Stabilitas Politik Indonesia Pada Masa Reformasi

BAB IV HUBUNGAN STABILITAS POLITIK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

INDONESIA PADA MASA REFORMASI

A. Stabilitas Politik Indonesia Pada Masa Reformasi

Reformasi tiba-tiba menjadi populer di negara Indonesia. Bahkan yel-yel dimana-mana meneriakan perlunya segera kata itu di implementasikan. Istilah Reformasi berasal dari kata inggris, Reform Latin: reformare yang berarti : perbaikan, pembaruan, pemulihan kembali. Dalam kontek Reformasi yang dituntut dan dilakukan oleh mahasiswa dan sebagian besar masyarakat Indonesia, maka Reformasi adalah pembaruan. 52 Tentu saja segera muncul pertanyaan : Reformasi hendak memperbaharui apa dan menjadi bagaimana? Tahun 1998 menjadi saksi runtuhnya struktur negara dan akhir dari represi ideologi serta hegemoni rezim Soeharto. Kekacauan ekonomi di Indonesia diikuti dengan krisis politik yang menyebabkan berkurangnya kekuasaan dan pada akhirnya pengunduran diri presiden Soeharto, setelah tiga dasawarsa memerintah Indonesia dengan cara kekeluargaan. Pendekatan-pendekatan konsesur nasional, kontak sosial, dan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan rezim Soeharto dipertanyakan secara mendasar. Legitimasi negara diragukan, karena itu ada kebutuhan akan adanya pemerintahan baru yang dipercaya oleh rakyat. 52 Kompas, 17 Oktober 1997. Ada beberapa kemiripan yang nyata antara Reformasi Indonesia saat ini dengan percobaan selama dasawarsa Demokrasi Liberal pada tahun 1950-an. Ekonomi begitu mudah bergejolak, angkatan bersenjata menjadi kekuatan politik potensial, parlemen dan eksekutif terjebak dalam permainan saling menjatuhkan yang menyebabkan ketidakstabilan, konstitusi tidak cukup jelas dalam menyatakan pertan dan hubungan-hubungan antara pemegang kekuasaan dan lembaga-lembaga negara, dan kekacauan regional mengancam kesatuan dasar dari negara. Mundurnya Soeharto dan dilantiknya pemerintahan sementara Habibie Membuka kesempatan bagi berlangsungnya Reformasi demokratis di Indonesia. Untuk membangun momentum demokratis, beberapa perubahan mendasar pada sistem politik telah dimulai melalui beberpa langkah yang bersifat sementara, langkah-langkah ini termasuk membuat amandemen UUD untuk memperkuat peran parlemen, mengesahkan peraturan baru tentang otonomi daerah yang telah diperluas baik ruang lingkupnya dan juga tingkat partisipasi poltik di tingkat daerah, lokal, dan pembatasan masa jabatan presiden. Ada yang layak dipuji dari pemerintahan Habibie, untuk usahanya mencabut undang-undang anti Subversif UU No. 11PNPS1963 dan Undang-undang korupsi UU No. 31971 yaitu diganti dengan UU No. 311999. Selama pemerintahan Habibie 22 mei 1998 sampai dengan 14 Oktober 1999, telah dikeluarkan 67 Undang-undang, 3 peraturan pemerintah, 263 Keputusan presiden dan 31 Intruksi presiden. Keseluruhan itu dimaksudkan sebagai bagian dari solusi untuk mengatasai problem yang berlangsung dalam situasai krisis yang terjadi saat itu. Disadari atau tidak, banyak kemajuan yang telah dicapai, sehingga pada waktu terjadinya peralihan kekuasaan dari presiden Habibie kepada presiden Abdurrahman Wahid Oktober 1999, kondisi politik dan pemulihan ekonomi berlangsung dengan baik. 53 Ketika KH Abdurrahman Wahid Gus Dur dan Megawati soekarno Putri, dilantik masing-masing sebagai presiden dan wakil presiden RI periode 1999- 2004, sisa-sisa persoalan warisan Soeharto sebelumnya dan pemerintahan Habibie sesudahnya, belum semua tertangani dengan baik, ditambah sejumlah persoalan yang semula seolah-olah sudah selesai, namun agenda persoalan terlihat semakin rumit dan banyak, seperti kasus korupsi, kolusi dan nepotisme KKN, pemulihan ekonomi, disintegrasi bangsa, lemahnya hukum, dan Hak Asasi Manusia HAM, semua itu ibarat benang kusut, dan untuk memecahkannya harus diurai satu persatu. 