2.1.3 Sistem Limfatik Nasofaring
Sistem  limfatik  dari  atap  dan  dinding  posterior  nasofaring  berjalan  ke  arah anteroposterior  dan  bergabung  pada  garis  tengah.  Setelah  melalui  fasia  faringeal,
aliran  limfe  dari  sisi  kanan  dan  kiri  akan  menuju  ke  kelenjar  limfe  retrofaringeal. Beberapa aliran limfe dari masing-masing sisi akan menuju ke kelenjar yang terletak
paling proksimal dari rantai kelenjar spinal dan jugularis interna. Pada dinding lateral, terutama  di  daerah  tuba  Eustachius  paling  kaya  akan  pembuluh  limfe.  Aliran
limfenya juga berjalan ke arah anteroposterior dan bermuara di kelenjar retrofaringeal atau ke kelenjar yang paling proksimal dari masing-masing sisi rantai kelenjar spinal
dan  jugularis  interna,  dimana  rantai  kelenjar  ini  terletak  di  bawah  otot sternokleidomastoid pada tiap prosesus mastoid. Beberapa kelenjar dari rantai jugular
letaknya  sangat  dekat  dengan  saraf-saraf  kranial  terakhir,  yaitu  saraf  IX,X,XI,XII Cottril, 2003.
2.2 Histologi Nasofaring
Ketika lahir, epitel nasofaring tersusun atas epitel kolumner pseudokompleks yang  melapisi  sebagian  besar  jalan  nafas  bagian  atas.  Seiring  dengan  bertambahnya
usia,  area  epitel  tersebut  digantikan  oleh  epitel  skuamous  kompleks,  sehingga sebelum  mencapai  umur  10  tahun  seluruh  mukosa  nasofaring  kecuali  yang  melapisi
dasar  adenoid,  telah  digantikkan  oleh  epitel  skuamous  kompleks.  Beberapa  peneliti mengemukakan  bahwa  perubahan  tersebut  terjadi  tidak  di  program  secara  genetik,
namun  perubahan  tersebut  merupakan  gambaran  dari  reaksi  metaplastik  terhadap perubahan  lingkungan.  Sepanjang  dinding  nasofaring  lateral,  tersisa  bercak-bercak
kecil  epitel  kolumner  pseudokompleks,  saling  bercampur  dengan  mukosa  skuamous kompleks  di  regio  nasofaring,  dimana  dua  jenis  epitel  ini  bertemu  Witte  dan  Neel,
1998.
2.3 Karsinoma Nasofaring
Karsinoma  nasofaring  KNF  adalah  tumor  ganas  yang  berasal  dari  sel  epitel nasofaring.  Tumor  ini  bermula  dari  dinding  lateral  nasofaring  fossa  Rosenmuller
Universitas Sumatera Utara
dan  dapat  menyebar  kedalam  atau  keluar  nasofaring  menuju  dinding  lateral, posterosuperior, dasar tengkorak, palatum, kavum nasi, dan orofaring serta metastasis
ke kelenjar limfe leher Gustafson dan Neel, 1989.
2.4 Prevalensi Karsinoma Nasofaring
Indonesia  termasuk  salah  satu  Negara  dengan  prevalensi  penderita  karsinoma nasofaring  yang  termasuk  tinggi  di  luar  Cina.  Di  Indonesia,  karsinoma  nasofaring
menempati urutan ke-5 dari 10 besar tumor ganas yang terdapat di seluruh tubuh dan menempati  urutan  ke-1  di  bidang  Telinga,  Hidung  dan  Tenggorok  THT.  Hampir
60 tumor ganas kepala dan leher merupakan karsinoma nasofaring Nasir, 2009. Prevalensi  karsinoma  nasofaring  di  Indonesia  adalah  6,2100.000  penduduk
dengan  13.000  kasus  karsinoma  nasofaring  baru  setiap  tahunnya.  Insiden  kejadian karsinoma  nasofaring  di  Medan  pada  tahun  2000  adalah  4,3100.000  penduduk
Adham
et  al
,  2012.  Di  Indonesia  Karsinoma  Nasofaring  paling  banyak  dijumpai diantara tumor ganas di  bidang THT dan usia terbanyak  yang menderita adalah usia
40 tahun keatas Munir, 2006.
2.5 Etiologi Karsinoma Nasofaring 1. Faktor Genetik