Identitas Responden

A. Identitas Responden

1. Jenis Kelamin Salah satu penggolongan identitas responden yaitu berdasarkan jenis kelamin yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Semua responden pada penelitian ini adalah laki-laki sebanyak 42 orang. Kaum laki-laki lebih banyak berperan dalam penerimaan inovasi biogas dikarenakan laki- laki di Kabupaten Sukoharjo lebih berperan dalam keluarga yaitu sebagai kepala rumah tangga. Oleh karena itu, peran laki-laki lebih dominan dalam pengambilan keputusan dalam penerimaan suatu inovasi baru dalam keluarga daripada perempuan.

2. Umur Responden Responden dalam penelitian ini digolongkan menjadi 2 yaitu, kelompok umur produktif (15-64 tahun) dan non-produktif (penduduk umur ≤14 tahun dan penduduk umur ≥ 64 tahun) (Mantra, 2003). Responden dari umur produktif biasanya masih aktif dalam melakukan kegiatan usaha tani dibandingkan responden yang umurnya sudah tidak produktif lagi. Umur responden dapat dilihat pada tabel 5.1 :

Tabel 5.1. Distribusi Jumlah Responden Menurut Umur

No.

Kategori Usia

Jumlah Responden (orang) Persentase (%) 1. 2.

Umur produktif (15-64 tahun) Umur nonproduktif ( ≤ 14 tahun dan ≥ 64 tahun)

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011 Responden yang tergolong dalam umur produktif sebanyak 39

orang atau sebesar 92,86 persen sedangkan usia non produktif sebanyak 3 orang atau sebesar 7,14 persen. Menurut Soekartawi (2005) semakin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih

commit to user

belum berpengalaman dalam adopsi inovasi tersebut . Adopsi inovasi oleh petani yang belum berpengalaman dalam adopsi inovasi ditunjukkan dengan adanya respon yang baik dari para petani responden yang mayoritas tergolong dalam usia produktif dalam penerimaan inovasi baru yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani responden dalam mendapatkan informasi mengenai biogas serta menerapkannya yang meliputi pengoperasian dan pemeliharaan instalasi biogas.

3. Jumlah Anggota Keluarga Penggolongan identitas responden yang meliputi jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), umur (umur produktif dan umur non produktif), juga meliputi jumlah anggota rumah tangga responden. Jumlah anggota rumah tangga merupakan jumlah anggota rumah tangga responden yang tinggal dalam satu rumah tangga. Lebih lanjut, jumlah anggota rumah tangga dapat dilihat pada tabel 5.2 :

Tabel 5.2. Distribusi Jumlah Responden Menurut Jumlah Anggota

Keluarga

No.

Kategori Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah Responden

(orang)

Persentase (%)

1. 2-4 orang

25 59,52

2. 5-7 orang

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011 Banyaknya jumlah anggota rumah tangga akan berpengaruh pada

perekonomian keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka akan semakin meningkat pula kebutuhan keluarga. Hal ini tentunya juga akan membuat biaya hidup yang dikeluarkan semakin besar. Walaupun demikian apabila dalam suatu keluarga terdapat beberapa orang yang bekerja maka pendapatan keluarga pun akan semakin meningkat.

commit to user

Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan dari usahatani yang dibatasi dalam kurun waktu satu musim tanam. Penerimaan dihitung dari penerimaan yang bersumber dari usahatani dan penerimaan non usahatani. Tetapi tidak semua petani memiliki pekerjaan sampingan di luar bertani, sehingga satu-satunya sumber penerimaan mereka adalah hasil dari kegiatan bertani. Begitu juga dengan pengeluaran, pengeluaran yang dihitung tidak hanya pengeluaran dari usahatani akan tetapi juga menghitung pengeluaran non usahatani.

Tabel 5.3 Distribusi Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendapatan

Rumah Tangga

No.

