Pertumbuhan PDRB dan PDRB Perkapita KabupatenKota di Analisis Location Quotient LQ

yang rendah terhadap PDRB. Kontribusi sektor paling kecil terhadap PDRB Propinsi Jawa Tengah adalah sektor listrik, gas dan air bersih lihat tabel 5.1 Seperti yang diketahui bahwa PDRB per kapita adalah total PDRB dibagi dengan total penduduk, sehingga diperoleh tingkat pendapatan per kapita penduduk secara agregat. Dengan memperhatikan tingkat PDRB per kapita, kita dapat memiliki gambaran mengenai tingkat pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2003-2007 cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sebesar 3,87 persen pada awal tahun 2003, terus meningkat sebesar 4,77 persen di akhir tahun 2007.

5.2.2 Pertumbuhan PDRB dan PDRB Perkapita KabupatenKota di

Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2007 Besarnya laju pertumbuhan ekonomi tiap kabupatenkota di Propinsi Jawa Tengah selama tahun 2003-2007 ternyata masih banyak berada dibawah laju pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2004 terdapat 5 kabupatenkota saja yang memiliki laju pertumbuhan diatas laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah sebesar 5,13 persen, yaitu Kabupaten Tegal, Kabupaten Klaten, Kabupaten Kudus, Kota Magelang dan Kabupaten Pati. Pada tahun 2005 hanya Kota Magelang saja yang laju pertumbuhannya lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah sebesar 5,35 persen. Tahun 2006 terdapat 3 kabupatenkota dengan laju pertumbuhan lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhan Propinsi Jawa Tengah sebesar 5,33 persen, yaitu Kabupaten Klaten, Kabupaten Karanganyar dan Kota Pekalongan. Jumlah kabupatenkota dengan laju pertumbuhan yang lebih tinggi dari laju pertumbuhan Propinsi Jawa Tengah di tahun 2007 sebesar 5,59 meningkat menjadi 6 kabupatenkota yaitu Kabupaten Demak, Kota Magelang Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Batang, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Klaten lihat tabel 5.2 . Jika dilihat dari tingkat PDRB perkapita berdasarkan harga konstan tahun 2000 tiap kabupatenkota di Propinsi Jawa Tengah lihat tabel 5.3, pada tahun 2003-2007 yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi adalah Kota Surakarta pada tahun 2006 sebesar 9,83 persen. Sedangkan daerah dengan laju pertumbuhan PDRB perkapita terendah adalah Kabupaten Semarang turun sebesar -3,76 persen pada tahun 2004. Berdasarkan rata-rata tiap tahunnya selama 2003-2007 laju pertumbuhan PDRB perkapita tertinggi adalah Kota Tegal sebesar 4,83 persen, sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Batang sebesar 1,91 persen.