54 Dari sisi dimensi rasionalitas yang terpenting tentu saja supremasi hukum. Maka jika kita mengatakan tak satupun demokrasi yang mampu jalan tanpa supremasi hukum, itu sekaligus berarti bahwa berjalan tidaknya demokrasi oleh rasionalitas dan prediktibilitas keenam lembaga demokrasi. Tidak kalah pentingnya juga ada faktor kelemahan bawahan duet Abdurrahman-Megawati itu sendiri. Kelemahan bawahan ini mencakup tempramen atau tingkat intelektualitas maupun ketajaman modal Reformasi 53 Muladi, Demokratisasi, Hak asasi Manusia, dan Reformasi Hukum di Indonesia, Jakarta : The Habibie Center, 2002, Cet. I, h. 31 54 ST. Sularto ed, Menyelamatkan Masa Depan Indonesia, Evaluasi 100 Hari Pemerintahan Gus Dur-Mega, Jakarta : PT Kompas Media Nusantara, 2000, h. 81 mereka, baik lantaran visi maupun paktek buruk rezim-rezim sebelumnya. Pada kompromi dan rekonsiliasi dalam penyusunan kabinet Persatuan Nasional yang lebih cenderung menafikan tuntutan Reformasi dan jelas mengabaikan tuntutan urgensi penyelesaian atau beban kriris multidimensi yang terus mendera bangsa kita. Gabungan kelemahan itulah yang hingga kini terus menyulitkan tercapainya supremasi hukum di negara kita. Itulah sebabnya pemerintahan Gus Dur belum mampu mencatat kemajuan yang berarti, baik di bidang politik, ekonomi dan hukum. Keberhasilan yang dicapai pemerintah Abdurrahman-Megawati adalah menahan laju pemburukan krisis multidimensi, termasuk didalamnya proses disintegrasi bangsa. Prestasinya baru sampai pada menahan keterjerumusan lebih lanjut. Meskipun demikian, pemerintahan keduanya memiliki beberapa kelebihan seperti di utarakan, memiliki legitimasi yang kuat, yaitu bahwa kedua pimpinanya terpilih melalui prosedur demokrasi yang kuat. Pemerintahan ini jelas memenuhi apa yang di sebut sebagai keabsahan prosedural pemerintahan. 55 Keberhasilan pertama pemerintahan Abdurrahman Wahid Gus Dur adalah bertahan dalam format politik yang di buat pemerintahan Habibie. Kegagalan Gus Dur untuk membangun suatu pemerintahan yang efisien dengan administrasi yang tegas mungkin dapat dianggap sebagai kegagalan yang paling besar terutama bila kita membandingkannya dengan pemerintahan Soeharto. 55 Ibid., h. 82 Hingga saat di masa pemerintahan Megawati Soekarno Putri menggantikan pemerintahan Abdurrahman Wahid yang diberhentikan secara konstitusional oleh MPR tahun 2001, belum juga terlihat langkah nyata dalam upaya perbaikan stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi. Adapun keberhasilan pemerintahan Megawati adalah dapat menyelenggarakan pemilu presiden secara langsung, dan demokratis. Sejak jatuhnya Soeharto dari jabatan presiden tahun 1998 sebagian besar rakyat Indonesia beranggapan bahwa pemilu perlu diadakan secepatnya untuk memecahkan semua persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia. Keinginan itu kemudian dikukuhkan oleh MPR dalam SI MPR Nopember 1998 meskipun begitu, semua orang paham mengadakan pemilu bukanlah hal mudah, karena banyak hambatan dan tantangan yang akan dihadapi. Kita merasa bersyukur bahwa bangsa Indonesia telah mampu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menyelenggarakan pemilu 7 Juni 1999, kendati ditengah berbagai kekurangan dan ketidak senpurnaan. 56

B. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pada Masa Reformasi