lokasi Penelitian :

Lokasi penelitian dilakukan pada hari sabtu tgl 14 maret 2015 di Bendungan Paya Sordang Pijor Koling kemudian dilanjutkan ke titik jaringan irigasi,pertama di desa Pasir Matogu dan kelurahan Sigalangan.

4.1.2. Waktu Penelitian :

Penelitian dimulai hari Sabtu tgl 14 Maret 2015 jam 09.00-selesai. 4.1.3. Sumber Data

Dalam penelitian ini kami mengumpulkan data-data sebagai berikut :

1. Data Primer : Data yang diperoleh langsung saat melakukan observasi/survey lapangan dilengkapi dengan foto dokumentasinya.

2. Data Sekunder : Data yang diperoleh lewat orang-orang yang tinggal di sekitar bendungan dan jaringan irigasi tersebut.

4.2 Analisa Dan Pembahasan

4.2.1. Proses Dan Data Hasil Penelitian

Pertama kami melakukan penelitian di daerah bendung, dimana kami mendapatkan data-data sebagai berikut :

a. Debit air, ketergantungan debit air ditentukan keadaan sungai, apabila musim hujan debit air bertambah dan sebaliknya apabila musim kemarau debit air menyusut.

b. Perawatan bendung, sampah-sampah berserakan dan dibiarkan menumpuk sehingga dapat menyumbat pintu buka tutup air, rumput liar dibiarkan tumbuh, banyaknya endapan lumpur menyebabkan pendangkalan dan penyempitan sungai.


(25)

Kemudian kami melanjutkan penelitian ke jaringan irigasi di desa Pasir Matogu kec. Batang Angkola kab. Tapanuli selatan. Jarak nya berkisar 3 Km dari bendungan Paya sordang.

Dimana air dapat mengalir dengan baik,debit air juga begitu banyak. Sehingga untuk mengairi areal persawahan cukup.

Terakhir, penelitian dilakukan di Kelurahan Sigalangan, air mengalami pengaliran kurang baik, di beberapa titik tanah mengalami kekeringan, banyak terdapat endapan lumpur atau sedimen sehingga air tidak berjalan dengan lancar, badan irigasi kurang perawatan sehingga menyebabkan penyempitan lahan pada saluran irigasi, rumput liar dibiarkan tumbuh di sekitarnya.

Gorong-gorong tersumbat akibat banyaknya sampah dan rumput liar yang terkumpul dan tumbuh di sekitar gorong-gorong tersebut.

4.2.2 Penanganan Masalah

Untuk mengatasi masalah yang ada pada jaringan irigasi, perlu adanya langkah – langkah yang harus dilakukan yaitu :

1. Revisi ulang konstruksi bangunan yang dahulunya banyak memakai gorong – gorong ditiadakan karena mengakibatkan aliran air tersumbat.

2. Pengerukan dan pembersihan jaringan irigasi karena semakin dangkal akibat endapan lumpur dan sampah-sampah yang ada di sekitarnya, diupayakan sedatar mungkin agar air dapat mengalir dengan baik.

3. Pengadaan konstruksi bangunan dinding penahan tanah di badan sungai yang belum terbangun.

4. Renovasi bangunan konstruksi irigasi saluran sekunder dan tersier yang sudah lanjut usia, untuk mengoptimalkan fungsi jaringan irigasi.

5. Diharapkan adanya kesadaran untuk merawat, menjaga, dan melestarikan bangunan air yang ada, terutama masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Instansi terkait seharusnya memperketat penjagaan dan pemeliharaan bangunan tersebut.


(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang kami lakukan di lapangan dapat kami simpulkan bahwa jaringan irigasi yang terdapat di Balai Wilayah Sungai Sumatera II yang terpusat di Desa Pasir Matogu dan Kelurahan Sigalangan sangat dibutuhkan Pengadaan pengerukan sedimen sedalam 80 cm sepanjang 2 km, kemudian juga pelu dilakukan pembersihan rumput – rumput liar dari daerah aliran saluran irigasi.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan kondisi lapangan yang ada maka disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Perencanaan dalam pembangunan jaringan irigasi diharapkan adanya analisa yang lebih teliti dengan memperhatikan besarnya debit kebutuhan masyarakat, kebutuhan pertanian, oleh karena itu, dengan tidak melakukan analisis yang benar berakibat tidak berfungsinya jaringan irigasi, sehingga terjadinya pemborosan dana yang cukup besar. 2. Terhadap jaringan – jaringan irigasi yang mengalami masalah perlu diadakan revisi

desain ulang.

