Pengembangan media bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan NTK siswa kelas III sekolah dasar.

(1)

1

PENGEMBANGAN MEDIA BILIK PENCANGKOKAN PADA MATERI PROSES PENCANGKOKAN UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

Lusiana Faustina Suba Boro Universitas Sanata Dharma

2017

Kebutuhan guru pada media pembelajaran konvensional yang dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dan juga sesuai dengan kriteria, menjadi alasan dilakukannya penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa media pembelajaran konvensional bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan dari hasil modifikasi antara model Borg and Gall dalam Sugiyono (2015:298) . Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima langkah yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi ahli, dan 5) revisi produk hasil validasi hingga menghasilkan produk berupa media pembelajaran bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar. Instrumen dalam penelitian ini berupa daftar pertanyaan wawancara dan lembar kuisioner, wawancara dilakukan untuk menganalisis kebutuhan guru kelas III berkaitan dengan media pembelajaran konvensional. Sedangkan kuisioner digunakan untuk menilai kelayakan atau kualitas media bilik pencangkokan oleh dua pakar media pembelajaran dan dua guru kelas III sekolah dasar.

Validasi media bilik pencangkokan berpedoman pada 13 aspek penilaian yang dikategorikan dalam beberapa kategori diantaranya 1) aspek isi atau konten, 2) penggunaan atau penyajian, dan 3) keterkaiatan dengan materi. Validasi dari dua pakar media pembelajaran memperoleh nilai 4,61 (sangat baik) dan 4,46 (sangat baik) begitu pula dari dua guru kelas III, diperoleh nilai dari masing-masing guru yaitu 4,46 (sangat baik). Berdasarkan keempat nilai ini diperolehlah nilai rata-rata 4,49 yang masuk dalam kriteria sangat baik. Dengan demikian media bilik pencangkokan telah layak digunakan untuk ujicoba dalam kegiatan pembelajaran di kelas III sekolah dasar.


(2)

2 ABSTRACT

MEDIA DEVELOPMENT PLANT ROOM TRANSPLANTATION AT A PLANT TRANSPLANTATION PROCESS MATERIAL FOR THIRD GRADE STUDENT ELEMENTARY SCHOOL

Lusiana Faustina Suba Boro Sanata Dharma University

2017

Teacher necesary for conventional learning material that can help students to reach the purpose of learning and also appropriate with the criteria, becoming the reason for doing the research. The purpose of the research is having the conventional learning material in plant transplantation process for third grade student elementary school.

This research is the kind of research and development that modification Borg and Gall models based on Sugiyono (2015:298). Development prosedures thet use in the study include 5 steps: 1) problem analysis, 2) data collection, 3) product design, 4) validation expert, and 5) product revition of validation until having the product of plant room transplantation at a transplantation process material for third grade student elementary school. The research instrument are interview question and questionnaires sheet, interview was done to analys the third grade teacher necesary about conventional learning material. The questionnaires was done to evaluating the quality of plant room transplantation by two learning materials specialist and two teacher from trird grade elementary student.

Validation plant room transplantation based on 13 aspects of assessment which are classified in several categories including 1) content aspect, 2) the use or presentation, and 3) the material reletionship. The validations by two learning material specialist obtain a value of 4,61 (very good), and 4,46 (very good) as well as of two teacher from third grade , of each teacher are 4,46 (very good). Based on this four results, can achieved mean value 4,49 including criteria very good. Thus plant room transplantation has been worth for trial and learning activities in third grade elementary school.


(3)

i

UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Lusiana Faustina Suba Boro NIM. 131134250

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI (PPGT) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan yang Maha Esa sumber segala hidup

Tak ada kata yang cukup untuk mengungkapkan syukurku

Bapak Faustinus Suba Boro dan Mama Maria Goretti Ima

Atas cinta dan motivasi

Terima kasih untuk semua doa yang tidak pernah berhenti kalian daraskan

Kakak Hendrika Faustina Suba Boro dan adik Eugenius Suba Boro

Untuk cinta dan motivasi sampai sekarang

Kakek Bernadus Nai, Kakek Modestus Nggalang (Alm),

Kakek Yoseph Sono (Alm), Nenek Maria Nona, Nenek Yustina Ongge,

Nenek Yuliana Nora

dan

Seluruh keluarga besarku

Atas motivasi dan dukungan

Teman-teman PPGT angkatan 2013

Yang selalu memberikan motivasi, perhatian, semangat, dan kebersamaan

Kakak-kakak PPGT angkatan 2012

Yang selalu memberikan contoh dan dukungan


(7)

v

Dewi Paokuma, Kakak Hermin, Rahmania Dasi, Sofia Wangge, Hilda Lena, Lendra

Harven, Roni Sadur, Astin Ndouk, Gustin Rindu, dan Serlin Mugi.

Yang selalu mendukung, memberikan dorongan dan selalu ada dalam suka dan duka

Dosen-dosen terbaik

Pak Puji, Ibu Maslichah, Pak Paulus Wahana, Ibu Ika, Pak Galih, Pak Rohandi, Ibu

Maya, Ibu Agnes, Pak Rusmawan.

Atas kerja keras, kesabaran dan ide-ide cemerlang selama perkuliahan

Dan telah menjadi orang tua kedua bagi mahasiswa PPGT selama ini

Keluarga besar Student Residence

Pamong dan teman-teman SR

Atas perlindungan, nasihat dan kasih sayang.

Kupersembahkan karya ini

Untuk almamaterku tercinta


(8)

vi MOTTO

“Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat

Dari mulutNya datang pengetahuan dan kepandaian”

-Amsal 2: 6-

I’am not the best

But, i can be the best

-nn-

“The way to get started is to quit talking and begin doing”


(9)

Disney-vii

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Februari 2017


(10)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Lusiana Faustina Suba Boro

Nomor Mahasiswa : 131134250

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengembangan Media Bilik Pencangkokan Pada Materi Proses Pencangkokan Untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 17 Februari 2017

Yang menyatakan


(11)

ix

PENGEMBANGAN MEDIA BILIK PENCANGKOKAN PADA MATERI PROSES PENCANGKOKAN UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

Lusiana Faustina Suba Boro Universitas Sanata Dharma

2017

Kebutuhan guru pada media pembelajaran konvensional yang dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dan juga sesuai dengan kriteria, menjadi alasan dilakukannya penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa media pembelajaran konvensional bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan dari hasil modifikasi antara model Borg and Gall dalam Sugiyono (2015:298) . Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima langkah yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi ahli, dan 5) revisi produk hasil validasi hingga menghasilkan produk berupa media pembelajaran bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar. Instrumen dalam penelitian ini berupa daftar pertanyaan wawancara dan lembar kuisioner, wawancara dilakukan untuk menganalisis kebutuhan guru kelas III berkaitan dengan media pembelajaran konvensional. Sedangkan kuisioner digunakan untuk menilai kelayakan atau kualitas media bilik pencangkokan oleh dua pakar media pembelajaran dan dua guru kelas III sekolah dasar.

Validasi media bilik pencangkokan berpedoman pada 13 aspek penilaian yang dikategorikan dalam beberapa kategori diantaranya 1) aspek isi atau konten, 2) penggunaan atau penyajian, dan 3) keterkaiatan dengan materi. Validasi dari dua pakar media pembelajaran memperoleh nilai 4,61 (sangat baik) dan 4,46 (sangat baik) begitu pula dari dua guru kelas III, diperoleh nilai dari masing-masing guru yaitu 4,46 (sangat baik). Berdasarkan keempat nilai ini diperolehlah nilai rata-rata 4,49 yang masuk dalam kriteria sangat baik. Dengan demikian media bilik pencangkokan telah layak digunakan untuk ujicoba dalam kegiatan pembelajaran di kelas III sekolah dasar.


(12)

x ABSTRACT

MEDIA DEVELOPMENT PLANT ROOM TRANSPLANTATION AT A PLANT TRANSPLANTATION PROCESS MATERIAL

FOR THIRD GRADE STUDENT ELEMENTARY SCHOOL

Lusiana Faustina Suba Boro Sanata Dharma University

2017

Teacher necesary for conventional learning material that can help students to reach the purpose of learning and also appropriate with the criteria, becoming the reason for doing the research. The purpose of the research is having the conventional learning material in plant transplantation process for third grade student elementary school.

This research is the kind of research and development that modification Borg and Gall models based on Sugiyono (2015:298). Development prosedures thet use in the study include 5 steps: 1) problem analysis, 2) data collection, 3) product design, 4) validation expert, and 5) product revition of validation until having the product of plant room transplantation at a transplantation process material for third grade student elementary school. The research instrument are interview question and questionnaires sheet, interview was done to analys the third grade teacher necesary about conventional learning material. The questionnaires was done to evaluating the quality of plant room transplantation by two learning materials specialist and two teacher from trird grade elementary student.

Validation plant room transplantation based on 13 aspects of assessment which are classified in several categories including 1) content aspect, 2) the use or presentation, and 3) the material reletionship. The validations by two learning material specialist obtain a value of 4,61 (very good), and 4,46 (very good) as well as of two teacher from third grade , of each teacher are 4,46 (very good). Based on this four results, can achieved mean value 4,49 including criteria very good. Thus plant room transplantation has been worth for trial and learning activities in third grade elementary school.


(13)

xi

Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat, dan bimbinganNya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Pengembangan Media Bilik Pencangkokan Pada Materi Proses Pencangkokan Untuk Siswa

Kelas III Sekolah Dasar” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini, peneliti banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku koordinator PPGT dan juga validator pakar media pembelajaran bilik pencangkokan yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi media pembelajaran.

5. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberi dukungan serta masukan yang positif sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku validator pakar media pembelajaran bilik pencangkokan yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi media pembelajaran.

7. Para dosen dan staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.

8. Sarjono, S.Pd.,SD. selaku Kepala Sekolah SD Negeri Kalasan 1 yang telah memberikan bantuan kepada peneliti selama penelitian di sekolah.

9. Erviana Pramitasari, S.Pd. selaku guru validator media bilik pencangkokan sekaligus Wali Kelas III A SD Negeri Kalasan 1 yang telah membantu peneliti semenjak proses wawancara hingga validasi.


(14)

xii

10. Purwanti, S.Pd. selaku guru validator media bilik pencangkokan sekaligus Wali Kelas III B SD Negeri Kalasan 1 yang telah membantu peneliti.

11. Landung Hardana, S.Pd,SD. selaku guru kelas IV SD Negeri Kalasan 1 yang telah membantu peneliti dalam kegiatan wawancara.

12. Bapak Faustinus Suba Boro dan mama Maria Goretti Ima tercinta, atas segala dukungan dan doa yang tak hentinya kalian daraskan.

13. Kakak Hendrika Faustina Suba Boro dan adik Eugenius Suba Boro atas dukungan dan motivasinya,

14. Kakek dan nenek serta keluarga besar, atas dukungannya selama ini.

15. Teman-teman PPGT angkatan 2013 atas motivasi, kebersamaan dan perjuangan selama ini.

16. Teman-teman tercinta kakak Susan, Roni, Rahma, Sofia, Hilda, Lendra, Astin, Gustin, Dewi, dan Serlin atas bantuan dan motivasi yang diberikan.

17. Keluarga besar Student Residence, para pamong dan teman-teman, telah menjadi keluarga kedua bagi peneliti.

18. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan, karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan selamat membaca, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 17 Februari 2017

Peneliti


(15)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 5

D.Manfaat Penelitian ... 5

E.Batasan Istilah ... 6

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A.Kajian Pustaka ... 10

1. Media Pembelajaran Konvensional ... 10

a. Pengertian ... 10


(16)

xiv

c. Fungsi Media Pembelajaran ... 16

d. Manfaat Media Pembelajaran ... 18

e. Kriteria Pemilihan Media ... 20

2. Media Bilik Pencangkokan ... 24

3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 25

4. Pengembangan Media ... 26

5. Materi Pokok ... 26

B.Penelitian yang Relevan ... 27

C.Kerangka Berpikir ... 29

D.Pertanyaan Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 32

B.Setting Penelitian ... 38

C.Prosedur Pengembangan ... 40

D.Teknik Pengumpulan data ... 43

E.Instrumen Penelitian ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 55

B.Pembahasan ... 60

C.Data Hasil Validasi Pakar Media Pembelajaran ... 63

D.Data Hasil Validasi Guru Kelas III dan Revisi Produk ... 65

E.Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 67

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 76

B.Keterbatasan Pengembangan ... 76

C.Saran ... 77

DAFTAR REFERENSI ... 78

LAMPIRAN ... 80

BIODATA PENULIS ... 195


(17)

xv

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 39

Tabel 3.2 Instrumen Survei Kebutuhan ... 45

Tabel 3.3 Lembar Kuisioner Instrumen Validasi Produk Oleh Pakar Media Pembelajaran dan Guru ... 47

Tabel 3.4 Kriteria kelayakan ... 48

Tabel 3.5 Konversi Nilai Skala Lima ... 51

Tabel 3.6 Kriteria Skor Skala Lima ... 53

Tabel 4.1 Komentar dan Saran Perbaikan Serta Revisi Produk ... 65


(18)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir ... 30

Bagan 3.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode Penelitian Dan Pengembangan ... 35


(19)

xvii

Gambar 4.1 Produk awal bilik pencangkokan ... 62

Gambar 4.2 Produk awal mock up pohon ... 63

Gambar 4.3 Produk awal papan keterangan ... 63

Gambar 4.4 mock up pohon tanpa akar ... 66

Gambar 4.5 mock up pohon setelah diberi akar ... 66

Gambar 4.6 Potensial untuk mencapai tujuan pembelajaran ... 70

Gambar 4.7 Potensial merangsang semangat siswa ... 70

Gambar 4.8 Dapat digunakan berulang-ulang ... 71

Gambar 4.9 Sesuai dengan karakteristik siswa ... 71

Gambar 4.10 Memiliki konsep yang jelas ... 72

Gambar 4.11 Memungkinkan komunikasi yang efektif ... 72

Gambar 4.12 Memiliki bentuk yang jelas ... 73

Gambar 4.13 Warna menarik ... 73

Gambar 4.14 Media bilik pencangkokan memuat mock up dan papan keterangan ... 74

Gambar 4.15 Bilik (ruang) media Bilik Pencangkokan ... 74

Gambar 4.16 Mock up pohon ... 74


(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Observasi dan Wawancara ... 81

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Wawancara ... 84

Lampiran 3 Surat Izin Validasi ... . ... 86

Lampiran 4 ...Lampiran Wawancara Analisis Kebutuhan ... 88

Lampiran 5 ... Data Mentah Hasil Validasi Pakar Media ... 92

Lampiran 6 ... Data Mentah Hasil Validasi Guru Kelas III ... 99


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses pemanusiaan manusia, menurut Driyarkara (Sudiarja, 2006: 326). Dalam perjalanannya pendidikan di Indonesia masih memegang teguh konsep pendidikan lama atau paradigma lama, hal ini menjadikan siswa sebagai celengan yang cenderung pasif sedangkan guru menjadi satu-satunya pihak yang aktif dalam kegiatan belajar. Guru menjadi subyek dan obyek dari pendidikan, dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tanpa memperhatikan kegiatan siswa selain menulis, membaca, dan berdiskusi. Hal inilah yang lumrah tergambar dalam wajah pendidikan Indonesia, guru menyampaikan materi, siswa menerima bagaikan celengan kosong dan penuh pada saatnya nanti. Paradigma pendidikan lama ini menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi tidak bermakna, siswa cenderung ingin pulang lebih cepat karena alasan bosan.

Paradigma pendidikan baru adalah konsep pendidikan dengan siswa menjadi central sekaligus subyek dan obyek dalam kegiatan pembelajaran. Siswa bukanlah sebuah celengan kosong yang siap diisi namun siswa menjadi perancang, pelaksana dan pengevalusi kegiatan pembelajaran. Tujuan pendidikan Indonesia menurut UU No. 23 Tahun 2003 pasal 45 ayat

1 berbunyi “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan


(22)

pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial

emosional, dan kejiwaan peserta didik“. Sarana prasarana pendidikan dalam

hal ini meliputi alat pelajaran, alat peraga, dan media pendidikan.

Media pendidikan menjadi salah satu sarana dalam pengembangan kecerdasan intelektual siswa. Menurut Gagne (Sadiman, 2009: 6) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Oleh karena merupakan segala komponen dalam lingkungan siswa maka media dapat ditemukan di sekitar siswa dan dapat digunakan secara langsung oleh siswa. Namun guru sebagai pengajar wajib mengetahui terlebih dahulu penggunaan dan manfaat dari media itu agar sesuai dengan perkembangan siswa.

