4. Adanya keingintahuan yang dalam terhadap masalah seksual
Dari tabel 4.11 dapat dilihat dari 42 orang responden berpengetahuan baik 59,5 pernah melakukan tindakan seksual tersebut, 40,5 tidak pernah melakukan
tindakan tersebut. Dari 26 orang berpengetahuan sedang 56,4 pernah melakukan tindakan tersebut dan 34,6 tidak pernah melakukan tindakan tersebut. Sedangkan dari
5 orang berpengetahuan kurang 80,0 pernah melakukan tindakan tersebut dan 20 tidak pernah melakukan tindakan tersebut.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono 2000, bahwa remaja yang memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang perilaku seksual, misalnya tentang penggunaan
alat mencegah kehamilan. Justru hal ini yang menyebabkan remaja merasa dapat menyalurkan hasrat seksualnya walaupun belum menikah, tetapi dengan cara yang lebih
bertanggung jawab. Maka remaja yang terjerumus dalam seks bebas tersebut sesungguhnya hanya didorong rasa ingin tahu dan coba coba.
5.2. Sikap Siswa tentang Perilaku Seksual Pranikah
Sikap siswa adalah responpenilaian tertutup siswa terhadap segala sesuatu mengenai seksual pranikah. Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sikap
responden terhadap perilaku seksual pranikah paling banyak berada pada kategori sikap baik yaitu sebanyak 72,6, kategori sikap sedang 26,0, dan paling sedikit adalah
pada kategori kurang yaitu sebanyak 1,4. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat sikap seksual siswa sudah cukup baik.
Hal ini sesuai dengan penelitian Lubis 2007 di SMK Negeri 8 Medan tentang hubungan seksual pranikah 69,6 siswa yang memiliki sikap dengan kategori baik
Universitas Sumatera Utara
tentang hubungan seksual pranikah, 29,4 siswa yang memiliki sikap dengan kategori sedang dan 1,0 siswa memiliki sikap pada kategori kurang.
Walaupun persentase siswa yang memiliki sikap pada kategori kurang sangat kecil, namun hal ini perlu diperhatikan karena bisa jadi suatu saat sikap menjadi dasar
seseorang bertindakbertingkah laku jika ada faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Dalam bersikap kadang hanya berdasarkan kenyataan yang dilihat,
mengikuti perasaan, bila yang dinyatakan berakibat buruk maka langsung menjawab tidak setuju. Namun bila berdampak yang baik mereka setuju, tanpa didasari
pengetahuan dan informasi.
5.3 Tindakan Melakukan Seksual Pranikah
Tindakan seksual pra nikah merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka yaitu perbuatan seksual yang pernah atau tidak pernah
dilakukan siswa. Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa tindakan responden paling banyak adalah pernah melakukan perilaku seksual pranikah sebanyak 63,0 dan tidak pernah
melakukan perilaku seksual pranikah sebanyak 37 0. Dampak dari perilaku seksual pra nikah ini tidak saja akan menyebabkan siswa
putus sekolah karena kehamilan yang tidak diinginkan atau dikehendaki, munculnya kasus aborsi dengan segala akibatnya, namun juga memudahkan penularan penyakit
kelamin PMS. Adapun pasangan yang melakukan hubungan seksual pranikah adalah mayoritas melakukannya dengan pacar dan selebihnya dengan teman sejenisnya dan ini
merupakan gangguan seksual yang sering dikemukakan oleh remaja. Menurut Hanafiah 2002, alasan yang dikemukakan dalam berhubungan
seksual pra nikah biasanya sebagai bukti cinta, sayang, pengikat hubungan, serta
Universitas Sumatera Utara
berencana untuk menikah dalam waktu dekat. Namun demikian, sering terjadi hubungan seksual pertama tidak selalu diawali dengan permintaan lisan tetapi dengan
stimulasi atau rangsangan langsung terhadap pasangannya, sehingga informan perempuan yang pada awalnya menolak, pada saat itu sudah terangsang sehingga tidak
mampu menolak lagi. Perilaku seksual muncul dikarenakan kematangan seksual pada remaja, sehingga
munculnya minat seksual dan keingintahuan remaja tentang seks. Menurut Lubis 2007 yang mengutip pernyataan Tanner, minat seksual remaja meliputi tiga hal. Pertama,
keingintahuan remaja tentang kehidupan seksual. Dengan adanya minat terhadap seksual ini, remaja mulai mencari informasi mengenai seks, baik melalui buku, film,
gambar gambar lain yang menyangkut kehidupan seksual tersebut. Kedua, keterlibatan aspek emosi dan sosial pada saat berkencan. Perubahan fisik dan fungsi fisiologi pada
remaja, yang menyebabkan remaja mulai tertarik pada lawan jenis yang merupakan akibat timbulnya dorongan dorongan seksual. Misalnya, pada anak laki laki dorongan
yang ada dalam dirinya terealisasi dengan aktivitas mendekati teman perempuannya, hingga terjalin hubungan.
Dalam berkencan, biasanya para remaja melibatkan aspek emosi yang diekspresikan dengan berbagai cara, seperti bergandengan tangan, Ciuman, memberikan
tanda mata, bunga, kepercayaan dan sebagainya. Ketiga, minat dalam keintiman secara fisik. Dengan adanya dorongan dorongan seksual dan rasa ketertarikan terhadap lawan
jenis, perilaku remaja mulai diarahkan untuk menarik perhatian lawan jenis dan dalam rangka mencari pengetahuan tentang seks dan ada remaja melakukan secara terbuka dan
bahkan mulai mencoba mengadakan eksperimen dalam kehidupan seksual. Misalnya
Universitas Sumatera Utara
dalam berpacaran, mereka mengekspresikan perasaannya dalam bentuk bentuk perilaku yang menuntut keintiman secara fisik dengan pasangannya, seperti berciuman,
bercumbu, dan seterusnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN