EFEKTIVITAS PELAYANAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

INCREASE REVENUE AT DEPARTMENT OF TRANSPORTATION IN BANDAR LAMPUNG

BY

ADE REZA SYAHPUTRA

The Government of Bandar lampung as one autonomous regions in the area of Lampung Province has the potential to grow and compete with other regions in development and government implementation in the fields of transportation, especially regarding road transport. The Government of Bandar Lampung seek revenue sources of local revenue through services testing of motor vehicles, which is organized by the Department of Transportation in Bandar Lampung, which is expected to provide testing services of motor vehicles of the best as well as contribute to the income of local revenue (PAD) in order to sustain the financing of development in the fields of transportation ground transportation. Testing service of motor vehicles is the investigation on the condition of vehicles made by the examiner is to determine the condition of the vehicle, among others, the fulfillment of the roadworthly or not, including completeness of letters motor vehicle which is under the authority of Department of Transportation, from an examination of the physical condition of the vehicle, it is necessary services for the smoothness of motor vehicle testing itself.

This research used descriptive type with qualitative method approach, focus of this study using the moenirtheory namely: effective, simple, certainly, transparency, efficiency, timeliness, responsiveness, and adaptive. The location of the research conducted at the department of transportation in Bandar lampung. The results from this study show that the effectiveness of the testing of motor vehicles in order to increase revenue is ineffective. It can be seen from the modest dimensions, efficiency, timeliness, and responsiveness at department of transportation in Bandar lampung.


(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PELAYANAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA DINAS

PERHUBUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG OLEH

ADE REZA SYAHPUTRA

Pemerintah Kota Bandar Lampung sebagai salah satu daerah otonom yang berada di wilayah Provinsi Lampung memiliki potensi untuk berkembang dan bersaing dengan daerah lain dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan di bidang perhubungan khususnya mengenai transportasi darat. Pemerintah Kota Bandar Lampung mengupayakan sumber-sumber penerimaan pendapatan asli daerah melalui jasa pelayanan pengujian kendaraan bermotor, yang diselenggarakan oleh Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung yang diharapkan dapat memberikan pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang terbaik serta memberikan kontribusi pada penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) guna menopang pembiayaan pelaksanaan pembangunan yang ada di bidang perhubungan transportasi darat. Pelayanan pengujian kendaraan bermotor merupakan pemeriksaan pada kondisi kendaraan yang dilakukan oleh penguji yaitu untuk mengetahui kondisi kendaraan antara lain pemenuhan persyaratan laik jalan atau tidak, termasuk kelengkapan surat-surat kendaraan bermotor yang merupakan kewenangan dari Perhubungan, dari pemeriksaan kondisi fisik kendaraan tersebut, maka sangat dibutuhkan pelayanan dalam kelancaran pengujian kendaraan bermotor itu sendiri.

Penelitian ini mengunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan metode kualitatif, Fokus penelitian ini menggunakan teori Moenir yaitu : efektif, sederhana, kejelasan dan kepastian, keterbukaan, efisiensi, ketepatan waktu, responsif, dan adaptif. Sedangkan lokasi penelitian dilakukan di Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung. Hasil dari penelitian ini bahwa efektivitas pengujian kendaraan bermotor dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah tidak efektif. Hal ini dapat dilihat dari dimensi sederhana, efisiensi, ketepatan waktu dan responsif Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.


(3)

Oleh

ADE REZA SYAHPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(4)

EFEKTIVITAS PELAYANAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh :

ADE REZA SYAHPUTRA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(5)

Halaman Bagan 3.1 Analisis Data Model Interaktif...,... 43


(6)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Efektivitas ... 8

1. Pengertian Efektivitas ... 8

2. Ukuran Efektivitas... 10

B. Tinjauan Tentang Pelayanan Publik ... 12

1. Definisi Pelayanan Publik ... 12

2. Dimensi Pelayanan Publik ... 14

3. Indikator-Indikator Pelayanan Publik ... 26

C. Pengujian Kendaraan Bermotor ... 28

1. Pengertian Pengujian Kendaraan Bermotor ... 28

2. Sasaran Pengujian Kendaraan Bermotor... 30

3. Manfaat Pengujian Kendaraan Bermotor... 31

D. Kerangka Pikir... 32

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian... 35

B. Fokus Penelitian ... 36


(7)

F. Teknik Pengumpulan Data ... 39

G. Teknik Pengolahan Data ... 41

H. Teknik Keabsahan Data ... 43

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung ... 47

B. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung... 48

C. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung... 49

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 52

1. Efektif... 52

2. Sederhana ... 55

3. Kejelasan dan Kepastian ... 56

4. Keterbukaan ... 58

5. Efisiensi... 60

6. Ketepatan Waktu ... 62

7. Responsif... 64

B. Pembahasan ... 66

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 74

B. Saran... 75

DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Informan... 40

Tabel 4.1Jumlah Karyawan ... 51

Tabel 4.2 Jumlah Karyawan Di UPT PKB ... 51


(9)

(10)

(11)

(12)

Moto:

Pohon terkuat di hutan bukanlah yang terlindung dari badai dan tersembunyi dari matahari.

Pohon terkuat adalah yang berdiri di tempat yang terbuka yang mengharuskan ia berjuang hidup

melawan angin dan hujan dan terik mentari. (Napoleon Hill)

Tuntutlah ilmu dan berjalanlah untuk ilmu,

Ketenangan, dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati Kepada orang-orang yang mengajarmu

(HR.Athabrani)

Lakukan semua kebajikan yang kaubisa, dengan segala sarana Yang kaubisa, dalam segala cara yang kaubisa, disegala tempat Yang kaubisa, disegala waktu yang kaubisa, kepada segala orang

Yang kaubisa, selama yang kaubisa (Jhon Wesley)


(13)

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, skripsi ini kupersembahkan kepada :

Papa dan Mama ku Tercinta

Semoga ini bukan akhir dari usaha saya untuk membahagiakan mama dan Papa tercinta,

tetapi merupakan awal dari usaha itu, terima kasih yang tak terhingga atas tiap tetes keringat yang dikucurkan, tiap pelukan yang menenangkan, tiap senyum yang

membahagiakan sehingga kenangan indah dan kebahagiaan telah menjadi bagian dari kehidupan ini


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung 29 Desember 1993, merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara,dari bapak yang bernama Refli, Bsc. dan ibu yang bernama Ratu Mustika,S.Pd.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) AL Azhar Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 1999; Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Way Dadi Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005; Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 24 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008; Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 12 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Tertulis.


(15)

Bismillahirrahmanirrahim,

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayahNya sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul Efektivitas Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung merupakan salah satu syarat untuk meraih Sarjana Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Keseluruhan skripsi ini merupakan hasil bimbingan, arahan, bantuan dan diskusi dengan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bambang Utoyo S, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama. Terima kasih atas bimbinganya serta kesabaran dan keuletan yang luar biasa untuk membimbing peneliti guna menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Nana Mulyana, S.IP., M.Si, selaku Dosen Pembahas. Terima kasih atas arahan, saran, masukan dan waktunya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini..

3. Bapak Dr. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu potik.


(16)

4. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara

5. Ibu Devi Yulianti, S.A.N., M.A. selaku dosen pembimbing akademik

6. Ibu Nur selaku Staf Administrasi yang banyak membantu kelancaran adminstrasi skripsi ini

7. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terimakasih atas segala ilmu yang telah peneliti peroleh selama proses perkuliahan semoga dapat menjadi bekal yang berharga dalam kehidupan peneliti ke depannya.

8. Kepala Kesbangpol Kota Bandar Lampung, terima kasih atas izin yangdiberikan guna penelitian ini..

9. Bapak Andi Sa’at, SH., MH,selaku Kasubag Umum dan Kepegawaian Dinas Perhubungan. Terima kasih atas izin yang diberikan sehinga peneliti dapat melakukan penelitian di Dinas Perhubunga Kota Bandar Lampung.

10. Bapak Irman Saputra, S.T., M.T. selaku Kepala Seksi UPT PKB Dinas Perhungan Kota Bandar Lampung. Terima kasih atas informasi serta data-data yang dibutuhkan oleh peneliti sehinga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir atau skripsi ini.

11. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, Bapak Refli, B.Sc beserta Ibu tercintaku Ratu Mustika, S.Pd yang telah merawat, mendidik, membesarkanku dan menjadispiritdalam berjuang, yang selalu berdoa untuk keberhasilan dan kesehatan anak-anaknya dengan terus menerus memberikan semangat dalam penyelesaian pendidikan.