Media merupakan segala cara dan sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam rangka membantu peningkatan pemahaman siswa akan materi yang diajarkan. Media yang dibuat harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan materi yang diajarkan. Ketepatan pemilihan media akan sangat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran media harus dapat digunakan secara tepat dan sesuai dalam hal ini adalah ketepatan dalam penggunaan.

Media pada awalnya hanya merupakan alat bantu mengajar dan lebih menekankan pada pengembangan media visual seperti gambar, model, obyek langsung, dan alat-alat yang dapat memberikan pengalaman kongkret dan memotivasi siswa dalam belajar (Sadiman, 2009: 7). Namun dalam perkembangannya media mengalami kemajuan bersamaan dengan


(23)

munculnya alat teknologi dan komunikasi yang lebih modern, hal ini tidak menghilangkan media gambar, model, obyek dan lainnya melainkan teknologi sebagai pelengkap dari pengembangan media secara umum.

Media berawal dari gambar dan model kemudian dikembangkan menjadi bahan tiruan, mock up, replika, dan dioroma. Hal ini menunjukkan perkembangan media yang pesat sekaligus ramah lingkungan, karena ternyata pembuatan media dapat menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar guru maupun siswa.

Sub tema merupakan penjabaran dari tema yang bersifat khusus. Dalam kurikulum 2013 identik dengan subtema dan dari subtema tersebut memiliki keterkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Materi merupakan semua komponen kognitif dalam pembelajaran yang harus dipenuhi siswa untuk mencapai standart kompetensi yang telah ditetapkan, (Sadiman, 2009: 8).

Guru sebagai penyelenggara pendidikan diharapkan dapat menyajikan materi secara kreatif, artinya tidak hanya bertolak dari buku melainkan juga dari pengalaman kongkret siswa maupun hasil refleksi antara guru dan siswa. Materi yang disampaikan atau disajikanpun tidak keluar dari konteks, sehingga pemahaman siswa akan materi yang diajarkan semakin baik.

Guru yang baik adalah guru yang mampu menjadikan kegiatan pembelajaran bermakna bagi siswa dan yang mampu menyajikan materi secara baik dan menyenangkan.


(24)

Kenyataannya, kapasistas penggunaan media sangatlah minim. Hal ini dibuktikan melalui kegiatan wawancara terhadap guru wali kelas III SDN Kalasan 1 dengan inisial L, penulis memperoleh jawaban bahwa penggunaan media masih kurang. Penggunaan media pada beberapa mata pelajaran di kelas III membuat siswa lebih aktif, kreatif dan senang karena mereka dapat terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam penggunaan media di SDN Kalasan 1, penulis memperoleh informasi bahwa guru lebih banyak menggunakan media ICT khususnya powerpoint sehingga siswa kurang berpartisispasi secara aktif dalam pembelajaran. Pengembangan media pembelajaran tidak harus mengeluarkan biaya, waktu dan tenaga yang besar, asalkan guru memiliki kreativitas untuk memadukan materi pelajaran, alat dan bahan di sekitar serta kemampuan siswa agar media yang dirancang dapat bermanfaat dan berdayaguna dalam pelaksanan pembelajaran.

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan penulis dan berdasarkan hasil wawancara, penulis dapat mengetahui bahwa kapasitas penggunaan media konvensional pada materi proses pencangkokan masih sangat minim sehingga kurangnya pemahaman siswa akan materi, maka penulis memberikan solusi dengan mengembangkan media pembelajaran bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar.


(25)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dari pengembangan media ini adalah:

1. Bagaimana mengembangkan media pembelajaran bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar? 2. Bagaimana kualitas produk media pembelajaran bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar? C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan media pembelajaran bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar.

2. Untuk mendeskripsikan tingkat kualitas produk pengembangan media pembelajaran bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian dan pengembangan ini diantaranya adalah:

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian dan pengembangan ini dapat menjadi sarana penambah pengetahuan dan pengalaman berkaitan dengan pengembangan media bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar.


(26)

2. Bagi Guru

Pengembangan media pembelajaran bilik pencangkokan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar khususnya pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar.

3. Bagi Sekolah

Penelitian dan pengembangan ini dapat menjadi referensi bagi sekolah dalam mengembangkan media pembelajaran bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar. 4. Bagi Prodi PGSD

Penelitian dan pengembangan ini dapat menambah pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma terkait pengembangan media pembelajaran bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar.

E. Batasan Istilah

1. Media pembelajaran merupakan seperangkat peralatan yang digunakan sebagai alat bantu mengajar yang bersifat sebagai perantara atau pengantar pesan dari pembicara kepada pendengar.

2. Media pembelajaran bilik pencangkokan merupakan salah satu media tiga dimensi atau media yang memiliki bentuk menyerupai benda asli. 3. Perkembangbiakan buatan tumbuhan adalah perkembangbiakan secara

tak kawin pada tumbuhan yang sengaja dilakukan manusia atau dengan bantuan manusia.


(27)

4. Mencangkok adalah memperbanyak tumbuhan dengan cara memotong dahan tumbuhan induknya.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai berikut: 1. Media bilik pencangkokan potensial untuk mencapai tujuan

pembelajaran. dimana siswa dapat memahami konsep dari proses pencangkokan dari langkah pertama sampai terakhir.

2. Potensial membangun dan merangsang semangat siswa dalam belajar. Media bilik pencangkokan memiliki bentuk yang unik baik dari biliknya, mock up pohon, dan keterangannya.

3. Dapat digunakan berulang-ulang. Media bilik pencangkokan merupakan gabungan dari tiga bagian yaitu bilik, mock up pohon dan keterangannya. Alas bilik terbuat dari papan dengan ketebalan 2 cm dan dindingnya terbuat dari tripleks dengan ketebalan 4 mm. Mock up pohon terbuat dari kayu dilapisi dengan kain flanel tebal berwarna coklat. Selain itu daunnya terbuat dari kulit botol bekas dan dilapisi kembali dengan kain flanel berwarna hijau. Media bilik pencangkokan juga memiliki keterangan yang alasnya terbuat dari papan dengan tebal 0,5 mm. Artinya media bilik pencangkokan kuat dan tahan lama. 4. Media bilik pencangkokan memiliki 6 bilik, dimana setiap bilik


(28)

5. Media bilik pencangkokan mudah dibawa ke mana-mana. Media bilik pencangkokan ini didesain untuk dapat dibawa ke mana-mana, karena tidak terlalu besar dan ringan.

6. Media bilik pencangkokan sesuai dengan karakteristik anak kelas III sekolah dasar. Hal ini dikarenakan media bilik pencangkokan memiliki bentuk dan warna yang menarik, selain itu media ini memiliki jenis permainan yang cocok untuk anak SD.

7. Berdasarkan konsep yang jelas, artinya media bilik pencangkokan mampu menjelaskan konsep dari proses pencangkokan yang masih abstrak. Mock up pohon menggambarkan dengan jelas proses pencangkokan ditambah dengan keterangan yang memuat bahasa Indonesia sederhana dan mudah dipahami siswa.

8. Dapat digunakan untuk komunikasi yang efektif. Media bilik pencangkokan ini memuat mock up sekaligus kalimat yang mudah dipahami siswa. Selain itu mock up juga berfungsi melatih anak menggunakan bahasa sendiri dalam menjelaskan sesuatu.

9. Memiliki bentuk yang jelas. Maksudnya media bilik pencangkokan yang merupakan mock up memiliki bentuk pohon yang jelas termaksud batang, dahan, dan daunnya.

10. Warnanya menarik. Media bilik pencangkokan memiliki warna yang menarik, perpaduan dari warna hijau muda, emas (gold), hijau tua dan coklat, yang merupakan warna-warna primer dan sekunder serta disukai anak-anak.


(29)

11. Media bilik pencangkokan di dalamnya meliputi: a. Mock up pohon

b. Keterangan proses pencangkokan 12. Media bilik pencangkokan, terdiri atas:

a. Bilik (ruang), yang menjadi tempat diletakannya mock up pohon dan papan keterangan proses pencangkokan

b. Mock up pohon

c. Keterangan, terbuat dari papan tipis yang beisi keterangan dari mock up pohon dalam hal ini proses pencangkokannya.

13. Media bilik pencangkokan memiliki buku petunjuk untuk tiap muatan pelajaran dan juga kegiatan permainan.


(30)

10 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Media Pembelajaran Konvensional a. Pengertian

Smaldino, Sharon, dkk, 2011: 7 menyatakan secara harafiah atau asal katanya, media berasal dari bahasa Latin medium (antara) dan merupakan bentuk jamak dari perantara (medium). Istilah ini merujuk pada apa saja yang membawa informasi antara sebuah sumber dan sebuah penerima.

Webster Dictionary (Anitah, 2010: 4), mengemukakan bahwa media atau medium adalah segala sesuatu yang terletak di tengah dalam bentuk jenjang, atau alat apa saja yang digunakan sebagai perantara atau penghubung dua pihak atau dua hal.

AECT (Association of Educational and Communication Technology) (Sanaky 2013: 4), memberikan batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Menurut Gagne (Sadiman, 2009: 6) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Oleh karena merupakan segala komponen dalam lingkungan siswa maka media dapat ditemukan di sekitar siswa dan dapat digunakan secara langsung oleh siswa. Namun guru sebagai pengajar wajib mengetahui terlebih dahulu penggunaan dan manfaat dari


(31)

cara atau sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam rangka membantu peningkatan pemahaman siswa akan materi yang diajarkan.

Media yang dibuat harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan materi yang diajarkan. Ketepatan pemilihan media akan sangat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran media harus dapat digunakan secara tepat dan sesuai dalam hal ini adalah ketepatan dalam penggunaan dan juga kesesuaian dengan materi yang akan diajarkan.

(Sadiman 2009: 6) media pada awalnya hanya merupakan alat bantu mengajar dan lebih menekankan pada pengembangan media visual seperti gambar, model, obyek, dan alat-alat yang dapat memberikan pengalaman kongkret dan memotivasi siswa dalam belajar.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala komponen yang berada di sekitar siswa yang bertujuan sebagai medium atau perantara pesan yang dapat memotivasi siswa dalam belajar.

b. Jenis

Media pembelajaran (Sukiman, 2012: 44) merupakan komponen pembelajaran yang meliputi bahan dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan, media pembelajaran terus mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis format, dengan masing-masing ciri dan kemampuannya masing-masing.


(32)

Beberapa ahli telah mencoba mengklasifikasikan media pembelajaran ke dalam bentuk taksonomi media. Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual, dan gerak.

Sadiman (Sukiman, 2012: 45) mengemukakan bahwa beberapa ahli lainnya seperti Gagne, Brigss, Edling, dan Allen membuat taksonomi media dengan pertimbangan yang lebih berfokus pada proses dan interaksi dalam belajar dari pada sifat media itu sendiri. Gagne mengelompokkan media berdasarkan tingkat hierarki belajar yang dikembangkannya, yaitu benda untuk didemonstasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Sedangkan Brigss mengklasifikasikan media menjadi 13 (tiga belas) berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media dengan karakteristik siswa. ketiga belas media tersebut adalah obyek atau benda nyata, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai, film (16 mm), film rangkai, televisi, dan gambar (grafis).

Djamarah dan Zain (2006: 124), membagi media ke dalam beberapa bagian yaitu:

1) Dilihat dari jenisnya

a) Media auditif, merupakan media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, tape recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk penyandang tuna rungu.


(33)

pengelihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.

c) Media audiovisual, adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media. Media ini dibagi kembali ke dalam:

i) Audiovisual diam dan ii) Audiovisual gerak

2) Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam: a) Media dengan daya liput luas dan serentak

Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama.

Contoh: radio dan televisi

b) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slides, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.


(34)

c) Media untuk pengajaran individual

Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri, termaksud media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.

3) Dilihat dari bahan pembuatannya

a) Media sederhana, merupakan media yang bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit

b) Media kompleks, merupakan media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta harganya mahal, sulit pembuatannya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan pemakainya.

Munadi, 2010: 107, menyampaikan pendapatnya tentang benda asli dan benda tiruan (model). Benda asli dan benda tiruan dapat dipilih penggunaannya dalam pengajaran apabila dilihat berdasarkan tujuannya, setidaknya ada tiga macam benda asli, diantaranya:

1) Unmodified real thing adalah benda sebenarnya, sebagaimana adanya, tanpa perubahan, kecuali hanya dipindahkan dari tempat aslinya. Benda-benda ini memiliki ciri dapat digunakan, hidup, dalam ukuran yang normal, dapat dikenal dengan nama sebenarnya. Contoh anak ayam yang hidup.

2) Modified real thing, kategori ini termaksud mock up (replika/tiruan/imitasi), miniatur dan cutaways (potongan-potongan).


(35)

disederhanakan, yang dibuat hanya bagian penting saja. Mock up sangat efektif untuk belajar, karena disamping dapat mengkongkritkan yang abstrak juga dapat dapat menarik perhatian. Contoh benda tiruan bola langit/tata surya.

3) Specimens, merupakan media yang kadang tidak dimodifikasi dan biasanya merupakan bagian dari lingkungan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli peneliti dapat mengklasifikasikan media bilik pencangkokan ke dalam jenis media berdasarkan:

1) Berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan, media bilik pencangkokan termaksud media model

2) Dilihat dari jenisnya, media bilik pencangkokan termaksud media visual karena memanfaatkan indera penglihatan.

3) Dilihat dari daya liputnya, media bilik pencangkokan termaksud daya liput luas dan serentak karena penggunaan media ini untuk satu kelas karena dapat dimanfaatkan melalui kegiatan permainan.

4) Dilihat dari bahan pembuatannya, media bilik pencangkokan masuk dalam media sederhana karena bahannya yang mudah didapat dan penggunaannya yang tidak merepotkan.

5) Berdasarkan pembagian benda asli dan tiruan, media bilik pencangkokan termaksud dalam mock up karena media ini merupakan tiruan benda asli namun hanya bagian penting atau diperlukan saja,


(36)

media bilik pencangkokan dapat membantu siswa merealisasikan teori yang dianggap abstrak ke dalam sesuatu yang lebih nyata atau real. c. Fungsi Media Pembelajaran

Levie dan Lentz (Kustandi dan Sutjipto, 2011: 19-20), mengemukakan pendapat tentang fungsi media pembelajaran khususnya media visual, yang terdiri dari 4 fungsi yaitu:

1) Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Sering kali pada awal pelajaran atau materi pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.

2) Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat mengunggah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.

3) Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

4) Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian media visual memberikan konteks untuk memahami teks


(37)

mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Kemp dan Dayton (Kustandi dan Sutjipto, 2011: 20), menyatakan pemikiran tentang fungsi media pembelajaran yaitu, media pembelajaran akan memenuhi tiga fungsi utama jika digunakan oleh perorangan, kelompok, atau kelompok yang besar jumlahnya, yaitu dalam hal 1) Memotivasi minat dan tindakan, 2) Menyajikan informasi, 3) Memberi instruksi. Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Sedangkan untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi di hadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula dalam bentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa media bilik pencangkokan mencakup semua fungsi di atas, seperti:

1) Fungsi Atensi, media bilik pencangkokan memiliki bentuk yang menarik dan dapat mengarahkan konsentrasi siswa untuk memahami materi, karena media ini memiliki bentuk seperti labirin dan juga seperti papan berputar.

2) Fungsi afektif, media bilik pencangkokan memiliki keterangan pada tiap bilik dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa,


(38)

media ini juga memiliki bentuk yang menarik sehingga siswa dapat mempelajari proses pencangkokan sekaligus kegiatan membaca dengan menyenangkan.

3) Fungsi kognitif, dilihat dari penggambaran secara jelas proses pencangkokan lewat miniatur pohon yang dibuat.

4) Fungsi kompensatoris, media ini dapat membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk menemukan kata-katanya sendiri untuk menjelaskan proses pencangkokan dengan melihat mock up pohon yang disediakan.

Selain itu media bilik pencangkokan juga memuat ketiga fungsi media jika digunakan dalam kelompok besar yaitu memotivasi, menyajikan informasi, dan memberi instruksi.

d. Manfaat Media Pembelajaran

Kemp dan Dayton (Arsyad, 2010: 21), mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media, diantaranya:

1. Penyampaian pembelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan dan aplikasi lebih lanjut.


(39)

penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan kerunrutan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan berpikir, yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat.

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.

Secara khusus media pembelajaran memiliki beberapa manfaat diantaranya:

1. Menangkap suatu obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu

peristiwa-peristiwa penting atau obyek yang langkah dapat diabadikan dengan foto, film atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa itu dapat disimpan dan digunakan manakala diperlukan.

