4. Saluran kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir
dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terakhir.
2.3 Bangunan Irigasi
Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam praktek
irigasi antara lain :
a. Bangunan utama b. Bangunan pembawa
c. Bangunan bagi d. Bangunan sadap
e. Bangunan pengatur muka air f.
Bangunan pengambil dan penguras
g. Bangunan pelengkap
Semua bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan saluran irigasi agar
dapat dipakai untuk keperluan irigasi dimana bagian-bagian banguan irigasi.
2.3.1. Bangunan Utama
Bangunan Utama Headworks dapat didefinisikan sebagai kompleks bangunan yang direncanakan di atau sepanjang sungai atau aliran air
untuk membelokan air kedalam jaringan Irigasi atau saluran irigasi agar air tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan irigasi.
Bangunan Utama terdiri dari bangunan – bangunan antara lain :
4
Bangunan Pengelak yaitu bagian dari bangunan utama yang berfungi untuk
membelokan arah aliran sungai kedalam saluran misalnya : bendung dengan peredam energi.
Peredam Energi yaitu bagian dari bangunan pengelak yang berfungsi untuk meredam
tenaga aliran air pada saat melewati pembendungan misalnya : kolam olak.
Kantong Lumpur yaitu bagian dari bangunan utama yang berfungsi untuk mengendapkan atau menampung sedimen dari sungai agar tidak masuk kedalam
saluran irigasi sampai pada saat pembilasan.
Bangunan Pembilas yaitu bagian dari bangunan utama yang berfungsi untuk membilas sedimen.
Pembilas bawah, adalah bangunan pembilas melalui tubuh bendung berupa
gorong-gorong di bagian bawah pintu penguras.
Pembilas samping, adalah bangunan pembilas yang tidak terletak pada tubuh bendung, dengan maksud tidak mengurangi lebar tubuh bendung shunt
undersluice.
2.3.2. Bangunan Bagi
Bangunan boks bagi adalah bangunan yang terletak di saluran tersier yang berfungsi untuk membagi aliran air ke cabangnya.
2.3.3. Bangunan Pengatur Muka Air
Pembuatan bangunan-bangunan khusus di sekitar bangunan utama adalah untuk menjaga agar bangunan tetap berfungsi dengan baik, terdiri
dari:
Pekerjaan pengaturan sungai guna melindungi bangunan terhadap kerusakan akibat penggerusan dan sedimentasi. Pekerjaan pekerjaan ini umumnya berupa
krib, matras batu, pasangan batu kosong danatau dinding pengarah.
Tanggul banjir untuk melindungi lahan yang berdekatan terhadap genangan akibat banjir.
5
Saringan bongkah untuk melindungi pengambilanpembilas bawah agar bongkah tidak menyumbat bangunan selama terjadi banjir.
Tanggul penutup untuk menutup bagian sungai lama atau, bila bangunan pengelak dibuat di kopur, untuk mengelakkan sungai melalui bangunan
tersebut.
2.3.4. Bangunan Pengambil dan Pembilas Penguras
Bangunan pembilas pengambilan disungai dilengkapi dengan pintu
dan bagian depannya terbuka untuk menjaga jika terjadi muka air tinggi selama banjir. Besarnya bukaan pintu bergantung kepada
kecepatan aliran masuk yang diijinkan. Kecepatan ini bergantung kepada ukuran butir bahan yang dapat diangkut.
Bangunan Pembilas
Lantai pembilas meruapakan kantong tempat mengendapnya bahan – bahan kasar didepan pintu pembilas pengambilan. Sedimen dapat
dibilas dengan jalan membuka pintu pembilas secara berkala guna menciptakan aliran terkonsentrasi tepat didepan pintu pengambilan.
Pengalaman yang diperoleh dari banyak bendung yang sudah dibangun telah menghasilkan beberapa pedoman menentukan
pembilas :
Lebar pembilas ditambah pilar pembagi sebaiknya sama dengan 16 – 110 dari lebar bersih bendung untuk sungai – sungai
yang kurang dari 100 m.
Lebar pembilas sebaiknya diambil 60 dari total pengambilan termasuk pilar – pilarnya 0,6 x lebar total pengambilan.
Juga untuk dinding pemisah, dapat diberikan harga empiris a
sebaiknya diambil sekitar 60° – 70°.
Pintu – pintu bilas dapat direncana dengan bagian depan terbuka atau tertutup.
2.3.5. Bangunan Pelengkap
6
Pekerjaan-pekerjaan ini terdiri dari bangunan-bangunan atau perlengkapan yang akan ditambahkan ke bangunan utama untuk
keperluan:
Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran;
Pengoperasian pintu;
Peralatan komunikasi, tempat dan ruang kerja untuk kegiatan eksploitasi dan pemeliharaan;
Jembatan di atas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama
mudah dijangkau, atau bagian-bagian itu terbuka untuk umum.
Instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi ekonomi serta kemungkinan hidrolik. Instalasi ini bisa dibangun di
dalam bangunan pengelak atau di ujung kantong lumpur atau di awal saluran.
2.4 Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan atau manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dengan
menggunakan sumber daya organisasi Hanafi, 1997. Pengelolaan didefinisikan 8 sebagai suatu aktifitas, seni, cara, gaya, pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian, dalam
mengedalikan atau mengelola kegiatan. Tahapan pengelolaan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, operasi dan pemeliharaan, organisasi, kepemimpinan,
pengendalian, sampai pada evaluasi dan monitoring New Webster Dictionary, 1997; Echols dan Shadily, 1998; Webster’s New Word Dictionary, 1983; Collins Cobuild, 1988.
2.5 Pengelolaan Jaringan Irigasi
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.32PRTM2007 menyebutkan bahwa Pengelolaan Jaringan Irigasi
adalah kegiatan Operasi dan Pemeliharaan serta rehabilitasi jaringan irigasi di Daerah Irigasi. Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi primer dan sekunder menjadi wewenang dan
tanggung jawab pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupatenkota sesuai
7
dengan kewenangannya. Subak dapat berperan serta dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Operasi dan
Pemeliharaan jaringan irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab subak. Dalam hal subak tidak mampu melaksanakan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang menjadi
hak dan tanggung jawabnya pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupatenkota dapat memberikan bantuan dan atau dukungan fasilitas berdasarkan
permintaan subak dengan memperhatikan prinsip kemandirian. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2006 khususnya Pada Bab IV pasal 16, 17 dan 18
menjelaskan tentang kewenangan pengelolaan irigasi utama primer dan sekunder menjadi wewenang tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan ketentuan:
Daerah Irigasi DI dengan luas diatas 3000 ha menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat, Daerah Irigasi DI antara 1000 ha–3000 ha menjadi kewenangan
pemerintah provinsi dan Daerah Irigasi DI lebih kecil dari 1000 ha sepenuhnya menjadikewenangan dan tanggung jawab pemerintah kabupaten, sedangkan jika berada pada
lintas kabupaten maka menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi. Jaringan tersier sepenuhnya merupakan tanggung jawab organisasi petani P3A dalam hal ini adalah subak.
2.5.1 Operasi Jaringan Irigasi
Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam,
menyusun system golongan, menyusun rencana pembagian air, melakukan kalibrasi pintu bangunan, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi. Agar operasi jaringan dapat
dilaksanakan dengan baik harus tersedia data pendukung antara lain :
Peta Wilayah Kerja Pengelolaan Irigasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab.
Peta Daerah Irigasi dengan batas daerah irigasi dan plotting saluran induk dan
saluran sekunder, bangunan air, lahan irigasi serta pembagian golongan.
Skema Jaringan Irigasi yang menggambarkan saluran induk dan saluran sekunder, bangunan air dan bangunan lainnya yang ada disetiap ruas dan panjang
saluran, petak tersier dengan data debit rencana, luas petak, kode golongan yang masing-masing dilengkapi dengan nomenklatur.
2.5.2 Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan
mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara terus menerus. Adapun jenis pemeliharaan jaringan
irigasi terdiri dari: 1. Pengamanan jaringan irigasi
Pengamanan jaringan irigasi merupakan upaya untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kerusakan jaringan irigasi yang disebabkan oleh daya rusak air, hewan atau
manusia guna mempertahankan fungsi dari jaringan irigasi tersebut. 2. Pemeliharaan rutin
Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan perawatan dalam rangka mempertahankan kondisi jaringan irigasi yang dilaksanakan secara terus menerus tanpa ada bagian konstruksi
yang diubah atau diganti. 3. Pemeliharaan berkala
Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh dinas yang
membidangi irigasi dan dapat bekerja sama dengan P3A GP3A IP3A secara swakelola berdasarkan kemampuan lembaga tersebut dan dapat pula dilaksanakan dengan kontraktual.
8
4. Perbaikan darurat Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam dan atau kerusakan berat akibat
terjadinya kejadian luar biasa seperti pengrusakan penjebolan tanggul, longsoran tebing yang menutup jaringan, tanggul putus dll dan penanggulangan segera dengan konstruksi
tidak permanen agar jaringan irigasi tetap berfungsi.
2.6 Daerah Pengaliran Sungai Dan Wilayah Sungai
Secara teknis yang disebut sebagai daerah pengaliran sungai atau yang disingkat DPS adalah suatu kesatuan tata air yang terbentuk secara alamiah, ketika air meresap dan atau
mengalir melalui sungai dan anak-anak sungainya ke danau dan atau kelaut, termasuk di bawahnya cekungan air bawah tanah Sunaryo dkk, 2005. Definisi tersebut menunjukkan
bahwa dari gunung tempat air hujan jatuh, melalui sungai dan aliran air bawah tanah hingga bermuara ke laut danau merupakan satu kesatuan hidrologis dari DPS. Selanjutnya istilah
yang digunakan dalam UndangUndang No. 7 tahun 2004 adalah Daerah Aliran Sungai DAS yakni suatu wilayah daratan sebagai satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya
yang berfungsi untuk menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami. Dengan demikian istilah DPS dapat diartikan sama
dengan DAS. Untuk pengelolaan sumber daya air, Indonesia dibagi menjadi banyak wilayah sungai. Berdasar Peraturan Menteri PU Nomor 39PRT1989, Indonesia dibagi menjadi 90
Satuan Wilayah Sungai SWS. Berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor 11 APRTM2006 ada perubahan yaitu yang semula 90 Satuan Wilayah Sungai SWS menjadi 133 Wilayah
Sungai WS yang meliputi lebih dari 5.590 DAS PerMen PU 2006; Direktorat Sungai, 1994.Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau
lebih daerah aliran sungai dan 12 atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama
9
10
dengan 2000 km2 UU No 7 Tahun 2004. Pengaturan air untuk menjamin terselenggaranya tata pengaturan air secara nasional, pola perlindungan, pengembangan dan penggunaan air
dan sumber air didasarkan atas wilayah sungai. Kemudian berdasarkan letak geografis DAS dan cakupan pelayanan serta tingkat strategisnya, wilayah sungai dapat diklasifikasikan
sebagai berikut: 1. Wilayah sungai kabupaten kota, merupakan daerah aliran sungai yang secara
geografis berada dalam suatu kabupaten kota. Secara potensial, wilayah sungai ini hanya memberi pelayanan atau menimbulkan dampak negatif pada satu
kabupatenkota. Berarti pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai menjadi wewenang pemerintah kabupaten kota.
2. Wilayah sungai lintas kabupaten kota merupakan daerah aliran sungai yang secara geografis melewati lebih dari satu kabupaten kota dalam satu provinsi. Secara
potensial wilayah sungai tersebut memberikan pelayanan atau menimbulkan dampak negatif pada lebih dari satu kabupaten kota namun masih dalam satu wilayah
provinsi. Pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai tersebut menjadi wewenang pemerintah provinsi.
3. Wilayah sungai lintas provinsi merupakan daerah aliran sungai yang secara geografis melewati lebih dari satu daerah provinsi. Secara potensial wilayah sungai tersebut
memberikan pelayanan atau menimbulkan dampak negatif pada lebih dari satu provinsi. Berarti pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai tersebut menjadi
wewenang pemerintah pusat selanjutnya disebut pemerintah.
4. Wilayah sungai lintas negara merupakan daerah aliran sungai yang secara geografis melewati lebih dari satu negara. Secara potensial wilayah sungai tersebut memberikan
11
pelayanan atau menimbulkan dampak negatif pada lebih dari satu negara. Pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai tersebut menjadi wewenang pemerintah.
5. Wilayah sungai strategis nasional merupakan wilayah sungai yang mempunyai nilai strategis bagi kepentingan nasional. Pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai
ini menjadi wewenang pemerintah.
2.7 Standard Teknis Pengembangan Jaringan Irigasi