(17)

kekeluargaan.

13. Yesika Wulandari yang telah banyak membantu mengumpulkan bahan-bahan skripsi, mendukung dan memberikan semangat penuh terhadap penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

14. Sahabat-sahabatku tercinta, M. Zashika Eriko, Rinanda Adi Saputra, Rendy Pratama Putra, Moch. Ibnu, Deo Wiranto, Fajriza Haris, Okta Ferdiansyah, Dian Aprianto, Vike Youdit, Iid Apriliani, Nindya Pratiwi, dan Maria Nori Kristiyani Ratranto, faisal, lili, hesti, coco, kartika, terima kasih atas warna dan pengalaman yang dibagikan serta kesetian selama menempuh gelar Sarjana Administrasi Negara. 15. Keluarga KKN Tematik Desa Toto Projo Way Bungur Kabupaten Lampung

Timur,Yesika Wulandari, Guspriandoko, Ariyanti, Indah Fajriati. Terima kasih atas pengalaman, kekompakan yang diberikan pada saat melakukan KKN.

Penulis sangat menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman serta informasi dalam penulisan skripsi ini sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Akhirnya dengan mengucap Alhamdullilahirobbilalamin serta dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi sederhana ini memberikan manfaat bagi kita semua. Aaamiiin.

Bandar Lampung, 17 Desember 2015 Penulis


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan bergulirnya otonomi daerah, telah merubah paradigma penyelenggaraan pemerintahan di daerah dimana kekuasaan yang bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan terakhir diganti dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Perubahan kebijakan pengaturan pemerintahan daerah tersebut diselaraskan dengan adanya perubahan kebijakan terhadap pajak dan retribusi daerah sebagai landasan bagi daerah dalam menggali potensi pendapatan daerah khususnya pendapatan asli daerah, yakni Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1987 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, kemudian dirubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1987 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Perubahan berbagai kebijakan nasional sebagaimana dimaksud membawa harapan besar bagi daerah untuk membangun daerahnya dengan menggali potensi daerahnya masing-masing sebagai sumber pendapatan daerah, khususnya pendapatan asli daerah. Harapan dari daerah tersebut merupakan hal yang wajar,


(19)

karena diberikannya berbagai urusan pemerintahan sebagai urusan rumah tangganya dibarengi dengan muatan kewenangan untuk mengurus keuangannya secara otonom dalam membiayai penyelenggaraan otonomi, baik dalam menggali sumber-sumber keuangan, pemanfaatannya serta pertanggungjawabannya.

Fokus perhatian berkenaan dengan pembiayaan dalam penyelenggaraan otonomi daerah bertumpu pada persoalan pendapatan daerah yang berasal dari berbagai jenis sumber. Artinya pendapatan daerah merupakan cerminan dari kemampuan daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah. Pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004 menyatakan:

“Sumber pendapatan daerah terdiri atas:

a. pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu: 1) hasil pajak daerah;

2) hasil retribusi daerah;

3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4) lain-lain PAD yang sah;

b. dana perimbangan; dan

c. lain-lain pendapatan daerah yang sah.”

Jika menelusuri ketentuan Pasal 157 tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa di antara sumber pendapatan daerah tersebut, hanya ”Pendapatan Asli Daerah” yang merupakan sumber pembiayaan sebagai indikasi atau ketegasan sumber pendapatan daerah yang otonom. Kurniawan (2005: 55) menyatakan bahwa sebab sumber pendapatan daerah yang berupa dana perimbangan merupakan hasil penerimaan yang didasarkan persentase perimbangan tertentu yang ditentukan oleh pemerintah pusat. Adapun lain-lain pendapatan daerah yang sah ditentukan oleh ukuran yuridis yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Selanjutnya diantara komponen Pendapatan Asli Daerah, perlu dicermati komponen pajak daerah dan


(20)

3

retribusi daerah aspek yuridis yang berimplikasi terhadap peranannya dalam memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD).

Pada sisi lain berjalannya pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya bagi daerah dalam membiayai daerah, memberikan peluang untuk menggali potensi daerah melalui pungutan daerah berupa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai sumber pendapatan asli daerah ke dalam penetapan kebijakan hukum berupa Perda. Gejala yang tidak terhindarkan terjadi pada daerah adalah adanya beberapa perda yang menetapkan subjek dan objek pajak daerah dan retribusi daerah dibatalkan oleh pemerintah pusat, diantaranya dengan alasan objek yang dipungut pada pajak daerah dan retribusi daerah tersebut pada dasarnya sudah dikenakan sebagai objek pajak pusat, terutama dalam memberikan jawaban atas adanya dugaan telah terjadi tumpang tindih objek pajak daerah dan retribusi daerah. Rahayu (2010: 7) mengemukakan di samping itu adanya rumor yang berkembang, sejak era reformasi terkesan pada setiap daerah saling berlomba memperbesar tingkat pendapatan asli daerahnya melalui instrumen pajak daerah dan retribusi daerah, sehingga dinilai telah menambah beban bagi investor yang mau berusaha atau menanamkan modalnya di daerah yang bersangkutan.

Pemerintah Kota Bandar Lampung sebagai salah satu daerah otonom yang berada di wilayah Provinsi Lampung memiliki potensi untuk berkembang dan bersaing dengan daerah lain dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan di bidang perhubungan khususnya mengenai transportasi darat. Pemerintah Kota Bandar Lampung mengupayakan sumber-sumber penerimaan pendapatan asli daerah melalui jasa pelayanan pengujian kendaraan bermotor, yang diselenggarakan oleh Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung yang diharapkan


(21)

dapat memberikan pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang terbaik serta memberikan kontribusi pada penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) guna menopang pembiayaan pelaksanaan pembangunan yang ada di bidang perhubungan transportasi darat.

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, khusus dalam menjalankan pelayanan pengujian kendaraan bermotor oleh Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, merupakan langkah preventif. Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung menempatkan transportasi dan informasi sebagai bagian dari kebutuhan masyarakat yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Kesadaran masyarakat terhadap hak dan kewajibannya untuk memperoleh berbagai jenis pelayanan, termasuk bidang transportasi, informasi dan komunikasi merupakan tantangan dan tanggung jawab yang besar bagi Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi dalam menciptakan keterbukaan dan kemudahan bidang transportasi serta kemudahan mengakses berbagai informasi melalui media yang ada. Selain itu uji berkala kendaraan didasarkan pada Pasal 150 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993.

Pelayanan pengujian kendaraan bermotor merupakan pemeriksaan pada kondisi kendaraan yang dilakukan oleh penguji yaitu untuk mengetahui kondisi kendaraan antara lain pemenuhan persyaratan laik jalan atau tidak, termasuk kelengkapan surat-surat kendaraan bermotor yang merupakan kewenangan dari Perhubungan, dari pemeriksaan kondisi fisik kendaraan tersebut, maka sangat dibutuhkan pelayanan dalam kelancaran pengujian kendaraan bermotor itu sendiri. Pelayanan pengujian kendaraan bermotor merupakan permasalahan yang penting yang ada pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, karena inti dari penyelenggaraan


(22)

5

pemerintahan daerah ialah bagaimana memberikan pelayanan yang baik sehingga penerimaan pendapatan asli daerah berjalan lancar serta kepentingan masyarakat pengguna kendaraan bermotor dapat terpenuhi.

Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung memiliki sarana prasarana berupa Balai Pengujian Kendaraan Bermotor (BPKB) Kota Bandar Lampung yang disediakan untuk melaksanakan atau memberikan jasa pelayanan pengujian kendaraan bermotor, dalam rangka mengintensifkan penerimaan pendapatan asli daerah atau penerimaan retribusi penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.

