TINJAUAN PUSTAKA

Distribusi B2

Pengaturan distribusi B2 tidak terpisah dari pengaturan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang meliputi limbah B3 dan produk B3. Namun terlihat bahwa pengaturan limbah B3 terkesan lebih ketat dibandingkan pengaturan B3, karena pengaturan B3 sudah dilaksanakan sejak lama, dan menjadi standar baku secara universal, khususnya dalam menangani bahan kimia dan bahan bakar. Damanhuri (2009) menjelaskan bahwa transportasi B2 di Amerika Serikat diatur dalam Hazardous Materials Transportation Act yang menjadi wewenang Kementerian Transportasi (US Department of Transportation). Dalam ketentuan tersebut diatur bahwa distribusi B2 harus dilengkapi dengan dokumen resmi yang merupakan legalitas kegiatan pengelolaan, sehingga dokumen ini akan merupakan sarana atau alat pengawasan dalam konsep cradle-to-grave. Dalam istilah umum, dokumen tersebut dikenal sebagai shipping papers yang antara lain terdiri dari:

a. Bagian yang harus diisi oleh penghasil atau pengumpul limbah B3, antara lain berisi:

 Nama dan alamat penghasil atau pengumpul limbah B3 yang menyerahkan limbah B3 Nomor identifikasi (identification number) UN/NA  Kelompok kemasan (packing group),

 Kuantitas (berat, volume dan sebagainya)  Kelas „bahaya‟ dari bahan itu (hazard class),  Tanggal penyerahan limbah

 Tanda tangan pejabat penghasil atau pengumpul, dilengkapi tanggal, untuk menyatakan bahwa limbahnya telah sesuai dengan keterangan yang ditulis serta telah dikemas sesuai peraturan yang berlaku.

 Bila pengisi dokumen adalah pengumpul yang berbeda dengan penghasil, maka dokumen tersebut dilengkapi dengan salinan penyerahan limbah

tersebut dari penghasil limbah.

b. Bagian yang harus diisi oleh pengangkut limbah B3, antara lain berisi:  Nama dan alamat pengangkut limbah B3

 Tanggal pengangkutan limbah  Tanda tangan pejabat pengangkut limbah

c. Bagian yang harus diisi oleh pengolah, pengumpul atau pemanfaat limbah B3, antara lain berisi:

 Nama dan alamat pengolah atau pengumpul atau pemanfaat limbah B3  Tanda tangan pejabat pengolah, pengumpul atau pemanfaaat, dilengkapi

tanggal, untuk menyatakan bahwa limbah yang diterima sesuai dengan keterangan dari penghasil dan akan diproses sesuai peraturan yang berlaku

 Jenis limbah dan jumlahnya  Alasan penolakan  Tanda tangan pejabat pengolah atau pemanfaat dan tanggal

pengembalian

d. Apabila limbah yang diterima ternyata tidak sesuai dan tidak memenuhi syarat, maka limbah tersebut dikembalikan kepada penghasil, disertai keterangan bahwa surat-surat dokumentasi pengangkutan tersebut ditempatkan di kendaraan angkut sedemikian rupa sehingga mudah didapat dan tidak tercampur dengan surat-surat lain. Penghasil limbah B3 akan menerima kembali dokumen limbah B3 tersebut dari pengumpul atau pengolah paling lambat dalam 120 hari sejak limbah tersebut diangkut untuk dibawa ke pengumpul atau pengolah.

1.5.2 Thailand

Pengawasan peredaran B2 di Thailand diatur dalam undang-undang Kerajaan Thailand tahun 2535 BE (1991 M) yang ditetapkan oleh Raja Bhumibiiol Adulyadej Rex tanggal 29 Maret 2535 BE (1991 M). Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan bahan berbahaya (B2) mencakup

Dalam UU tersebut pasal 6, dibentuk sebuah komite yang disebut Committee on Hazardous Subtance yang terdiri dari: sekretaris tetap dari

Kementerian Industri sebagai Ketua Komite, Direktorat Jenderal pada Departemen Perdagangan dalam Negeri, Direktorat Jenderal pada Departemen Pelayanan Kesehatan, Direktorat Jenderal pada Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal pada Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal pada Departemen Penyuluhan Pertanian, Sekretaris Jenderal dari Badan Lingkungan Nasional, Sekretaris Jenderal dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Sekretaris Jenderal dari Kantor Tenaga Atom untuk Perdamaian, Sekretaris Jenderal dari Kantor Lembaga Standardisasi Industri dan perwakilan dari Kementerian Pertahanan, serta tidak lebih dari tujuh orang tenaga ahli (pakar) yang ditugaskan oleh Kabinet. Ketujuh tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kabinet harus memiliki ekpertise, bekerja, dan memiliki pengalaman dalam bidang cabang ilmu kimia, sains, rekayasa, ilmu pertanian, atau hukum, dan paling tidak dua di antaranya yanag ditunjuk bekerja pada lembaga yang memiliki kepentingan dalam perlindungan kesehatan atau lingkungan. Sekretariat dari Komisi Bahan Berbahaya ini bekerja di bawah kontrol, dukungan, dan pengawasan dari menteri-menteri terkait, yaitu Menteri Pertanahan, Menteri Pertanian dan Koperasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Kesehatan Publik, Menteri Sains, Teknologi, dan Lingkungan, serta Menteri Perindustrian.

Secara umum, kewenangan dan tugas dari Komisi Bahan Berbahaya ini adalah untuk memberikan pendapat, nasehat dan pertimbangan kepada kementerian perindustrian dan/atau instansi lainnya terkait produksi, impor, ekspor dan kepemilikan jenis-jenis B2, penyediaan informasi, pendaftaran dan penerbitan ijin, pengawasan, dan hal-hal lain terkait dengan B2 yang sesuai dengan tugas dan kewenangan sesuai dengan undang-undang. Keberadaan komisi ini tentunya lebih bersifat pemberian nasehat dan pertimbangan kepada kementerian atau lembaga terkait sebagai pelaksana di lapang. Sebagai contoh, Kementerian Perindustrian dengan pertimbangan dari Komisi B2 harus

Bahan berbahaya dikelompokkan dalam 4 (empat) jenis, yaitu (1) B2 yang produksi, impor, ekspor atau kepemilikannya harus memenuhi criteria dan prosedur spesifik; (2) B2 yang produksi, impor, ekspor atau kepemilikkannya harus sebelumnya diberitahukan kepada instansi berwenang dan harus memenuhi criteria dan prosedur spesifik; (3) B2 yang produksi, impor, ekspor, atau kepemilikannya harus mendapatkan ijin; dan (4) B2 yang produksi, impor, ekspor, atau kepemilikannya dilarang. Kementerian Perindustrian dengan pertimbangan dari Komisi Bahan Berbahaya memiliki kewenangan untuk mempublikasikan dalam lembaran negara mengenai nama-nama atau kualifikasi dan jenis bahan berbahaya, cara mendapatkan ijin dan lembaga yang bertanggungjawab dalam pengawasannya.