3. Diharapkan adanya kesadaran kita semua untuk merawat, menjaga, dan melestarikan bangunan air yang ada, terutama masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Instansi terkait seharusnya memperketat penjagaan dan pemeliharaan bangunan tersebut.


(27)

DAFTAR PUSTAKA

o Sumber Data Balai Wilayah Sungai Sumatera II

o Peraturan Pemerintah No. 77 tahun 2001 tentang Irigasi (sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1982).

o Anonim 1, 1986., Standar Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan, Bagian Bangunan Utama KP-02, Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, CV Galang Persada, Bandung.

o Anonim 5, 1986., Standar Perencanaan Irigasi, Tipe Bangunan Irigasi B I-01, Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, CV Galang Persada, Bandung.

o Bangunan Air I Fakultas Teknik Sipil Unsyiah., Bangunan Bendung, Saluran Irigasi.

o http.bangunanirigasi2,-bendungan.com.


(28)

FOTO DOKUMENTASI

( Bendungan Paya Sordang) ( Jaringan Irigasi Desa P.Matogu)

( Jaringan Irigasi Desa P.Matogu) ( Jaringan Irigasi Desa P.Matogu)

(Jaringan Irigasi Kel.Sigalangan) (Jaringan Irigasi Kel.Sigalangan)

(Jaringan Irigasi Kel.Sigalangan)


(1)

PERMASALAHAN

3.1. Saluran Irigasi

Di sepanjang saluran irigasi air mengalami pengaliran kurang baik, di beberapa titik tanah mengalami kekeringan, banyak terdapat endapan lumpur atau sedimen sehingga air tidak berjalan dengan lancar, badan irigasi kurang perawatan sehingga menyebabkan penyempitan lahan pada saluran irigasi, rumput liar dibiarkan tumbuh di sekitarnya.

Gorong-gorong tersumbat akibat banyaknya sampah dan rumput liar yang terkumpul dan tumbuh di sekitar gorong-gorong tersebut.

Pihak yang berwenang kurang aktif dalam menjaga, mengawasi, dan memelihara saluran irigasi.

3.2. Petak Sawah

Masyarakat menggunakan sumber air yang ada secara berlebihan, terutama pada saat cocok tanam padi. Dimana beberapa masyarakat hanya memiliki satu atau dua petak sawah yang memerlukan air tidak sebanyak mungkin.

Dalam keadaan seperti itu, beberapa petak sawah di sekitarnya tidak akan teraliri oleh air yang menyebabkan kerusakan pada pertumbuhan padi.


(2)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian

4.1.1. Lokasi Penelitian :

Lokasi penelitian dilakukan pada hari sabtu tgl 14 maret 2015 di Bendungan Paya Sordang Pijor Koling kemudian dilanjutkan ke titik jaringan irigasi,pertama di desa Pasir Matogu dan kelurahan Sigalangan.

4.1.2. Waktu Penelitian :

Penelitian dimulai hari Sabtu tgl 14 Maret 2015 jam 09.00-selesai.

4.1.3. Sumber Data

Dalam penelitian ini kami mengumpulkan data-data sebagai berikut :

1. Data Primer : Data yang diperoleh langsung saat melakukan observasi/survey lapangan dilengkapi dengan foto dokumentasinya.

2. Data Sekunder : Data yang diperoleh lewat orang-orang yang tinggal di sekitar bendungan dan jaringan irigasi tersebut.

4.2 Analisa Dan Pembahasan

4.2.1. Proses Dan Data Hasil Penelitian

Pertama kami melakukan penelitian di daerah bendung, dimana kami mendapatkan data-data sebagai berikut :

a. Debit air, ketergantungan debit air ditentukan keadaan sungai, apabila musim hujan debit air bertambah dan sebaliknya apabila musim kemarau debit air menyusut.

b. Perawatan bendung, sampah-sampah berserakan dan dibiarkan menumpuk sehingga dapat menyumbat pintu buka tutup air, rumput liar dibiarkan tumbuh, banyaknya endapan lumpur menyebabkan pendangkalan dan penyempitan sungai.