2. Memanipulasi keadaan, peristiwa atau obyek tertentu

Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi kongkret sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme. Untuk memanipulasi keadaan, juga media pembelajaran dapat


(40)

menampilkan suatu proses atau gerakan yang terlalu cepat yang sulit diikuti.

3. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang manfaat media pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa media memiliki manfaat diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi atau pesan yang baku, dalam hal ini penggunaan media menjadikan siswa tidak menerima pesan yang salah.

2. Menarik perhatian. Dalam hal ini media membantu guru dalam menarik minat siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

3. Memanipulasi keadaan. Dalam pembelajaran sering guru menyampaikan pesan secara abstrak, namun dengan menggunakan media siswa dapat menerima pesan dari hal yang kongkret. Sebagai contoh dalam pembelajaran tentang proses pencangkokan, jika guru hanya menggunakan power point dan gambar siswa hanya menerima pesan abstrak, sedangkan jika guru menggunakan media alam, misalnya pohon maka siswa mendapatkan pesan kongkret.

e. Kriteria pemilihan media

Eli (Sadiman, 2009: 85), mengemukakan pendapat mengenai kriteria pemilihan media diantaranya adalah (1) media apa saja yang ada (2) berapa harganya (3) berapa lama diperlukan untuk mendapatkannya (4) format apa yang memenuhi selera pemakai. Selain Eli, Dick dan


(41)

media

1. Ketersediaan sumber setempat. Bila tidak tersedia media di suatu tempat, maka harus dibuat sendiri.

2. Adanya dana, tenaga dan fasilitas untuk membeli atau memproduksi media tersebut.

3. Keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media. Media diharapkan dapat digunakan di mana pun dengan peralatan tang ada di sekitarnya dan kapanpun serta mudah dalam proses mobilisasi.

4. Efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang. Ada media yang mahal dalam produksi namun dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang, begitu pula sebaliknya ada media yang murah dalam produksi namun setiap saat materinya berganti.

Arsyad, 2010: 75, mengemukakan pendapatnya berkaitan dengan kriteria pemilihan media, yaitu sebagai berikut:

1. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada sala satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan atau dipertunjukkan oleh siswa, seperti menghafal, melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian prinsip-prinsip seperti sebab dan akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsep-konsep atau


(42)

hubungan-hubungan perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi.

2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan grafik memerlukan simbol dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu memerlukan proses dan keterampilan mental yang berbeda untuk memahaminya. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa. misalnya televisi, tepat untuk mempertunjukkan proses dan transformasi yang memerlukan manipulasi ruang dan waktu.

3. Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, dan sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu lama untuk memproduksinya, bukanlah jaminan sebagai media yang terbaik. Kriteria ini menuntun para guru atau instruktur untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan di manapun dan kapanpun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa ke mana-mana.

4. Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam


(43)

guru yang menggunakannya.

5. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan dalam kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil dan perorangan.

6. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambaran maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang.

Berdasarkan pendapat ahli tentang kriteria pemilihan media, dapat diketahui bahwa media bilik pencangkokan telah memenuhi seluruh kriteria diantaranya:

1. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini media bilik pencangkokan memuat mock up pohon dari proses pencangkokan dilengkapi dengan keterangannya, media ini dapat membantu siswa untuk lebih memahami cara mencangkok yang selama ini dipelajari secara abstrak.

2. Tepat untuk kegiatan pembelajaran.

3. Praktis, luwes dan bertahan. Media bilik pencangkokan terdiri atas, bilik, mock up pohon, dan keterangan. Bilik pencangkokan terbuat dari papan dan tripleks sedangkan mock up pohon terbuat dari kayu


(44)

dan dilapisi kain flanel, sedangkan keterangan terbuat dari papan bulat dan persegi.

4. Pengelompokan sasaran. Media bilik pencangkokan dapat digunakan untuk kelompok kecil maupun besar, hal ini dikarenakan media bilik pencangkokan memiliki ukuran yang besar juga dalam kegiatan pembelajaran dapat dimanfaatkan sebagai media permainan.

5. Mutu teknis. Media bilik pencangkokan memiliki mock up dari pohon yang digunakan sebagai tempat pencangkokan oleh karena itu media ini memiliki visualisasi yang bagus, baik dari mock up pohon, keterangan, maupun biliknya.

2. Media Bilik Pencangkokan

Berdasarkan asal katanya media artinya sarana atau alat (Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, 2008: 441) adapun berdasarkan asal katanya bilik artinya ruangan kecil atau kamar (Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, 2008: 135), sedangkan pencangkokan dengan kata dasar cangkok berdasarkan asal katanya memiliki arti membuat cabang (dahan) menjadi akar (Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, 2008: 160). Dapat disimpulkan bahwa media bilik pencangkokan artinya sarana atau alat yang memiliki ruangan kecil tempat membuat cabang (dahan) menjadi akar.

Media bilik pencangkokan merupakan media untuk membantu siswa dalam memahami materi proses pencangkokan. Media bilik


(45)

pencangkokan.

Media bilik pencangkokan merupakan gabungan dari tiga bagian yaitu bilik, mock up pohon dan keterangannya. Alas bilik terbuat dari papan dengan ketebalan 2 cm dan dindingnya terbuat dari tripleks dengan ketebalan 4 mm. Mock up pohon terbuat dari kayu dilapisi dengan kain flanel tebal berwarna coklat. Selain itu daunnya terbuat dari kulit botol bekas dan dilapisi kembali dengan kain flanel berwarna hijau. Media bilik pencangkokan juga memiliki keterangan yang alasnya terbuat dari papan dengan tebal 0,5 mm.

3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Siswa kelas III memiliki karakteristik fisik maupun emosional berbeda pada tiap tahap perkembangannya. Apabila mengacu pada tahap perkembangan (Desmita, 2009: 35), maka siswa sekolah dasar berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Siswa dengan usia ini senang bermain, bergerak, bekerja dalam kelompok, dan merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung, oleh karena itu guru harus mampu menciptakan suasana belajar aktif, dimana siswa dapat bergerak, terlibat aktif (langsung), melakukan permainan dan bekerja sama.

Havigurts (Desmita, 2009: 35) mengungkapkan tugas perkembangan siswa sekolah dasar yang meliputi:


(46)

1. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik, 2. Membina hidup sehat, 3. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin.

2. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.

3. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berfikir efektif. 4. Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai.

5. Mencapai kemandirian pribadi. 4. Pengembangan Media

Dalam skripsi ini, peneliti mengembangkan media konvensional yaitu bilik pencangkokan. Media ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi proses pencangkokan. Media bilik pencangkokan, merupakan hasil pegembangan antara media mock up dan REPALING (Replika Papan Lingkaran). Media ini diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami materi proses pencangkokan. Dalam pengembangan media ini, peneliti juga melengkapinya dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kerja siswa.

5. Materi Pokok

Materi pokok atau materi pembelajaran merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik melalui proses pembelajaran. Majid, 2014: 112, menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan materi pokok, yaitu: a) Potensi peserta


(47)

perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik, d) Kebermanfaatan bagi peserta didik, e) Struktur keilmuan, f) Kedalaman dan keluasan materi, g) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik, dan h) Alokasi waktu.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang media sangat sering dilakukan atau dilaksanakan,

namun pengembangan media konvensional “bilik pencangkokan” masih jarang dilakukan khususnya pada kurikulum 2013. Berikut adalah tiga penelitian pengembangan media pembelajaran konvensional yang relevan.

Pertama, skripsi Penerapan Media Lingkungan untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VI dalam Memahami Materi IPA pada MI YAPPI Kedungwanglu, Playen, Gunungkidul oleh Abror (2014: vii). Skripsi ini menggunakan jenis penelitian Classroom Action Research (CAR), penelitian ini menekankan pada penggunaan media lingkungan yang berada di sekitar siswa, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. pembelajaran yang dilaksanakan adalah mata pelajaran IPA khususnya materi perkembangbiakan tumbuhan.

Kedua, skripsi Pengembangan Media Pembelajaran IPA Berbasis Lectora Professional Publishing Suite Materi Cara Pencegahan Kerusakan Lingkungan Kelas IV Semester II di SD/MI oleh Rochmawan (2013: vii) ini menggunakan model pengembangan dari Reiser dan Mollenda yaitu model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation).


(48)

Pembelajaran yang digunakan adalah mata pelajaran IPA khususnya materi pencegahan kerusakan lingkungan.

