I. Ringkasan
Musim kemarau yang menjadi lebih keras dan dengan interval waktu yang lebih lama i menyebabkan perkebunan teh di Indonesia rawan kekeringan. Kemarau
lebih dari 2 bulan akan mengganggu pertumbuhan tanaman teh, dan menurunkan produksi pucuk hingga kematian tanaman. Usaha yang dilakukan untuk mengurangi
dampak dari kekeringan ini barulah sebatas perbaikan sistem budidaya teh, sedangkan hal lain yang mungkin berpotensi efektif untuk ikut mengurangi dampak
kekeringan tersebut belumlah tersentuh dengan baik seperti penggunaan mikroorganisme dan penggunaan bahan tanaman yang tahan akan cekaman
kekeringan. Permasalahan diatas perlu diatasi antar lain dengan pemupukan tanaman teh
menggunakan mikroba yang dapat beradaptasi dengan kekeringan seperti Azotobacter , fungi mikoriza arbuskuler dan juga bakteri serta jamur pelarut fosfat
belum banyak diteliti. Penelitian mengenai mikroba potensial indigenus dari rizosfer teh yang dapat spesifik bekerja pada tanaman teh harus segera diteliti. Diharapkan
dalam waktu dekat dapat diidentifikasi mikroba potensial yang khusus spesifik dapat bersimbiosis mutualisma dengan tanaman teh, dan jangka panjang dapat
dihasilkan suatu produk berupa pupuk bio-organik yang dapat diaplikasikan oleh pekebun. Hal lain yang perlu dilaksanakan adalah perakitan bahan tanaman unggul
baru yang tahan akan kekeringan. Mengingat siklus pemuliaan teh yang lama 12- 15 tahun maka diperlukan solusi praktis untuk menghasilkan bahan tanam yang
tahan cekaman kekeringan dalam waktu yang relatif lebih singkat. Dengan melakukan grafting maka dapat diperoleh kombinasi antara klon unggul dengan
klon yang tahan kekeringan dalam satu tanaman. Diharapkan dalam waktu dekat dapat diperoleh kombinasi batang bawah dan batang atas yang kompatibel untuk
dikembangkan menjadi tanaman yang tahan kekeringan. Namun begitu diharapkan dalam jangka panjang dihasilkan klon unggul baru yang memiliki ketahanan
terhadap kekeringan tanpa harus melakukan grafting. Perbaikan produksi teh yang menjadi indikator penting untuk pengembangan teh berkelanjutan tidak terbatas
pada produksi tetapi juga kandungan substansi penentu kualitasnya. Selain itu, indikator kesehatan tanah akan menjadi faktor penting untuk selalu dimonitor.
Penelitian ini memerlukan kerjasama yang baik dengan pihak lain. Pihak yang sangat berpeluang dan berkompeten untuk bekerjasama adalah Pusat Penelitian
Teh dan Kina yang merupakan pemegang mandat penelitian di bidang komoditi teh di Indonesia.
II. Pendahuluan