41
Mandiri di Surabaya secara langsung yang dirancang untuk mendapatkan data yang spesifik.
3.4. Teknik Analisa Dan Uji Hipotesis
Model analisa yang digunakan untuk menganallisa data dalam penelitian ini adalah
Struktural Equation Modelling SEM. Model pengukuran Faktor Kualitas layanan terhadap kepuasan nasabah menggunakan Confirmatory Factor
Anayisis CFA. Penaksiran pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur. Langka-langka dalam analisis
SEM model pengukuran dengan contoh Faktor Kualitas Layanan dilakuakan sebagai berikut :
Persamaan Dimensi Faktor Kualitas Layanan X : X1
= λ1 Faktor Kualitas Layanan + er_1
X2 = λ2 Faktor Kualitas Layanan + er_2
X3 = λ3 Faktor Kualitas Layanan + er_3
X4 = λ4 Faktor Kualitas Layanan + er_4
X5 = λ5 Faktor Kualitas Layanan + er_5
Bila persamaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionnalitasnya melalui
Confirmatory Factor Anayisis CFA, maka model pengukuran dengan contoh Faktor Kualitas Layanan sebagai berikut :
42
Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Faktor Kualitas Layanan
Keterangan : X1 = Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai
Bentuk Fisik dari Bank Mandiri di Surabaya.
X2 = Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai Kehandalan dari Bank
Mandiri di Surabaya. X3 = Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai
Daya Tanggap dari Bank Mandiri di Surabaya.
X4 = Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai Kepastian dari Bank
Mandiri di Surabaya. X5 = Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai
Kesediaan dari Bank Mandiri di Surabaya.
Langka-langka dalam analisa SEM model pengukuran dengan contoh factor kepuasan nasabah kartu kredit Bank Mandiri di Surabaya sebagai berikut :
X
1
X
2
X
3
X
4
X
5
Kualitas Layanan
er_1 er_1
er_1 er_1
er_1
43
Y1 = λ1 Faktor Kepuasan Nasabah + er_1
Y2 = λ2 Faktor Kepuasan Nasabah + er_2
Y3 = λ3 Faktor Kepuasan Nasabah + er_3
Bila persamaan diatas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasanya melalui
Confirmatory Factor Anayisis CFA, maka model pengukuran dengan contoh Faktor Kepuasan Nasabah nampak sebagi
berikur :
Gambar 3.2 : Contoh Model Pengukuran Faktor Kepuasan Nasabah
Keterangan : X1 = Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai
Produk dari Bank Mandiri di Surabaya.
X2 = Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai Service dari Bank
Mandiri di Surabaya.
X
1
X
2
X
3
Kepuasan Nasabah
er_1 er_1
er_3
44
X3 = Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai Purchase dari Bank
Mandiri di Surabaya.
3.4.1. Asumsi Model Struktural Equation Modelling
a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas
1. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistika
2. Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien
sampel dengan standart erornya dan skewnwss vaue yang biasanya disajikan dalam statistic deskriptif dimana nilai statistic untuk menguji
normalitas itu disebut Z-value. Pada tingkat signifikan 1, jika nilai Z
lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.
3. Normal Probability plot SPSS 10.1.
4. Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih
pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas
b. Evaluasi atas
Outlier 1. Mengamati nilai Z-score : ketentuan diantara ±3,0 non outlier.
2. Multivariate outlier diuji dengan criteria jarak Mahalanobis pada tingkat p
0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square pada df sebesar jumlah
variabel bebasnya. Ketentuan : bila Mahalanobis dari nilai adalah multivariate outlier.
45
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul
dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi Hair, 1998.
c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity
Dengan mengamati Determinant matriks covarians. Dengan ketentuan
apabila determinant sample matrikx mendekati angka 0 kecil. maka terjadi
multikolinieritas dan singularitas Tabachnick dan Fidell,1998 d. Uji
Validitas dan Reliabilitas\ Validasi menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator
dalam menilai suatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal
dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimanamasing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang
umum. Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent
variabel construct akan diuji dengan melihat loading factor dari hubungan antar setiap
observerd variable dan latent variable. Sedangkan reliabilitas diuji dengan construct reliability dan Variance-extracted. construct reliability dan
Variance-extracted dihitung dengan rumus berikut :
46
Sementara j dapat dihitung dengan formula j = 1- Stardardize loading
Secara umum, nilai Construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,7
dan variance extracted
≥ 0,5 Hair et.al, 1998. Standardize Loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap
construct standardize regression weigths terhadap setiap butir dengan indikatornya.
3.4.2. Pengujian Hipotesis dengan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung koefisien jalur diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR
Critical Ratio dan p Probability yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar
daripada t table berarti signifikan.
3.4.3 Pengujian model dengan Two-Step Approach
Two-Step Approach to structural equation modeling SEM digunakan untuk menguji model yang diajukan pada gambar 3.4.
Two-Step Approach digunakan untuk mengatasi masalah sample data yang kecil jika dibandingkan
dengan jumlah butir instrumental yang digunakan Hartline dan Farrell, 1996 dan keakuratan reliabilitas indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam
two-step approach ini. Two-Step Approach bertujuan untuk menghindari interaksi antara
model pengukuran dan model structural pada One-Step Approach Hair
et.al,1998. yang dilakukan dalam
two step approach to SEM adalah :estimasi terhadap measurement model dan Estimasi terhadap
structural model Anderson
47
dan Gerbing, 1998. Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan Two step approach adalah sebagai berikut :
a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah indikator summed-scale bagi seiap konstrak. Jika terdapat skala yang berbeda setiap
indikator tersebut distandardisasi Z-score dengan mean = 0,Deviasi standar
= 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut Hair
et.al, 1998 b. Menetapakan
error ε dan lambda λ terms, error terms dapat dihitung
dengan rumus 0,1 kali σ
2
c. Diagram jalur dengan two-step approach dapat dilihat sebagai berikut :
dan lambda terms dengan rumus 0,95 kali σ
Anderson dan Gerbing, 1988. Perhitungan construct reliability
α telah dijelaskan pada bagian sebelumnya da deviasi standar
σ dapat dihitung denganbantuan program aplikasi statistic SPSS. Setelah
error ε dan lambda
λ terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisa model pengukuran
structural equation modeling SEM.
Gambar 3.3 : Structural Equation Modeling Two Step Approach
1 1
CX
CY Kualitas
Layanan Kepuasan
Nasabah
er_2 er_1
d k
er_1
48
Keterangan symbol-simbol diatas adalah sebagi berikut : :
factor Construct Latent Variable Unobserved Variable
yaitu sebuah variabel bentukan, yang dibentuk melalui indikator-indikator yang diamati dalam dunia nyata.
: Variabel terukur Obseverd Variable indikators variabeles
yaitu variabel yang datanya harus dicari melalui observasi, misalnya melalui instumen-istrumen survey.
Garis anak panah satu arah [ →] = garis yang menunjukkan hubungan yang
dihipotesiskan antara dua variabel dependen. Garis dengan anak panah dua arah [
↔] = garis yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan antara dua variabel dimana kedua variabel
berkorelasi. Keterangan Gambar 3.3
CX = Indikator Kualitas Layanan yang sudah dikomposit
CY = Indikator Kepuasan nasabah kartu kredit yang sudah dikomposit
er_i = error term masing-masing indikator yang sudah dikomposit d_i =
disturbance error masing-masing Variable latent [konstrain]
49
3.4.4. Evaluasi Model
Hair et.al 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan
prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan menguji fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis
menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang
diperkuat.Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu
“poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan
structural equation modeling. Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagi criteria
Goodness of Fit, yakni Chi-square, Probality, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI,
CMINDF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model dikembangkan dengan pendekatan
two step approach to SEM. Goodness of Fit Index
Sumber : Hair et.al, 1998
GOODNES OF FIT INDEX
KETERANGAN CUT-OFF VALUE
X
2
- Chi Square Menguji apakah Covariance populasi yang diestimasi sama
dengan cova-rianc e sampel apakah model sesua dengan data Diharapkan kecil s.d
5. atau paling baik diantara 1 dan 2.
Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariance data dan
matriks covariance yang diestimasi Minimum 0,1 atau
0,2, atau ≥
0,05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan chi-Square pada sampel besar
≤
0,08
GFI Menghitung proporsi tertimbang varians dalam metriks sampel
yang dijelaskan oleh matriks covarians populasi yang diestimasi analog dengan R2 dalam regresi berganda.
≥ 0,90 AGFI
GFI yang disesuaikan terhadap DF ≥ 0,90
CMIND Kesesuaan antara data dan model
≤ 2,00 TLI
Perbandingan antara model yang diuji terhadap baseline model ≥ 0,95
CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitif terhadap besarnya sampel
dan kerumitan model ≤ 0,94
50
1. X
2
Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah l ikelihood
Ratio Chi-Square Statistic. Chi-Square ini bersifat sangat terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar lebih
dari 200, statistik Chi-Square ini harus didampingi oleh alat uji lain Hair et
al, 1995:105, Tabachnick fidell, 1996;84. Model yang uji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai
Chi-Square-nya rendah. Semakin kecil nilai X
- Chi Square Statistic
2
semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap
data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X
2
yang kecil dan tidak signifikan.
X
2
2. RMSEA-The Root Mean Square Error Of Approximation
bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar. Penggunaan
Chi-Square hanya sesuai bila ukuran sampel antara 100 dan 200. Bila ukuran sampel ada diluar
rentang itu, uji signifikan akan menjadi kurang reliable. Oleh karena itu pengujian ini perlu dilengkapi dengan alat uji yang lain.
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi Chi-
Square Statistic dalam sampel yang besar Baumgartner Homburg, 19996;65. Nilai RMSEA menunjukkan Goodnes-Of-Fit yang dapat bila
model diestimasi dalam populasi nilai RMSE yang lebih kecil atau sama dengan 0.08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang
51
menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan Degrgess Of
Freedom Browne Cudeck, 1993;72. 3. GFI-
Goodness Of Fit Index GFI adalah analog dari R
2
4. AGFI- Adjusted Goodness Of Fit Index
dalam regresi berganda. Index kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varian dalam metrix kovarians sampel
yang dijelaskan oleh metrix konvarians populasi yang terestimasi. GFI adlah sebuah ukuran non-statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0
poor fit sampai dengan 1.0 perfect fit. Nilai yang tinggi dalam index ini
menunjukkan sebuah better fit Benter, 1983, Tanaka Huba, 1989;54.
AGFI = GFI DF tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0.90. GFI maupun
AGFI adalah kreteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varian dalam sebuah metrics kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat
diinterprestasikan sebagai tingkatan yang baik Good Overal Model Fit
sedangkan besaran nilai antara 0,90-0,95 meenunjukkan tingkatan cukup Adequate Fit.
5. TLI- Tucker Lewis Index.
TLI adalah sebuah alternative inceremental fit indeks yang membandingkan sebuah model diuji terhadpa sebuah baseline model.Nilai yang
direkomendasikan sebagai acuan u ntuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan
≥ 0,95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan A Verry Good Fit.
52
6. CMINDF sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMINCF tidak lain adalah statistic
Chi-Square X
2
dibagi DF-nya sehingga disebut X
2
relatif. Nilai X
2
kurang dari 2.0 atau bahkan kurang dari 3,0 adalah indikasi dari
acceptable fit antara model dan data. Nilai X
2
7. CFI- Comparative Fit Index
relatif yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara metrics kovarias yang diobservasi dan yang diestimasi.
Besar index ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1, mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi
Verry Good Fit . Nilai yang direkomendasikan adalah CFI 0,95. Keunggulan dari index ini
besarnya tidak dipengarui oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik
dengan Relative Noocenttrality Indeks RNI.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Defenisi Operasional Dan Pengukuran Variabel 4.1.1. DISKRIPSI HASIL PENELITIAN