Ketiga, Pengembangan Media Pembelajaran PALIBER (Papan Lingkaran Berputar) Mata Pelajaran IPA Kelas IV Sekolah Dasar oleh Listyorini (2013: vii) merupakan penelitian RnD model Borg and Gall yang terdiri dari 10 tahap pengembangan.

Dari ketiga penelitian di atas, peneliti belum melihat adanya penelitian tentang pengembangan media bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kurikulum 2013. Karena itu penelitian ini merupakan penelitian baru yang dapat dijadikan referensi bagi dunia pendidikan. Berikut adalah Literature Map yang mengaitkan tiga penelitian dengan penelitian baru yang disajikan oleh peneliti.

Bagan 2.1 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan

Penerapan Media Lingkungan untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VI dalam Memahami Materi IPA pada MI

YAPPI Kedungwanglu, Playen,

Gunungkidul.

Abror (2014 : vii)

Pengembangan Media Pembelajaran IPA Berbasis Lectora Professional

Publishing Suite Materi Cara

Pencegahan Kerusakan Lingkungan Kelas IV Semester II di SD/MI A

Rochmawan (2013: vii)

Pengembangan Media Pembelajaran Paliber (Papan Lingkaran Berputar)

Mata Pelajaran IPA Kelas IV Sekolah Dasar Listyorini (2013 : vii)

Pengembangan Media Pembelajaran Bilik

pencangkokan pada Materi

Perkembangbiakan Buatan Tumbuhan (cangkok) dalam Sub Tema Perkembangbiakan Tumbuhan Untuk Siswa

Kelas III Sekolah Dasar. Lusiana Faustina Suba Boro (2017: ix)


(49)

Kurikulum 2013 dikembangkan dalam rangka mengembangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan dan pengetahuan anak. Selain itu kurikulum 2013 menekankan pada pembelajaran yang kontekstual dengan situasi siswa sehari-hari, sehingga menuntut guru untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Kurikulum 2013 juga menekankan dalam prosesnya melibatkan beberapa mata pelajaran agar dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa. Oleh karena itu, untuk memenuhi hal tersebut guru ditutut untuk lebih kreatif dalam pembuatan perangkat pembelajaran, salah satunya adalah media pembelajaran. Media pembelajaran diharapkan dapat membantu siswa untuk mengalami pembelajaran secara kongkrit.

Pembelajaran yang kongkrit sangat ditekankan kepada siswa-siswi kelas bawah, yang salah satu diantaranya yakni Kelas III SD. Dalam pembelajarannya siswa kelas III sangat memerlukan pemanfaatan media pembelajaran terlebih khusus untuk mata pelajaran IPA yang cenderung dianggap sulit bagi siswa kelas III sekolah dasar.

Penggunaan media pembelajaran sangatlah membantu siswa dalam memahami pembelajaran secara kontekstual. Khususnya media konvensional karena lebih nyata dan dekat dengan siswa sehingga dalam penggunaannya dapat melibatkan siswa secara langsung. Hasil belajar materi IPA yang diintegrasikan dengan muatan Bahasa Indonesia untuk kelas III SDN


(50)

Kalasan 1 masih kurang dari KKM dan penyampaian materi tergolong belum optimal. Sehingga perlu adanya media pembelajaran yang mampu memvisualisasikan konsep materi pelajaran dengan baik. Melihat identifikasi masalah kebutuhan karakteristik siswa tersebut maka peneliti terlebih dahulu menyusun GBPM (Garis Besar Pembuatan Media) dalam rangka melakukan desain atau rancangan pembuatan media bilik pencangkokan, kemudian media pembelajaran konvensional dapat diproduksi.

Setelah media pembelajaran konvensional diproduksi, media harus diuji terlebih dahulu oleh ahli materi dan ahli media. Ahli materi yang dimaksud adalah guru kelas SDN Kalasan 1 yaitu guru kelas III, hal ini bertujuan memberikan penilaian, masukan, kritik dan saran agar kualiatas media menjadi lebih baik. Kemudian media pembelajaran diuji keefektifannya kepada siswa kelas III SDN Kalasan 1, namun karena keterbatasan waktu maka tidak dilakukan uji efektivitasnya di sekolah.

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir

Mata Pelajaran

Perangkat Pembelajaran

Media IPA

ICT

Konvensional

Perkembangbiakan buatan tumbuhan

Bilik Pencangkokan


(51)

Terkait dengan pengembangan media bilik pencangkokan.

1. Bagaimana pengembangan media bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar?

2. Terkait dengan kualitas media atau produk

a. Bagaimana kualitas produk media bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar menurut pakar media?

b. Bagaimana kualitas produk media bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar menurut guru SD kelas III?


(52)

33 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Borg dan Gall dalam Sugiyono (2010: 9), mengungkapkan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk penelitian. Penelitian ini mengikuti suatu langkah-langkah siklus. Langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri dari kajian tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar dimana produk tersebut akan dipakai, dan melakukan revisi terhadap uji lapangan.

Borg and Gall dalam Sanjaya (2013: 129) berpendapat bahwa produk pendidikan yang dihasilkan melalui penelitian dan pengembangan itu tidak terbatas pada bahan-bahan pelajaran seperti buku teks, film pendidikan dan lain sebagainya, akan tetapi juga bisa berbentuk prosedur atau proses seperti metode mengajar atau metode mengorganisasi pembelajaran.

Seels dan Richey, dalam Setyosari (2013: 223), penelitian pengembangan didefinisikan sebagai kajian secara sistematik untuk merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi program-program, proses dan hasil pembelajaran dan harus memenuhi kriteria konsistensi dan keefektifan secara internal.


(53)

Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development (R&D) menurut Sugiyono (2015: 407) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.

Peneliti mengembangkan sebuah media konvensional pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk kelas III SDN Kalasan 1 dalam tema pengembangbiakan hewan dan tumbuhan pada subtema pengembangbiakan tumbuhan untuk materi proses pencangkokan. Produk akan di uji coba pada semua siswa. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui kualitas media. Namun dalam pelaksanaannya, media ini tidak melalui tahapan uji coba karena keterbatasan waktu. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut.

Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) telah banyak digunakan pada bidang-bidang Ilmu Alam dan Teknik. Namun demikian metode penelitian dan pengembangan bisa juga digunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial seperti Psikologi, Sosiologi, Pendidikan, Manajemen, dan lain-lain. Penelitian dan pengembangan yang menghasilkan produk tertentu untuk bidang administrasi, pendidikan dan sosial lainnya masih rendah. Padahal banyak produk tertentu dalam bidang pendidikan dan sosial yang perlu dihasilkan melalui research dan development. Pada skripsi ini peneliti hanya


(54)

menyajikan contoh metode penelitian dan pengembangan yang dapat digunakan untuk penelitian sosial, khususnya pendidikan.

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan ditunjukan pada bagan 3.1 berikut.

Bagan 3.1 Langkah-langkah penggunaan metode Penelitian dan Pengembangan.

1. Potensi dan masalah

Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Dalam bidang sosial dan pendidikan, misalnya kita punya potensi penduduk usia kerja yang cukup banyak, sehingga melalui model pendidikan tertentu dapat diberdayakan sebagai tenaga kerja pertanian atau industri yang berbasis bahan mentah alam Indonesia. Semua potensi akan berkembang menjadi masalah bila kita tidak dapat mendayagunakan potensi-potensi tersebut. Sugiyono

(2015: 410) mengatakan “masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi”. Data tentang potensi dan masalah

tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian Potensi dan Masalah Pengumpulan Data Desain Produk Validasi Desain Uji Coba Pemakaian Revisi Produk

Revisi Produk Uji Coba Produk Revisi Desain

Produksi Massal


(55)

orang lain, atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih up to date.

2. Mengumpulkan informasi

Sugiyono (2015: 411), setelah potensi dan masalah dapat ditunjukan secara faktual dan up to date. Maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk untuk mengatasi masalah tersebut. Di sini diperlukan metode penelitian tersendiri. Metode apa yang akan digunakan untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan yang ingin dicapai.

3. Desain Produk

Sugiyono (2015: 412) mengatakan produk yang dihasilkan dalam penelitian Research and Development bermacam-macam. Dalam bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian R&D diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan. Dalam penelitian ini produk yang dihasilkan adalah media pembelajaran konvensional untuk siswa kelas III SDN Kalasan 1 mengacu Kurikulum 2013.

4. Validasi Desain

Pada langkah ini merupakan proses kegiatan untuk menilai rancangan produk. Validasi produk dapat dilakukan dengan menghadirkan beberapa pakar atau ahli yang sudah berpengalaman


(56)

untuk menilai produk yang telah dirancang. Validasi dapat dilakukan dalam forum diskusi.

5. Perbaikan Desain

Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli, selanjutnya memperbaiki desain produk yang telah diketahui kelemahannya sehingga menghasilkan produk yang lebih baik.

6. Uji Coba Produk

Pada langkah ini setelah desain divalidasi dan direvisi, selanjutnya melakukan uji coba produk. Pada tahap awal dilakukan simulasi dengan jumlah terbatas agar mengetahui keefektifan dan keefisienan produk yang telah dirancang untuk mengatasi permasalahan tersebut.

7. Revisi Produk

Sugiyono (2015: 425) setelah melakukan uji coba produk secara terbatas dan mengetahui kelemahan produk yang dirancang maka perlu direvisi agar produk tersebut bisa mengatasi permasalahan yang dihadapi. Langkah selanjutnya adalah perlu melakukan uji coba produk sesungguhnya.

8. Uji Coba Pemakaian

Setelah pengujian terhadap produk berhasil maka selanjutnya produk yang berupa media pembelajaran baru tersebut diterapkan dalam lingkungan pendidikan yang luas. Media pembelajaran baru


(57)

tersebut tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut.

9. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan apabila dalam pemakaian produk tersebut dalam lembaga pendidikan yang lebih luas terdapat kekurangan atau kelemahan.

10. Pembuatan Produk Masal

Pada langkah ini apabila produk yang berupa media pembelajaran baru tersebut telah dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian, maka media pembelajaran baru tersebut dapat diterapkan pada setiap lembaga pendidikan.

B. Setting Penelitian 1. Obyek Penelitian

Obyek dari penelitian dan pengembangan ini adalah siswa kelas III SDN Kalasan 1, pada tema pengembangbiakan hewan dan tumbuhan dan subtema pengembangbiakan tumbuhan.

2. Subyek penelitian

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III SDN Kalasan 1 yang beralamat di Krajan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman. Siswa-siswi kelas III SDN Kalasan 1 memiliki latar belakang yang sama dalam hal kebudayaan, namun dalam bidang lain sangatlah berbeda. Selain itu siswa-siswi kelas III SDN Kalasan 1 tidak ada yang memiliki kebutuhan khusus.


(58)

3. Waktu dan tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan terhitung mulai bulan Juli 2016 sampai bulan Februari 2017. Peneliatan dimulai dengan analisis kebutuhan dan diakhiri dengan pembuatan artikel penelitian. Berikut akan dipaparkan jadwal kegiatan penelitian:

Tabel 3.1 Jadwal kegiatan penelitian

No Kegiatan

Bulan Ju li A gu stu s S ep te mb er O k tob er N ove mb er D es emb er Jan u ar i F eb ru ar i

1 Analisis Kebutuhan

2

Pengumpulan Data

3 Desain Produk 4 Validasi Desain 5 Revisi Desain

6

Produksi Produk akhir

7 Sidang Skripsi

8

Pembuatan Artikel


(59)

Berdasarkan tabel, dapat diketahui bahwa penelitian ini diawali pada bulan Juli, dimana peneliti melakukan anlisis kebutuhan di SDN Kalasan 1 untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi guru berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran. Pada bulan Agustus dan September, peneliti mengumpulkan data kemudian mengolahnya. Pada akhir bulan September hingga akhir Desember, peneliti mendesain produk berdasarkan kebutuhan guru di SDN Kalasan 1. Setelah mendesain produk, pada bulan Januari produk yang telah dibuat divalidasi oleh guru kelas III dan juga oleh pakar media pembelajaran sekaligus produksi produk akhir. Pada pertengahan Februari peneliti melaksanakan sidang skripsi dan diakhiri dengan pembuatan artikel pada akhir bulan Februari.

C. Prosedur Pengembangan

Setyosari (2013: 228) mengemukakan bahwa suatu model dalam penelitian pengembangan dihadirkan dalam berbagai prosedur pengembangan yang biasanya mengikuti model pengembangan yang dianut oleh peneliti. Sugiyono (2015: 298-311) menyebutkan ada 10 langkah penelitian pengembangan oleh Borg dan Gall, seperti pada bagan berikut.


(60)

Bagan 3.2 Desain penelitian dan pengembangan

Prosedur pengembangan pada bagan di atas dijelaskan oleh Sugiyono (2015: 298-311) secara terperinci, sebagai berikut:

Langkah 5 Revisi Produk

Hasil validasi pakar

Revisi produk

Prototipe media pembelajaran konvensional

Langkah 1 Potensi dan Masalah

Analisis Kebutuhan wawancara

Langkah 4

Pembuatan kuisioner

validasi

Konsultasi

dosen Revisi

Istrumen siap Validasi media Pakar media pembelajaran Guru Analisis Langkah 2 Hasil

wawancara Penentuan masalah Konsultasi dosen Pengumpulan data

Langkah 3 Desain media pembelajaran Bilik Pencangkokan

Konsep Media Desain media Pengumpulan Bahan Pembuatan Media Pembelajaran


(61)

Pada langkah pertama, yang dilakukan oleh peneliti adalah mengkaji potensi dan masalah serta yang terjadi di sekolah dasar dengan melakukan wawancara terhadap guru kelas III sekolah dasar kemudian peneliti menganalisis kebutuhan yang dibutuhkan oleh siswa untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran yang tentunya memperhatikan potensi-potensi yang dimiliki.

Pada langkah kedua, peneliti melakukan analisis kebutuhan sesuai dengan potensi dan masalah yang ada dengan menentukan permasalahan yang akan dipertimbangkan menjadi bahan pemecahan bedasarkan hasil wawancara. Kemudian permasalahan yang diambil dikonsultasikan dengan dosen, berangkat dari persetujuan dosen dan peneliti, peneliti selanjutnya mengumpulkan data-data yang relevan dengan permasalahan yang diambil.

langkah ketiga adalah tahap untuk memproduksi media pembelajaran Bilik Pencangkokan untuk siswa kelas III SD terkait materi pembelajaran proses pencangkokan. Langkah ini diawali dengan menentukan konsep media yang akan dibuat untuk memecahkan permasalahan yang sesuai dengan hasil wawancara sebelumnya. Setelah itu dilanjutkan dengan mendesain media yang akan dibuat dan pengumpulan bahan yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Setelah semua bahan telah tersedia, selanjutnya akan dibuat sesuai desain yang telah dirancang, adapun peneliti juga meminta bantuan tukang untuk mengerjakan media yang telah didesain. Media pembelajaran konvensional yang dibuat berupa bilik


(62)

pencangkokan yang di desain khusus untuk mempermudah siswa kelas III SD dalam memahami pembelajaran IPA materi proses pencangkokan.

Langkah keempat merupakan langkah pembuatan instrumen validasi dan melakukan validasi untuk media pembelajaran yang dibuat berupa media bilik pencangkokan. Instrumen yang dibuat yaitu kuesioner dan akan digunakan untuk validasi produk penelitian oleh pakar media pembelajaran dan guru. Kemudian hasil validasi dari pakar dan guru tersebut dijadikan bahan untuk merevisi produk yang akan dikembangkan agar menjadi lebih baik dan memiliki kualitas.

Langkah kelima dan merupakan langkah paling akhir yakni revisi produk berupa bilik pencangkokan untuk pembelajaran IPA materi proses pencangkokan. Revisi produk dilakukan berdasarkan perbaikan, saran dan masukan oleh pakar media pembelajaran dan guru serta dosen pembimbing sehingga menjadi produk yang berkualitas.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, dan Kuesioner.

1. Wawancara

Sugiyono (2015: 194) mengungkapkan bahwa, wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/


(63)

kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstuktur, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan yaitu, “apakah ada materi yang sulit bagi bapak dalam mengajarkan siswa? Dan apakah ada media

yang membantu bapak dalam mengatasi kesulitan tersebut?”

Wawancara ini dilakukan kepada guru SD kelas III di SD Negeri Kalasan 1.

2. Kuesioner

Sugiyono (2015: 199) mengungkapkan bahwa, kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuisoner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuisoner dapat berupa pertanyaan-pertanyaan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.


(64)

Pedoman kuesioner yang diguankan dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang kualitas penggunaan media pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian pengembangan ini berupa pedoman wawancara dan kuesioner. Pedoman wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan guru dan siswa terhadap penggunaan media pembelajaran untuk siswa SD kelas III. Lembar kuesioner berisi pernyataan yang disusun berdasarkan kualitas media pembelajaran yang dibuat peneliti. Kuesioner akan diisi oleh dua pakar media pembelajaran dan dua guru kelas III sekolah dasar.

1. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara, digunakan untuk analisis kebutuhan guru dan siswa terhadap penggunaan media pembelajaran untuk siswa SD kelas III. Instrumen yang digunakan peneliti dalam melakukan wawancara adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Instrumen Survei Kebutuhan

No. Daftar Pertanyaan Jawaban Pertanyaan

1 Materi apa yang sulit dikuasai siswa pada mata pelajaran inti?

2 Apa upaya yang dilakukan oleh guru untuk membantu kesulitan siswa tersebut?


(65)

atau ibu mengajar menggunakan media? 4 Jenis media apa yang paling sering

digunakan?

5 Bagaimana intensitas penggunaan media? 6 Bagaimana hasil penggunaan media

tersebut?

7 Apa materi yang sulit untuk diajarkan menggunakan media? Mengapa?

8 Media apa yang pernah Bapak/Ibu gunakan tetapi belum membantu siswa dalam mencapai 46indikator?

9 Media apa yang pernah Bapak/Ibu gunakan yang sudah mencapai indikator? 10 Media seperti apa yang ibu inginkan jika

dibuatkan?

2. Lembar Kuesioner

Lembar kuesioner berisi pernyataan yang disusun berdasarkan kualitas media pembelajaran yang dibuat peneliti. Kuesioner akan diisi oleh satu pakar media pembelajaran dan guru SD siswa kelas III.


(66)

Tabel 3.3 Lembar kuesioner instrumen validasi produk oleh pakar media pembelajaran dan guru SD

No Aspek

Kriteria

5 4 3 2 1

SB B CB KB SKB 1. Tampilan media Bilik Pencangkokan menarik.

2. Pemilihan warna yang digunakan media Bilik Pencangkokan menarik perhatian siswa

3. Media ini sesuai dengan karakteristik siswa kelas III SD.

4. Media ini memiliki keterkaitan dengan materi pembelajaran.

5. Media Bilik Pencangkokan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

6. Media ini sudah konkrit untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

7. Media Bilik Pencangkokan efektif untuk siswa kelompok besar.

8. Media yang digunakan relevan dengan tujuan pembelajaran.

9. Media ini memiliki bentuk yang menarik 10. Media Bilik Pencangkokan ini tahan lama


(67)

kemanapun

12. Media Bilik Pencangkokan ini bisa digunakan berulang kali.

13. Media Bilik pencangkokan ini tidak membahayakan siswa.

Total Skor

Rata-rata Keterangan

SS (5) : Sangat Baik S (4) : Baik

CB (3) : Cukup Baik KB (2) : Kurang Baik

SKB (1) : Sangat Kurang Baik

Tabel 3.4 Kriteria Kelayakan

Interval Skor Kriteria

4,22 – 5 Sangat Baik 3,41 – 4,21 Baik

2,61 – 3,40 Cukup Baik 1,80 – 2,60 Kurang Baik


(68)

Komentar umum dan saran secara perbaikan

Kesimpulan (mohon dilingkari salah satu):

1. Media pembelajaran Bilik Pencangkokan layak digunakan/ uji coba tanpa revisi.

2. Media pembelajaran Bilik Pencangkokan layak digunakan/ uji coba dengan revisi sesuai saran.

3. Media pembelajaran Bilik Pencangkokan tidak layak untuk digunakan/ uji coba lapangan.

Yogyakarta, ……… Penilai


(69)

F. Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif, dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Data Kualitatif

Sugiyono (2015: 13) mengatakan bahwa metode kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan interprestasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Dalam penelitian ini data kuantitatif berupa skor dari pakar media pembelajaran dan guru. Data dianalisis sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengetahui kelayakan produk yang dihasilkan. 2. Data Kuantitatif

Sugiyono (2015: 13) mengatakan bahwa metode kuantitatif dinamakan juga metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut sebagai metode discovery karena dengan metode ini


(70)

dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Data berupa skor dari penilaian oleh pakar media pembelajaran, dan guru kelas III sekolah dasar. Data yang dianalisis sebagai dasar dari hasil penilaian kuesioner diubah menjadi data interval. Skala penilaian terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup baik), 2 (kurang baik), 1 (sangat kurang baik). Skor yang sudah didapat kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif skala lima dengan acuan Sukardjo (2008: 101) sebagai berikut:

Tabel 3.5 Konversi Nilai Skala Lima

Interval Skor Kategori

X > ̅i + 1,80 Sbi Sangat baik

̅i+ 0,60 SBi< X ≤ ̅i + 1, 80Sbi Baik

̅i–0,60 SBi < X ≤ ̅i + 0,60Sbi Cukup

̅i–1,80 SBi < X ≤ ̅i– 0,60Sbi Kurang

X ≤ ̅i– 1,80Sbi Sangat Kurang Keterangan:

Rerata ideal ( ̅i) : (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

Simpangan baku ideal (SBi) : (skor maksimal ideal - skor minimal ideal)


(71)

Berdasarkan rumus konversi di atas perhitungan data-data kuantitatif dilakukan untuk memperoleh data kualitatif dengan menerapkan rumus konversi tersebut. Penentuan rumus kualitatif pengembangan ini diterapkan dengan konversi sebagai berikut.

Diketahui:

Skor maksimal ideal : 5 Skor minimal ideal : 1

Rata-rata ideal ( ̅i) : (5+1) = 3 Simpangan baku ideal (Sbi) : (5-1) = 0,67 Ditanyakan:

Interval skor kategori sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat kurang baik.

Jawaban:

Kategori sangat baik = X > ̅i + 1,80 Sbi = X > 3 + (1,80x0,67) = X > 3 + 1,21

= X > 4,21

Kategori baik = ̅i + 0,60Sbi < X ≤ ̅i + 1,80Sbi

= 3 + (0,60x0,67) < X ≤ 3 + (1,80x0,67) = 3 + 0,40 < X ≤ 3 + 1,21

= 3,40 < X ≤ 4,21

Kategori cukup baik = ̅i - 0,60Sbi < X≤ ̅i + 0,60Sbi


(1)

LEMBAR KERJA SISWA

TUGAS 1

Nama : 1. 2. 3. 4.


(2)

CARILAH KATA-KATA SULIT DARI BACAAN INI DAN CARILAH ARTINYA DI DALAM KAMUS!


(3)

TUGAS 2

Dengan menggunakan media bilik pencangkokan,

ceritan kembali langkah pencangkokan


(4)

LAMPIRAN 5 SOAL POST TEST 1. Jelaskanlah dengan singkat proses pencangkokan!

2. Berikan tanggapanmu tentang gambar, termaksud kewajiban di manakah itu?

3. Ayah Beni memiliki perkebunan rambutan. Pada awal bulan Juni, ayah Beni mencangkok 2.345 pohon rambutan, namun setelah 2 bulan hanya ada 2.140 pohon rambutan yang muncul akarnya. Berapa jumlah pohon yang tidak muncul akarnya?


(5)

LAMPIRAN 6 REFLEKSI

Berilah tanda cek (√) secara jujur sesuai dengan yang kamu alami!

1. Menentukan hasil dari soal cerita tentang operasi hitung pengurangan dengan benar.

2. Menyusun soal cerita tentang operasi pengurangan Dan terkait dengan perkembangbiakan tumbuhan

3. Menemukan kata-kata sulit dari bacaan dan menemukan artinya di kamus

4. Menceritakan kembali langkah pencangkokan dengan bahasa sendiri

5. Memberikan tanggapan tentang kewajiban sebagai warga masyarakat di rumah dan sekolah


(6)

BIODATA PENULIS

Lusiana Faustina Suba Boro lahir di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), 2 September 1995. Pendidikan kanak-kanak diperoleh di TK Udayana 2 Ende, pendidikan dasar diperoleh di SDK Santa Ursula Ende, pendidikan menengah pertama diperoleh di SMPK Santa Ursula Ende, dan pendidikan menengah atas diperoleh di SMA Negeri 1 Ende. Pada tahun 2013, peneliti menerima beasiswa dari Rintisan Program Pendidikan Guru Terintegrasi (PPGT) dan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan di perguruan tinggi diakhiri dengan

menulis skripsi berjudul “Pengembangan Media Bilik Pencangkokan Pada Materi Proses Pencangkokan Untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar”.