Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan Polarisasi Cahaya

2. Bagaimana penggunaan komputer dalam menentukan rotasi optik spesifik?

3. Berapa nilai rotasi optik spesifik dari beberapa jenis karbohidrat yang

diperoleh dari fitting data dengan Hukum Malus dan grafik hubungan acuan terhadap sampel? C. Batasan Masalah Permasalahan yang diteliti pada penelitian ini, dibatasi pada: 1. Sumber cahaya yang digunakan adalah laser HeNe. 2. Suhu larutan sesuai dengan suhu ruangan yaitu 27 C. 3. Software yang digunakan untuk menampilkan dan menganalisa data adalah LoggerPro. 4. Larutan yang diteliti adalah galaktosa, fruktosa, dan laktosa.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui metode eksperimen untuk menentukan rotasi optik spesifik dengan menentukan acuan dan sampel secara bersamaan. 2. Mengetahui metode menganalisa data menggunakan software LoggerPro untuk menentukan rotasi optik spesifik. 3. Mengetahui nilai rotasi optik spesifik dari larutan galaktosa, fruktosa dan laktosa dengan sumber cahaya laser HeNe dan suhu larutan 27 C.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menggunakan komputer yang terinstal LoggerPro untuk menentukan perputaran bidang getar cahaya terpolarisasi. 2. Dapat mengetahui bahan-bahan yang bersifat optis aktif.

F. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan Bab I menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II Dasar Teori Bab II berisi teori-teori mengenai polarisasi cahaya, rotasi optik, dan pengenceran larutan. BAB III Metode Eksperimen Bab III menguraikan mengenai alat, bahan, prosedur eksperimen, cara menganalisa data BAB IV Hasil dan Pembahasan Bab IV berisi hasil pengolahan data dan pembahasan dari hasil eksperimen yang diperoleh. BAB V Penutup Bab V berisi kesimpulan dan saran. 8 BAB II DASAR TEORI

A. Polarisasi Cahaya

Polarisasi adalah karakteristik semua gelombang transversal. Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarannya tegak lurus arah perambatannya. Salah satu contoh gelombang transversal adalah gelombang tali. Seutas tali pada arah sumbu x kemudian digetarkan searah sumbu y, tali tersebut membentuk gelombang transversal pada bidang xy. Bila tali digetarkan searah sumbu z, maka tali tersebut membentuk gelombang transversal pada bidang xz. Bila getaran sebuah gelombang hanya searah sumbu y, maka gelombang tersebut dikatakan terpolarisasi linier dalam arah y. Bila getaran sebuah gelombang hanya searah sumbu z, maka gelombang tersebut dikatakan terpolarisasi linier dalam arah z. Gelombang elektromagnetik juga merupakan gelombang transversal. Medan listrik dan medan magnetik berosilasi saling tegak lurus. Medan listrik dan medan magnetik berosilasi tegak lurus terhadap arah rambatannya. Arah polarisasi gelombang elektromagnetik didefinisikan sebagai arah dari vektor medan listrik E. Salah satu contoh gelombang elektromagnetik adalah cahaya. Cahaya dari lampu pijar menyebar ke segala arah. Cahaya yang dipancarkan lampu pijar adalah campuran acak gelombang terpolarisasi linier dalam semua arah transversal yang mungkin. Cahaya ini adalah cahaya tak terpolarisasi atau cahaya alami. Alat yang digunakan untuk membuat cahaya alami menjadi terpolarisasi linier disebut polarisator Halliday, 1986; Tipler 2001; Young, 2003. Gambar 2.1. peristiwa polarisasi cahaya oleh polarisator kemudian cahaya melewati analisator Young, 2003 Gambar 2.1 menunjukkan peristiwa polarisasi cahaya oleh polarisator kemudian cahaya melewati analisator. Cahaya alami yang memiliki komponen E ke segala arah melewati polarisator. Polarisator kemudian mentransmisikan hanya komponen E yang paralel terhadap sumbu polarisasi polarisator. Cahaya ini kemudian disebut cahaya terpolarisasi linier. Sumbu polarisasi polarisator membentuk sudut  terhadap sumbu polarisasi analisator. Setelah melewati polarisator, medan listrik cahaya terpolarisasi linier ini diuraikan menjadi komponen yang paralel terhadap sumbu polarisasi analisator dan tegak lurus sumbu polarisasi analisator. Kemudian cahaya yang terpolarisasi linier melewati analisator. Komponen Sumbu polarisasi polarisator Sumbu polarisasi analisator polarisator analisator yang ditransmisikan analisator adalah komponen yang paralel sumbu polarisasi analisator sebesar E cos . Intensitas gelombang elektromagnetik sebanding dengan kuadrat amplitudo dari gelombang itu. Gelombang cahaya yang ditrasmisikan oleh analisator amplitudonya sebesar E cos . Jadi intensitas cahaya yang ditransmisikan analisator adalah: � 1 = � cos 2  2.1 I 1 = Intensitas cahaya yang diteruskan analisator pada posisi sumbu polarisasi polarisator yang membentuk sudut  terhadap sumbu polarisasi analisator. I maks = intensitas maksimum dari cahaya yang diteruskan analisator pada saat =0  = sudut antara sumbu polarisasi polarisator dengan sumbu polarisasi analisator. Persamaan 2.1 dikenal juga dengan Hukum Malus. Hukum Malus hanya berlaku jika cahaya yang masuk analisator itu sudah cahaya terpolarisasi linear [Young, 2003]. Jika analisator diputar maka intensitas cahaya yang ditransmisikan analisator akan mengikuti persamaan 2.1 dan ditunjukkan dalam gambar 2.2. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 2.2. Grafik hubungan intensitas cahaya melewati analisator terhadap sudut putaran analisator mengikuti persamaan 2.1

B. Rotasi Optik