Kajian Pustaka LANDASAN TEORI

10

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Media Pembelajaran Konvensional a. Pengertian Smaldino, Sharon, dkk, 2011: 7 menyatakan secara harafiah atau asal katanya, media berasal dari bahasa Latin medium antara dan merupakan bentuk jamak dari perantara medium. Istilah ini merujuk pada apa saja yang membawa informasi antara sebuah sumber dan sebuah penerima. Webster Dictionary Anitah, 2010: 4, mengemukakan bahwa media atau medium adalah segala sesuatu yang terletak di tengah dalam bentuk jenjang, atau alat apa saja yang digunakan sebagai perantara atau penghubung dua pihak atau dua hal. AECT Association of Educational and Communication Technology Sanaky 2013: 4, memberikan batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Menurut Gagne Sadiman, 2009: 6 media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Oleh karena merupakan segala komponen dalam lingkungan siswa maka media dapat ditemukan di sekitar siswa dan dapat digunakan secara langsung oleh siswa. Namun guru sebagai pengajar wajib mengetahui terlebih dahulu penggunaan dan manfaat dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI media agar sesuai dengan perkembangan siswa. Media merupakan segala cara atau sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam rangka membantu peningkatan pemahaman siswa akan materi yang diajarkan. Media yang dibuat harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan materi yang diajarkan. Ketepatan pemilihan media akan sangat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran media harus dapat digunakan secara tepat dan sesuai dalam hal ini adalah ketepatan dalam penggunaan dan juga kesesuaian dengan materi yang akan diajarkan. Sadiman 2009: 6 media pada awalnya hanya merupakan alat bantu mengajar dan lebih menekankan pada pengembangan media visual seperti gambar, model, obyek, dan alat-alat yang dapat memberikan pengalaman kongkret dan memotivasi siswa dalam belajar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala komponen yang berada di sekitar siswa yang bertujuan sebagai medium atau perantara pesan yang dapat memotivasi siswa dalam belajar. b. Jenis Media pembelajaran Sukiman, 2012: 44 merupakan komponen pembelajaran yang meliputi bahan dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan, media pembelajaran terus mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis format, dengan masing-masing ciri dan kemampuannya masing-masing. Beberapa ahli telah mencoba mengklasifikasikan media pembelajaran ke dalam bentuk taksonomi media. Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual, dan gerak. Sadiman Sukiman, 2012: 45 mengemukakan bahwa beberapa ahli lainnya seperti Gagne, Brigss, Edling, dan Allen membuat taksonomi media dengan pertimbangan yang lebih berfokus pada proses dan interaksi dalam belajar dari pada sifat media itu sendiri. Gagne mengelompokkan media berdasarkan tingkat hierarki belajar yang dikembangkannya, yaitu benda untuk didemonstasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Sedangkan Brigss mengklasifikasikan media menjadi 13 tiga belas berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media dengan karakteristik siswa. ketiga belas media tersebut adalah obyek atau benda nyata, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai, film 16 mm, film rangkai, televisi, dan gambar grafis. Djamarah dan Zain 2006: 124, membagi media ke dalam beberapa bagian yaitu: 1 Dilihat dari jenisnya a Media auditif, merupakan media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, tape recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk penyandang tuna rungu. b Media visual, adalah media yang hanya mengandalkan indra pengelihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip film rangkai, slides film bingkai foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun. c Media audiovisual, adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media. Media ini dibagi kembali ke dalam: i Audiovisual diam dan ii Audiovisual gerak 2 Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam: a Media dengan daya liput luas dan serentak Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama. Contoh: radio dan televisi b Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slides, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c Media untuk pengajaran individual Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri, termaksud media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer. 3 Dilihat dari bahan pembuatannya a Media sederhana, merupakan media yang bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit b Media kompleks, merupakan media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta harganya mahal, sulit pembuatannya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan pemakainya. Munadi, 2010: 107, menyampaikan pendapatnya tentang benda asli dan benda tiruan model. Benda asli dan benda tiruan dapat dipilih penggunaannya dalam pengajaran apabila dilihat berdasarkan tujuannya, setidaknya ada tiga macam benda asli, diantaranya: 1 Unmodified real thing adalah benda sebenarnya, sebagaimana adanya, tanpa perubahan, kecuali hanya dipindahkan dari tempat aslinya. Benda-benda ini memiliki ciri dapat digunakan, hidup, dalam ukuran yang normal, dapat dikenal dengan nama sebenarnya. Contoh anak ayam yang hidup. 2 Modified real thing, kategori ini termaksud mock up replikatiruanimitasi, miniatur dan cutaways potongan-potongan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Mock up replikatiruanimitasi adalah benda asli versi disederhanakan, yang dibuat hanya bagian penting saja. Mock up sangat efektif untuk belajar, karena disamping dapat mengkongkritkan yang abstrak juga dapat dapat menarik perhatian. Contoh benda tiruan bola langittata surya. 3 Specimens, merupakan media yang kadang tidak dimodifikasi dan biasanya merupakan bagian dari lingkungan. Berdasarkan beberapa pendapat ahli peneliti dapat mengklasifikasikan media bilik pencangkokan ke dalam jenis media berdasarkan: 1 Berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan, media bilik pencangkokan termaksud media model 2 Dilihat dari jenisnya, media bilik pencangkokan termaksud media visual karena memanfaatkan indera penglihatan. 3 Dilihat dari daya liputnya, media bilik pencangkokan termaksud daya liput luas dan serentak karena penggunaan media ini untuk satu kelas karena dapat dimanfaatkan melalui kegiatan permainan. 4 Dilihat dari bahan pembuatannya, media bilik pencangkokan masuk dalam media sederhana karena bahannya yang mudah didapat dan penggunaannya yang tidak merepotkan. 5 Berdasarkan pembagian benda asli dan tiruan, media bilik pencangkokan termaksud dalam mock up karena media ini merupakan tiruan benda asli namun hanya bagian penting atau diperlukan saja, media bilik pencangkokan dapat membantu siswa merealisasikan teori yang dianggap abstrak ke dalam sesuatu yang lebih nyata atau real. c. Fungsi Media Pembelajaran Levie dan Lentz Kustandi dan Sutjipto, 2011: 19-20, mengemukakan pendapat tentang fungsi media pembelajaran khususnya media visual, yang terdiri dari 4 fungsi yaitu: 1 Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Sering kali pada awal pelajaran atau materi pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. 2 Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat mengunggah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras. 3 Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 4 Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian media visual memberikan konteks untuk memahami teks PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Kemp dan Dayton Kustandi dan Sutjipto, 2011: 20, menyatakan pemikiran tentang fungsi media pembelajaran yaitu, media pembelajaran akan memenuhi tiga fungsi utama jika digunakan oleh perorangan, kelompok, atau kelompok yang besar jumlahnya, yaitu dalam hal 1 Memotivasi minat dan tindakan, 2 Menyajikan informasi, 3 Memberi instruksi. Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Sedangkan untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi di hadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula dalam bentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi. Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa media bilik pencangkokan mencakup semua fungsi di atas, seperti: 1 Fungsi Atensi, media bilik pencangkokan memiliki bentuk yang menarik dan dapat mengarahkan konsentrasi siswa untuk memahami materi, karena media ini memiliki bentuk seperti labirin dan juga seperti papan berputar. 2 Fungsi afektif, media bilik pencangkokan memiliki keterangan pada tiap bilik dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI media ini juga memiliki bentuk yang menarik sehingga siswa dapat mempelajari proses pencangkokan sekaligus kegiatan membaca dengan menyenangkan. 3 Fungsi kognitif, dilihat dari penggambaran secara jelas proses pencangkokan lewat miniatur pohon yang dibuat. 4 Fungsi kompensatoris, media ini dapat membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk menemukan kata-katanya sendiri untuk menjelaskan proses pencangkokan dengan melihat mock up pohon yang disediakan. Selain itu media bilik pencangkokan juga memuat ketiga fungsi media jika digunakan dalam kelompok besar yaitu memotivasi, menyajikan informasi, dan memberi instruksi. d. Manfaat Media Pembelajaran Kemp dan Dayton Arsyad, 2010: 21, mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media, diantaranya: 1. Penyampaian pembelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan dan aplikasi lebih lanjut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan kerunrutan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan berpikir, yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat. 3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan. Secara khusus media pembelajaran memiliki beberapa manfaat diantaranya: 1. Menangkap suatu obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu peristiwa-peristiwa penting atau obyek yang langkah dapat diabadikan dengan foto, film atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa itu dapat disimpan dan digunakan manakala diperlukan. 2. Memanipulasi keadaan, peristiwa atau obyek tertentu Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi kongkret sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme. Untuk memanipulasi keadaan, juga media pembelajaran dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menampilkan suatu proses atau gerakan yang terlalu cepat yang sulit diikuti. 3. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa. Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang manfaat media pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa media memiliki manfaat diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi atau pesan yang baku, dalam hal ini penggunaan media menjadikan siswa tidak menerima pesan yang salah. 2. Menarik perhatian. Dalam hal ini media membantu guru dalam menarik minat siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. 3. Memanipulasi keadaan. Dalam pembelajaran sering guru menyampaikan pesan secara abstrak, namun dengan menggunakan media siswa dapat menerima pesan dari hal yang kongkret. Sebagai contoh dalam pembelajaran tentang proses pencangkokan, jika guru hanya menggunakan power point dan gambar siswa hanya menerima pesan abstrak, sedangkan jika guru menggunakan media alam, misalnya pohon maka siswa mendapatkan pesan kongkret. e. Kriteria pemilihan media Eli Sadiman, 2009: 85, mengemukakan pendapat mengenai kriteria pemilihan media diantaranya adalah 1 media apa saja yang ada 2 berapa harganya 3 berapa lama diperlukan untuk mendapatkannya 4 format apa yang memenuhi selera pemakai. Selain Eli, Dick dan Carey ada empat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media 1. Ketersediaan sumber setempat. Bila tidak tersedia media di suatu tempat, maka harus dibuat sendiri. 2. Adanya dana, tenaga dan fasilitas untuk membeli atau memproduksi media tersebut. 3. Keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media. Media diharapkan dapat digunakan di mana pun dengan peralatan tang ada di sekitarnya dan kapanpun serta mudah dalam proses mobilisasi. 4. Efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang. Ada media yang mahal dalam produksi namun dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang, begitu pula sebaliknya ada media yang murah dalam produksi namun setiap saat materinya berganti. Arsyad, 2010: 75, mengemukakan pendapatnya berkaitan dengan kriteria pemilihan media, yaitu sebagai berikut: 1. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada sala satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan atau dipertunjukkan oleh siswa, seperti menghafal, melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian prinsip-prinsip seperti sebab dan akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsep-konsep atau hubungan-hubungan perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi. 2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan grafik memerlukan simbol dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu memerlukan proses dan keterampilan mental yang berbeda untuk memahaminya. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa. misalnya televisi, tepat untuk mempertunjukkan proses dan transformasi yang memerlukan manipulasi ruang dan waktu. 3. Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, dan sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu lama untuk memproduksinya, bukanlah jaminan sebagai media yang terbaik. Kriteria ini menuntun para guru atau instruktur untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan di manapun dan kapanpun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa ke mana-mana. 4. Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI proses pembelajaran. Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya. 5. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan dalam kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil dan perorangan. 6. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambaran maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang. Berdasarkan pendapat ahli tentang kriteria pemilihan media, dapat diketahui bahwa media bilik pencangkokan telah memenuhi seluruh kriteria diantaranya: 1. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini media bilik pencangkokan memuat mock up pohon dari proses pencangkokan dilengkapi dengan keterangannya, media ini dapat membantu siswa untuk lebih memahami cara mencangkok yang selama ini dipelajari secara abstrak. 2. Tepat untuk kegiatan pembelajaran. 3. Praktis, luwes dan bertahan. Media bilik pencangkokan terdiri atas, bilik, mock up pohon, dan keterangan. Bilik pencangkokan terbuat dari papan dan tripleks sedangkan mock up pohon terbuat dari kayu dan dilapisi kain flanel, sedangkan keterangan terbuat dari papan bulat dan persegi. 4. Pengelompokan sasaran. Media bilik pencangkokan dapat digunakan untuk kelompok kecil maupun besar, hal ini dikarenakan media bilik pencangkokan memiliki ukuran yang besar juga dalam kegiatan pembelajaran dapat dimanfaatkan sebagai media permainan. 5. Mutu teknis. Media bilik pencangkokan memiliki mock up dari pohon yang digunakan sebagai tempat pencangkokan oleh karena itu media ini memiliki visualisasi yang bagus, baik dari mock up pohon, keterangan, maupun biliknya. 2. Media Bilik Pencangkokan Berdasarkan asal katanya media artinya sarana atau alat Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, 2008: 441 adapun berdasarkan asal katanya bilik artinya ruangan kecil atau kamar Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, 2008: 135, sedangkan pencangkokan dengan kata dasar cangkok berdasarkan asal katanya memiliki arti membuat cabang dahan menjadi akar Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, 2008: 160. Dapat disimpulkan bahwa media bilik pencangkokan artinya sarana atau alat yang memiliki ruangan kecil tempat membuat cabang dahan menjadi akar. Media bilik pencangkokan merupakan media untuk membantu siswa dalam memahami materi proses pencangkokan. Media bilik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pencangkokan ini juga membantu guru dalam menjelaskan materi proses pencangkokan. Media bilik pencangkokan merupakan gabungan dari tiga bagian yaitu bilik, mock up pohon dan keterangannya. Alas bilik terbuat dari papan dengan ketebalan 2 cm dan dindingnya terbuat dari tripleks dengan ketebalan 4 mm. Mock up pohon terbuat dari kayu dilapisi dengan kain flanel tebal berwarna coklat. Selain itu daunnya terbuat dari kulit botol bekas dan dilapisi kembali dengan kain flanel berwarna hijau. Media bilik pencangkokan juga memiliki keterangan yang alasnya terbuat dari papan dengan tebal 0,5 mm. 3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Siswa kelas III memiliki karakteristik fisik maupun emosional berbeda pada tiap tahap perkembangannya. Apabila mengacu pada tahap perkembangan Desmita, 2009: 35, maka siswa sekolah dasar berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah 6-9 tahun, dan masa kanak-kanak akhir 10-12 tahun. Siswa dengan usia ini senang bermain, bergerak, bekerja dalam kelompok, dan merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung, oleh karena itu guru harus mampu menciptakan suasana belajar aktif, dimana siswa dapat bergerak, terlibat aktif langsung, melakukan permainan dan bekerja sama. Havigurts Desmita, 2009: 35 mengungkapkan tugas perkembangan siswa sekolah dasar yang meliputi: 1. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik, 2. Membina hidup sehat, 3. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin. 2. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat. 3. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berfikir efektif. 4. Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai. 5. Mencapai kemandirian pribadi. 4. Pengembangan Media Dalam skripsi ini, peneliti mengembangkan media konvensional yaitu bilik pencangkokan. Media ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi proses pencangkokan. Media bilik pencangkokan, merupakan hasil pegembangan antara media mock up dan REPALING Replika Papan Lingkaran. Media ini diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami materi proses pencangkokan. Dalam pengembangan media ini, peneliti juga melengkapinya dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kerja siswa. 5. Materi Pokok Materi pokok atau materi pembelajaran merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik melalui proses pembelajaran. Majid, 2014: 112, menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan materi pokok, yaitu: a Potensi peserta didik, b Relevansi materi pokok dengan KI dan KD, c Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik, d Kebermanfaatan bagi peserta didik, e Struktur keilmuan, f Kedalaman dan keluasan materi, g Relevansi dengan kebutuhan peserta didik, dan h Alokasi waktu.

B. Penelitian yang Relevan