Sistematika Penulisan Hubungan Stabilitas Politik Dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia pada Masa Reformasi

penguraian data melalui kategorisasi, perbandingan dan pencarian sebab akibat Asimetrik baik menggunakan analisis induktif usaha penemuan jawaban dengan menganalisa berbagai data untuk diambil kesimpulan, maupun metode analisa deduktif berangkat dari ungkapan umum kemudian dihubungkan dengan pertanyaan yang lebih sempit, dan selanjutnya dicari dan ditetapkan permasalahannya. Adapun untuk mempermudah dalam teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2005.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi pembahasan kedalam lima bab, masing-masing bab mempunyai spesifikasi pembahasan mengenai topik-topik dengan sistematika berikut: Bab I, merupakan Pendahuluan yang menggambarkan secara umum latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan teknik penulisan serta sistematika penulisan. Bab Kedua membahas tentang Persfektif Teoritis Hubungan Stabilitas Politik dan Pertumbuhan Ekonomi meliputi : pengertian Stabilitas Politik dan pengertian Pertumbuhan Ekonomi dan hubungan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi. Bab III membahas tentang Sistem Politik dan Ekonomi Indonesia meliputi : sekilas tentang Indonesia, sistem politik ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru dan sistem politik dan ekonomi Indonesia pada masa Reformasi Bab IV membahas tentang Hubungan Stabilitas Politik dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia pada Masa Reformasi meliputi : Stabilitas Politik Indonesia Pada Masa Reformasi, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pada Masa Reformasi dan Hubungan Stabilitas Politik dan Pertumbuhan Ekonomi Bab V, merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan keseluruhan penulisan skripsi ini, saran-saran diakhiri dengan daftar pustaka. BAB II PERSPEKTIF TEORITIS HUBUNGAN STABILITAS POLITIK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI A. Pengertian Stabilitas Politik Stabilitas adalah suatu kondisi dari sebuah sistem yang komponennya cenderung ke dalam, atau kembali kepada suatu hubungan yang sudah mantap. Stabilitas sama dengan tiadanya perubahan yang mendasar atau kacau di dalam suatu sistem politik, atau perubahan yang terjadi pada batas-batas yang telah disepakati atau telah ditentukan. 11 11 Jack C. Plano et.al, Kamus Analisa Politik, Jakarta : Rajawali, 1989, Cet. II, h. 249 Sedangkan kata politik secara etimologis berasal dari bahasa YunaniLatin yaitu politicus dan politicos ‘relating to citizen’. 12 Politik juga berasal dari kata polis Negara Kota. Dari kata ini muncul beberapa kata seperti polities Negara Kota, politikos Kewarganegaraan, politike tehne Kemahiran Politik, politike episteme Ilmu Politik. secara terminoligis banyak para ahli yang memberi arti politik dalam bahasa yang berbeda, sehingga ada banyak arti yang melekat pada kata politik, seperti power Kekuasaan, Justice Keadilan, order Tatanan Masyarakat. Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut dalam pemahaman arti politik bisa ditinjau dari dua segi. Pertama kepentingan umum. Kedua kebijakan. Segi pertama politik mengandung pengertian media individu atau kelompok untuk melakukan segala macam aktifitas, yang masing-masing individu atau kelompok memiliki kepentingan sendiri dan ide sendiri. Sedangkan politik dari sudut pandang kedua mengandung pengertian penggunaan pertimbangan- pertimbangan tertentu yang dianggap lebih menjamin bisa dilaksanakannya satu usaha, cita-cita keinginan bersama dan bukan kepentingan individu, perorangan atau kelompok. Politik kemudian diserap kedalam bahasa Indonesia dengan tiga arti yaitu : “Segala urusan dan tindakan kebijaksanaan, siasat, dan sebagainya mengenai pemerintahan suatu negara atau terhadap negara lain, tipu muslihat atau kelicikan 12 Ibnu Muchtar, Partai Kuning, Bina Dakwah, No. 228 Maret, 1999, h. 25 dan juga dipergunakan sebagai nama suatu disiplin ilmu pengetahuan yaitu ilmu politik.” 13 Menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, politik adalah hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan, lembaga-lembaga dan proses-proses politik, kelompok-kelompok kepentingan pressure groups, hubungan-hubungan internasional dan tata pemerintahan yang semuanya merupakan kegiatan perorangan atau kelompok, dalam kaitan hubungan kemanusiaan secara mendasar. 