Berdasarkan hasil pra-riset yang penulis lakukan, terlihat masih terdapat permasalahan pada pelaksanaan pelayanan pengujian kendaraan bermotor yakni tidak melakukan lagi pemeriksaan kendaraan atau komponen-komponen atau bagian-bagian pada kendaraan bahkan terkesan lebih mengutamakan penerimaan PAD, artinya pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor lebih mengutamakan pelayanan dari aspek administrasi dalam hal penerimaan pendapatan asli daerah dan tidak memperhatikan pelayanan dari aspek tekhnis kendaraan, hal ini masih dipengaruhi oleh kurangnya tenaga penguji kendaraan bermotor yang secara teknis memiliki kompetensi dalam pengujian kendaraan bermotor. Permasalahan lain pada pelayanan pengujian kendaraan bermotor masih dipengaruhi oleh minimnya partisipasi masyarakat, dimana pemilik kendaraan jika datang kepengujian tidak turut serta membawa kendaraan untuk diuji, melainkan hanya membawa buku Uji (buku keur) dari kendaraan tersebut untuk pengurusan perpanjangan masa berlakunya, serta melunasi biaya administrasi yang menjadi sumber penerimaan PAD, sehingga secara teknis berdampak negatif pada pelayanan pengujian kendaraan bermotor namun berdampak positif pada


(23)

penerimaan PAD. Selain itu penetapan waktu uji kendaraan bermotor yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 yaitu selama 6 bulan masih belum banyak dipatuhi oleh pemilik kendaraan bermotor.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, mengingat bahwa jasa pelayanan pengujian kendaraan bermotor merupakan sumber PAD untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan di bidang perhubungan transportasi darat dalam rangka melaksanakan otonomi daerah, maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul“Efektivitas Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana efektivitas pelayanan pengujian kendaraan bermotor dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas pelayanan pengujian kendaraan bermotor dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.


(24)

7

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dan kegunaan penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, dari penelitian ini dapat memberikan sumbangsih dalam manajemen pelayanan publik khususnya mengenai pelayanan pengujian kendaraan bermotor dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan dan referensi di Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung untuk meningkatkan pelayanan dan sebagai salah satu bahan acuan untuk referensi penelitian lebih lanjut bagi pengembang ide para penelitian dalam melakukan penelitian dengan tema atau masalah yang serupa.


(25)

A. Tinjauan Tentang Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan.

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Emerson yang dikutip Handayaningrat (2006: 16) yang menyatakan bahwa “Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”

Efektivitas memiliki arti berhasil atau tepat guna. Efektif merupakan kata dasar, sementara kata sifat dari efektif adalah efektivitas. Menurut Effendy (2008: 14) mendefinisikan efektivitas sebagai berikut: ”Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan”. Efektivitas menurut pengertian di atas mengartikan bahwa indikator efektivitas dalam arti tercapainya


(26)

9 sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Pengertian lain menurut Rukman (2005: 156), “efektivitas merupakan daya pesan untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan untuk mempengaruhi”. Menurut pengertian Rukman di atas, efektivitas bisa diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang.

Sedarmayanti (2006: 61) menyatakan bahwa efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai. Pendapat tersebut menyatakan bahwa efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target yang telah ditetapkan sebelumnya oleh lembaga atau organisasi dapat tercapai. Hal tersebut sangat penting peranannya di dalam setiap lembaga atau organisasi dan berguna untuk melihat perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh suatu lembaga atau organisasi itu sendiri.

Setiap organisasi atau lembaga di dalam kegiatannya menginginkan adanya pencapaian tujuan. Tujuan dari suatu lembaga akan tercapai segala kegiatannya dengan berjalan efektif akan dapat dilaksanakan apabila didukung oleh faktor-faktor pendukung efektivitas.

Lebih lanjut Kurniawan (2005: 109) mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: “Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya”.


(27)

efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen organisasi atau tidak. Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input), proses, maupun keluaran (output). Dalam hal ini yang dimaksud sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta metode dan model yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur sedangkan dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Steers (1986: 171) yang menjelaskan bahwa :“Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.

2. Ukuran Efektivitas

Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapai tujuan secara efektif atau tidak, sebagaimana yang dikemukakan oleh Siagian (2004: 77) yaitu:


(28)

11 b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan

c. Proses analisis dan perumusan kebijakanaan yang mantap d. Penyusunan program yang matang

e. Penyusunan program yang mantap f. Tersedianya sarana dan prasarana g. Pelaksanaan efektif dan efisien

h. Sistem pengawasan yang bersifat mendidik

Menurut pendapat Krech, Cruthfied dan Ballachey yang dikutip Danim (2004: 119), menyebutkan ukuran efektivitas, sebagai berikut :

1) Jumlah hasil yang dapat dikeluarkan, artinya hasil tersebut berupa kuantitas atau bentuk fisik dari organisasi, program atau kegiatan. Hasil dimaksud dapat dilihat dari perbandingan (ratio) antara masukan (input) dengan keluaran (output).

2) Tingkat kepuasan yang diperoleh, artinya ukuran dalam efektivitas ini dapat kuantitatif (berdasarkan pada jumlah atau banyaknya) dan dapat kualitatif (berdasarkan pada mutu).

3) Produk kreatif, artinya penciptaan hubungannya kondisi yang kondusif dengan dunia kerja, yang nantinya dapat menumbuhkan kreativitas dan kemampuan. 4) Intensitas yang akan dicapai, artinya memiliki ketaatan yang tinggi dalam

suatu tingkatan intens sesuatu, dimana adanya rasa saling memiliki dengan kadar yang tinggi.

Berdasarkan beberapa pendapat dalam uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas suatu lembaga secara fisik dan non fisik untuk mencapai tujuan serta meraih


(29)

sasaran organisasi, merupakan langkah pertama dalam pembahasan efektivitas, dimana seringkali berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam usaha mengukur efektivitas yang pertama sekali adalah memberikan konsep tentang efektivitas itu sendiri.

B. Tinjauan Tentang Pelayanan Publik 1. Definisi Pelayanan Publik

Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelyanan, baik dalam bentuk publik atau jasa publik yang pada dasarnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah dipusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarkat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menelusuri arti pelayanan umum tidak terlepas dari masalah kepentingan umum, yang menjadi asal-usul timbulnya istilah pelayanan umum. Oleh karena itu antara kepentingan umum dengan pelayanan umum adanya hubungan yang saling berkaitan. Meskipun dalam perkembangan lebih lanjut pelayanan umum dapat juga timbul karena adanya kewajiban sebagai suatu proses penyelenggaraan kegiatan organisasi.

Menurut Kotler dalam Ratminto (2006: 8), pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Pelayanan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan kepada orang lain atau pihak lain yang


(30)

13 dapat memberikan suatu keuntungan dan dapat memberikan manfaat, hasil dari pelayanan berupa kepuasan yang diberiakan walaupun hasil dari pelayanan yang diberikan tidak terikat pada suatu benda.

Menurut Dwiyanto (2005: 141), pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, bahwa pelayanan umum merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dalam memenuhi kewajibannya, akan tetapi tidak disebabkan oleh hal itu saja melainkan pemerintah memang harus memberikan pelayanan kepada masyarakat. Menurut Sedarmayati (2004: 78) pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat harus sesuai dengan standar pelayanan, karena masyarakat berhak mendapatkan pelayanan dari pemerintah secara prima atau pelayanan yang berkualitas. Definisi pelayanan sebagai suatu pendekatan organisasi total yang menjadi kualitas pelayanan yang diterima pengguna jasa sebagai kekuatan penggerak utama dalam pengoperasian bisnis..

Berdasarkan penjelasan di atas, pelayanan yang baik dan memuaskan akan berdampak positif seperti yang dikutip dari Moenir (2010: 98) antara lain:

1. Masyarakat menghargai kepada korps pegawai 2. Masyarakat patuh terhadap aturan-aturan layanan 3. Masyarakat akan merasa bangga kepada korps pegawai 4. Adanya kegairahan usaha dalam masyarakat

5. Adanya peningkatan dan pengnembangan dalam masyarakat menuju segera tercapainya masyarakat yang adil dan makmur berlandaskan Pancasila


(31)

Setiap pelayanan akan menghasilkan beragam penilaian yang datangnya dari pihak yang dilayani atau pelanggan. Pelayanan yang baik tentunya akan memberikan penilaian yang baik pula dari para pelanggan, tetapi apabila pelayanan yang diberikan tidak memberikan kepuasan, misalnya pelanggan telah mengeluarkan sejumlah biaya untuk pelayanan tetapi imbalan yang diterimanay tidak seimbang, maka akan menimbulkan kekecewaan pelanggan dan bisa memperburuk citra instansi pemberi layanan.

Moenir (2010: 41-42) menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan kurang berkualitasnya pelayanan yang diberikan oleh seorang pemberi pelayan :

a. Tidak adanya kesadaran terhadap tugas dan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya. Akibatnya mereka bekerja dan melayani seenaknya padahal orang menunggu hasil kerjanya sudah gelisah.

b. Sistem, prosedural dan sistem kerja yang tidak memadai sehingga mekanisme kerja tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.

c. Pengorganisasian tugas pelayanan yang belum selesai, sehingga terjadi simpang siur penanganan tugas, tumpang tindih (over lopping) atau tercecernya suatu tugas karena tidak ada yang menangani.

