Deteritorialisasi-Reteritorialisasi Identitas Deleuzoguattarian: Assemblage dan Teritori

34 “In the construction of social bodies bodies politic, molecular flow is what escapes molar categories, returning to them to ‘reshuffle their segments, their binary distribution of sexes, classes, and parties’ 216.” Mark Bonta, 2004:87

b. Deteritorialisasi-Reteritorialisasi

Sebelum dipakai oleh Deleuze dan Guattari, istilah teritorialisasi juga sudah dipakai oleh Lacan. Dalam Psikoanalisa Lacanian, teritorialisasi dipakai untuk menggambarkan proses pengaturan tubuh seorang anak yang dilakukan melalui larangan seorang anak untuk mendapatkan kenikmatan saat menyentuh organ intim. Dalam psikoanalisa, deteritorialisasi juga sudah dipakai untuk menggambarkan proses pembebasan hasrat dari oedipalisasi. Dari sini kita melihat pengaruh Lacan pada karya Deleuze dan Guattari. Teritorialisasi dan Deteritorialisasi Deleuzoguattarian pun tak jauh dari konsep sebelumnya. Secara singkat bisa dikatakan bahwa teritorialisasi dalam Deleuze dan Guattari menunjukkan proses menuju kemapanan atau stabilitas identitas, sementara deteritorialisasi ialah mengguncang stabilitas tersebut. Dan deteritorialisasi selalu membawa kemungkinan reteritorialisasi, yang berarti pengorganisasian kembali ruang yang berserak atau tidak stabil, namun tidak serta merta kembali pada kemapanan yang dibawa oleh teritorialisasi, melainkan melakukan hegemoni terhadap identitas- identitas lama, sambil memperkuat perlawanan-perlawanan. Sejauh mana dua proses terakhir itu berjalan bisa dilihat dari kebaruan identitas ataupun ruang yang muncul dari situ. Terkait dengan hal tersebut, Russel West Pavlov menulis bahwa “Teritorialisasi dan sekaligus deteritorialisasi merupakan tanda-tanda kehidupan, sebagai satu kesatuan yang kemudian dilarutkan untuk membangun ruang bagi hubungan-hubungan yang baru.” 27 27 Russel West Pavlov 2009, hlm. 183. 35 Mengenai deteritorialisasi, secara sederhana, Adrian Parr menulis bahwa deteritorialisasi bisa “dimengerti sebagai gerakan yang membawa perubahan. Hal ini terjadi sejauh deteritorialisasi beroperasi sebagai line of flight, deteritorialisasi menunjukkan potensi kreatif dari assemblage.” 28 Menurut Paul Patton, konsep deteritorialisasi bisa ditemukan dalam filsafat politik Deleuze dan Guattari yang matang. Paul Patton 29 menulis bahwa dalam A Thousand Plateaus, Deleuze dan Guattari menggolongkan deteritorialisasi ke dalam dua poros, absolut dan relatif. Dalam deteritorialisasi relatif terdapat yang positif dan negatif. Sama halnya dengan poros yang satunya, deteritorialisasi absolut. “Deteritorialisasi dikatakan relatif ketika gerakan- gerakannya cenderung ke arah tatanan aktual, dan dikatakan negatif ketika elemennya langsung diarahkan ke dalam bentuk reteritorialisasi yang menutupi atau menghalangi line of flight. Ia pun dikatakan positif ketika line of flight berlaku dalam reteritorialisasi sekunder, meski masih gagal untuk menghubungkan dengan elemen lain yang dideteritorialisasi ke dalam assemblage baru.” 30 Sementara deteritorialisasi dikatakan absolut ketika ia cenderung mengarah ke tatanan virtual. Deteritorialisasi absolut bukanlah langkah lanjutan setelah deteritorialisasi relatif. Deteritorialisasi absolut merupakan dinamika internal dari yang relatif. Dengan kata lain, kondisi disebut sebagai deteritorialisasi absolut sejauh ada ‘imanensi deteritorialisasi absolut secara terus menerus dalam deteritorialisasi relatif.’ DG 1987: 56. Yang membedakan antara deteritorialisasi absolut negatif dan positif adalah perbedaan antara connection dan conjugation dari deterritorialised flows. Bisa dikatakan positif ketika menuju ke 28 Adrian Parr 2010, hlm. 69. 29 Ibid, hlm. 73-74. 30 Ibid. 36 pembentukan a new earth and new people: ... DG 1987: 510. Karena transformasi sesungguhnya mensyaratkan rekombinasi elemen-elemen yang telah dideteritorialisasi dalam arah yang saling mendukung, proses sosial maupun politik akan sungguh- sungguh revolusioner ketika elemen-elemen tersebut berada dalam assemblage of connection rather than conjugation.” 31 Sudah disebutkan diatas bahwa deteritorialisasi yang paling revolusioner atau setidaknya yang memperlebar celah transformasi ialah deteritorialisasi yang arah geraknya menuju ke pembentukan hubungan sosial yang baru, dari elemen-elemen yang telah di deterritorialisasi, yang disebut dengan istilah Deteritorialisasi absolut positif. Proses ini akan lebih terang ketika dilihat dengan Lines of flight, lebih tepatnya, deteritorialisasi sebagai lines of flight. Pavlov menulis bahwa lines of flight bisa “muncul dari eksistensi dalam level mikro yang paling kecil dan paling sering muncul”. 32 Lines of flight juga bisa dimaknai sebagai jalur untuk memetakan diri menuju assemblage baru, sebagai “rute yang membawa kita dari satu intensitas ke intensitas lainnya, yang mendorong ke kondisi permanen transformasi kreatif, atau kondisi subjektivitas yang sebenarnya.” 33 Lines of flight ini juga bisa dimengerti sebagai “jalur mutasi yang dipercepat melalui aktualisasi koneksi antar tubuh yang tadinya implisit virtual yang melepaskan kekuatan baru dalam kapasitasnya sebagai tubuh-tubuh yang merespon dan berbuat sesuatu”. 34 Konsep lines of flight ini nantinya dipakai untuk melihat sejauh mana identifikasi backpacker membawa pengaruh pada transformasi dan emansipasi. 31 Ibid 32 Russel West Pavlov 2009, hlm. 204. 33 Ibid, hlm. 202 34 Adrian Parr 2010, hlm. 147. 37

2. Teori Produksi Ruang Lefebvre