(3)

Batang Angkola kab. Tapanuli selatan. Jarak nya berkisar 3 Km dari bendungan Paya sordang.

Dimana air dapat mengalir dengan baik,debit air juga begitu banyak. Sehingga untuk mengairi areal persawahan cukup.

Terakhir, penelitian dilakukan di Kelurahan Sigalangan, air mengalami pengaliran kurang baik, di beberapa titik tanah mengalami kekeringan, banyak terdapat endapan lumpur atau sedimen sehingga air tidak berjalan dengan lancar, badan irigasi kurang perawatan sehingga menyebabkan penyempitan lahan pada saluran irigasi, rumput liar dibiarkan tumbuh di sekitarnya.

Gorong-gorong tersumbat akibat banyaknya sampah dan rumput liar yang terkumpul dan tumbuh di sekitar gorong-gorong tersebut.

4.2.2 Penanganan Masalah

Untuk mengatasi masalah yang ada pada jaringan irigasi, perlu adanya langkah – langkah yang harus dilakukan yaitu :

1. Revisi ulang konstruksi bangunan yang dahulunya banyak memakai gorong – gorong ditiadakan karena mengakibatkan aliran air tersumbat.

2. Pengerukan dan pembersihan jaringan irigasi karena semakin dangkal akibat endapan lumpur dan sampah-sampah yang ada di sekitarnya, diupayakan sedatar mungkin agar air dapat mengalir dengan baik.

3. Pengadaan konstruksi bangunan dinding penahan tanah di badan sungai yang belum terbangun.

4. Renovasi bangunan konstruksi irigasi saluran sekunder dan tersier yang sudah lanjut usia, untuk mengoptimalkan fungsi jaringan irigasi.

5. Diharapkan adanya kesadaran untuk merawat, menjaga, dan melestarikan bangunan air yang ada, terutama masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Instansi terkait seharusnya memperketat penjagaan dan pemeliharaan bangunan tersebut.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang kami lakukan di lapangan dapat kami simpulkan bahwa jaringan irigasi yang terdapat di Balai Wilayah Sungai Sumatera II yang terpusat di Desa Pasir Matogu dan Kelurahan Sigalangan sangat dibutuhkan Pengadaan pengerukan sedimen sedalam 80 cm sepanjang 2 km, kemudian juga pelu dilakukan pembersihan rumput – rumput liar dari daerah aliran saluran irigasi.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan kondisi lapangan yang ada maka disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Perencanaan dalam pembangunan jaringan irigasi diharapkan adanya analisa yang lebih teliti dengan memperhatikan besarnya debit kebutuhan masyarakat, kebutuhan pertanian, oleh karena itu, dengan tidak melakukan analisis yang benar berakibat tidak berfungsinya jaringan irigasi, sehingga terjadinya pemborosan dana yang cukup besar.

2. Terhadap jaringan – jaringan irigasi yang mengalami masalah perlu diadakan revisi desain ulang.

3. Diharapkan adanya kesadaran kita semua untuk merawat, menjaga, dan melestarikan bangunan air yang ada, terutama masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Instansi terkait seharusnya memperketat penjagaan dan pemeliharaan bangunan tersebut.


(5)

o Sumber Data Balai Wilayah Sungai Sumatera II

o Peraturan Pemerintah No. 77 tahun 2001 tentang Irigasi (sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1982).

o Anonim 1, 1986., Standar Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan, Bagian Bangunan Utama KP-02, Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, CV Galang Persada, Bandung.

o Anonim 5, 1986., Standar Perencanaan Irigasi, Tipe Bangunan Irigasi B I-01, Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, CV Galang Persada, Bandung.

o Bangunan Air I Fakultas Teknik Sipil Unsyiah., Bangunan Bendung, Saluran Irigasi.


(6)

FOTO DOKUMENTASI

( Bendungan Paya Sordang) ( Jaringan Irigasi Desa P.Matogu)

( Jaringan Irigasi Desa P.Matogu) ( Jaringan Irigasi Desa P.Matogu)

(Jaringan Irigasi Kel.Sigalangan) (Jaringan Irigasi Kel.Sigalangan)