Pendapatan pegawai yang tidak memenuhi kebutuhan hidup meskipun secara minimal. Akibatnya pegawai tidak tenang dalam bekerja, berusaha mencari tambahan pendapatan dalam jam kerja dengan cara antara lain ”menjual jasa pelayanan”. Kemampuan pegawai yang tidak memadai untuk tugas yang dibebankan kepadanya. Akibatnya hasil pekerjaannya tidak memenuhi standar yang ditetapkan.


(32)

15

Menurut Moenir (2010: 98) prinsip-prinsip pokok sebagai dasar yang menjadi pedoman dalam perumusan tata laksana dan penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik. Sendi-sendi atau prinsip-prinsip pelayanan dapat dipahami dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Kesederhanaan

Sendi atau prinsip kesederhanaan mengandung makna bahwa prosedur atau tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah dan dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan publik. Prinsip kesederhanaan pada hakikatnya lebih menekankan pada aspek prosedur kerja penyelenggaraan pelayanan, termasuk persyaratan maupun pelaksanaan teknis operasional. Prosedur kerja pelayanan publik adalah tata urutan pelaksanaan kerja atau tindakan yang dilewati dan atau dijalankan dalam proses penyelenggaraan pelayanan.

Penyusunan kebijakan atau pengaturan mengenai prosedur pelaksanaan pelayanan publik, hendaknya dirumuskan atau disusun dalam tata urutan atau mekanisme arus kerja yang sederhana, artinya tidak banyak melibatkan atau melewati meja atau pejabat yang tidak terdapat kaitan dengan fungsi utama dalam proses pelayanan. Kesederhanaan prosedur ini didesain untuk tidak mengurangi atau mengabaikan unsur legalitas atau keabsahan dari hasil pelaksanaan pelayanan publik itu sendiri. Prinsip kesederhanaan ditujukan untuk :

1) Mengurangi jumlah meja dan atau petugas dalam prosedur birokrasi pelaksanaan pelayanan publik.

2) Penyusunan laporan akhir peningkatan kualitas pelayanan publik.

3) Memudahkan masyarakat dalam mengurus, mendapatkan pelayanan, antara lain dengan cara mengurangi kesempatan terjadinya kontak


(33)

pelayanan melalui internet.

4) Memperkecil terjadinya pelayanan yang birokratis dan prosedur panjang ataupun berbelit-belit, sehingga dengan cara yang didesain secara sederhana akan memperlancar dalam proses serta menciptakan tata laksana pelayanan publik yang baik.

Hal yang perlu mendapat perhatian dan relevan dalam mendukung ciri dan prinsip kesederhanaan pelayanan publik adalah :

1) Mekanisme kerja atau tata urutan pelayanan, artinya jumlah meja yang dilewati dalam proses prosedur pelayanan harus sederhana. Disusun dalam rangkaian prosedur yang hanya mengkaitkan atau melewati simpul, meja pejabat dan atau petugas yang mempunyai ikatan fungsi dalam proses pelayanannya. Apabila harus melibatkan banyak meja atau pejabat dalam proses pelayanan publik, perlu dipertimbangkan hanya yang benar-benar mempunyai kepentingan yang relevan dengan persyaratan legalitas suatu pelaksanaan pelayanan publik, sehingga bukan semata-mata dikaitkan untuk kepentingan unit dan atau satuan kerja yang bersangkutan. Jadi jelas, pelayanan publik bukan semata-mata dikaitkan untuk kepentingan unit dan satuan kerja yang bersangkutan.

2) Spesifikasi persyaratan pelayanan, artinya dalam menyusun prosedur pelayanan perlu memperhatikan bagaimana kerumitan mengurus persyaratan yang diperlukan. Dalam mengurus persyaratan tidak terlalu banyak melibatkan instansi atau unit kerja lain, yang berakibat menambah mata rantai birokrasi.


(34)

17 3) Tertib dalam sistem penataan dan penyimpanan dokumen/arsip, antara lain dalam penyelenggaraan pelayanan perlu didukung dengan pengelolaan dokumen/arsip yang berkaitan dengan kegiatan pemberian laporan akhir peningkatan kualitas pelayanan publik. Pelayanan yang tertata secara sistematis, rapi, tertib, dan aman. Dengan sistem penyimpanan dokumen/arsip secara tertib akan dapat memudahkan dan mempercepat dalam penemuan kembali berkas, sehingga menunjang kecepatan dan kelancaran proses penyelenggaraan pelayanan.

4) Kapasitas loket dan petugas pelayanan yang cukup, artinya dalam penyelenggaraan pelayanan perlu memperhatikan apakah jumlah loket telah memadai dengan beban/volume permintaan pelayanan. Dalam pelaksanaan teknis operasional pelayanan agar diusahakan pengaturannya untuk tidak terjadi antrian yang berjubel, atau bertumpuknya berkas permohonan pada satu meja/petugas/pejabat. Dalam hal terjadi beban kerja tinggi dan penumpukan antrian kerja, maka dapat dilakukan langkah-langkah, antara lain:

1) Menambah sarana loket dan petugasnya, mendahulukan tindakan pelaksanaan pelayanan sesuai nomor urutnya, atau mengelompokkan pelayanan menurut domisili atau wilayah kerja, dan disiapkan sesuai dengan volume/beban pelayanan yang ada.

2) Dapat dilakukan desentralisasi pelaksanaan pelayanan, artinya melimpahkan kewenangan untuk melakukan pelayanan kepada unit kerja/pejabat setingkat di bawah kewenangan kerjanya atau memecah/ membagi beban tugas dalam kelompok-kelompok tugas/kerja.


(35)

penyelenggaraan pelayanan perlu memperhatikan sejauhmana dilakukan koordinasi dan kerja sama dengan unit kerja lain yang terkait, maupun koordinasi antara komponen kerja di dalam kantor yang bersangkutan, sehingga menunjang kelancaran mengurus persyaratan maupun proses penyelesaian pelayanan.

b. Kejelasan dan Kepastian

Sendi atau prinsip ini mengandung arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai: 1) Prosedur tatacara pelayanan.

2) Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan administratif.

3) Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan.

4) Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayaran. 5) Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.

Prinsip kejelasan dan kepastian dalam ketatalaksanaan pelayanan publik, lebih menekankan pada aspek-aspek:

1) Proses arus kerja dalam prosedur tatacara penyelenggaraan pelayanan, artinya perlu diperhatikan apakah sudah digambarkan secara jelas dan pasti dalam bentuk bagan alir, serta informasi mengenai sarana penunjangnya (seperti nama loket/meja/petugas) harus dibuat pula secara lengkap dan jelas sesuai fungsinya.

2) Tata urutan atau bagan alir penanganan pelayanan, serta nama-nama loket dan petugas masing-masing urusan perlu divisualisasikan, dipasang secara terbuka dan jelas.


(36)

19 Untuk mendukung prinsip kejelasan dan kepastian dalam prosedur tata kerja, maka dalam proses pelaksanaan pelayanan perlu dilakukan:

1)Pencatatan secara rapi dan tertib setiap langkah, tahapan kegiatan pelayanan.

2)Harus didukung dengan kelengkapan perangkat administrasi/pencatatan yang sesuai kebutuhan untuk pelaksanaan pelayanan perangkat administrasi, ialah meliputi segenap peralatan, sarana tata usaha yang digunakan mendukung kegiatan pencatatan penyelesaian administrasi. Misalnya: formulir pemohonan, tanda bukti penerimaan berkas, buku agenda penerimaan berkas permohonan, medical record pada rumah sakit, faktur/kuitansi tanda bukti penerimaan pembayaran, kartu kendali atau bukumonitoringpelaksanaan pekerjaan dan lainnya.

3)Tata cara pengolahan biaya, antara lain menekankan bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan perlu dilakukan pengelolaan dana/biaya yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan secara tertib, jelas dan lengkap dengan tanda bukti maupun rincian biaya. Pengelolaan biaya pelayanan perlu dibukukan secara rapi, dan tertib.

4)Demikian pula biaya yang menyangkut kewajiban yang harus dipenuhi oleh masyarakat, hendaknya harus dinyatakan dan dicatat secara jelas, rinci dan pasti jumlahnya.