5.2.3 Analisis Location Quotient LQ

Sektor ekonomi yang memiliki nilai LQ-nya 1 merupakan standar normatif untuk ditetapkan sebagai sektor unggulansektor basis. Sektor-sektor tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan guna meningkatkan laju pertumbuhan dan pembangunan ekonomi kabupatenkota di Propinsi Jawa Tengah. Namun ketika banyak sektor disuatu wilayah yang menghasilkan LQ1, sementara yang dicari hanya satu, maka yang harus dipilih adalah sektor yang nilai LQ paling tinggi. Karena semakin tinggi nilai LQ menunjukkan semakin tinggi pula potensi keunggulan sektor tersebut. Berikut akan dibahas hasil dari perhitungan analisis LQ di tiap kabupaten kota Propinsi Jawa Tengah dalam periode waktu tahun 2003-2007. Terdapat 9 sektor ekonomi yang diidentifikasi dari 35 kabupatenkota di Propinsi Jawa Tengah, dengan mengacu pada LQ 1 maka sektor paling unggul yaitu sebagai berikut : 1. Sektor Pertanian Berdasarkan hasil dari analisis LQ pada tahun 2003-2007 terdapat kurang lebih 25 kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang menjadikan sektor pertaniannya sebagai sektor basis. Selama tahun 2003 hingga 2006 kabupaten nilai LQ tertinggi dibandingkan kabupatenkota lainnya untuk sektor pertaniannya adalah Kabupaten Brebes yaitu sekitar 2,70, salah satu penyebabnya karena Brebes merupakan sentra produksi padi di Propinsi Jawa Tengah. Nilai LQ 2,70 artinya bahwa proporsi penciptaan nilai tambah sektor pertanian di Kabupaten Brebes 2,70 kali lebih besar daripada proporsi penciptaan nilai tambah sektor pertanian di Propinsi Jawa Tengah. Tetapi pada tahun 2007 kabupaten memiliki nilai LQ tertinggi sehingga bersektor basis pertanian adalah Kabupaten Blora yaitu sebesar 2,79. Selama tahun 2003 hingga 2007 merupakan daerah yang memiliki nilai koefisien LQ tertinggi untuk sektor basis pertanian. Hasil penghitungan LQ selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. 2. Sektor Pertambangan Kabupaten Kebumen merupakan daerah yang bersektor basis pada sektor pertambangan, hal ini ditunjukkan dengan berdasarkan analisis LQ selama tahun 2003 hingga 2007 koefisien nilai LQ sektor pertambangannya merupakan yang tertinggi yaitu sekitar 2,8. Selain Kabupaten Kebumen masih terdapat 14 kabupaten lagi yang bersektor basis pada sektor pertambangan ini yang dapat dilihat pada lampiran. 3. Sektor Industri Pengolahan Sektor ini merupakan sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam perekonomian di Propinsi Jawa Tengah. Jika dilihat dalam analisis LQ selama tahun periode 2003-2007 hanya terdapat 5 kabupaten yang bersektor basis pada sektor industri pengolahan. Kelima kabupaten tersebut adalah Kabupaten Kendal, Kabupaten Semarang, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Kudus dan Kabupaten Cilacap, akan tetapi yang memiliki nilai LQ tertinggi untuk sektor industri pengolahan adalah Kabupaten Cilacap yaitu sekitar 3,2 artinya bahwa proporsi penciptaan nilai tambah sektor industry di Cilacap 3,2 kali lebih besar daripada proporsi penciptaan nilai tambah sektor industri di Propinsi Jawa Tengah. 4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Dari 19 kabupaten kota yang memiliki nilai LQ 1 pada sektor listrik, gas dan air bersih, yang berarti menunjukkan bahwa sektor ini adalah sektor basis. Kota Salatiga merupakan daerah yang memiliki koefisien nilai LQ tertinggi selama tahun 2003 hingga 2007. 5. Sektor Bangunan Sektor ini berdasarkan analisis LQ merupakan sektor basis dari 14 kabupaten kota yang ada di Propinsi Jawa Tengah. Salah satunya adalah Kota Magelang yang memiliki koefisien nilai LQ tertinggi sektor bangunan selama tahun 2003 hingga 2007. 6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kabupaten Cilacap merupakan kabupaten yang memiliki nilai koefisien LQ tertinggi di sektor perdangan, hotel dan restoran selama tahun 2003-2007 dari 13 kabupaten kota di Propinsi Jawa Tengah, yang berarti menjadikan sektor ini sebagai sektor basis dalam perekonomiannya. 7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor basis dari 15 kabupaten kota yang ada di Propinsi Jawa Tengah selama tahun 2003-2007. Sedangkan kota Magelang adalah yang memiliki koefisien nilai LQ tertinggi dari 15 kabupaten kota yang bersektor basis pengangkutan dan komunikasi tersebut. 8. Sektor Keungan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Selama tahun 2003 hingga 2007 sebanyak 25 kabupaten kota yang ada di Propinsi Jawa Tengah berbasis pada sektor ini, hal ini berdasarkan hasil analisis LQ yang nilainya lebih dari satu. Dari nilai LQ tersebut Kota Magelang tercatat yang memiliki nilai tertinggi pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. 9. Sektor Jasa-jasa Setelah dilakukan perhitungan LQ selama periode 2003-2007 Kota Magelang merupakan salah satu dari 21 kabupaten kota yang memiliki sektor basis pada sektor jasa-jasa. Nilai LQ sektor ini di Kota Magelang rata-rata sebesar 3,7 dan merupakan yang tertinggi. Dari rincian sektor basis di masing-masing kabupaten kota di Propinsi Jawa Tengah selama periode tahun 2003-2007, dapat dilihat sektor industri pengolahan hanya menjadi sektor basis di 5 lima kabupaten yaitu : Kabupaten Cilacap, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Kendal , Kabupaten Kudus dan Kabupaten Semarang. Melihat kontribusi tiap sektor ekonomi di Propinsi Jawa Tengah selama tahun 2003-2007, diketahui bahwa sektor industri memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB di Propinsi Jawa tengah yakni dengan rata-rata sebesar 32,12 persen, padahal sektor industri hanya menjadi sektor basis di lima kabupaten saja. Sehingga bisa dikatakan bahwa terjadi pemusatan kegiatan ekonomi di sektor industri di Propinsi Jawa Tengah.

5.2.4 Analisis Shift-Share