KONSEP DIRI DASAR TEORI
a. Dimensi internal, terdiri dari • Diri identitas, merupakan kumpulan label dan simbol yang
digunakan seseorang untuk menggambarkan dirinya,. Diri identitas ini dapat dipengaruhi oleh cara seseorang berinteraksi
dengan lingkungan dan dengan diri sendiri. • Diri penilaian, yang mempunyai fungsi mengamati dan menilai,
memberikan standar dan memberikan perbandingan terhadap dirinya.
• Diri pelaku, ,merupakan persepsi seseorang terhadap tingkah lakunya atau caranya bertindak.
b. Dimensi eksternal, terdiri dari • Diri fisik, merupakan persepsi seseorang terhadap keadaan fisik,
kesehatan, penampilan dan gerakan motoriknya. • Diri etik-moral, merupakan persepsi individu tentang dirinya
ditinjau dari standar pertimbangan nilai – nilai moral dan etika. • Diri personal, merupakan perasaan individu terhadap nilai-nilai
pribadi, terlepas dari keadaan fisik dan hubungannya dengan orang lain dan sejauh mana individu merasa adekuat sebagai
pribadi • Diri keluarga, merupakan perasaan dan harga diri individu sebagai
anggota keluarga dan teman-teman dekatnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
• Diri sosial, merupakan penilaian individu terhadap dirinya dalam interaksi dengan orang lain dalam lingkungan yang lebih luas.
• Diri akademi kerja, merupakan penilaian yang berkaitan dengan penilaian ketrampilan dan prestasi akademik.
Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti cenderung menggunakan teori tentang dimensi-dimensi konsep diri menurut Acocella J.R Calhoun
F. J, dengan pertimbangan dimensi-dimensi tersebut dianggap cukup mewakili beberapa pendapat dari beberapa ahli.
3. Proses Terbentuknya Konsep Diri Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Konsep Diri
Menurut Symonds dalam Partosuwido, 1979, konsep diri bukanlah terjadi dengan sendirinya, tetapi terbentuk sejak kemampuan perspektif anak
mulai berfungsi. Melalui proses pengalaman belajar terus menerus terhadap diri sendiri, kemudian berkembang pula atas dasar nilai-nilai yang dipelajari
dari interaksi sosial dengan orang lain. Konsep diri bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan dalam
perkembangannya konsep diri merupakan hasil dari proses belajar dan berinteraksi. Gunarsa dan Gunarsa 1986 mengatakan bahwa pada dasarnya
konsep diri itu tersusun atas tahapan-tahapan yaitu : a. Konsep diri primer
Konsep diri primer terbentuk atas dasar pengalaman seseorang terhadap lingkungan terdekatnya yaitu lingkungan rumahnya sendiri.
Pengalaman-pengalaman yang berbeda yang ia terima melalui anggota rumah dari orang tua, paman, nenek atau anggota rumah yang lain.
Konsep tentang bagaimana dirinya banyak bermula dari perbandingan antara dirinya dengan saudara yang lain, sedangkan konsep terntang
bagaimana aspirasi ataupun tanggung jawabnya dalam kehidupan ini banyak ditentukan atas dasar pendidikan ataupun tekanan-tekanan yang
datang dari orangtuanya. b. Konsep diri sekunder
Setelah bertambah besar, ia akan mempunyai hubungan yang lebih luas dari pada sekedar hubungan dalam lingkungan keluarganya, ia
mempunyai banyak teman, lebih banyak kenalan sehingga ia lebih banyak pengalaman. Akhirnya anak akan mempunyai sikap diri yang
baru yang berbeda dengan apa yang sudah terbentuk dari rumah. Terbentuknya konsep diri sekunder ini banyak ditentukan oleh konsep
diri primer yang sudah terbentuk, dan orang akan cenderung memilih teman yang sesuai dengan konsep diri sebelumnya yang sudah terbentuk.
Dengan demikian konsep diri bukanlah faktor keturunan atau sifat bawaan sejak lahir, namun merupakan faktor-faktor yang dipelajari dan
terbentuk dari interaksi individu dengan individu lainnya. Pertama dengan lingkungan keluarganya lalu melalui hubungan individu dengan lingkungan
yang lebih luas. Menurut Argyyle dalam Soenarji, 1988 terdapat empat faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri, yaitu :
• Reaksi orang lain Reaksi
yang tidak
biasa dari
seseorang akan
mempengaruhi dan dapat mengubah konsep diri, apabila reaksi ini muncul dari orang lain yang memiliki arti bagi
individu maka
reaksi ini
dapat mempengaruhi
perkembangannya. • Pembandingan dengan orang lain
Konsep diri sangat tergantung kepada bagaimana cara orang tersebut membandingkan dirinya dengan orang lain.
• Peranan seseorang Setiap orang memainkan peran yang berbeda-beda,
didalam setiap peran tersebut individu diharapkan akan melakukan perbuatan dengan cara-cara tertentu.
• Identifikasi terhadap orang lain Anak-anak khususnya mengagumi orang dewasa, mereka
seringkali mencoba menjadi pengikut orang dewasa antara lain dengan meniru keyakinan, nilai, dan perbuatan
mereka. Proses ini menyebabkan anak merasa mereka memiliki beberapa sifat dari orang yang dikaguminya.
Model tersebut biasanya mereka ambil dari keluarga orang tua, saudara, kerabat, lingkungan guru, pemuka
agama, kelompok sebaya mereka. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Penggolongan konsep Diri Ciri-Cirinya a. Konsep diri positif
Konsep diri positif diartikan sebagai evaluasi diri positif, penghargaan diri yang positif. Pengetahuan yang luas dan
beragam tentang diri sendiri, harapan yang masuk akal serta harga diri yang tinggi. Burns, dalam Limbong, 2002.
Konsep diri positif menurut William dalam Rakhmat, 2000 adalah orang yang yakin akan kemampuannya dalam
mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, mampu memperbaiki dirinya karena ia
sanggup mengemukakan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
Konsep diri positif menurut Hamachek dalam Rakhmat, 2000 adalah orang yang betul-betul meyakini nilai-nilai dan
prinsip-prinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya walaupun menghadapai tantangan, berani mengubah prinsip bila
ternyata pengalaman dan bukti-buktinya ternyata salah, mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik, tidak terlalu cemas
akan apa yang akan terjadi hari esok, masa lalu, dan sekarang. Memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi
persoalan, menerima diri apa adanya dan mampu menikmati PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hidup secara utuh dalam berbagai kegiatan seperti, pekerjaan, permainan, maupun persahabatan.
Berdasarkan paparan diatas maka peneliti menarik kesimpulan bahwa orang yang memiliki konsep diri positif adalah
orang yang meyakini nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya serta mampu mengatasi tantangan
dan persoalan yang dihadapinya. b. Konsep diri negatif
Konsep diri yang negatif sama dengan evaluasi diri yang negatif , rasa tidak suka terhadap diri, kurang menghargai dirinya,
pengetahuan yang tidak tepat, harapan yang salah dan harga diri yang rendah Burns, dalam Limbong, 2002. Orang yang memiliki
konsep diri negatif peka terhadap kritik dan responsif terhadap pujuan, penghargaan terhadap dirinya, merasa tidak diperhatikan,
tidak disenangi dan pesimis terhadap kompetisi. Orang yang memiliki konsep diri negatif mempunyai
pengetahuan yang tidak tepat tentang dirinya sendiri, pengharapan yang tidak realistis dan harga diri yang rendah. Biasanya hal ini
menghambat lancarnya hubungan sosialyang dilakukan dengan orang lain. Anggapan bahwa orang lain tidak suka akan dirinya ,
peka terhadap keritik dan pesimis terhadap kehidupan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyebabkan ia enggan menjalin hubungan dengan orang lain Calhoun Acocella, 1990.
Menurut Fitts dalam Partosuwido, 1979 ciri-ciri individu yang memiliki konsep diri rendah adalah tidak menyukai dan
menghormati diri sendiri, memiliki gambaran yang tidak pasti terhadap dirinya, sulit mendefinisikan diri sendiri dan mudah
terpengaruh dari luar, tidak mempumyai pertahanan psikologis yang membantu menjaga tingkat harga dirinya. Merasa asing dan
aneh terhadap diri sehingga sulit bergaul, mengalami kecemasan negatif dan tidak mampu mengambil manfaat dari pengalaman
tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa orang yang memiliki konsep diri negatif adalah orang yang mempunyai gambaran dan pengetahuan yang tidak tepat
mengenai dirinya sehingga ia menjadi tidak suka dan tidak menghormati dirinya.