Hasil Penelitian

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan telaah terhadap bahan hukum yang peneliti kumpulkan, berikut merupakan hasil penelititan yang dapat diuraikan:

1. Deskripsi Lokasi Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman merupakan landasan kerangka hukum Indonesia. Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 menentukan bahwa Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh Pengadilan dalam lingkungan :

a. Peradilan Umum

b. Peradilan Agama

c. Peradilan Militer

d. Peradilan Tata Usaha Negara Masing-masing memiliki lingkungan wewenang mengadili tertentu dan meliputi badan-badan peradilan tingkat pertama dan tingkat banding.

Berdasarkan Pasal 15 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 , dapat diketahui bahwa, Pengadilan khusus hanya dapat dibentuk dalam salah satu lingkungan peradilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10. Melihat ketentuan perundang-undangan tersebut, maka jelaslah tidak ada tempat bagi sebuah Pengadilan Anak yang berdiri sendiri namun secara intern berada dalam lingkungan Peradilan Umum. Dalam masing-masing lingkungan peradilan dimungkinkan adanya pengkhususan. Misalnya dalam Peradilan Umum diadakan pengkhususan berupa Pengadilan Lalu Lintas, Pengadilan Anak, Pengadilan Niaga, dan sebagainya. Dengan demikian Peradilan Anak merupakan Peradilan Khusus, merupakan spesialisasi dan kewenangannya di bawah Peradilan Umum. Peradilan Anak diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Pasal 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menyatakan, Pengadilan Anak adalah pelaksana kekuasaan kehakiman yang berada di lingkungan

Negeri Kabupaten Madiun dalam menyelenggarakan Peradilan Khusus yaitu Pengadilan Anak.

Di Kota Madiun sendiri memiliki 2 (dua) Pengadilan Negeri. Terdapat Pengadilan Negeri Kota Madiun dan Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun. Pengadilan Negeri Kota Madiun sendiri terletak di Jalan Kartini Nomor 7 Madiun, sedangkan Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun berlokasi di Jalan Sukarno Hatta Nomor 15 Madiun. Wilayah hukum yang masuk Pengadilan Negeri Kota Madiun terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan yaitu antara lain:

a. Kecamatan Taman;

b. Kecamatan Kartoharjo;

c. Kecamatan Mangunarjo. Sedangkan wilayah hukum Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun terdiri dari

15 (lima belas) Kecamatan, antara lain:

a. Kecamatan Dolopo;

b. Kecamatan Geger;

c. Kecamatan Wungu;

d. Kecamatan Jiwan;

e. Kecamatan Kare;

f. Kecamatan Balerejo;

g. Kecamatan Wonosari;

h. Kecamatan Saradan;

i. Kecamatan Kebon Sari; j. Kecamatan Nglames; k. Kecamatan Gemarang; l. Kecamatan Pilang Kenceng; m. Kecamatn Dagangan; n. Kecamatan Sawahan; o. Kecamatan Mejayan.

Secara intern di lingkungan Peradilan Umum Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun telah ditunjuk Hakim yang khusus mengadili perkara- Secara intern di lingkungan Peradilan Umum Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun telah ditunjuk Hakim yang khusus mengadili perkara-

Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun memiliki 7 (tujuh) Hakim Anak, antara lain:

a. Bambang Hermanto, S.H., M.H.

b. Bambang Myanto, S.H., M.H.

c. Lucy Ermawati, S.H.

d. Dedy Muchti Nugroho, S.H., M.Hum.

e. Nuny Defi Ari, S.H.

f. Lusi Emmi K., S.H.

g. Dyah Nursanti, S.H. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Hakim Anak harus memiliki Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung tentang penetapan sebagai Hakim Anak. Jumlah Hakim Anak kebanyakan adalah wanita. Hal ini dikarenakan wanita memiliki jiwa keibuan, sehingga lebih mengerti jiwa, karakter, pertumbuhan, dan perkembangan anak. Terbukti dengan keberadaan Hakim Anak wanita di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun yang lebih banyak, menurut narasumber yang peneliti wawancara. Perlu diketahui bahwa hakim wanita tidak kalah tegas dan bijaksana dari hakim pria.

Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan penetapan sebagai Hakim Anak, antara lain:

a. Hakim Anak ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung atas usul Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan melalui

Madiun sendiri telah ditetapkan sebagai Hakim Anak sebelum bertugas di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun.

b. Syarat-syarat agar ditetapkan sebagai Hakim Anak di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun adalah:

1) telah berpengalaman sebagai Hakim Anak di Pengadilan dalam

lingkungan Peradilan Umum

2) memiliki minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah anak. Adapun acara pengadilan anak di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Tata ruang sidang pengadilan anak. Terdapat ruang sidang tersendiri untuk ABH d i Pengadilan Negari Kabupaten Madiun. Jadi ruang sidang untuk ABH berbeda dengan ruang sidang untuk pemeriksaan perkara orang dewasa. Ketentuan mengenai tata ruang sidang pengadilan anak telah diatur pada Pasal 230 ayat (3) KUHAP. Berdasarkan Pasal 16 Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.02.PW.07.10 Tahun 1997 tentang Tata Tertib Persidangan dan Tata Tertib Ruang Sidang, bahwa ruang sidang pengadilan anak dibagi atas tiga bagian, yaitu:

1) Ruangan untuk tempat hakim, panitera, dan rohaniawan;

2) Ruangan untuk tempat penuntut umum, penasihat hukum, pembimbing kemasyarakatan, terdakwa, saksi dan orang tua, wali atau orang tua asuhnya;

3) Ruangan untuk umum.

b. Dalam proses pemeriksaan sidang ABH, para pejabat pemerintah yaitu Hakim, Penuntut Umum, beserta Panitera yang bertugas membantu Hakim tidak memakai toga.

c. Disidangkan dengan Hakim tunggal, hal ini berdasarkan pada Pasal 11 ayat (1) Undang-undang Pengadilan Anak dengan sidang tertutup. Namun tidak menutup kemungkinan diperiksa dengan Hakim Majelis apabila tindak pidana yang diancam dengan hukuman penjara di atas lima tahun dan pembuktiannya sulit (Pasal 11 ayat (2) Undang-undang Pengadilan Anak).

d. Laporan Pembimbing Kemasyarakatan, Hakim dapat memerintahkan Pembimbing

Kemasyarakatan

untuk

membuat Penelitian Kemasyarakatan (Litmas) terhadap ABH untuk dijadikan pertimbangan wajib Hakim dalam menjatuhkan Putusan kepada ABH yang bersangkutan.

e. Terdakwa didampingi orang tua, Penasihat Hukum, dan Pembimbing Kemasyarakatan. Mereka memiliki peran masing-masing dalam proses persidangan berlangsung.

f. Saksi dapat didengar tanpa dihadir Terdakwa, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 58 ayat (1) Undang-undang Pengadilan Anak. Hakim dapat memerintahkan agar Terdakwa dibawa keluar sidang, karena untuk menghindari adanya hal yang mempengaruhi jiwa anak. Sebetulnya Pasal ini tidak bersifat wajib. Artinya ada ABH yang memiliki mental kuat sehingga dia tidak perlu dibawa keluar sidang. Namun demikian, Hakim di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun yang memeriksa perkara pidana ABH selalu memerintahkan agar Terdakwa dibawa keluar sidang, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan karena sangat berpengaruh pada perkembangan ABH yang bersangkutan.

g. Putusan Hakim. Sebelum mengucapkan putusannya, Hakim memberikan kesempatan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh untuk mengemukakan segala hal ikhwal yang bermanfaat bagi anak (Pasal 59 ayat (1) Undang-undang Pengadilan Anak). Kemudian dalam putusannya, Hakim wajib mempertimbangkan Litmas dari Pembimbing Kemasyarkatan (Pasal 59 ayat (2) Undang-undang Pengadilan Anak), dan harus putusan harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum (Pasal 59 ayat (3) Undang-undang Pengadilan Anak). (Nashriana, 2011: 139)

2. Alasan Aturan Pemidanaan Dalam KUHP Tidak Diterapkan Pada ABH d i Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun

Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun dalam menerapkan

Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Sebelum adanya Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, pengaturan ancaman sanksi pidana bagi ABH secara khusus diatur dalam tiga pasal, yaitu Pasal 45, 46, dan 47 KUHP. Pasal-pasal ini telah dicabut dan tidak berlaku lagi dengan keluarnya Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak (Pasal 67 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak). Pasal 45, 46, 47 KUHP merupakan sub sistem dari keseluruhan sistem pemidanaan (umum), dan keseluruhan dari sistem pemidanaan anak. Dalam ketentuan KUHP tersebut, pada dasarnya Pengadilan Anak diberlakukan pada anak yang belum berusia 16 (enam belas) tahun dimana penjatuhan sanksi yang diberikan b isa berupa dikembalikan kepada orang tua/ wali atau orang tua asuhnya tanpa pidana apapun; atau dijadikan anak negara sampai umur 18 (delapan belas) tahun; atau dipidana dengan pidana dikurangi 1/3 (sepertiga) dari ancaman pokok orang dewasa dan bila ancaman pidana dengan ancaman pidana mati/ seumur hidup maka ancamannya maksimal 15 (lima belas) tahun serta pidana tambahan sesuai dengan ketentuan Pasal 10 huruf b KUHP. Secara sosio logis, kerancuan ketentuan pidana anak dalam KUHP dianggap wajar karena KUHP berlaku di Indonesia sejak tahun 1915. Sistem pemidanaan dalam KUHP yang bersifat sangat sederhana serta penyusunan KUHP yang hanya ditujukkan untuk kepentingan pembuat undang-undang, dimana hanya menyoroti kesalahan pelaku, dan tidak banyak menyoroti kepentingan korban. Padahal pengaturan mengenai pertanggungjawaban yuridis yang terdapat dalam KUHP didasarkan pada kemampuan fisik dan moral seseorang (Pasal 44 ayat (1) dan (2) KUHP). Dalam menentukan pertanggungjawaban yuridis, seorang Hakim harus dapat melihat kemampuan fisik dan moral seseorang dalam melakukan tindak pidana atau tidak. ABH di sini merupakan anak yang belum memiliki kemampuan fisik dan moral, belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Hal ini yang merupakan salah satu alasan dibentuknya Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dimana tujuan utamanya adalah memberikan

Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak diundangkan tanggal 3 Januari 1997 (Lembar Negara 1997 Nomor 3, Tambahan Lembar Negara Nomor 3668), dan mulai diberlakukan satu tahun kemudian yaitu tanggal 3 Januari 1998. Undang-undang ini diatur perlakuan khusus terhadap anak nakal, yang berbeda dengan pelaku tindak pidana orang dewasa. Misalnya, tidak dikenal hukuman penjara seumur hidup ataupun pidana mati, serta ancaman pidana ½ (satu perdua) dari ancaman maksimum pidana orang dewasa,dsb. Undang-undang ini telah diatur secara khusus tentang hukum pidana materiil, hukum pidana formil, dan hukum pelaksanaan pidana bagi anak yang telah melakukan kenakalan. Dengan demikian , Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak merupakan hukum yang khusus (lex spesialis) dari hukum yang umum (lex generalis) yang tertuang dalam KUHP, KUHAP.

Keberadaan Undang-undang Pengadilan Anak memberikan harapan tersedianya peraturan hukum terhadap ABH. Tujuan dari peraturan ini adalah memberikan perlindungan terhadap ABH yang melakukan suatu tindak pidana dan melakukan perbuatan yang terlarang bagi anak menurut peraturan perundang-undangan dan menurut peraturan hukum lain yang berlaku dimasyarakat. Undang-undang Pengadilan Anak mengatur tentang batas usia, sanksi yang diancamkan pada ABH, hukum acara, dan tindakan bagi ABH pelaku tindak pidana. Perlindungan yang diberikan oleh Undang-undang Pengadilan Anak berbeda dengan perlindungan yang terdapat pada Pasal 45,

46, dan 47 KUHP. Dalam menerapkan pemidanaan terhadap ABH di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun, Hakim Anak menjadikan Undang-undang Pengadilan Anak sebagai dasar aturan hukum pada perkara pidana ABH. Menurut narasumber, telah terjadi ketidak konsistenan antara KUHP dengan aturan baru mengenai ABH yaitu Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Ketika Pasal 45, 46, 47 KUHP tidak berlaku lagi, maka salah satu sub sistem pemidanaan anak dalam KUHP sudah tidak ada, dan telah diganti dengan Undang-undang Pengadilan Anak. Sistem pemidanaan

serta lamanya pidana untuk anak yang melakukan tindak pidana telah menjadi aturan umum baru untuk semua pelaku anak, sebagai pengganti aturan umum yang ada dalam KUHP. Sedangkan aturan sistem pemidanaan lainnya seperti pelaksanaan pidana, percobaan, penyertaan, pembantuan melakukan pelanggaran, berbarengan, alasan penghapus pidana, alasan penghapus kewenangan menuntut dan menjalankan pidana, dan sebagainya bahkan aturan khusus yang diatur dalam Buku II dan Buku III juga masih berlaku untuk anak temasuk recidive. Meskipun terdapat ketentuan-ketentuan yang tidak konsisten antara yang diatur dalam Undang-undang Pengadilan Anak dengan KUHP, namun demikian melihat adanya asas lex spesialis derogat lex generalis maka aturan hukum dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak sebagai undang-undang khusus mengalahkan keberadaan KUHP sebagai undang-undang umum.

Sebagaimana telah tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Hakim Anak dalam mengadili perkara ABH di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Mulai dari hukum materiil hingga hukum formil.

3. a. Jenis-Jenis Pidana Yang Dijatuhkan Hakim Anak Pada ABH Di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun

Seperti yang sudah dijelaskan peneliti dalam sub bab sebelumnya mengenai jenis pidana yang dijatuhkan di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun yang menangani perkara pidana ABH, juga berpijak pada aturan penetapan jenis pidana terhadap ABH sesuai dengan Undang-undang Nomor

3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Hal ini dikarenakan yang menjadi aturan hukum mengenai Peradilan Anak termasuk penetapan jenis pidana pada ABH yaitu berdasarkan pada peraturan yang terdapat dalam Undang- undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan dalam penetapan jenis pidana melihat pada undang- undang yang dijeratkan atas perbuatan ABH termasuk KUHP serta tetap

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Pada kasus- kasus yang melibatkan ABH di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun, Hakim Anak membenarkan dan menggunakan undang-undang lain, di luar KUHP yang masih berkaitan dengan masalah anak. Peneliti mengambil sample dari kasus-kasus yang berkaitan dengan ABH selama tahun 2011. Terdapat 31 (tiga puluh satu) kasus ABH di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun. Undang-undang lain di luar KUHP yang digunakan Hakim Anak yang masih bertalian dengan masalah ABH antara lain:

1) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika;

2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;

3) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pelindungan Anak;

4) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

5) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

6) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; Dalam wawancara yang dilakukan peneliti dengan narasumber, beliau berpendapat bahwa penggunaan undang-undang di luar KUHP tersebut dalam hukum pidana anak cukup beralasan karena dalam mencari kebenaran dan keadilan terhadap hukum pidana harus ada keseimbangan dalam mencari kebenaran hukum materiil dan hukum formil. Utamanya Hakim Anak harus mengacu pada isi surat dakwaan yang disampaikan Penuntut Umum khususnya unsur-unsur pasal yang didakwakan termasuk dalam pembuatan putusan, harus mengacu pada unsur-unsur pasal yang didakwakan Penuntut Umum dan kebenaran formil. Untuk melaksanakan keadilan hukum dalam proses pemeriksaan perkara pidana ABH di Pengadilan yang menjadi pijakan utama Hakim Anak dalam memberikan pemidanaan pada ABH adalah Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

Dalam perkara pidana ABH yang ada di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun di tahun 2011 sebanyak 31 perkara pidana ABH yang telah diputus Hakim Anak, sebagian besar putusan Hakim adalah pidana Dalam perkara pidana ABH yang ada di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun di tahun 2011 sebanyak 31 perkara pidana ABH yang telah diputus Hakim Anak, sebagian besar putusan Hakim adalah pidana

ka

a n .u

s.

No. Indikator

Undang-undang Nomor 3 Tahun 19997

Hasil Penelitian

c.

tentang Pengadilan Anak

id

1. Jenis sanksi

Jenis sanksi (Pasal 22):

Jenis sanksi yang diberikan terhadap ABH pada

1. Pidana

perkara pidana di Pengadilan Negeri Kabupaten

2. Tindakan Madiun pada Tahun 2011 antara lain:

c Jenis pidana (Pasal 23):

a. Pidana pokok:

a. Pidana pokok:

1) Pidana penjara;

it

1) Pidana penjara;

2) Pidana kurungan;

2) Pidana kurungan;

3) Pidana denda.

ser 3) Pidana denda, atau;

b. Pidana tambahan: Perampasan barang.

4) Pidana pengawasan.

b. Pidana tambahan:

Jenis tindakan:

1) Perampasan barang, dan atau;

Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti

2) Pembayaran ganti rugi. wajib latihan kerja. Jenis tindakan (Pasal 24 ayat (1)):

a. Mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh;

Yang sering dijatuhkan dalam pemidanaan

b. Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti

yang diberikan pada ABH adalah pidana penjara,

pendidikan, pembinaan dan latihan kerja; atau

ig

c. Menyerahkan kepada Departemen Sodial, dan/ pidana denda serta pidana tambahan yaitu ilib

.u n s.

c. id c. id

ka pidana kurungan dan menyerahkan ABH pada

dan latihan kerja

an

Pasal 24 ayat (2), jenis tindakan dapat disertai negara untuk wajib latihan kerja hanya sebagai .u n s.

dengan:

pidana pengganti atas pidana denda apabila ABH

c.

1. Teguran; atau

tidak dapat membayar denda yang ditetapkan id

2. Syarat tambahan lainnya.

Hakim Anak pada putusan perkara pidana ABH.

Untuk anak yang melakukan Tindak Pidana

menurut Pasal 25 ayat (1):

1. Pidana;

2. Tindakan.

c Untuk anak yang belum berumur 12 tahun hanya

dikenakan tindakan yang berupa:

it o t

1) Tindakan sub b jika melakukan tindak pidana

u ser yang diancam pidana mati/ seumur hidup

(Pasal 26 ayat (3));

2) Salah satu tindakan sub a-c, jika melakukan tindak pidana yang diancam pidana mati/ seumur hidup (Pasal 26 ayat (4))

3) Untuk anak yang melakukan “perbuatan terlarang lainnya” hanya dikenakan tindakan (Pasal 25 ayat (2)).

3 ig ilib .u

n s.

c. id c. id

1. Penjara/ kurungan/ denda dikurangi ½:

Pada hasil peneltian, Hakim Anak d i Pengadilan

2. Maksimum 10 tahun penjara apabila tindak

n Negeri Kabupaten Madiun untuk ketentuan

.u n

pidana diancam pidana mati/ seumur hidup;

s. mengenai lamanya pidana berpijak pada

3. Pidana pengganti denda: wajib latihan kerja

dengan ketentuan:

c. Undang-undang Pengadilan Anak meskipun

id

a. Paling lama 90 hari kerja;

b. Lama latihan kerja tidak lebih dari 4 jam dalam pemidanaannya Hakim Anak melihat sehari;

pasal-pasal atau peraturan perundang-undangan

c. Tidak dilakukan pada malam hari.

yang dijeratkan pada ABH namun tetap berpijak pada Undang-undang Pengadilan Anak.

Pidana pengganti denda yaitu wajib latihan kerja, m it

Hakim Anak juga melaksanakan ketentuan ini o t u

dalam prakteknya, meskipun tidak semua Hakim ser Anak di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun

yang melaksanakan ketentuan mengenai pidana pengganti denda.

3. Pidana Bersyarat

Pidana bersyarat:

Menurut data yang diambil peneliti pada tahun

1. dijatuhkan pidana bersyarat apabila pidana 2011, tidak terdapat putusan mengenai pidana

ig bersyarat di Pengadilan Negeri Kabupaten

penjara yang dijatuhkan paling lama 2 tahun;

ilib .u n

2. Lamanya pidana

bersyarat/

percobaan

s.

c.

5 id

3. Hanya bisa dijatuhkan pidana penjara.

ka perkara pidana ABH yang diambil peneliti,

Pembimbing .u n s.

Kemasyarakatan memberikan saran untuk

a c. dijadikan pertimbangan pada Hakim Anak yang

id

bersangkutan

untuk menjatuhkan

pidana

bersyarat pada ABH.

it o t

u ser

d ig ilib .u

n s.

6 c. id

Hakim Anak menekankan bahwa yang menjadi pertimbangan Hakim Anak di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun dalam penjatuhan pidana adalah:

1) hasil Litmas dari pembimbing kemasyarakatan

2) pasal-pasal yang dijeratkan pada ABH

3) batasan umur ABH.

4) efek dari perbuatan yang dilakukan ABH

5) kedudukan ABH sebelum perkara dilimpahkan ke Pengadilan Negeri

Kabupaten Madiun sudah dimasukkan tahanan atau belum.

Dijelaskan oleh Agung Nugroho selaku narasumber hakim di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun, mengenai penjatuhan pidana berupa pidana penjara karena ABH sebelumnya telah ditahan di Rumah Tahanan (RUTAN ) Madiun sebagai tahanan titipan dari Kantor Polisi Sektor/ Polisi Resort Wilayah Kabupaten Madiun sebelum perkara dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun. Jadi tidak mungkin kalau Putusan Hakim Anak berupa putusan bebas, kurungan, denda, pengawasan, maupun hukuman tindakan. Apabila Hakim Anak menjatuhkan putusan pada perkara pidana ABH lebih ringan maka akan melanggar Hak Asasi Anak, dimana ABH sejak awal telah ditahan. Kalaupun terdapat hukuman tindakan wajib latihan kerja selama 90 hari hanya berupa hukuman subsider atas pidana pengganti pidana denda. Untuk hukuman tindakan yang dikembalikan ke orang tua, wali, atau orang tua asuh bisa saja dilaksanakan tapi menilik kembali bahwa sejak penyidikan pihak Kepolisian telah melakukan penahanan ABH melalui Surat Perintah Penahanan oleh penyidik.

Peneliti telah mengambil 2 (dua) sample putusan perkara pidana ABH di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun serta dilengakapi dengan Litmas dari BAPAS Klas II Madiun atas nama Klien pada putusan tersebut, yang selanjutnya akan dijadikan bahan analisis pada pembahasan. Perkara tersebut antara lain:

Putusan Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun atas nama Terdakwa bernama Sugianto Als. Ganden, berusia 17 (tujuh belas) tahun telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana “dengan sengaja mengedarkan sediaan farmasi dan / atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan /atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan dan mutu” sebagaimana diatur dalam Pasal 196 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Penyidikan dilakukan sejak tanggal 27 September 2011 dan Hakim Anak mnejatuhkan putusan pada 06 Desember 2011. Hakim menjatuhkan pemidanaan terhadap Terdakwa tersebut dengan hukuman penjara selama 5 (lima) bulan dikurangi selama terdakwa dalam tahanan sementara dengan perintah agar terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah) subsider 1 (satu) bulan pidana kurungan. Selain itu, menyatakan barang bukti berupa 367 butir obat warna kuning bertuliskan Nova dalam bungkus plastik, 58 butir obat warna kuning bertuliskan Nova yang dimasukkan dalam bungkus rokok Mild, 1 buah HP Nokia tipe 1202 d irampas untuk dimusnahkan.

2) Putusan No. 523/Pid.B/2011/PN.Kb.Mn Putusan Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun Nomor 523/ Pid.B/ 2011/ PN.Kb.Mn. Perkara pidana ABH ini dilakukan oleh 2 (dua) orang ABH. Terdakwa I bernama Rohmat Hidayat, 17 (tujuh belas) tahun dan Terdakwa II bernama Lukas Suko Ahmadi, 14 (empat belas) tahun. Kedua Terdakwa tersebut terbukti secara bersama-sama melakukan penganiayaan ringan (Pasal 80 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo. Pasal 170 ayat (1) KUHP) pada saksi korban Adi Setiyawan, 17 (tujuh belas) tahun, yang terjadi pada hari kam is tanggal 24 November 2011 pukul 09.30 WIB di warung Marlan di Desa Kwangsen, Kecamatan Jiwan- Kabupaen Madiun. Telah dilakukan penahanan sejak 25 2) Putusan No. 523/Pid.B/2011/PN.Kb.Mn Putusan Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun Nomor 523/ Pid.B/ 2011/ PN.Kb.Mn. Perkara pidana ABH ini dilakukan oleh 2 (dua) orang ABH. Terdakwa I bernama Rohmat Hidayat, 17 (tujuh belas) tahun dan Terdakwa II bernama Lukas Suko Ahmadi, 14 (empat belas) tahun. Kedua Terdakwa tersebut terbukti secara bersama-sama melakukan penganiayaan ringan (Pasal 80 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo. Pasal 170 ayat (1) KUHP) pada saksi korban Adi Setiyawan, 17 (tujuh belas) tahun, yang terjadi pada hari kam is tanggal 24 November 2011 pukul 09.30 WIB di warung Marlan di Desa Kwangsen, Kecamatan Jiwan- Kabupaen Madiun. Telah dilakukan penahanan sejak 25

Pid..B/2011/PN.Kb.Mn dan Putusan No. 523/Pid.B/2011/PN.Kb.Mn dapat dibaca pada Lampiran.

Pada intinya semua Putusan Hakim khususnya di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun sangat mempengaruhi kehidupan selanjutnya ABH yang bersangkutan. Hakim harus yakin betul bahwa putusan yang diambil akan dapat menjadi salah satu dasar yang kuat untuk mengembalikan dan mengantar anak menuju masa depan baik untuk mengembangkan dirinya sebagai warga yang bertanggung jawab pada bangsa, negara, dan keluarganya dalam hal ini Hakim Anak Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun memperhatikan dan melaksanakan tujuan dari Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

b. Hak-hak ABH di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun Undang-undang telah memberikan perlindungan hukum terhadap ABH, baik ketika ia menjadi tersangka maupun ketika telah didakwa dalam persidangan anak. Hak-hak ABH di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun sama halnya dengan peraturan perundangan-undangan yang ada yaitu Undang-undang Pengadilan Anak dan KUHAP, maupun peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan hak-hak anak khususnya ABH. Ini menunjukkan baik secara formil maupun materiil, peraturan tersebut dipakai oleh Hakim Anak di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun. Narasumber menyatakan bahwa pada intinya Hakim Anak di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun menginduk pada aturan hukum yang tercantum pada Undang-undang Pengadilan Anak dalam melaksanakan proses persidangan ABH di wilayah Kabupaten Madiun sehingga hak-hak ABH dapat terpenuhi, dan juga Undang-undang Pengadilan Anak tidak mencabut

Hak-hak ABH dalam Undang-undang Pengadilan Anak diatur dalam Pasal 45 ayat (4), dan Pasal 51 ayat (1) dan (3), sedangkan dalam KUHAP diatur dalam Pasal 50 sampai Pasal 68 KUHAP kecuali Pasal 64. Mengenai

apa saja hak-hak ABH, antara lain:

1) Sejak ditangkap atau ditahan ABH berhak mendapatkan batuan hukum dari seorang penasihat hukum atau lebih pada setiap tingkat pemeriksaan.

2) ABH berhak berhubungan langsung dengan penasihat hukumnya dengan diawasi tanpa di dengar oleh pejabat berwenang.

3) Selama anak ditahan, kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anak tetap terpenuhi.

4) ABH berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya dapat diajukan kepada penuntut umum.

5) ABH berhak perkaranya segera diajukan ke pengadilan oleh penuntut umum.

6) ABH berhak segera diadili oleh pengadilan.

7) ABH berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai.

8) ABH berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang

dimengerti olehnya tentang apa yang didakwakan kepadanya.

9) Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, ABH memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim.

10) Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, ABH berhak untuk setiap waktu mendapat bantuan juru bahasa, apabila tidak mengerti Bahasa Indonesia.

11) Dalam hal ABH bisu dan/ tuli, berhak mendapat bantuan penerjemah, orang yang pandai bergaul dengannya.

12) ABH berhak memilih sendiri penasihat hukumnya.

13) ABH berhak menghubungi penasihat hukumnya sesuai dengan ketentuan

14) ABH yang berkebangsaan asing yang dikenakan penahanan berhak menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya dalam menghadapi proses perkaranya.

15) ABH berhak menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatan, baik yang ada hubungannya dengan proses perkara atau tidak.

16) ABH berhak mendapatkan jaminan bagi penangguhan penahanan ataupun untuk usaha mendapatkan bantuan.

17) ABH berhak mendapat kunjungan dari sanak keluarga baik yang ada hubungannya dengan perkara atau tidak.

18) ABH berhak mengirim dan menerima surat pada pensihat hukumnya dan disediakan alat tulis.

19) ABH berhak mendapat kunjungan rohaniawan.

20) ABH tidak dibebani kewajiban pembuktian.

21) ABH berhak untuk minta banding terhadap putusan pengadilan tingkat pertama kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan pengadilan dalam acara cepat.

22) ABH berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi sebagaimana Pasal

95 KUHAP. Pengaturan tentang hak-hak tersebut harus dipenuhi dan petugas tidak boleh menghalangi d ipenuhinya hak-hak sejak awal pemeriksaan hingga proses persidangan berakhir.