28
6. Tanda dan gejala
Gejala yang khas pada DM yaitu polidipsi banyak minum, poliphagia banyak makan dan poliuria banyak kencing disertai keluhan
rasa lelah dan kelemahan otot akibat ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi Corwin, 2007.
Terjadinya hiperosmolaritas yang parah dapat menyebabkan menurunnya tekanan intraokuler yang dapat menyebabkan bola mata dan
lensa mata mengalami perubahan bentuk yang kemudian berakibat pada penurunan penglihatan menjadi buram blurred vision Harris dan Greene,
2000.
7. Diagnosis
Kriteria diagnosis DM menurut Triplitt, et al. 2005 meliputi : gejala diabetes disertai kadar glukosa dalam plasma darah pada keadaan
biasa ≥200 mgdL 11,1 mmolL. Keadaan biasa ini maksudnya setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makan terakhir;
kadar glukosa plasma
puasa ≥126 mgdL 7,0 mmolL. Puasa artinya
tidak ada masukan kalori selama minimal 8 jam; k
adar glukosa dalam plasma selama 2 jam setelah pemberian glukosa
≥200 mgdL ditetapkan dengan oral glucose tolerance test OGTT. OGTT harus dilakukan dengan proses seperti yang
diberikan WHO, yaitu menggunakan cairan glukosa yang setara dengan 75 g glukosa yang dilarutkan dalam air.
29
8. Penatalaksanaan DM
Menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik 2005, penatalaksanaan penyakit diabetes mellitus mempunyai tujuan akhir untuk
menurunkan morbiditas dan mortalitas yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target utama, yaitu menjaga agar
kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal dan m
encegah atau meminimalkan
kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes. 8.1. Terapi Non Farmakologi
Dalam penatalaksanaan penyakit diabetes mellitus, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa obatterapi
non farmakologi yang berupa pengaturan diet dan olah raga. Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan
penyakit diabetes mellitus. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai
dengan kecukupan gizi baik yaitu karbohidrat sebesar 60-70, protein sebesar 10-15, dan lemak sebesar 20-25. Jumlah kalori disesuaikan
dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
ideal Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005. Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar
gula darah tetap normal. Prinsipnya tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat baik pengaruhnya bagi
kesehatan. Olah raga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE
30
Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurence Training. Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85 denyut nadi maksimal
220-umur, disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penderita. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan akktivitas reseptor
insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005.
8.2. Terapi Farmakologi Terapi farmakologi dilakukan apabila penatalaksanaan terapi non
farmakologi belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita diabetes mellitus. Menurut PERKENI 2006, terapi farmakologi bagi
penderita diabetes mellitus dapat diberikan dalam 2 macam, yaitu Obat hipoglikemik oral OHO dan insulin.
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan yaitu pemicu sekresi insulin yang meliputi sulfonilurea dan glinid, penambah
sensitivitas terhadap
insulin yaitu
tiazolidindion, penghambat
gluconeogenesis yaitu metformin, dan penghambat glukosidase alfa Acarbose.
Sulfonilurea mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan
berat badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. Untuk menghindari hipoglikemia
berkepanjangan pada berbagai keadaan seperti orang tua, gangguan faal
31
ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja panjang.
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya dengan penekanan pada meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2
macam obat yaitu: repaglinid derivat asam benzoat dan nateglinid derivat fenilalanin. Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian
secara oral dan diekskresikan secara cepat melalui hati. Golongan tiazolidindion mempunyai efek menurunkan resistensi
insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Pada pasien yang
menggunakan golongan obat ini perlu dilakukan pemantauan faal hati secara berkala.
Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati glukoneogenesis, di samping juga memperbaiki ambilan glukosa
perifer. Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal serum kreatinin 1,5 mgdL dan hati, serta pasien-pasien
dengan kecenderungan hipoksemia. Acarbose bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus
halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.
Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi 4 jenis yaitu insulin kerja cepat rapid acting insulin, insulin kerja pendek short
32
acting insulin, insulin kerja menengah intermediate acting insulin, insulin kerja panjang long acting insulin.
9. Faktor resiko Diabetes Mellitus Tipe II