Analisis Data Hasil N -gain Kategori Tinggi

G. Analisis Data Hasil N -gain Kategori Tinggi

1. Analisis Statistik Deskriptif

Hasil data N -gain kemampuan pemahaman konseptual matematis siswa kategori tinggi di kelas eksperimen I dan eksperimen II diolah dengan menggunakan statistika dekriptif sehingga diperoleh rata-rata, simpangan baku, varians, skor tertinggi dan terendah. Hasil pengolahan data tersebut disajikan pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19 Hasil Analisis Deskriptif N -gain Kategori Tinggi

Gain_eks2 Valid N (listwise) N

Gain_Eks1

Std. Deviation

Berdasarkan Tabel 4.19, skor maksimum kelas eksperimen II lebih besar daripada kelas eksperimen I, yaitu 1 dan 0,84, sedangkan untuk skor minimum kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II memperoleh nilai sama, yaitu 0,70. Sebaran data N -gain kategori tinggi kelas eksperimen I dan eksperimen II dapat Berdasarkan Tabel 4.19, skor maksimum kelas eksperimen II lebih besar daripada kelas eksperimen I, yaitu 1 dan 0,84, sedangkan untuk skor minimum kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II memperoleh nilai sama, yaitu 0,70. Sebaran data N -gain kategori tinggi kelas eksperimen I dan eksperimen II dapat

Diagram 4.21 N -gain Kategori Tinggi Kelas Eksperimen I

k uens

Diagram 4.22 N -gain Kategori Tinggi Kelas Eksperimen II

Eksperimen I 0,77

0,76 Eksperimen II 0,75

Eksperimen I Eksperimen II

Diagram 4.23 Rata-Rata N-gain Kategori Tinggi

2. Analisis Statistik Inferensial

Analisis inferensial data N -gain kategori tinggi ini mencakup uji asumsi dan uji dua pihak untuk menguji hipotesis apakah terdapat perbedaan peningkatan KPKM antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran Two Stay Two Stray dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran Direct Instruction . Analisis data N -gain kategori tinggi dalam penelitian ini secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran E.7. Berikut ini uraian dan pengambilan kesimpulan dari setiap analisis yang dilakukan.

a) Uji Normalitas

Hasil analisis deskriptif di atas menunjukkan sebaran N -gain kategori tinggi cukup signifikan. Deskripsi tersebut harus dibuktikan dengan menggunakan statistika inferensial. Langkah pertama yaitu dengan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas data. Hasil uji normalitas data postes kategori rendah kemampuan pemahaman konseptual matematis yang diperoleh seperti pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas N -gain Kategori Tinggi

Gain_Eks1 Gain_eks2 N

Normal Parameters a Mean

0,07024 0,10644 Most Extreme Differences

Std. Deviation

-0,204 -0,169 Kolmogorov-Smirnov Z

Negative

0,354 1,392 Asymp. Sig. (2-tailed)

1,000 0,041 a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan Tabel 4.20, Hasil uji normalitas Lilliefors ( Kolmogrov- Smirnov ) kelas eksperimen I memperoleh nilai sig lebih besar dari �= 0,05 yaitu

1 dan . Dengan demikian � � diterima, sehingga dapat dinyatakan bahwa data N - 1 dan . Dengan demikian � � diterima, sehingga dapat dinyatakan bahwa data N -

Selain menggunakan nilai signifikan untuk keputusan distribusi normal dapat menggunakan nilai d absolute . Dengan membandingkan d absolute dengan tabel d*kritis untuk � = 0,05. Maka untuk kelas eksperimen I nilai tabel d*kritis untuk � = 0,05 yaitu 0,708 sedangkan kelas eksperimen II nilai tabel d*kritis untuk � = 0,05 yaitu 0,301. Berdasarkan Tabel 4.20, kelas eksperimen I memperoleh nilai d absolute= 0,204. Artinya, d absolute < d*kritis atau 0,204 ≤ 0,708, maka dapat dinyatakan bahwa data kelas eksperimen I berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sedangkan untuk kelas eksperimen II memperoleh nilai d absolute= 0,319. Artinya, d absolute > d*kritis atau 0,319 > 0,301, maka dapat dinyatakan bahwa data kelas eksperimen II berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

b) Uji Perbedaan Rata-Rata (Uji Hipotesis VI)

Pengujian dua pihak dilakukan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kategori tinggi antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran Two Stay Two Stray dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran Direct Instruction . Pada prasyarat analisis sebelumnya, data tersebut berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, sehingga untuk menguji hipotesis Pengujian dua pihak dilakukan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kategori tinggi antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran Two Stay Two Stray dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran Direct Instruction . Pada prasyarat analisis sebelumnya, data tersebut berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, sehingga untuk menguji hipotesis

Tabel 4.21 Hasil Uji Dua Pihak Data N -gain Kategori Tinggi

Gabungan

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

0,857 a

Berdasarkan Tabel 4.21, uji Mann-Whitney U-Test ini memberikan nilai sig (2-tailed) sebesar 0,846. Karena nilai sig yang diperoleh ini lebih besar dari �= 0,05 maka � � diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konseptual kategori tinggi antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran Two stay Two Stray dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran Direct Instruction.

Selain menggunakan nilai signifikan untuk keputusan uji perbedaan rata- rata pretes dapat menggunakan nilai Z hitung . Dengan membandingkan Z hitung

dengan Z tabel . Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh Z ℎ�� �� = -0,194 dan � �� �� = -1,96. Karena memenuhi −Z ℎ�� �� > −Z �� �� , yaitu −0,194 > −1,96, maka H 0

diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konseptual kategori tinggi antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran Two stay Two Stray dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran Direct Instruction.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

PENGARUH METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

34 139 204

HUBUNGAN ANTARA KELENTUKAN DAN KESEIMBANGAN DENGAN KEMAMPUAN BACK OVER DALAM SENAM PADA SISWA SMA NEGERI 05 BANDAR LAMPUNG

0 42 1

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING(PBL) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI)

6 62 67

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN DAN SIKAP SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BATANGHARI NUBAN LAMPUNG TIMUR

25 130 93

ANALISIS KEMAMPUAN LABA OPERASI DALAM MEMPREDIKSI LABA OPERASI, ARUS KAS OPERASI DAN DIVIDEN KAS MASA DEPAN ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2009-2011)

10 68 54

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60