Kategori Pendapatan

Kategori

Jumlah Responden

(orang)

Persentase (%)

1. Rp 2.800.000-Rp 4.866.666

Rendah

32 76,19

2. Rp 4.866.667-Rp 6.933.333

Sedang

8 19,05

3. Rp 6.933.334-Rp 9.000.000

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan pendapatan rumah tangga responden, dapat diketahui

besarnya rata-rata pendapatan rumah tangga yaitu sebesar Rp 4.007.142 sedangkan untuk besarnya rata-rata pendapatan non usahatani yaitu sebesar Rp 886.904,6 dan untuk rata-rata penerimaan total yaitu sebesar Rp 4.850.047,6 maka petani responden tergolong dalam kategori rendah. Biaya yang dikeluarkan untuk usahatani antara lain untuk biaya produksi benih, pupuk, pestisida, biaya tenaga kerja, serta sewa traktor. Sedangkan pengeluaran non usahatani pengeluaran untuk biaya pendidikan, konsumsi sembako, biaya listrik, biaya pendidikan, iuran perkumpulan desa, serta biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan sosial.

5. Proses Penerapan Bantuan Biogas Biogas merupakan salah satu sumber energi yang terbarukan yang dapat menjawab kebutuhan energi alternatif. Biogas adalah hasil dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaan anaerob. Untuk menghasilkan biogas dibutuhkan reaktor biogas

commit to user

dekomposisi bahan organik dapat berjalan secara optimum. (Wahyuni, 2010).

Berikut adalah bagan alur proses penerapan bantuan biogas :

Memenuhi Tidak Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi

Gambar 2. Skema Bagan Alur Proses Penerapan Bantuan Biogas Pengetahuan petani mengenai biogas umumnya hanya sebatas tahu

manfaat biogas. Pemahaman tersebut seputar bahwa kotoran ternak dapat dijadikan pengganti bahan bakar untuk keperluan rumah tangga seperti memasak dan penerangan. Selanjutnya petani responden tidak mengetahui secara terperinci mengenai proses hingga terbentuknya gas. Oleh sebab itu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo melakukan sosialisasi. Sosialisasi dilakukan di setiap kecamatan dalam pertemuan Gapoktan. Program biogas dapat masuk dikarenakan adanya kerjasama antara Gapoktan dengan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo. Pelaksanaan sosialisasi program biogas dilakukan oleh petugas penyuluh yang menangani biogas. Materi yang disampaikan mengenai bahan baku

Sosialisasi

Pengajuan Bantuan

Kubah/Fiberglass

Penerapan Pembangunan Instalasi

Penerapan Pembangunan

Instalasi

commit to user

biogas. Setelah adanya sosialisasi diharapkan ada keinginan petani untuk mengajukan bantuan. Pengajuan bantuan melalui Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo dengan mengajukan proposal yang dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Proposal tersebut berisikan tentang syarat-syarat ketentuan untuk pengajuan bantuan yang telah ditetapkan. Syarat-syarat tersebut yaitu jika secara individu syarat yang harus dipenuhi adalah minimal memiliki ternak ± 3-4 ekor dan memiliki lahan 5 m ² untuk peletakan instalasi tipe plastik. Sedangkan jika secara kelompok, syarat yang harus dipenuhi adalah memiliki ternak ± 10 ekor dan memiliki lahan 45 m² untuk peletakkan instalasi tipe fiberglass atau kubah.

Proposal yang diajukan nantinya akan diproses apakah layak mendapatkan bantuan atau tidak. Petugas dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo juga akan mendatangi rumah petani responden yang mengajukan bantuan, hal ini dimaksudkan agar adanya keabsahan antara proposal yang diajukan dengan kenyataan yang ada di lapang. Jika memenuhi maka dari pihak Badan Lingkungan Hidup akan memberikan bantuan berupa pembangunan instalasi sedangkan jika tidak memenuhi maka tidak akan ada tindak lanjut. Pengajuan bantuan secara individu akan mendapatkan instalasi tipe plastik dan untuk pengajuan secara kelompok akan mendapatkan instalasi tipe kubah atau fiberglass.