5)Konsistensi pelaksanaan dan jadwal penyelesaian; dalam arti bahwa proses pelaksanaan pemberian pelayanan harus memberikan ketegasan dan kepastian sesuai prosedur dan jadwal pelaksanaan pelayanan secara jelas dan dapat dilaksanakan secara konsisten. Termasuk informasi yang


(37)

sesuai dengan fakta dalam kenyataan. c. Keamanan

Sendi atau prinsip ini mengandung arti proses serta hasil pelayanan dapat memberikan keamanan, kenyamanan dan dapat memberikan kepastian hukum bagi masyarakat. Dalam prinsip ini, memberikan petunjuk bahwa dalam proses pelaksanaan pemberian pelayanan agar diciptakan kondisi dan mutu dengan memperhatikan faktor-faktor:

1) Keamanan, dalam arti proses pelaksanaan pelayanan maupun mutu produk pelayanan publik dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat. Mutu produk pelaksanaan pelayanan publik dapat meliputi:

a) Produk Pelayanan Administrasi (dokumen, surat, kartu, gambar, tiket), diperhatikan agar dapat menjamin kepastian atau keabsahan secara hukum, tanpa kesalahan cetak serta tidak menimbulkan keraguan ataupun kekhawatiran bagi masyarakat.

b) Produk Pelayanan Barang (air bersih, tegangan listrik, tindakan perawatan/pengobatan Rumah Sakit, dan sebagainya), perlu diperhatikan standar mutu yang layak.

c) Produk Pelayanan Jasa (perhubungan darat, laut dan udara), perlu memperhatikan standar mutu keamanan dan keselamatan

2) Nyaman, dalam arti bahwa dan kondisi dan mutu dalam proses pelaksanaan-pelayanan hendaknya diciptakan:

a) Kondisi tempat/ruang pelayanan yang dapat memberikan rasa nyaman; b) Terpenuhi secara lancar bagi kepentingan urusan pelayanan, serta;


(38)

21 c) Mutu produk pelayanan yang diberikan pada masyarakat memenuhi ukuran standar, sehingga dapat memenuhi rasa nyaman bagi masyarakat. Kondisi demikian dapat diupayakan dengan misalnya, penyediaan tempat pelayanan yang didukung dengan sarana ruang tunggu/tamu atau serta ditunjang fasilitas-fasilitas yang dapat menciptakan keadaan yang tertib, nyaman, bersih dan aman bagi para pemohon pelayanan. Ruang tunggu yang sesuai dengan volume kedatangan tamu, dilengkapi tempat duduk dan meja/tempat untuk menulis tamu, kamar kecil/toilet, tempat sampah dan lainnya. Demikian pula menyangkut mutu produk pelayanan, seperti air bersih PAM, arus setrum listrik PLN, mutunya sesuai dengan ukuran mutu yang standar.

d) Tertib, dalam arti proses penyelenggaraan pelayanan publik pelaksanaannya berjalan rapi, berjalan sesuai prosedur, urutan pemberian pelayanannya rutin, tidak semrawut sesuai alur tahapan penyelesaian pekerjaan. Pemberian pelayanan dilakukan secara konsisten sesuai dengan antrian dan menurut tata kerja yang berlaku. d. Keterbukaan

Prinsip keterbukaan mengandung arti bahwa prosedur/tata cara, persyaratan, satuan kerja/pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian biaya/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta. Prinsip keterbukaan pelayanan memberikan petunjuk untuk menginformasikan secara terbuka segala sesuatu


(39)

Untuk itu yang perlu diupayakan dalam prinsip ini, ialah:

1) Penginformasian instrumen pelayanan secara terbuka (seperti:bagan alir mekanisme pelayanan, daftar persyaratan, daftar tarif, jadwal waktu, nama loket/petugas/meja kerja). Langkah ini dapat dilakukan dengan mempersiapkan membuat:

a) Bagan alir prosedur/tatacara dan persyaratan, untuk dipasang/ ditempel di tempat ruang pelayanan, sekaligus dilengkapi dengan keterangan jadwal waktu penyelesaian pelayanan.

b) Setiap satuan kerja/loket pelayanan dan nama pejabat/petugas penanggungjawabnya perlu dibuat, dicantumkan nama secara jelas dan terbuka.

c) Tarif dan rincian biaya/tarif yang harus dibayar oleh pemohon pelayanan, diinformasikan secara terbuka.

2) Menyediakan fasilitas media informasi, (seperti: papan informasi/ pengumuman, loket informasi/ information desk, kotak saran, media cetak/brosur, monitor TV, yang berfungsi memberikan informasi menyangkut kegiatan pelayanan.

3) Mengadakan program penyuluhan kepada masyarakat, untuk membantu penyebaran dan pemahaman informasi kepada masyarakat, mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan.


(40)

23 e. Efisien

Sendi atau prinsip efisien ini mengandung arti:

1) Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan publik yang diberikan.

2) Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses pelayanan masyarakat yang bersangkutan memasyarakatkan adanya kelengkapan persyaratan dan satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terkait.

Prinsip ini menekankan bahwa dalam merumuskan kebijakan mengenai penyelenggaraan pelayanan publik, perlu memperhatikan hal-hal yang tidak berakibat memberatkan masyarakat, maupun tidak berdampak pemborosan, antara lain:

1) Beban akibat pengurusan persyaratan pelayanan yang harus dipenuhi masyarakat, hendaknya tidak berakibat pengeluaran biaya yang berlebihan. 2) Dalam merumuskan mekanisme kerja mengenal pengurusan prasyarat ataupun pelaksanaan pelayanan, hendaknya tidak berakibat terjadinya pengurusan yang berulang-ulang (mondar-mandir), sehingga waktu dan tenaga yang besar, serta berdampak biaya besar.

f. Ekonomis

Sendi atau prinsip ini mengandung arti pengenaan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan:


(41)

biaya yang terlalu tinggi di luar kewajaran.

2) Kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar. 3) Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Prinsip ini menekankan bahwa dalam merumuskan kebijakan. Mengenai penyelenggaraan pelayanan publik, hendaknya perlu memperhatikan hal-hal yang berakibat pada biaya ekonomi tinggi yang memberatkan masyarakat antara lain:

1) Dalam penetapan tarif yang berkaitan dengan pelayanan, perlu diperhitungkan besarnya secara layak dan terjangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat setempat.

2) Mekanisme pelayanan agar dijaga tidak memberikan peluang terjadinya pungutan liar, sehingga tidak berdampak pada ekonomi biaya tinggi bagi masyarakat.

3) Dalam penetapan tarif pelayanan, agar tetap konsisten dan ada pada peraturan perundangan yang melandasinya.

g. Keadilan yang merata

Prinsip ini mengandung arti cakupan/jangkauan pelayanan harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diberlakukan secara adil bagi seluruh lapisan masyarakat. Dalam prinsip ini menekankan bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan publik hendaknya perlu memperhatikan hal-hal:

1) Cakupan golongan masyarakat yang menerima pelayanan, hendaknya meliputi semua kelas sosial yang merata.


(42)

25 2) Tidak membeda-bedakan perlakuan pemberian pelayanan, misalnya

menyangkut:

a) Biaya/tarif atau persyaratan yang dikenakan pada masyarakat.

b) Urutan tindakan pemberian pelayanan harus sesuai dengan nomor urut pendaftaran.

c) Kecepatan kelancaran waktu pelaksanaan pelayanan bagi golongan masyarakat tertentu.

h. Ketepatan Waktu

Ketepatan waktu mengandung arti bahwa pelaksanaan pelayanan umum dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Dalam penerapan prinsip ketepatan waktu ini hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1) Dalam penyelenggaraan pelayanan perlu menjaga konsistensi pelaksanaan jadwal waktu pemberian pelayanan. Untuk itu dalam menyusun jadwal waktu pelaksanaan pelayanan publik, hendaknya benar-benar diperhitungkan beban kerjanya secara realistis. Dihitung beban atau volume kerja rata-rata dan masing-masing meja/petugas, dan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pelayanan, kemudian disesuaikan tata urutan kerjanya, sehingga dapat diperkirakan jumlah keseluruhan jam/hari kerja yang diperlukan untuk memproses/menangani pelayanan tersebut. Sehingga dapat disusun perkiraan jadwal keseluruhan rangkaian kerja penyelesaian pelaksanaan pelayanan publik. Agar dalam pelaksanaannya tidak meleset dari jadwal yang ditetapkan, maka dalam perkiraan waktu/jadwal dapat dibuat perkiraan waktunya sedikit mundur, sehingga jadwal kerja harus dapat dilaksanakan secara konsisten.


(43)

pimpinan/atasan Langsung. Untuk mendukung fungsi pengawasan ini dapat dioptimalkan penggunaan sarana pengawasan fungsional, misalnya penerapan sistem monitoring terhadap kegiatan/pekerjaan, melalui:

a) Pencatatan atas setiap kegiatan yang dilakukan bawahan pada buku monitoring, blangko, formulir, kuitansi, bukti penerimaan/setoran. b) Forum pertemuan, rapat sebagai sarana untuk menyusun perencanaan,

memberikan informasi perkembangan kegiatan, laporan/evaluasi pelaksanaan pekerjaan.

3. Indikator-Indikator Pelayanan Publik

Menurut Moenir (2010: 98) pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur pemerintah), dengan ciri sebagai berikut :

1. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan sasaran;

2. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan;

3. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai :

a. Prosedur/tata cara pelayanan;

b. Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan administratif;


(44)

27 c. Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam

memberikan pelayanan;

d. Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayarannya; e. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.

4. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan kerja/ pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian waktu/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta;

5. Efisiensi, mengandung arti :

a. Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang berkaitan; b. Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses

pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terkait.

6. Ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan; 7. Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa yang

menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayani;

8. Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan, keinginan dan aspirasi masyarakat yang dilayani yang senantiasa mengalami tumbuh kembang.


(45)

dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari:

1) Transparansi, yakni pelayanan bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti;

2) Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3) Kondisional, yakni pelayanan yang dapat sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas;

4) Partisipatif, yakni pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat;

5) Kesamaan hak, yakni pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-lain;

6) Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

C. Pengujian Kendaraan Bermotor

1. Pengertian Pengujian Kendaraan Bermotor

Pengujian kendaraan bermotor disebut juga uji kir adalah serangkaian kegiatan menguji dan/atau memeriksa bagian-bagian kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus dalam rangka pemenuhan


(46)

29 terhadap persyaratan teknis dan laik jalan. Pengujian Kendaraan bermotor dilaksanakan secara berkala 6 (enam) bulan sekali dalam rangka menjamin keselamatan, kelestarian lingkungan dan pelayanan umum.

Sesuai dengan Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan tujuan transportasi adalah untuk mewujudkan lau lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, maupun memadukan modal transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan menunjang pembangunan nasional dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Maka untuk mewujudkan hal tersebut diatas semua peruntukkannya harus memenuhi persyaratan teknis dan ambang batas laik jalan serta sesuai dengan kelas jalan yang dilalui. Pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor bersifat pelayanan umum dan lebih diutamakan pada pertimbangan menyangkut aspek keselamatan secara teknis terhadap pengguna/kendaraan bermotor di jalan sampai pada tujuannya dan kelestarian lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor yang digunakan di jalan, sehingga tidak untuk mencari keuntungan materil.

Pengaturan dan pembinaan kendaraan maupun pengemudi tersebut tidak dapat dipisahkan dari sistem lalu lintas dan angkutan jalan yang secara keseluruhan merupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem transportasi nasional. Pada kenyataannya, kegiatan pengaturan dan pembinaan tersebut menuntut keterlibatan serta dukungan berbagai instansi pemerintah maupun masyarakat yang mempunyai kaitan tugas dengan bidang lalu lintas dan angkutan jalan. Untuk


(47)

dan pembinaan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Hal ini dapat dicapai jika kegiatan pengaturan dan pembinaan pada masing-masing instansi pemerintah tersebut terkoordinasi secara utuh, tertib, teratur dan sinergenik antara satu dengan lainnya, tanpa mengurangi tugas dan tanggung jawab masing-masing instansi.

Kewajiban pemilik untuk mendaftarkan kendaraan bermotornya, dalam rangka mengumpulkan data yang dapat digunakan untuk tertib administrasi, pengendalian kendaraan bermotor yang dioperasikan di Indonesia, mempermudah penyidikan pelanggaran atau kejahatan yang menyangkut kendaraan yang bersangkutan, serta dalam rangka perencanaan kendaraan yang bersangkutan, serta dalam rangka perencanaan, rekayasa dan manajemen lalu lintas dan angkutan jalan, dan memenuhi kebutuhan data lainnya dalam rangka perencanaan pembangunan nasional.

2. Sasaran Pengujian Kendaraan Bermotor

Sasaran pengujian kendaraan bermotor meliputi kegiatan memeriksa, mencoba dan meneliti diarahkan kepada setiap kendaraan bermotor wajib uji berkala secara keseluruhan pada bagian-bagian kendaraan secara fungsional dalam sistem komponen serta dimensi teknisnya baik berdasarkan ketentuan yang berlaku. Kendaraan bermotor yang wajib uji berkala untuk memenuhi ambang batas laik jalan meliputi:

a. Emisi gas buang kendaraan bermotor b. Kebisingan suara kendaraan bermotor c. Efisiensi sistem rem utama


(48)

31 d. Efisiensi sistem rem parkir

e. Kincup roda depan f. Tingkat suara klakson

g. Kemampuan pancar dan arah sinar lampu utama h. Radius putar

i. Alat penunjuk kecepatan

j. Kekuatan untuk kerja dan ketahanan ban luar untuk masing-masing jenis, ukuran dan lapisan

k. Kedalaman alur ban luar

Pelaksanaan Pengujian kendaraan bermotor di Unit Pengujian Kendaraan Bermotor dan pemeriksaan dilakukan oleh Penguji yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah, bagi kendaraan yang memenuhi kelaikan akan disahkan oleh pejabat yang ditunjuk akan diberi tanda uji. Sasaran pengujian kendaraan bermotor meliputi kegiatan memeriksa, menguji, mencoba dan meneliti diarahkan kepada setiap kendaraan bermotor wajib uji secara keseluruhan pada bagian-bagian kendaraan secara fungsional dalam sistem komponen serta dimensi teknisnya baik maupun berdasarkan persyaratan teknis yang objektif.

3. Manfaat Pengujian Kendaraan Bermotor

Manfaat pengujian kendaraan bermotor sebagai berikut:

a. Mencegah atau memperkecil kemungkinan terjadinya kendaraan lalu lintas, kebakaran, pencemaran lingkungan dan kerusan-kerusakan berat pada waktu pemakaian.

b. Memberikan informasi kepada masyarakat pengusaha tentang daya angkut yang diizinkan, muatan sumbu terberat serta kelas jalan terendah yang


(49)

jembatan.

c. Memberi saran-saran perbaikan kepada pengusaha/pemilik kendaraan bermotor.

d. Menginformasikan kelemahan-kelemahan terhadap produksi tertentu untuk langkah penyempurnaan khususnya bagi produsen atau agen tunggal pemegang merek.

e. Menyajikan data kuantitatif tentang potensi angkutan, baik angkutan penumpang maupun angkutan barang dalam hubungan dengan pembinaan angkutan secara umum

D. Kerangka Pikir

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan, diantaranya adalah program menurunkan angka kecelakaan yang salah satunya dengan melakukan pengujian kendaraan bermotor. Sejalan dengan kebijakan pemerintah secara nasional tersebut, maka untuk membuat suatu implementasi kebijakan tersebut dapat berjalan, maka diperlukan adanya pelayanan publik yang profesional. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Moenir (2010: 98) pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur pemerintah), dengan ciri sebagai berikut :

1. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan sasaran;


(50)

33 2. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan;

3. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya kejelasan dan kepastian;

4. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan kerja/ pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian waktu/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta;

5. Efisiensi, mengandung arti hal-hal berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dan pengulangan dengan produk pelayanan yang berkaitan;

6. Ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan; 7. Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayani; Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat digambarkan ke dalam gambar kerangka pikir sebagai berikut:


(51)

EFEKTIVITAS PELAYANAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG Kebijakan Pemerintah

Pelayanan publik

Pengujian Kendaraan bermotor

Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

Pendapatan Asli Daerah 1. Efektif

2. Sederhana

3. Kejelasan dan kepastian (transparan) 4. Keterbukaan

5. Efisiensi

6. Ketepatan waktu 7. Responsif (Moenir, 2010: 98)


(52)

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelayanan pengujian kendaraan bermotor dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta situasi-situasi, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomenal. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Oleh karena itu, analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Dengan demikian, dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan untuk membangun hipotesis dan teori.

Berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan, peneliti akan menggambarkan efektivitas pelayanan pengujian kendaraan bermotor dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung


(53)

Fokus penelitian ini berfokus pada efektivitas pelayanan pengujian kendaraan bermotor dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, dimana menurut Moenir (2010:98) Pelayanan publik profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan oleh adanya akuntabilitas dan Responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur pemerintah), dengan indikator sebagai berikut :

1. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan sasaran;

2. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan;

3. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai :

a. Prosedur/tata cara pelayanan;

b. Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan administratif;

c. Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan;

d. Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayarannya; e. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.

4. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan kerja/ pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian waktu/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib


(54)

37 diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta;

5 Efisiensi, mengandung arti :

a. Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang berkaitan; b. Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses

pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terkait.

6. Ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan; 7. Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa yang

menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayani;

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Lokasi untuk penelitian ini adalah Dinas Perhubungan di Kota Bandar Lampung dengan alasan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota Provinsi Lampung merupakan pusat aktivitas manusia. Lokasi penelitian ini ditentukan dengan sengaja (purposive) dengan alasan, Dinas Perhubungan adalah lembaga Pemerintahan yang melakukan aktivitas pelayanan publik.


(55)

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dengan cara menggali dari sumber informasi (informan) dan dari catatan lapangan yang relevan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, informan-informan dipilih dengan mendasar pada subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data serta bersedia memberikan informasi data yang berasal dari Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung dan mencari fakta yang sebenarnya hasil dari wawancara mendalam yang telah dilakukan maupun mengecek kembali data yang sudah ada sebelumnya. Data tersebut bersumber dari dokumentasi berupa surat kabar, buku, situs internet yang berhubungan dengan efektivitas pelayanan pengujian kendaraan bermotor dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.

E. Penentuan Informan

Dalam penelitian kualitatif, informasi merupakan data yang diperoleh di lokasi penelitian, dalam naskah atau dokumen, dan dari informan yang telah ditunjuk sebagai kunci pengayaan sumber data. Peneliti akan menggunakan informan untuk memperoleh berbagai informasi yang dipelukan selama proses penelitian. Informan penelitian dipilih berdasarkan tekniksnowball.

Teknik snowball yaitu dengan mencari informan kunci, yang dimaksud dengan informan kunci (key informan) adalah mereka yang mengetahui dan memiliki


(56)

39 berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti. Informan dalam penelitian ini dikhususkan pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung yaitu Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung atau staf yang mewakilinya, karena informan dianggap mengetahui dan dapat menjelaskan secara detail mengenai efektivitas pelayanan pengujian kendaraan bermotor dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap ini ada tiga macam metode yang digunakan dalam mengumpulkan data, yaitu:

1. Wawancara (interview)

Dalam upaya mendapatkan data dan informasi yang valid dengan fokus penelitian, maka dalam menentukan informan peneliti menggunakan teknik purposive sampling pada tahap awal dan pada tahap pengembanganya dilakukan secara snowball samplingsampai diperoleh data dan informasi yang lengkap. Instrumen yang digunakan untuk melakukan wawancara ini meliputi catatan kecil peneliti ketika di lapangan, pedoman wawancara dan alat bantu lainnya seperti recorder dan kamera. Dalam penelitian ini, informan yang diwawancarai adalah Kepala Seksi Bidang Angkuta Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dan pemilik serta supir angkutan kota


(57)

Bermotor Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

NO Informan

1 Irman Saputra, Kepala Bidang Seksi Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung 2 Darmawan, Pegawai Penguji Kendaraan Bermotor Dinas

Perhubungan Kota Bandar Lampung 3 Rudi, Selaku Supir Angkutan Barang 4 Jailani, Selaku Supir Angkutan Barang 5 Trison, Selaku, Supir Angkutan Barang

6 Hendri, Selaku Supir Angkutan Kota Bandar Lampung

2. Studi Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk menghimpun berbagai data sekunder yang memuat informasi tertentu yang bersumber dari dokumen-dokumen tertulis yang berkaitan dengan Efektivitas Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor Pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung tentang Efektif, Sederhana, kejelasan dan kepastian (transparan), Keterbukaan, Efisiensi, Ketepatan Waktu, Rensponsif. Adapun dokumen-dokumen yang peneliti dapatkan selama penelitian antara lain:

1 Standar Operasional Prosedur (SOP) Dins Perhubungan Kota Bandar Lampung.

2 Dokumentasi tentang berkaitan dengan pelayanan publik, khususnya pada Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor dari Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.


(58)

41 Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan. Observasi yang digunakan adalah observasi tidak terstruktur karena pengamatan dilakukan ketika menemukan data-data dilapangan yang dibutuhkan (tanpa ditentukan terlebih dahulu). Observasi yang peneliti lakukan yaitu observasi terhadap pelayanan publik khususnya pada pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan pada Dinas Peruhubungan Kota Bandar Lampung

G. Teknik Pengolahan Data

Analisis data kualitatif menurut Emzir (2011:85), pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan peneliti untuk meningkatkan pemahamanpeneliti mengenai materi-materi tersebut dan untuk memungkinkan penelitimenyajikan apa yang sudah ditemukan kepada orang lain. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data menurut Miles dan Huberman dalam Emzzir (2011:129),teknik analisis data tersebut meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Reduksi data(Data Reduction)

Reduksi data diartikan sebagai suatu proses merangkum, pemilihan hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung.Data yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan, dianalisa melalui tahapan penajaman infomasi, penggolongan berdasarkan kelompoknya, pengarahan atau diarahkan dari arti data tersebut.


(59)

Merupakan penyusunan sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan.Pada penelitian ini, secara teknis data-data yang telah diorganisir kedalam matriks analisis data akan disajikan kedalam bentuk teks naratif, gambar, tabel dan bagan. Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan hasil temuan dalam wawancara terhadap informan yang memahami Efektivitas Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor yang dilakukan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung serta menghadirkan dokumen sebagai penunjang data.Diwujudkan dalam bentuk uraian, dengan teks naratif bagan foto atau gambar.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi(Conclusion/verification)

Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung, yaitu sejak awal memasuki lokasi penelitian dan selama pengumpulan data. Peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan yang tentatif. Akan tetapi dengan bertambahnya data melalui proses verifikasi secara terus menerus, maka akan diperolehkesimpulan yang bersifat “grounded”, dengan kata lain setiap kesimpulan senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung.

Pada penelitian ini penarikan kesimpulan dilakukan dengan pengambilan inti sari dari rangkaian hasil penelitian berdasarkan observasi wawancara dan dokumentasi hasil penelitian. Kesimpulan akhir dalam penelitian ini berupa teks naratif yang mendeskripsikan konsep Efektivitas Pelayanan Pelayanan Pengujian Kendaraan


(60)

43 Bermotor Pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung. Berikut ini merupakan gambaran model interaktif yang diajukan Miles dan Huberman:

Bagan 3.1 Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman

Sumber: Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013: 247)

H. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang diperoleh. Moleong (2011: 326), mengatakan ada 4 (empat) kriteria dalam pemeriksaan data kualitatif, yaitu:

1. Derajat kepercayaan(credibility)

Penerapan kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas) pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari non aktualitatif. Kriteria ini berfungsi: (1) melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai, (2) mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan peneliti untuk memeriksa kredibilitas atau derajat kepercayaan antara lain:

a. Triangulasi

Pengumpulan

Data Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan Reduksi Data


(61)

yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data itu. Triangulasi dianggap sebagai cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat merecheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, penyidik atau teori.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan derajat kepercayaan dengan menggunakan triangulasi metode, yaitu dengan membandingkan hasil teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Informan tersebut berasal dari pihak Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dan pemilik kendaraan angkutan barang dan angkutan kota. Observasi yang dilakukan pada saat peneliti turun kelapangan serta dokumentasi yang didapatkan dari Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.

b. Ketekunan/keajegan pengamatan

Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Hal itu berarti bahwa peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap hal-hal yang menonjol. Kemudian menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak


(62)

45 salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Untuk keperluan itu, teknik ini menuntut agar peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.

2. Keteralihan (transferability)

Pengujian keteralihan dalam penelitian kualitatif digunakan supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitataif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Menurut Faisal dalam Sugiyono (2013: 277), apabila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya suatu hasil penelitian yang diberlakukan, maka laporan tersebut memenuhi standar keteralihan.

3. Kebergantungan(dependability)

Menurut Sugiyono (2013:277) dalam penelitian kualitatif, pengujian kebergantungan dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data, untuk itu perlu diuji kebergantungannya. Jika proses tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tidak reliabel atau dependable.

4. Kepastian (certainty)

Menguji kepastian atau menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang ada dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada tapi hasilnya ada. Derajat ini dapat dicapai melalui audit atau pemeriksaan yang cermat terhadap seluruh


(63)

dilakukan pembimbing menyangkut kepastian asal-usul data, logika penarikan kesimpulan dari data, dan penilaian derajat ketelitian serta telaah terhadap kegiatan penelitian tentang keabsahan data.Guna memenuhi kriteria certaintyini, peneliti juga harus menguraikan secukupnya tujuan awal risetnya yang menyangkut riset yang peneliti usulkan, harapan peneliti, dan pengakuan akan perlunya pemikiran yang refleksif.


(64)

BAB IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung. Kota ini dahulu bernama Tanjungkarang-Teluk Betung, yang kemudian diganti menjadi Bandar Lampung pada tahun 1983 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1983 tentang Perubahan Nama Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang menjadi Kotamadya Bandar Lampung. Selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial politik, pendidikan dan kebudayaan, Kota Bandar Lampung juga merupakan pusat kegiatan perekonomian Provinsi Lampung.

Secara geografis, Kota Bandar Lampung terletak pada kedudukan 5°20’ sampai 5°30’ Lintang Selatan dan 105°28’ sampai dengan 105°37’ Bujur Timur. Letak tersebut berada di Teluk Lampung di bagian selatan Provinsi Lampung dan di ujung selatan Pulau Sumatera. Adapun luas wilayah keseluruhan adalah 198,18 km² terdiri dari 13 Kecamatan dan 98 Kelurahan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kota Bandar Lampung 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Cermin dan

Katibung Kabupaten Pesawaran serta Teluk Lampung

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kota Bandar Lampung


(65)

Cermin Kabupaten Pesawaran.

B. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung awalnya adalah merupakan Cabang Dinas dari Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Propinsi Lampung, dengan nama Cabang Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Tk.II Bandar Lampung.

Pada tahun 1995 berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Dati II Bandar Lampung Nomor 12 Tahun 1994, Cabang Dinas Lalu Lintas dan Angkatan Jalan (LLAJ) Tk.II Bandar Lampung ditingkatkan statusnya menjadi Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Kabupaten Daerah Tk.II Bandar Lampung yang kemudian pada tahun 2001 berdasarkan Perda Bandar Lampung No. 02 Tahun 2001 Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Kota Bandar Lampung baru menjadi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.

Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka Pemerintah Kota Bandar Lampung mengeluarkan dan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandar Lampung dan telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandar Lampung.


(66)

49 C. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung sebagai instansi Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahaan Daerah Kota Bandar Lampung dibidang perhubungan. Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dibentuk berdasarkan:

a. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang pembentukan organisasi dari tata kerja Dinas Perhubungan Daerah Kota Bandar Lampung.

b. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2008 tanggal 29 Februari 2008 tentang Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.

Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung adalah unsur pelaksana teknis bidang perhubungan berada di bawah tanggungjawab kepada Walikota Bandar Lampung. Adapun struktur organisasi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut:

a. Kepala Dinas Perhubungan

b. Sekretaris Dinas Perhubungan, terdiri dari: 1. Sub Bagian Umum dan kepegawaian 2. Sub Bagian Keuangan

3. Sub Bagian Penyusunan Program Monitoring dan Evaluasi c. Bidang Lalu Lintas, Terdiri dari:

1. Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas 2. Seksi Keselamatan Lalu Lintas Jalan


(67)

1. Seksi Angkutan Orang 2. Seksi Angkutan Barang 3. Seksi Angkutan Khusus e. Bidang Teknik, Terdiri dari:

1. Seksi Teknis Sarana 2. Seksi Teknis Prasarana

3. Seksi Karoseri dan Perbengkelan f. Bidang Perhubungan Laut, Terdiri dari:

1. Seksi Angkutan Laut 2. Seksi Pelabuhan Laut

3. Seksi Keselamatan Pelayanan

g. Unit Pelaksana Teknis Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung terdiri dari: 1. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Perpakiran

2. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pengujian Kendaraan Bermotor 3. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Terminal

Jumlah pegawai Dinas Perhubungan sebanyak 395 yang dibagi menjadi beberapa golongan yang terdapat pada bagan berikut:


(1)

d. Bidang Angkutan, terdiri dari: 1. Seksi Angkutan Orang 2. Seksi Angkutan Barang 3. Seksi Angkutan Khusus e. Bidang Teknik, Terdiri dari:

1. Seksi Teknis Sarana 2. Seksi Teknis Prasarana

3. Seksi Karoseri dan Perbengkelan f. Bidang Perhubungan Laut, Terdiri dari:

1. Seksi Angkutan Laut 2. Seksi Pelabuhan Laut

3. Seksi Keselamatan Pelayanan

g. Unit Pelaksana Teknis Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung terdiri dari: 1. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Perpakiran

2. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pengujian Kendaraan Bermotor 3. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Terminal

Jumlah pegawai Dinas Perhubungan sebanyak 395 yang dibagi menjadi beberapa golongan yang terdapat pada bagan berikut:


(2)

51 Tabel 4.1 Jumlah Karyawan Di Dinas Perhubungan Berdasarkan Golongan

Tahun 2015

NO UNSUR JUMLAH

1 PEGAWAI NEGRI SIPIL (PNS)

2 GOL IV 6 PEGAWAI

3 GOL III 82 PEGAWAI

4 GOL II 53 PEGAWAI

5 GOL I 53 PEGAWAI

6 PEGAWAI TENAGA KONTRAK (PTK)

112 PEGAWAI

JUMLAH 395 PEGAWAI

(sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung 2015)

Selain data-data tentang jumlah pegawai di Dinas Perhubungan, Dinas

Perhubungan juga memiliki data-data tentang Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung yang tertera di tabel berikut: Tabel 4.2 Jumlah Karyawan Di UPT PKB

NO URAIAN JUMLAH

1 Kepala UPT PKB 1 orang

2 Kassubbag TU PKB 1 orang

3 Penguji 5 orang

4 PNS, PTK, TKS 25 orang

JUMLAH 32 orang


(3)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas pengujian kendaraan bermotor dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah tidak efektif terutama dilihat dari dimensi sederhana, efisiensi, ketepatan waktu dan responsif, karena pelayanan yang diberikan tidak sesuai seperti di SOP dimana pengeluaran tanda lulus uji seharusnya ± 40 menit akan tetapi kenyataan dilapangan 1 (satu) minggu. Dan dalam menanggapi keluhan dari masyarakat dinas perhubungan juga masih cukup lambat dalam menanggapi nya.

B. Saran

1. Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung hendaknya melakukan monitoring secara berkala terhadap ketepatan waktu dalam pengujian kendaraan bermotor, sehingga pegawai mampu mengoptimalkan tugas yang diembannya selain itu masyarakat akan merasa puas apabila kualitas pelayanan yang dijanjikan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan.


(4)

75 2. Petugas pada masing-masing bagian, hendaknya lebih responsif dalam menanggapi setiap keluhan maupun permasalahan yang disampaikan oleh masyarakat.


(5)

A. Literatur

Danim,Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok.

Bengkulu: PT Rineka Cipta.

Dwiyanto, Agus. 2005. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta. Penerbit PSKK-UGM.

Effendy, Onong Uchjana. 2008. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Emzir, 2011.Metode penelitian Kualitatif Analisi Data.Jakarta: Jakarta Pers Hadayaningrat, Soewarno. 2006. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan

Manajemen,Jakarta. Toko Gunung Agung.

Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta. Pembaruan.

Kurniawan, Panca. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Indonesia. UMM. Press. Malang.

Moenir, H.A.S. 2010. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta. Bumi Aksara.

Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Offset.

Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Jakarta: PT Grasindo.

Rahayu, Siti Kurnia. 2010.Perpajakan Indonesia. Yogyakarta. Graha Ilmu. Ratminto. 2006.Manajemen Pelayanan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Rukman, Mullins. 2006.Efektifitas Kerja Karyawan. Bandung. Budi Mulia.


(6)

Sedarmayanti. 2006. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi dan Kepemimpinan Masa Depan. Bandung. Refika Aditama.

Siagian. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Penerbit PT. Bumi Aksara.

Sinambela. 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Teori, Kebijakan dan. Implementasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Steers, M. Richard. 1986.Efektifitas Organisasi. Jakarta. Erlangga.

Sugiyono.2013,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfa Beta

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2011. Metode Penelitian Sosial. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

B. Sumber Lain:

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1987 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan.