9 c.
Bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan penetapan kebijakan pelaksanaan pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu
pembelajaran matematika.
2. Teoritis bagi Pendidikan Luar Biasa PLB
Bagi PLB diharapkan hasil penelitian ini sebagai salah satu informasi awal yang dapat digunakan untuk pengembangan keilmuan
PLB dalam bidang pembelajaran.
G. Definisi Operasional
Beberapa definisi istilah dapat bervariasi maknanya dengan orang yang menafsirkannya. Maka penulis mengemukakan definisi operasional
sebagai berikut :
1. Media Permainan Bowling
Media yang dimaksudkan Bowling yang merupakan suatu jenis olahraga atau permainan yang dimainkan dengan menggelindingkan atau
melemparkan bola dengan tangan. Bola bowling akan dilemparkan ke pin yang berjumlah sepuluh buah yang telah disusun menjadi bentuk segitiga
jika dilihat dari atas. Permainan bowling dimodifikasi yang dimana bola yang aslinya itu bola bowling di ganti dengan permainan bowling plastik
agar anak lebih mudah memainkannya Adapun penggunaan media ini yaitu untuk menjelaskan konsep operasional pengurangan bilangan 1 -10.
Keefektifan media permainan bowling di ukur dengan membandingkan kemampuan pengurangan baik sebelum maupun sesudah diberikan
10 intervensi, serta kemampuan anak dalam pengurangan saat diberikan
intervensi.
2. Kemampuan Operasi Pengurangan pada Anak Tunagrahita
Kategori Sedang
Operasi pengurangan ditunjukkan dengan hasil antara bilangan yang dikurangi dengan bilangan pengurang. Dari sifat pengurangan,
anak yang dalam mengerjakan tugas berhitung membutuhkan durasi yang
lama dengan frekuensi kesalahan yang masih banyak .Anak kesulitan dalam memahami konsep pengurangan bilangan sampai 10 karena anak
masih bingung dan sulit dalam berpikir abstrak. Dengan lemahnya konsep operasi pengurangan maka dilakukan intervensi agar anak dapat
memahami konsep operasi pengurangan bilangan 1-10. .
11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Tentang Anak Tunagrahita Kategori Sedang
1.
Pengertian Anak Tunagrahita Kategori Sedang
Anak tunagrahita kategori sedang merupakan anak yang mengalami keterlambatan perkembangan kecerdasan, sehingga untuk
mengembangkan kemampuannya dibutuhkan pelayanan sesuai dengan karakteristik anak. Menurut Sutjihati Somantri 2005:107 anak
tunagrahita sedang disebut juga embisil. Kelompok ini memiliki IQ 36- 51 pada skala Binet dan 40-54 menurut skala Weschler Wisc. Anak
tunagrahita sedang bisa mencapai perkembangan MA Mental Age sampai lebih 7 tahun. Anak tunagrahita kategori sedang dapat di
didik mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan di jalan raya, berlindung
dari hujan dan sebagainya. Sementara itu menurut menurut Lumban Tobing 2001: 8, anak tunagrahita kategori sedang lambat perkembangan
komprehensi dan penggunaan bahasanya, dan pencapaian bidang ini terbatas. Pencapaian dalam mengurus diri dan kecakapan motorik juga
terlambat dan beberapa diantara anak tunagrahita kategori sedang yang membutuhkan supervisi seumur hidup.
Menurut Astati 1995:17 anak tunagrahita kategori sedang pada umumnya dapat mengurus diri, mengerjakan sesuatu yang sederhana dan
sifatnya rutin, bergaul dan berkomunikasi dengan lingkungan terbatas. Ada diantara anak tunagrahita kategori sedang yang memperlihatkan ciri