14 Politik atau politics dapat diartikan juga sebagai kegiatan manusia yang berkenaan dengan pengambilan pelaksanaan keputusan-keputusan. Politik juga mengandung makna kegiatan atau proses ‘sistem politik’ secara tidak langsung menunjukkan eksistensi tatanan atau pola-pola hubungan. Politik biasanya disamakan dengan penggunaan pengaruh, perjuangan kekuasaan, dan persaingan diantara individu dan kelompok sosial seperti pengambilan keputusan, pencarian kekuasaan, pengalokasian nilai, cakupan tujuan, pengendalian sosial, dan kegiatan yang menggunakan pengaruh. Tetapi dalam banyak percakapan dan pembicaraan, politik lebih mengacu dalam kebijakan-kebijakan umum dan alokasi. Dari berbagai definisi yang ada ditemukan dua kecenderungan pendefinisian politik, pertama : pandangan yang mengaitkan politik dengan negara, kedua: pandangan yang mengaitkan dengan kekuasaan, otoritas, atau dengan konflik. 13 Abd. Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur’an, Disertasi, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2000, h. 45, t.d 14 Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nasional LPKN, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta : Golo Riwu, 1997, h. 868 Perbedaan kecenderungan ini erat kaitannya dengan pendekatan yang dipergunakan, yaitu pendekatan tradisional, pendekatan institusional, dan pendekatan prilaku. Pendekatan tradisional meliputi beberapa pendekatan, misalnya menekankan pembahasannya pada perkembangan partai-partai politik, perkembangan hubungan politik dengan luar negeri, dan pendekatan legalistik yang menekankan pembahasannya pada konstitusi dan perundang-undangan sebuah negara, dan pada pendekatan institusional yang mendekatkan pembahasannya pada masalah-masalah institusi politik seperti lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Sedangkan pendekatan prilaku menekankan perhatiannya pada prilaku aktor politik, kegiatan ini terdapat disekitar institusi politik yang dimanifestasikan oleh aktor-aktor politik seperti tokoh-tokoh pemerintahan dan wakil-wakil rakyat. 15 Meskipun para pemikir dan ilmuan politik tidak memiliki kesepahaman dan kesepakatan mengenai definisi politik namun, unsur-unsur seperti lembaga yang menjalankan aktivitas pemerintah, dan masyarakat sebagai pihak yang berkepentingan, kebijaksanaan dan hukum-hukum yang menjadi sarana pengaturan masyarakat, dapat ditemukan secara parsial ataupun implisit dalam definisi yang mereka kemukakan. 16 Pada dasarnya politik adalah power kekuasaan. Proses politik adalah rentetan peristiwa yang hubungannya satu sama lain didasarkan atas kekuasaan, 15 Op.Cit., h. 25-26 16 Abd. Muin Salim. Op.Cit., h. 45 dimana politik adalah perjuangan untuk memperoleh kekuasaan atau masalah- masalah pelaksanaan dan kontrol kekuasaan. 17 Stabilitas politik dapat dipahami sebagai kondisi dimana tidak ada timbulnya perubahan mendasar atau apa yang revolusioner dalam sistem politik pemerintah, atau perubahan yang terjadi pada batas-batas yang telah ditentukan. 18 Menurut Harold Crouch, stabilitas politik di tandai dengan dua hal, Pertama, adanya pemerintahan yang stabil dalam arti dapat memerintah bertahun-tahun atau dapat menjalankan programnya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan. Kedua, sistem pemerintahan stabil, dalam arti sistem tersebut mampu menerima perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat dengan tidak merubah sistem pemerintahan yang ada. 19 Sedangkan menurut Arbi Sanit, secara teoritis Stabilitas politik ditentukan oleh tiga variabel yang saling berkaitan, yaitu perkembangan ekonomi yang memadai, perkembangan pelembagaan baik struktur maupun proses politik dan partisipasi politik. Perkembangan ekonomi meliputi adanya tingkat pertumbuhan yang cukup dalam masyarakat. Sedangkan pelembagaan politik mengarah pada pengertian tidak timbulnya konflik antara kekuatan-keuatan politik. Dan 17 F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, Bandung : Bina Cipta, 1986, cet. VII, h. 42 18 Jack A. Plano, Kamus Analisa Politik, terj. : Edi S. Siregar, Jakarta : Rajawali Press, 1985. hal 49. 19 Harold Crouch, Perkembangan Ekonomi Modernisasi, Jakarta : Yayasan Pengkhidmatan, 1982. hal 88-89 partisipasi politik lebih mengacu pada konsep partisipasi menurut pola pemerintahan dalam mana bentuk partisipasi lebih bersifat ‘mobilized’. 20 Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan stabilitas politik adalah : Pola sikap dan tingkah laku segenap komponen sistem politik yang membangun kelestarian susunan struktur dan hubungan kekuasaan sehingga menjamin efektivitas pemerintahan. 21 Diagram 2.1 Variabel Stabilitas Politik

B. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi