Proporsi Depresi pada Wanita Hamil di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Tahun 2011

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PROPORSI DEPRESI PADA WANITA HAMIL DI POLIKLINIK IBU HAMIL

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK, MEDAN TAHUN 2011

Oleh :

AKMAL BIN HALIM 080100348

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

PROPORSI DEPRESI PADA WANITA HAMIL DI POLIKLINIK IBU HAMIL

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK, MEDAN TAHUN 2011

Oleh :

AKMAL BIN HALIM 080100348

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

PROPORSI DEPRESI PADA WANITA HAMIL DI POLIKLINIK IBU HAMIL

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK, MEDAN TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

AKMAL BIN HALIM 080100348

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Proporsi Depresi pada Wanita Hamil di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Tahun 2011

NAMA : AKMAL BIN HALIM NIM : 080100348

__________________________________________________________________

Pembimbing,

( dr. Ichwanul Adenin, Sp. OG (K) )

NIP : 140185190

Penguji I,

( dr. Yahwardiah Siregar, PhD )

NIP : 195508071985032001

Penguji II,

( dr.Juliandi Harahap, MA )

NIP : 197007021998021001

Medan, Desember 2011 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


(5)

ABSTRAK

LATAR BELAKANG : Depresi merupakan suatu kelainan psikiatri yang sering dijumpai. Ibu hamil juga tidak terkecuali untuk menderita depresi. Hampir 23% dari wanita yang mengalami depresi pasca kehamilan, sebenarnya sudah dialaminya sewaktu kehamilan. Dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat proporsi depresi pada wanita hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik, Medan tahun 2011.

METODOLOGI : Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional. Subjek penelitian ini adalah sebanyak 60 orang ibu hamil yang masuk ke Poliklinik Ibu Hamil Rumah Pusat Haji Adam Malik, Medan dalam bulan Juni 2011. Subjek yang memenuhi syarat dan telah menandatangani surat persetujuan penelitian akan diberikan kuesioner berdasarkan The General Health Questionnaire untuk mengetahui status depresi wanita tersebut. Seterusnya, wanita yang termasuk dalam golongan depresi akan diwawancarai berdasarkan Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) untuk diukur tingkat depresinya. Selanjutnya, data akan dianalisa dengan program deskriptif komputer SPSS 17.

HASIL : Dari penelitian ini diperoleh hasil bahawa responden yang tidak mengalami depresi adalah sebanyak 23 orang (38.3%) dan yang depresi pula 37 orang (61.7%). Responden yang termasuk depresi ringan adalah sebanyak 19 orang (31.7%), depresi sedang 9 orang (15.0%) dan depresi berat juga 9 orang (15.0%). Karakteristik responden terbanyak pada responden yang depresi adalah seperti berikut : umur 20-35 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, usia kehamilan trimester III, dan kehamilan pertama.

KESIMPULAN : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan wanita hamil yang mengalami depresi lebih banyak daripada wanita hamil yang tidak depresi di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik, Medan tahun 2011 dan tingkat depresi terbanyak adalah depresi ringan.


(6)

ABSTRACT

INTRODUCTION : Depression is one of the psychiatry disorders that commonly found worldwide. Pregnant women also were not excluded from this disorders. Although the cases that usually found in pregnant women population is the post partum depression, but we must aware that almost 23% from the women with post partum depression starts having the depression during the pregnant time. Therefore, the objective of this study is to know the prevalence of depression on pregnant women in the Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik, Medan year 2011.

METHODOLOGY : The method used for this study is descriptive with cross-sectional design. The subject of this study are 60 pregnant women that come to the Poliklinik Ibu Hamil Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan in June, 2011. The qualified and consented subjects will be given a questionnaire based on The General Health Questionnaire to determine their depression status. Then, the subjects that belong in the depression group will be interviewed with the Hamilton Depression Rating Scale (HDRS), to measure their level of depression. The collected data will be further analyze using the SPSS 17 computer program. RESULT : The result of this study showed that 23 pregnant women (38.3%) belong to the non-depression group and 37 pregnant women (61.7%) belong to the depression group. From the depression group, there are 19 pregnant women (31.7%) with mild depression, 9 pregnant women (15.0%) with moderate depression dan 9 pregnant women (15.0%) with severe depression. The dominant characteristics of the pregnant women in depression group are : aged 20-35, housewives, gestational age in trimester III and 1st pregnancy.

CONCLUSION : From the study, we can conclude that the pregnant women with depression is more than pregnant women with non-depression in Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik, Medan year 2011 and majority of them suffer from the mild depression.

Keywords : pregnant women, depression, The General Health Questionnaire, HDRS


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Akmal Bin Halim

Tempat/ Tanggal Lahir : Malaysia / 17 Juli 1989

Agama : Islam

Alamat : No. 91 Lorong 2, Taman Gurun Jaya,

08300 Gurun, Kedah, Malaysia.

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Gurun (Pusat), Gurun, Kedah.

2. Sekolah Menengah Sains Sultan Mohamad Jiwa, Sungai Petani, Kedah.

3. Allianze University College of Medical Sciences (AUCMS), Pulau Pinang.

4. Universitas Sumatera Utara (USU)

Riwayat Organisasi : 1.Ahli Perwakilan Mahasiswa Malaysia USU (PM-USU)

2.Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia, Cawangan Medan (PKPMI-CM)


(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim, segala puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Illahi Rabbi, berkat petunjuk dan kasih sayang-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan Karya Tulis Ilmiah yang bertajuk Proporsi Depresi pada Wanita Hamil di Poliklinik Ibu Hamil Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan tahun 2011. Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, karena kesabaran dan peribadi beliau telah menjadi contoh dan teladan dalam perjalanan penghasilan karya tulis ilmiah ini dan kerja-kerja berkaitan dengannya.

Selama menyusun skripsi ini, peneliti banyak mendapat dukungan, bantuan, serita bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih setulusnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof Syahril Pasaribu 2. Dekan FK USU, Bapak Prof. dr. Gontar A Siregar, Sp.PD. KGEH

3. Bapak dr. Ichwanul Adenin, Sp. OG (K) sebagai dosen pembimbing, yang telah banyak membantu saya menyiapkan karya tulis ilmiah ini.

4. Ibu dr. Rina Amelia, Ibu dr. Nurfida, Ibu dr. Yahwardiah Siregar dan Bapak dr. Juliandi Harahap yang telah bersedia menguji saat pembentangan karya tulis ilmiah ini.

5. Direktur RSUP Haji Adam Malik yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian di Poliklinik Ibu Hamil, RSUP Haji Adam Malik 6. Para pegawai di Poliklinik Ibu Hamil, RSUP Haji Adam Malik yang telah

banyak membantu dan memberi petunjuk dalam pengumpulan data.

7. Untuk dosen-dosen Fakultas Kedokteran USU, terima kasih atas ilmu yang sudah diberikan. Jazakumullah khairan katsiron.

8. Buat ayahanda dan ibunda, terima kasih atas kebahagiaan dan pengorbanan yang diberikan, semoga Allah membalas semuanya dengan kebahagian dunia dan akhirat. Untuk saudara-saudara kandungku, terima kasih juga untuk semangatnya.


(9)

9. Untuk teman-teman seperjuanganku, Shazwani Aiza, Farhanum dan Nur Zahirah, terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.

10. Teman-teman kos (sahabatku Ikhwan, Daim, Shakir Ariff dan Azrie) yang telah menjadi saudara bagi ku selama ini.

11. Untuk sahabat-sahabatku Affan, Faris, Amir Hamzah, Hazman, Bisyrun, Hakim, Kamil, Najib, Hafiz, Hafizi, Amar, Akmarulhail, Imran, Zeiree, Amir Ghani, Naim dan Aizat terima kasih atas semangat dan candanya yang selalu mengidupkan kebersamaan kita, semoga persahabatan kita tetap erat selamanya.

12. Teman-teman angkatan 2008 yang telah sama-sama berjuang selama ini. 13. Terima kasih juga saya ucapkan kepada semua pihak yang telah

memberikan dukungan moral dan material kepada saya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam karya tulis ilmiah ini, dan untuk itu saya mengharapkan saran yang menbangun dari semua pihak agar bisa menyempurnakan penelitian ini. Akhirnya kepada Allah saya berserah diri, semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Amin.

Kepala Batas, Desember 2011.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Gangguan Depresi Mayor ... 5

2.1.1. Etiologi dan Faktor Resiko ... 6

2.1.2. Gejala klinis ... 6

2.1.3. Diagnosis ... 7

2.1.4. Terapi ... 8


(11)

2.2. Wanita Hamil ... 11

2.2.1. Perubahan Umum ... 12

2.2.2. Perubahan Sistem Reproduksi ... 13

2.2.3. Perubahan Homeostatis Volume Darah ... 14

2.2.4. Perubahan Sistem Respirasi ... 17

2.2.5. Perubahan Sistem Perkemihan ... 18

2.2.6. Perubahan pada Sistem Endokrin ... 19

2.3. Depresi pada Wanita Hamil ... 22

2.3.1. Etiologi dan Faktor Resiko ... 22

2.3.2. Pengaruh Depresi pada Kehamilan ... 24

2.3.3. Penatalaksanaan ... 25

2.3.4. Rumusan ... 25

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 26 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 26

3.2. Definisi Operasional ... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 28

4.1. Jenis Penelitian ... 28

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

4.2.1. Waktu Penelitian ... 28


(12)

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

4.3.1. Populasi ... 28

4.3.2. Sampel ... 29

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 31

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 31

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

5.1. Hasil Penelitian ... 28

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 32

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 33

5.2. Pembahasan ... 41

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

6.1. Kesimpulan ... 48

6.2. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... 50


(13)

DAFTAR TABEL

NOMOR JUDUL HALAMAN

Tabel 2.1 Simptom Depresi 6

Tabel 2.2 Physical Changes 13

Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 33 Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 34 Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Kehamilan 34 Tabel 5.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Kehamilan

KeBerapa

35

Tabel 5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Depresi 35 Tabel 5.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Depresi 36

Tabel 5.7. Distribusi Hubungan Umur Dengan Depresi 36

Tabel 5.8. Distribusi Hubungan Umur Dengan Tingkat Depresi 37 Tabel 5.9. Distribusi Hubungan Usia Kehamilan Dengan Depresi 37 Tabel 5.10. Distribusi Hubungan Usia Kehamilan Dengan Tingkat

Depresi

38

Tabel 5.11. Distribusi Hubungan Kehamilan KeBerapa Dengan Depresi

38

Tabel 5.12. Distribusi Hubungan Kehamilan KeBerapa Dengan Tingkat Depresi

39

Tabel 5.13. Distribusi Hubungan Pekerjaan Dengan Depresi 40 Tabel 5.14. Distribusi Hubungan Pekerjaan Dengan Tingkat

Depresi


(14)

DAFTAR LAMPIRAN Formulir A : Informed Consent

Formulir B : Lembar Persetujuan Penelitian

Kuesioner Penelitian

Surat Izin Penelitian


(15)

ABSTRAK

LATAR BELAKANG : Depresi merupakan suatu kelainan psikiatri yang sering dijumpai. Ibu hamil juga tidak terkecuali untuk menderita depresi. Hampir 23% dari wanita yang mengalami depresi pasca kehamilan, sebenarnya sudah dialaminya sewaktu kehamilan. Dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat proporsi depresi pada wanita hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik, Medan tahun 2011.

METODOLOGI : Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional. Subjek penelitian ini adalah sebanyak 60 orang ibu hamil yang masuk ke Poliklinik Ibu Hamil Rumah Pusat Haji Adam Malik, Medan dalam bulan Juni 2011. Subjek yang memenuhi syarat dan telah menandatangani surat persetujuan penelitian akan diberikan kuesioner berdasarkan The General Health Questionnaire untuk mengetahui status depresi wanita tersebut. Seterusnya, wanita yang termasuk dalam golongan depresi akan diwawancarai berdasarkan Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) untuk diukur tingkat depresinya. Selanjutnya, data akan dianalisa dengan program deskriptif komputer SPSS 17.

HASIL : Dari penelitian ini diperoleh hasil bahawa responden yang tidak mengalami depresi adalah sebanyak 23 orang (38.3%) dan yang depresi pula 37 orang (61.7%). Responden yang termasuk depresi ringan adalah sebanyak 19 orang (31.7%), depresi sedang 9 orang (15.0%) dan depresi berat juga 9 orang (15.0%). Karakteristik responden terbanyak pada responden yang depresi adalah seperti berikut : umur 20-35 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, usia kehamilan trimester III, dan kehamilan pertama.

KESIMPULAN : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan wanita hamil yang mengalami depresi lebih banyak daripada wanita hamil yang tidak depresi di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik, Medan tahun 2011 dan tingkat depresi terbanyak adalah depresi ringan.


(16)

ABSTRACT

INTRODUCTION : Depression is one of the psychiatry disorders that commonly found worldwide. Pregnant women also were not excluded from this disorders. Although the cases that usually found in pregnant women population is the post partum depression, but we must aware that almost 23% from the women with post partum depression starts having the depression during the pregnant time. Therefore, the objective of this study is to know the prevalence of depression on pregnant women in the Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik, Medan year 2011.

METHODOLOGY : The method used for this study is descriptive with cross-sectional design. The subject of this study are 60 pregnant women that come to the Poliklinik Ibu Hamil Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan in June, 2011. The qualified and consented subjects will be given a questionnaire based on The General Health Questionnaire to determine their depression status. Then, the subjects that belong in the depression group will be interviewed with the Hamilton Depression Rating Scale (HDRS), to measure their level of depression. The collected data will be further analyze using the SPSS 17 computer program. RESULT : The result of this study showed that 23 pregnant women (38.3%) belong to the non-depression group and 37 pregnant women (61.7%) belong to the depression group. From the depression group, there are 19 pregnant women (31.7%) with mild depression, 9 pregnant women (15.0%) with moderate depression dan 9 pregnant women (15.0%) with severe depression. The dominant characteristics of the pregnant women in depression group are : aged 20-35, housewives, gestational age in trimester III and 1st pregnancy.

CONCLUSION : From the study, we can conclude that the pregnant women with depression is more than pregnant women with non-depression in Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik, Medan year 2011 and majority of them suffer from the mild depression.

Keywords : pregnant women, depression, The General Health Questionnaire, HDRS


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Depresi atau Major Depressive Disorders, juga dikenal sebagai depresi unipolar, merupakan suatu kelainan psikiatri yang sering dijumpai. Depresi adalah penyebab utama terjadinya kecacatan pada penderita yang berusia lima tahun dan ke atas (Michael-Titus, 2007). Insidensi seumur hidup terjadinya depresi pada wanita hampir mencapai 20% dan hanya 12% pada lelaki. Dan prevalensinya di Amerika mencapai 10% pada pasien yang diobservasi secara medikal (Halverson et. al, 2011). Dan untuk kebanyakan pasien, depresi adalah suatu kelainan yang menetap dan terdiri daripada beberapa episode rekuren, dipisahkan oleh beberapa interval remisi (Michael-Titus, 2007).

Masalah depresi yang terkait dengan kehamilan merupakan suatu kasus yang sangat sering terjadi. Depresi pada kehamilan bisa terjadi pada bila-bila masa, bisa pada masa antenatal, intrapartum maupun pascapersalinan. Berdasarkan jumlah kasus yang telah ada, lebih banyak kasus depresi pada masa pascapersalinan berbanding waktu lain. Contohnya, hampir 10-15% wanita di negara barat, 15,8% wanita Arab, dan 16% pada wanita Zimbabwe, 34,7% pada wanita Afrika Selatan, 11,2% pada wanita China dan 17% pada wanita Jepun menyumbang kepada jumlah kasus depresi pascapersalinan (Chandran, 2002). Angka kejadian depresi pasca kehamilan di Indonesia juga mencolok tingginya dibandingkan dengan angka kejadian di negara-negara lain di Asia. Prevalensi depresi pasca persalinan hasil penelitian di bangsal kebidanan RSUP DR. Sardjito Yogyakarta memperoleh angka 11,3% untuk depresi ringan, 1,9% untuk depresi sedang dan 0,5% untuk depresi berat (Papayungan, 2005). Penelitian oleh Laila Sylvia Sari, 2009 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan tentang depresi pasca persalinan mendapatkan hasil bahwa wanita yang mengalami depresi pasca kehamilan adalah sebanyak 16%.


(18)

Jumlah kasus depresi pada masa antenatal pula tidak bisa dipandang ringan. Ini karena jumlah kasus yang terjadi semakin meningkat kian hari. Diperkirakan tingkat kasus depresi pada masa kehamilan antenatal hampir 7-15% di negara membangun, dan 19-25% di negara yang lain, berbanding 10% pada masa pascapersalinan dan 7% pada masa diluar perinatal. Di samping itu, tingkat terjadinya rekuren pada wanita hamil dengan riwayat depresi juga sangat tinggi, yaitu hampir 50% (O‟Keane, 2007).

Kedua-dua masalah ini tidak bisa ditangani secara berasingan karena keterkaitannya yang erat antara satu sama lain. Hampir 23% dari wanita yang mengalami depresi pasca kehamilan, sebenarnya sudah dialaminya sewaktu kehamilan (Evans et.al, 2001). Maka dengan itu, depresi sewaktu kehamilan haruslah diteliti dan ditangani dengan tuntas sejak dari awal kehamilan lagi agar masalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Depresi kehamilan ini disebabkan oleh pelbagai etiologi. Dari aspek biologis maupun psikologis, semuanya menyumbang kepada terjadinya depresi. Ketidaksediaan untuk menjadi seorang ibu, halangan hidup dan ketidakseimbangan sosioekonomi, perubahan hormon, atau adanya komplikasi selama kehamilan bisa menyumbang kepada terjadinya depresi kehamilan. Namun begitu, kejadian rekuren pada wanita yang pernah ada riwayat depresi masih lagi menjadi tanda tanya. Tidak ada bukti yang bisa mendukung kejadian tersebut namun dalam suatu penelitian, wanita dengan riwayat depresi dijumpai 68% rekuren adalah yang tidak mengambil obat antidepressant dengan teratur berbanding 26% yang mengambil obat antidepressant secara teratur (O‟Keane, 2007). Kesimpulannya, mungkin bisa dikatakan adanya hubungan antara penanganan depresi kehamilan dengan terjadinya kasus depresi yang rekuren.

Depresi merupakan suatu kelainan dengan potensi morbiditas dan mortalitas yang signifikan, karena hubungannya dengan kasus bunuh diri, penyalahgunaan zat dan sebagainya (Halverson, 2011). Hampir 10-15% tingkat mortalitas dikaitkan dengan depresi, karena kasus bunuh diri. Selain itu, depresi


(19)

juga merupakan satu faktor resiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner dan strok (Michael-Titus, 2007). Dalam konteks depresi pada kehamilan, dampak yang timbul bisa terjadi pada diri ibu itu sendiri ataupun bayinya. Depresi dihipotesa bisa menjadi satu faktor resiko terjadinya kelahiran prematur, kemungkinan karena menginduksi pelepasan hormon oksitosin (Hedegaard, 1993). Menurut Judith Peacock dan Jackie Casey dalam buku Depression, 2000, peluang untuk terjadinya depresi pada anak yang ibu bapanya menderita depresi hampir mencecah 25%. Peluang ini bisa meningkat hingga 75% jika kedua-dua ibu dan bapanya menderita depresi.

Melihat angka kejadian kasus yang banyak dan semakin meningkat, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang proporsi kasus depresi pada wanita hamil. Dengan itu, pelbagai langkah penanganan atau pencegahan bisa diambil supaya jumlah kasus ini tidak meningkat dan bisa dikurangkan, agar kasus seperti ini tidak menjadi suatu masalah dikemudian hari.

1.2 Rumusan masalah

Berapakah proporsi kasus depresi pada ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan tahun 2011?

1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui proporsi depresi pada ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan tahun 2011

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui tingkat depresi pada ibu hamil


(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk :

1.4.1 Rumah sakit :

1. Supaya pihak rumah sakit mengetahui berapa banyak pasiennya yang mengalami depresi pada masa kehamilan

2. Memotivasi rumah sakit untuk memberikan edukasi dan informasi tentang masalah depresi pada masa kehamilan

1.4.2 Masyarakat :

1. Supaya masyarakat mengetahui proporsi jumlah kasus depresi pada masa kehamilan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan tahun 2011.

2. Ikut mengambil bagian dalam melakukan usaha mencegah ibu hamil daripada mengalami depresi pada masa kehamilan, setelah mengetahui akibat dari gangguan akan jika hasil penelitian ini sudah dipublikasi.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Kamus Medikal Dorland edisi 28, Depresi didefinisikan suatu keadaan mental karena perubahan mood dengan karakteristik seperti seperti rasa sedih, dan perasaan putus asa. Depresi diklasifikasikan dalam gangguan mood, suatu istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu penyakit yang berkaitan dengan mood seseorang. Gangguan mood dapat dibahagi kepada 2 jenis, yaitu gangguan unipolar dan gangguan bipolar. Gangguan depresi mayor dan dysthymia termasuk dalam golongan gangguan unipolar karena gangguan ini hanya terjadi dalam satu arah sahaja, yaitu ke arah sedih dan putus asa. Sementara gangguan bipolar adalah suatu gangguan mood di mana penderita mengalami perubahan episode mood yang signifikan, daripada sangat tinggi (mania) kepada sangat rendah (depresi). Cyclothymic personality termasuk dalam golongan gangguan bipolar (Bjornlund, 2010).

2.1 Gangguan Depresi Mayor

Gangguan Depresi Mayor atau Major Depression merupakan suatu gangguan mood yang paling sering dijumpai dan paling parah (Bjornlund, 2010). Kebanyakan dari kita pasti pernah mengalami keadaan seperti ini sepanjang perjalanan hidup kita sebagai seorang manusia. Namun begitu, gangguan depresi mayor secara klinis yang sebenar adalah suatu gangguan mood di mana perasaan sedih, marah, kehilangan, atau frustasi mengganggu kehidupan seharian seseorang untuk suatu jangka masa yang lama (National Institute of Mental Health, 2008).


(22)

2.1.1 Etiologi dan Faktor Resiko

Etiologi Gangguan Depresi Mayor tidak diketahui secara jelas namun kemungkinan yang melibatkan gangguan psikologis dan biologis bisa menyumbang kepada terjadinya gangguan depresi mayor. Menurut Potter GG, 2007, dalam Belmaker, 2008, penderita dengan gangguan depresi mayor mungkin mempunyai penyakit jantung yang berkaitan dengan masalah disfungsi endotelial. Penderita dengan personaliti depresi dan ansietas juga sering disebabkan oleh pengalaman sewaktu kecil (Kendler, 2000). Menurut American Academy of Child and Adolescent Psychiatry (AACAP), resiko untuk terjadinya depresi pada anak-anak dan remaja di masa hadapan bisa ditentukan oleh beberapa parameter, seperti riwayat episode depresi terdahulu, dysthymia, dan gangguan ansietas. Faktor-faktor biologis seperti genetik, kelainan neuroendokrin atau neurodegeneratif juga dikatakan memainkan peran dalam terjadinya depresi.

2.1.2 Gambaran klinis

Tidak semua penderita dengan masalah Gangguan Depresi Mayor mempunyai gejala yang sama. Antara gejala yang timbul adalah :

 Rasa sedih yang persisten, gelisah, atau perasaan „kosong‟  Perasaan putus asa

 Perasaan bersalah, merasa diri tidak berguna  Iritabilitas, cepat marah, resah

 Hilang minat beraktivitas, termasuk aktivitas seksual  Lelah dan kepenatan

 Masalah konsentrasi, mengingat sesuatu dan membuat keputusan  Insomnia, atau tidur berlebihan

 Hilang selera makan, atau makan berlebihan  Idea atau cobaan bunuh diri

 Nyeri kepala, kekejangan atau masalah pencernaan yang persisten, tidak hilang dengan pengobatan


(23)

2.1.3 Diagnosis

Diagnosa gangguan depresi mayor adalah berdasarkan karakteristik perilaku, psikologis dan fisiknya. Biasanya, langkah pertama dalam mendiagnosa gangguan depresi mayor termasuk menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang berkaitan. Pemeriksaan fisik, lab, skrining dan sebagainya bisa membantu dokter untuk menegakkan diagnosa, apakah gejala yang timbul ada kaitan dengan kemungkinan lain. Apabila dokter sudah menyingkirkan semua kemungkinan, barulah pasien akan melalui uji diagnostik psikologi. Pemeriksaan ini termasuklah pemeriksaan simptom yang dialami penderita, tahap kesehatan mental dan sebagainya (Bjornlund, 2010).

Kriteria diagnostik yang digunakan secara meluas untuk gangguan depresi mayor ialah dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR). Suatu episode depresi mayor ditandai dengan munculnya 5 atau lebih gejala di bawah ini, dalam waktu periode 2 minggu. Salah satu gejala yang timbul harus termasuk poin pertama (depresi mood) atau poin kedua (penurunan minat). Kriteria ini termasuklah :

1. Depresi mood dialami hampir sepanjang hari, dan hampir setiap hari - Pada anak-anak dan remaja, iritabilitas bisa terlihat

2. Penurunan minat secara drastis dalam semua atau hampir semua aktivitas, hampir sepanjang hari, hampir setiap hari

3. Terjadi kehilangan atau pertambahan berat badan yang signifikan (contoh : perubahan lebih dari 5% dari berat badan dalam sebulan), atau penurunan atau pertambahan selera makan hampir setiap hari

- Pada anak-anak, pertimbangkan kegagalan untuk mencapai berat badan yang sesuai untuk usianya

4. Setiap hari (atau hampir setiap hari) mengalami insomnia atau hipersomnia (tidur berlebihan)


(24)

6. Rasa lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari

7. Rasa diri tidak berharga atau salah tempat atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat hampir setiap hari

8. Berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi atau berpikir jernih atau membuat keputusan hampir setiap hari

9. Pikiran yang muncul berulang kali tentang kematian atau bunuh diri tanpa suatu rencana yang spesifik, atau munculnya suatu percobaan bunuh diri, atau mempunyai rencana spesifik untuk melakukan bunuh diri

2.1.4 Terapi

Apabila seorang penderita sudah terdiagnosa menderita gangguan depresi mayor, maka tindakan terapi bisa dilakukan. Biasanya, dokter akan bekerjasama dengan penderita untuk menentukan terapi yang paling sesuai. Diperkirakan hampir 80% dari penderita dengan gangguan depresi mayor bisa diterapi dengan baik, tetapi keberhasilan terapi bergantung kepada terapi yang dipilih (Bjornlund, 2010). Penggunaan obat untuk mengurangi gejala (simptomatis) dan psikoterapi telah terbukti efektif dalam mengobati gangguan depresi mayor, samada secara sendirian maupun kombinasi (Halverson, 2011).

Penggunaan obat antidepresan merupakan terapi pertama untuk penderita gangguan depresi mayor dewasa dengan rekuren dan persisten. Antidepresan bekerja dengan cara menormalkan kembali neurotransmitter yang memberi efek pada mood seseorang, biasanya neurotransmitter serotonin dan norepinefrin. Ada juga obat antidepresan yang bekerja pada neurotransmitter dopamine (National Institute of Mental Health, 2008). Obat yang paling sering digunakan adalah selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs). SSRIs meningkatkan jumlah neurotransmitter serotonin dengan cara menghambat reuptake kembali serotonin ke sel presinaps. Hasilnya, jumlah serotonin di synaptic cleft yang akan berikatan dengan reseptor akan meningkat. Contoh obat yang digunakan adalah fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil) dan sertraline (Zoloft). SSRIs paling sering digunakan


(25)

karena obat ini efektif dan mempunyai efek samping yang kurang berbanding obat antidepresan yang digunakan dahulu (Bjornlund, 2010). Sesetengah penderita memberi respon baik terhadap obat antidepresan lain, seperti jenis monoamine oxidase inhibitor-A atau antidepresan trisiklik. Tetapi obat ini mempunyai efek samping yang berat (North, 2010). Monoamine oxidase inhibitor bekerja dengan cara menghambat enzim monoamine oxidase, maka jumlah norepinefrin dan serotonin akan meningkat.

Selain terapi farmakologi, salah satu terapi yang penting bagi penderita gangguan depresi mayor adalah psikoterapi. Psikoterapi terdiri dari beberapa jenis, yaitu cognitive therapy, behavioral therapy, interpersonal therapy, group therapy dan marital therapy. Cognitive therapy bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kesadaran yang negatif dan kemudian ini nantinya akan diganti dengan kesadaran positif. Behavioral therapy pula, penderita akan diajari perilaku baru dan skil interpersonal untuk mendapat respon yang diingini dari orang lain. Latihan skil sosial adalah satu jenis behavioral therapy yang mementingkan latihan ketegasan, kompetensi verbal dan non-verbal dan memanfaatkan main peran untuk mengembangkan kemahiran. Interpersonal therapy memudahkan penderita untuk sehat kembali dengan memfokuskan tentang keadaan sekarang, bukan tentang sebelumnya. Tujuannya supaya penderita bisa mengembangkan skil menyelesaikan masalah, sosial dan interpersonal. Group therapy pula, seorang dokter dan satu kumpulan penderita gangguan depresi mayor berusaha bersama-sama untuk mengubah keadaan emosional dan perilaku mereka sendiri. Sementara Marital therapy bisa dilaksanakan oleh seorang individual, pasangan atau ahli keluarga sendiri (North, 2010).

Apabila penderita gangguan depresi mayor tidak memberi respon terhadap terapi farmakologi maupun psikoterapi, maka satu lagi terapi bisa digunakan yaitu Electroconvulsive therapy (ECT) atau terapi syok. Terapi ini bekerja dengan mengalirkan arus listrik melalui otak penderita, dengan sengaja membuat penderita kejang untuk satu jangka masa yang singkat. Langkah ini dipercayai mengubah aktivitas kimia otak, karena pelepasan sejumlah besar neurotransmitter


(26)

dalam masa yang singkat, hingga hasilnya adalah perubahan dalam mood penderita dan meningkatkan fungsi otak (Bjornlund, 2010). ECT juga digunakan jika suatu respon antidepresan yang cepat diperlukan. Hasil yang terlihat bisa lebih cepat berbanding terapi farmakologi, kira-kira kurang 1 minggu sejak permulaan terapi. ECT dipercayai efektif untuk pengobatan depresi delusi, dan juga terapi pilihan untuk penderita psikotik (Halverson, 2011)

2.1.5 Prognosis

Gangguan depresi mayor adalah suatu penyakit yang mempunyai potensi morbiditas dan mortalitas yang signifikan, karena depresi bisa menyumbang kepada terjadinya kasus bunuh diri, salahguna obat, gangguan hubungan interpersonal, dan kehilangan masa kerja. Suatu studi dari WHO dan WB menemukan gangguan depresi mayor merupakan penyebab keempat terbanyak yang menyumbang kepada kecacatan di seluruh dunia, dan angka ini dijangka meningkat menjadi penyebab kedua terbanyak menyebabkan kecacatan pada tahun 2020 (Bjornlund, 2010). Menurut National Alliance on Mental Illness, gangguan depresi mayor merupakan penyebab utama terjadinya kecacatan di Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya.

Tetapi dengan terapi yang sesuai, 70-80% dari penderita gangguan depresi mayor bisa mencapai pengurangan gejala secara signifikan, walaupun masih kira-kira 50% dari penderita mungkin tidak memberi respon pada permulaan terapi. 40% dari individu dengan gangguan depresi mayor yang tidak diterapi selama 1 tahun akan terus termasuk dalam kriteria diagnosa, manakala 20% lainnya akan mengalami remisi. Remisi parsial dengan atau adanya riwayat gangguan depresi mayor kronis akan menjadi satu faktor resiko untuk terjadinya episode rekuren dan resisten terhadap terapi.

Hasil pengobatan biasanya baik, tetapi tidak untuk semua penderita. gangguan depresi mayor adalah satu penyakit dengan angka rekuren yang tinggi. Bagi penderita gangguan depresi mayor yang mengalami episode depresi yang


(27)

berulang, terapi cepat dan berterusan diperlukan untuk mengelak terjadinya gangguan depresi mayor kronis dan berterusan, hingga bisa menyebabkan seseorang penderita gangguan depresi mayor itu perlu berterusan diterapi untuk jangka masa yang lama (National Institute of Mental Health, 2008).

2.2 Wanita Hamil

Suatu kehamilan akan mengambil waktu kira 40 minggu, yaitu kira-kira 280 hari, dikira-kira bermula dari hari pertama haid terakhir. Menurut Bergsjo et al. dalam Cunningham, 2005, suatu studi pada 427,581 wanita hamil di Swedish Birth Registry, menunjukkan mean durasi untuk suatu kehamilan adalam 281 hari dengan standar deviasi 13 hari. Mengikut hukum Naegele, adalah suatu kebiasaan untuk mengestimasi masa partus dengan cara menambah 7 hari pada hari pertama haid terakhir yang normal dan mengira 3 bulan ke belakang (F. Gary et.al, 2005). 40 minggu kehamilan ini biasanya dibagikan kepada 3 trimester. Trimester pertama dikira bermula 14 minggu pertama, trimester kedua 28 minggu, dan trimester ketiga dikira termasuk minggu ke-29 hingga minggu ke-42 kehamilan. Secara mudahnya, trimester bisa dikira dengan cara membagi 42 minggu kepada 3 durasi dengan 14 minggu di dalamnya masing-masing (Cunningham, 2005). Kehamilan bisa menyebabkan perubahan pada tubuh wanita. Perubahan ini akan menimbulkan beberapa gejala, yang normalnya akan dialami oleh semua wanita hamil. Tetapi, beberapa penyakit seperti Diabetes Gestational, bisa timbul sewaktu wanita hamil. Oleh itu, wanita hamil harus mengetahui cara membedakan gejala yang normal dialami oleh seorang wanita hamil dengan gejala yang tidak normal (Merck Manual, 2007).


(28)

2.2.1 Perubahan Umum

Apabila seorang wanita itu hamil, beberapa gejala yang dianggap fisiologis akan muncul, dan perubahan ini biasanya terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Secara umum, gejala ini tidak menjurus kepada penyakit apapun dan bisa hilang setelah wanita tersebut partus Satu hal yang menakjubkan adalah bahwa hampir semua perubahan ini akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah proses persalinan dan menyusui (Hadijanto, 2008).

Proses adaptasi fisiologis yang berjadi pada tubuh ibu hamil merupakan respon terhadap keperluan fetus. Ini termasuklah :

1. Mendukung keperluan fetus sepanjang kehamilan (nutrisi, oksigenasi)

2. Proteksi fetus (starvasi, obat, toksin)

3. Mempersiapkan uterus untuk melahirkan

Antara gejala yang umum adalah lelah atau kepenatan. Ini dianggap fisiologis bagi wanita hamil dan ini biasanya dirasakan pada minggu ke-12 kehamilan dan pada minggu-minggu akhir kehamilan (Merck Manual, 2007). Mekanisme homeostasis secara normal akan terjadi apabila tubuh mendeteksi adanya perubahan pada tubuh. Tetapi berbeda dengan wanita hamil, manipulasi dari mekanisme homeostasis dipengaruhi oleh antisipasi keperluan fetus yang berkembang. Hasilnya, perubahan pada awal kehamilan akan terlihat signifikan apabila keperluan fetus yang tersedia adalah minimal. Contohnya, perubahan pada fungsi perifer seperti volume darah dan jumlah air badan dimediasi oleh hormon estrogen, sementara keseimbangan energi dan kontrol respirasi terjadi karena pengaruh dari perubahan hormon progesterone (Joan Pitkin, 2003). Hormon progensterone juga berperan dalam menginduksi relaksasi pada otot polos. Perubahan fisiologis ini akan dirasakan makin hebat jika wanita itu mengalami kehamilan multipel (Bernstein, 2000).


(29)

Beberapa gejala-gejala lain yang harus diperiksa oleh dokter yang bertanggungjawab supaya tidak dicurigai suatu penyakit antaranya adalah :

1. Nyeri kepala yang luar biasa atau persisten 2. Mual dan muntah persisten

3. Pusing

4. Gangguan penglihatan

5. Nyeri atau kejang di bagian bawah abdomen 6. Rasa kontraksi

7. Ada perdarahan di vagina 8. Air ketuban merembes

9. Bengkak pada tangan atau kaki 10. Kurang produksi urin

11. Infeksi, demam atau penyakit lain 12. Tremor

13. Seizure atau kejang 14. Denyut nadi meningkat 15. Kurang pergerakan fetus

Tabel 2.2 : Physical Changes; Merck Manual, 2007

2.2.2 Perubahan pada Sistem Reproduksi

Pada wanita yang normal, uterus adalah suatu organ yang mempunyai struktur yang hampir padat, dengan berat kira-kira 70g dan mempunyai ruang hanya 10mL atau kurang. Tetapi sewaktu kehamilan, uterus akan bertransformasi kepada suatu organ berotot yang dindingnya relatif nipis dan mempunyai kapasitas yang cukup untuk menampung fetus, placenta dan cairan amnion. Volume totalnya kira-kira 5L namun bisa meningkat hingga 20L atau lebih, hingga pada akhir kehamilan, uterus bisa mencapai kapasitas 500 hingga 1000 kali lebih banyak berbanding sewaktu wanita tersebut tidak hamil. Sewaktu kehamilan, pembesaran uterus melibatkan peregangan dan hipertrofi yang jelas dari sel otot, di mana produksi sel baru adalah terbatas. Selain itu, peningkatan dari ukuran sel otot ini juga diikuti oleh akumulasi dari jaringan fibrous dan jaringan elastis, terutamanya pada lapisan otot eksternal. Perubahan ini akan bertujuan untuk menambah kekuatan dinding uterus. Walaupun dinding korpus


(30)

akan menjadi tebal pada beberapa bulan awal kehamilan, namun ia akan berubah menjadi tipis secara bertahap dengan meningkatnya usia kehamilan. Hasilnya, pada akhir usia kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu kantung muskular dengan dinding yang tipis dan lembut. Pembesaran uterus paling ketara terlihat pada bagian fundus (Cunningham, 2005). Pada awal kehamilan, penebalan uterus distimulasi terutamanya oleh hormon estrogen dan sedikit oleh hormon progesterone. Hal ini dapat dilihat dengan perubahan uterus pada awal kehamilan mirip dengan kehamilan ektopik. Akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu lebih penambahan ukuran uterus didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi. Pada awal kehamilan juga, tuba fallopii, ovarium, dan ligamentum rotundum berada sedikit di bawah apeks fundus, sementara pada akhir kehamilan akan berada sedikit di atas pertengahan uterus. Posisi plasenta juga mempengaruhi penebalan sel-sel otot uterus, di mana bagian uterus yang mengelilingi tempat implantasi plasenta akan bertambah besar lebih cepat berbanding bagian lainnya sehingga akan menyebabkan uterus tidak rata. Fenomena ini dikenal dengan tanda Piscaseck (Hadijanto, 2008).

2.2.3 Perubahan pada Homeostatis Volume Darah dan Sistem Kardiovaskular

Salah satu perubahan sistemik yang sangat mendasar apabila seseorang wanita itu hamil adalah retensi cairan, yang diperkirakan antara 8-10kg dari berat badan rata-rata yang bertambah (11-13kg). Terdapat peningkatan pada cairan intraselular tetapi yang paling jelas itu adalah pertambahan cairan ekstraselular, terutamanya dalam volume plasma. Hal ini bisa meningkatkan volume darah sampai 45% - 50% dan jumlah ini bisa meningkat pada ibu yang hamil multipel (Pernoll, 2001). Peningkatan ini akan mencapai takat maksimum sewaktu minggu ke-30 (Elmar, 2000). Jumlah cairan di dalam darah meningkat melebihi jumlah sel darah merah, hingga ini bisa membawa kepada manifestasi anemia ringan. Konsentrasi hemoglobin bisa menurun dari 13,3g/dL (normal) kepada 10,9g/dL pada minggu ke-36 gestasi. Hal ini masih dianggap normal (Stuart, 2000).


(31)

Pertambahan jumlah cairan tubuh ini memberi efek yang signifikan pada pertambahan berat badan ibu hamil, dan ini sangat jelas sewaktu trimester pertama dan kedua (Scott, 2003). Peningkatan volume plasma mungkin disebabkan peningkatan renin plasma, karena dipicu oleh peningkatan hormon estrogen dan progesterone. Ini akan membawa kepada retensi natrium dengan proses sekresi aldosterone. Hasilnya, jumlah cairan tubuh wanita hamil bisa meningkat hingga 6-8 liter, di mana 4-6 liter akan berada di ekstraselular. Distribusi volume darah juga dipengaruhi oleh perubahan posisi tubuh. Ini dibuktikan dengan supine hypotensive syndrome, yaitu suatu keadaan hipotensi karena kurangnya aliran darah ke jantung karena penekanan uterus pada vena kava inferior (Pernoll, 2001).

Sewaktu kehamilan, jantung dan sirkulasi akan mengalami suatu adaptasi fisiologis yang luar biasa. Menurut Mclaughlin dan Roberts, 1999 dalam F. Gary et.al, 2005, perubahan paling penting dalam fungsi jantung bermula sejak 8 minggu pertama kehamilan. Peningkatan cardiac output bermula seawal minggu ke-5 kehamilan dan peningkatan ini disebabkan oleh berkurangnya resistensi vaskuler sistemik dan peningkatan denyut jantung. Penyebab khusus dari fenomena ini masih dipertanyakan tetapi dikatakan ada pengaruh dari faktor vasoaktif dari endotelium, seperti nitrit oksida (Stuart, 2000). Kerja ventrikular sewaktu kehamilan juga dipengaruhi oleh penurunan resistensi vaskuler sistemik ini dan perubahan dalam aliran arteri.

Selain dari perubahan pada pembuluh darah seluruh tubuh, jantung itu sendiri juga mengalami beberapa perubahan sebagai suatu respon adaptasi fisiologis pada wanita hamil. Sewaktu kedudukan diafragma semakin meninggi karena membesarnya uterus, jantung sendiri akan terpindah ke arah kiri dan ke atas, serta berputar pada aksisnya. Hasilnya, apeks jantung akan terlihat bergerak ke arah lateral dari kedudukan asalnya. Perubahan ini pastinya bergantung kepada besar dan posisi dari uterus, tone otot abdominal dan konfigurasi dari abdomen dan toraks (Cunningham, 2005). Sewaktu gestasi, jantung wanita perlu bekerja lebih keras karena semakin membesar fetus, semakin kuat jantung harus memompa darah ke uterus. Hingga sewaktu trimester terakhir, uterus akan


(32)

menerima hampir satu per lima dari suplai darah. Jantung juga harus memompa dengan kuat karena volume darah yang meningkat karena retensi cairan tadi. Hasilnya, cardiac output akan meningkat kira-kira 30-50%. Penurunan resistensi vaskuler dan tekanan darah arteri serta peningkatan volume darah dan kadar metabolisme basal pada wanita hamil juga merupakan beberapa faktor yang menyumbang kepada terjadinya perubahan pada cardiac output. Sewaktu partus pula, cardiac output ini bisa meningkat lagi 10%, dan akan mulai turun setelah partus. Kadarnya akan kembali normal dalam waktu 6 minggu setelah partus (Merck Manual, 2007). Oleh sebab itu, bunyi desah jantung (murmur) dan detak jantung irregular bisa timbul. Ini masih dianggap normal. Menurut Stuart, 2000, bunyi jantung yang masih dianggap normal pada wanita hamil antara lain :

1. Bunyi s1 dan s2 meningkat

2. Komponen mitral dan trikuspid dari s1 meningkat 3. Tiada perubahan konstan pada s2

4. Bunyi s3 kuat sewaktu minggu ke-20 kehamilan 5. < 5% dari wanita hamil akan ada bunyi s4

6. > 95% wanita hamil akan mengalami desah jantung sistolik yang normalnya akan hilang setelah partus

7. 20% wanita hamil akan mengalami desah jantung diastolik transien

8. 10% wanita hamil akan mengalami bunyi desah jantung yang berterusan karena peningkatan aliran darah pada bagian mammae

Saiz uterus yang semakin membesar juga akan mengganggu aliran darah kembali ke jantung dari kaki dan area pelvis. Hasilnya, edema bisa ditemukan dan biasanya di kaki. Varicose vein juga bisa muncul di kaki dan di area sekitar vagina. Ini seringkali menimbulkan rasa tidak enak pada ibu hamil (Stuart, 2000).


(33)

2.2.4 Perubahan pada Sistem Respirasi

Diafragma akan menaik kira-kira 4 cm sewaktu kehamilan. Sudut subkosta melebar dengan diameter transversal kosta meningkat kira-kira 2 cm. Lingkaran toraks juga meningkat kira-kira 6 cm namun ini tidak cukup untuk menghalang pengurangan dari volume residual udara dalam paru hasil dari diafragma yang menaik. Kadar pernapasan akan mengalami sedikit perubahan sewaktu kehamilan, tetapi volume tidal, minute ventilatory volume dan minute oxygen uptake meningkat dengan jelas dengan meningkatnya usia kehamilan. Maximum breathing capacity, forced dan timed vital capacity tidak menunjukkan perubahan yang jelas. Functional residual capacity dan volume residual udara pula berkurang sebagai akibat dari diafragma yang menaik.

Pusat respirasi akan diset menjadi kurang dari 4kPa pCO2 (dari 6kPa) hasil dari pengaruh hormon progesterone, membolehkan fetus untuk membuang sisa gasnya. Ventilasi meningkat 40% pada trimester pertama karena peningkatan tidal volume. Tetapi semakin meningkatnya usia kehamilan, akan terjadi pengurangan kapasitas total paru karena ukuran uterus yang membesar. Tiada perubahan yang jelas pada expiratory peak flow rate. Dyspnea yang wujud pada awal kehamilan mungkin disebabkan oleh penurunan pCO2. Aktivitas ringan bisa menurunkan tingkat pCO2 hingga bisa menurunkan aliran darah cerebral dan bisa menimbulkan pusing. pCO2 yang rendah dikompensasi dengan jumlah plasma bikarbonat yang rendah bagi mempertahankan pH normal (Joan Pitkin, 2003).


(34)

2.2.5 Perubahan pada Sistem Perkemihan

Perubahan fisiologis yang berlaku pada wanita hamil terjadi juga pada sistem perkemihan. Ini termasuklah perubahan anatomi dari salur perkemihan itu sendiri, metabolisme elektrolit dan sebagainya. Pada bulan-bulan pertama kehamilan, kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga sering menimbulkan rasa ingin berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali (Hadijanto, 2008). Ginjal akan membesar, dan diameter ureter meningkat karena efek relaksasi dari hormon progesterone pada otot polos. Glomerular filtration rate juga akan meningkat dan ini bisa membawa kepada keadaan glikoibua karena kemampuan tubulus proksimal untuk reabsorbsi glukosa telah berkurang (Cunningham, 2005). Pada ekskresi akan dijumpai kadar asam amino dan vitamin larut air dalam jumlah yang banyak. Tetapi, jika ditemukan proteinuria atau hematuria, maka itu sudah termasuk suatu hal yang abnormal. Pada fungsi renal, akan dijumpai peningkatan creatinine clearance lebih tinggi dari 30% (Hadijanto, 2008).

Sewaktu kehamilan normal, akan berlaku retensi hampir 1000 mEq natrium dan 300 mEq kalium. Walaupun glomerular filtration rate untuk natrium dan kalium meningkat, ekskresi dari elektrolit ini tetap tidak berubah karena peningkatan keupayaan penyerapan kembali oleh tubular. Jumlah akumulasi dari natrium dan kalium ini tetap tidak bisa meningkatkan konsentrasinya dalam darah malah akan terlihat sedikit rendah karena volume plasma yang meningkat. Jumlah kalsium dalam darah pula akan turun sewaktu kehamilan. Fetus yang membesar memaksakan suatu keperluan yang signifikan untuk kalsium. Menurut Pitkin, 1985 dalam Cunningham, 2005, pada trimester ketiga, kira-kira 200 mg kalsium akan dideposit pada tulang fetus setiap hari. Maka, asupan kalsium yang mencukupi diperlukan bagi mengelak terjadinya kekurangan kalsium pada ibunya. Selain itu, jumlah magnesium juga didapati menurun. Bardicef et. al, 1995 menyimpulkan kehamilan merupakan suatu keadaan di mana terjadi kekurangan


(35)

magnesium ekstraselular. Berbanding dengan wanita yang normal, ditemukan bahwa jumlah magnesium total dan yang terionisasi signifikan rendah pada wanita hamil. Di sisi lain, jumlah fosfat masih tidak berubah, masih seperti sewaktu tidak hamil. Ambang ginjal untuk ekskresi fosfat meningkat pada waktu kehamilan karena efek dari hormon kalsitonin. Kesimpulannya, kehamilan bisa menginduksi perubahan pada metabolisme beberapa mineral, selain retensi jumlah yang adekuat untuk perkembangan fetus.

2.2.6 Perubahan pada Sistem Endokrin (Hormon)

Dengan bermulanya kehamilan, corak hormon sirkulasi juga berubah dengan signifikan. Produksi hormon steroid seksual (estrogen dan progesterone) oleh plasenta sahaja tidak akan mencukupi. Maka, kelenjar adrenal dari ibu dan fetus telah memproduksi prekursor yang dibutuhkan supaya plasenta bisa menghasilkan hormon secukupnya. Ini merupakan dasar dari konsep maternal-fetal-placental unit (Pernoll, 2001).

Payudara

Pada awal kehamilan, perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua, payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Ini akan terlihat seperti striae yang ada di perut. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak. Suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum akan keluar dalam bulan pertama kehamilan. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting hormone. Setelah persalinan, kadar progesterone dan estrogen akan menurun sehingga pengaruh inhibisi progesterone terhadap α-laktabulmin akan hilang. Peningkatan prolaktin akan meransang sintesis laktose dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi air


(36)

susu. Pada bulan yang sama, areola akan lebih besar dan cenderung untuk menonjol keluar.

Estrogen

Estrogen diproduksi oleh sel syncytiotrophoblast. Estrogen yang paling poten adalah 17b-estradiol, berasal dari dehydroepiandrosterone ibu dan fetus. Jumlah estrogen ini meningkat hingga 1000 kali lipat sewaktu kehamilan. Sementara estrone, yang disintesa dari kolestrol ibu dan dehydroepiandrostenedione fetus hanya meningkat 100 kali lipat. Kedua-dua hormon ini berperan penting dalam perkembangan fetus (Pernoll, 2001). Satu lagi bagian terbesar dari jumlah estrogen adalah estriol. Hormon ini dihasilkan dari 16-hydroxydehydroepiandrosterone, dan sering digunakan sebagai marker untuk monitor keadaan fetus. Jika ada terjadi sesuatu pada fetus, maka jumlah estrogen akan didapati menurun (Bernstein, 2000).

Progesterone

Progesterone merupakan satu lagi hormon penting dalam menjaga kelangsungan suatu kehamilan. 17a-Hydroxyprogesterone adalah satu jenis progesterone yang dihasilkan pada mulanya oleh korpus luteum sewaktu 7 minggu yang pertama, dan kemudian peran ini diambil alih oleh plasenta. Hormon progesterone yang dihasilkan ini akan meningkat jumlahnya setiap hari sepanjang kehamilan hingga mencapai jumlah 2 kali lipat berbanding biasa. Hormon ini penting untuk mempertahankan dinding endomentrium supaya sesuai untuk pertumbuhan fetus.

Human Chorionic Gonadotropins (hCG)

Hormon plasenta yang disebut human chorionic gonadotropina (hCG) ini diproduksi oleh syntrophoblast. Konsentrasinya akan meningkat secara mendadak setelah berlakunya implantasi oleh ovum yang telah disenyawakan dan bisa mencapai kadar puncak 100,000 mIU / mL dalam 8 – 10 minggu kehamilan. Setelah itu, hormon ini akan menurun jumlahnya hingga ke suatu tahap dalam


(37)

waktu kira-kira 120 hari dan jumlah itu akan menetap hingga wanita tersebut partus (Pernoll, 2001). Hormon ini bersifat luteotropic, seperti hormon LH yang menstimulasi produksi dari progesterone, 17-hydroxyprogesterone dan estrogen. Fungsi hormon ini pada akhir waktu kehamilan masih menjadi tanda tanya. Tetapi, hormon ini telah digunakan secara global sebagai suatu petanda kehamilan karena jumlah hormon ini akan meningkat secara mendadak pada awal kehamilan. Jika jumlah hormon ini lebih rendah dari yang dijangka, ada kemungkinan terjadinya suatu kehamilan ektopik atau aborsi. Jika jumlahnya lebih daripada biasa, ada kemungkinan terjadi kehamilan multipel, kehamilan molar atau trisomy 21 (Bernstein, 2000).


(38)

2.3 Depresi pada Wanita Hamil

Gangguan Depresi Mayor adalah salah satu masalah yang paling sering dijumpai pada wanita berusia produktif. Oleh itu, wanita hamil juga tidak terkecuali termasuk dalam golongan yang sangat beresiko mengalami gangguan depresi mayor, walaupun pada saat hamil. Sekarang ini, skrining untuk kelainan mental, riwayat penggunaan ubat psikoaktif dan sebagainya pada pemeriksaan prenatal sering dijalankan untuk memastikan status mental wanita hamil. Menurut Benedict et. al, 1999 dalam Pernoll 2001, faktor resiko untuk gangguan depresi mayor harus dievaluasi. Riwayat sebelumnya atau riwayat keluarga merupakan suatu resiko yang signifikan untuk terjadinya depresi rekuren. Wanita dengan riwayat penderaan seksual juga cenderung untuk mengalami simptom depresi, sebelum atau sewaktu kehamilan.

2.3.1 Etiologi dan Faktor Resiko

Terdapat kemungkinan bahwa kedua-dua faktor biokimia dan tekanan hidup yang mempengaruhi onset untuk terjadinya depresi dalam kehamilan. Hormon seperti yang diketahui akan memberi kesan kepada mood, contohnya seperti sindroma pre-menstrual dan depresi menopause. Estrogen akan memodulasi fungsi serotonin dan prinsip ini telah diaplikasi untuk mengobati masalah depresi. Maka, ini mungkin merupakan faktor terjadinya elevasi mood yang dirasai oleh wanita sewaktu hamil. Tingkat hormon yang absolut dan kadar perubahan mereka juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh. Konsentrasi hormon seksual wanita yang meningkat sewaktu kehamilan akan memberi pengaruh kepada bagian otak yang terlibat dalam modulasi mood. Ternyata, wanita yang mengalami depresi postpartum biasanya mempunyai tingkat estrogen dan progesterone yang tinggi sebelum partus, dan kemudian mengalami pengurangan jumlah yang banyak secara signifikan selepas partus (Pernoll, 2001). Selain itu, terdapat peningkatan yang signifikan pada hormon yang terlibat dalam sistem stres kortisol. Hiperaktivitas dari aksis hipotalamus – pituitary – adrenal


(39)

(HPA) biasanya dijumpai pada pasien dengan masalah depresi (O‟Keane, 2007). Dikatakan juga terdapat sebagian kecil wanita hamil mempunyai fungsi tiroid yang abnormal hingga bisa membawa kepada masalah depresi (Evans, 2001). Walaupun kebanyakan wanita sangat menginginkan kehamilan, namun kehamilan juga sering dianggap satu tekanan hidup yang dianggap mayor dan bisa mengeksaserbasi kecenderungan terjadinya masalah depresi. Wanita yang mengalami masalah depresi selama hidupnya bisa merasakan kehamilannya itu adalah beban tambahan kepadanya (O‟Keane, 2007). Kehamilan juga membawa beberapa tuntutan yang kadang-kala seorang wanita itu tidak sanggup untuk menghadapinya, hingga wanita itu bisa mengalami masalah depresi. Ketakutan untuk melahirkan, kerisauan tentang status sosioekonomi dan sebagainya bisa bertindak sebagai stresor. Ini dapat dilihat dalam Evans, 2001 mengatakan depresi pada wanita hamil lebih tinggi pada minggu ke-32 kehamilan berbanding minggu ke-8. Depresi lebih sering terjadi berhubungan dengan masalah ibu bapa, kehamilan yang tidak diingini, riwayat depresi dan kurangnya status sosioekonomi (Pernoll, 2001). Selain itu, penyebab terjadinya kasus relaps yang tinggi pada waktu kehamilan untuk wanita yang pernah mengalami riwayat depresi sebelumnya masih menjadi tanda tanya. Walaupun banyak penyebab yang bisa menimbulkan relaps, namun hipotesa yang lebih spesifik dan penyumbang paling diterima adalah karena penghentian pengobatan. Studi prospektif pada wanita dengan depresi yang rekuren menyatakan, 68% dari mereka yang berhenti menggunakan obat antidepresi sewaktu hamil mengalami depresi relaps, berbanding dengan 26% lagi yang terus mengambil obat antidepresi tanpa berhenti (O‟Keane, 2007).


(40)

2.3.2 Pengaruh Depresi pada Kehamilan

Studi berkaitan komplikasi yang terjadi pada wanita dengan depresi sewaktu kehamilan agak susah diinterpretasi karena kemungkinan akibat dari depresi tidak dapat dibedakan dari kemungkinan akibat dari pengambilan obat antidepresi. Beberapa penemuan seperti dalam Hedegaard, 1993 mengatakan bahwa wanita hamil dengan depresi mempunyai resiko tinggi terjadinya komplikasi kehamilan seperti kehamilan prematur. Tetapi, semua masalah ini terlihat lebih cenderung disebabkan obat antidepresi yang diambil sewaktu hamil. Terdapat bukti bahawa depresi pada waktu kehamilan memberi pengaruh yang signifikan pada perkembangan sistem saraf pusat bayi (O‟Keane, 2007). Satu hipotesa yang menjelaskan pengaruh depresi pada kehamilan adalah sistem hormon kortisol. Stresor yang bermacam-macam, seperti gangguan psikososial, kelaparan, infeksi dan sebagainya akan menstimulasi sekresi kortisol sewaktu, dan setelah kehamilan. Peningkatan aktivitas sistem kortisol ini sewaktu kehamilan, ditambah dengan peningkatan sekresi corticotropin realeasing hormone oleh plasenta (memicu peningkatan jumlah kortisol), telah terlihat dapat membawa kepada terjadinya kasus kelahiran prematur (O‟Keane, 2007). Hipotesa lain yang menghubungkan depresi dengan kehamilan adalah sikap yang tidak sehat, berhubungan dengan depresi seperti merokok, minum alkohol dan penyalahgunaan zat oleh ibu hamil. Semua ini nantinya akan memicu kepada terjadinya efek yang merugikan pada kehamilan (O‟Keane, 2007).


(41)

2.3.3 Penatalaksanaan

Episode depresi bisa bervariasi bermula dari sindroma ringan hinggalah yang berat. Pada kasus depresi yang ringan, tatalaksana pilihan adalah psikoterapi. Suatu percobaan klinikal kontrol pernah dijalankan dan terbukti efektif, tetapi psikoterapi ini tidak dapat diterima dengan segera dan biasanya respon yang diharapkan timbul lebih lama berbanding terapi dengan obat-obatan (O‟Keane, 2007). Tatalaksana dengan menggunakan obat antidepresan biasanya diindikasikan pada wanita dengan riwayat depresi berat atau rekuren. Namun, penggunaan obat-obat antidepresan ini mempunyai efek samping yang berpengaruh pada kandungan. Contohnya, obat selective serotonin reuptake inhibitors seperti paroxetine, bisa meningkatkan resiko terjadinya malformasi kongenital pada bayi. Serotonin withdrawal syndrome juga bisa terjadi pada neonatus yang terpapar dengan obat selective serotonin reuptake inhibitors sewaktu bayi tersebut dalam kandungan ibunya (O‟Keane, 2007). Maka, penggunaan obat ini haruslah dengan nasihat dokter. Biasanya, terapi untuk kasus depresi yang berat dan rekuren biasanya bersifat kombinasi, yaitu dengan psikoterapi dan terapi farmakologi.

2.3.4 Rumusan

Depresi pada kehamilan merupakan suatu masalah yang harus diberi perhatian. Walaupun masalah depresi pasca kehamilan lebih sering terjadi, namun kebanyakan dari kasus depresi pasca kehamilan ini sebenarnya sudah bermula sejak dari waktu kehamilan (Evans et. al, 2001). Jika tidak ditangani dengan baik, maka masalah ini bisa berlanjutan sampai tingkat yang lebih parah. Oleh itu, dokter yang bertanggungjawab haruslah menilai apakah terdapat masalah depresi pada wanita hamil sebagai salah satu bagian rutin dari perawatan antenatal. Jika perlu, maka terapi yang sesuai bisa segera diberikan supaya masalah ini tidak berlanjutan.


(42)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

3.2 Definisi Operasional Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur Wanita

Hamil

Wanita hamil yang masuk Poliklinik Ibu

Hamil RSUP Haji Adam Malik, Medan

bulan Juni, 2011 untuk perawatan

antenatal

Kuesioner 1. Usia kehamilan 2. Kehamilan

keberapa

3. Usia Ibu Hamil

4. Pekerjaan Ibu Hamil

Nominal Jumlah wanita hamil

yang mengalami masalah depresi

Wanita Hamil

Distribusi kejadian depresi pada ibu hamil

Tingkat depresi pada wanita hamil


(43)

Wanita hamil yang mengalami masalah depresi Wanita tersebut mempunyai gejala yang menunjukkan bahawa dia mengalami masalah depresi pada waktu kehamilannya Kuesioner (12 soalan berdasarkan The General Health Questionnaire)

Jika skor didapat 11 atau lebih (skor

maksimum adalah 36), maka ini menunjukkan individu tersebut termasuk golongan yang mengalami depresi Ordinal Tingkat depresi pada wanita hamil Derajat keparahan depresi yang dialami oleh wanita hamil Wawancara berdasarkan Hamilton Depression Rating Scale

Skor akan dikira dan dinilai berdasarkan

Hamilton Depression Rating

Scale 1. Tidak depresi

(0 - 7)

2. Depresi Ringan (8 - 13)

3. Depresi Sedang (14 - 18)

4. Depresi Berat (19 - 22)

5. Depresi Sangat Berat (Lebih dari 22)


(44)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional. Penelitian ini menggambarkan proporsi depresi pada wanita hamil di Poliklinik Ibu Hamil Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan tahun 2011.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni 2011.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Poliklinik Ibu Hamil Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang masuk ke Poliklinik Ibu Hamil Rumah Pusat Haji Adam Malik, Medan dalam sebulan, yang rata-ratanya berjumlah 133 orang.


(45)

4.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini telah ditentukan berdasarkan kriteria inklusi yaitu karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak diteliti. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Ibu hamil yang masuk ke Poliklinik Ibu Hamil Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan pada bulan Juni 2011.

2. Bersedia menjadi subjek penelitian.

Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan subyek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari suatu studi (Sastroasmoro, 2008). Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Menderita komplikasi kehamilan berat yang dapat mempengaruhi kesehatan mental

2. Ibu hamil yang menderita depresi sebelum kehamilannya

Perkiraan besar sampel minimal yang diperlukan untuk penelitian ini telah ditentukan dengan menggunakan rumus dibawah (Wahyuni A.S, 2006),


(46)

N = 133,

n = N . Z21-α/2 p . (1-p)

(N-1)d2 + Z21-α/2 p . (1-p)

n = (133)(1,96) 2 (0,5)(1-0,5) (133-1)(0,1)2 + (1,96)2(0,5)(1-0,5)

n = 127,7332

1,32 + 0,9604

n = 127,7332 2,2804

n = 56,01 ≈ 56 orang.

Jumlah minimal ibu hamil yang harusnya diambil untuk dijadikan sampel adalah 56 orang, tetapi untuk penelitian ini, jumlah sampel yang telah diambil adalah sebanyak 60 orang.

Dari 60 orang sampel yang diperlukan untuk penelitian ini, sampel akan diambil dengan menggunakan metode pengambilan sampel secara consecutive sampling (Notoatmodjo, 2010).


(47)

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Data diambil dengan menggunakan data primer yaitu dengan mengedarkan kuesioner yang harus dijawab oleh responden.

Data sekunder pula diperoleh dari Departemen Obstetrik dan Ginekologi, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan yaitu data berupa jumlah ibu hamil yang masuk ke Poliklinik Ibu Hamil Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan bermula dari Jun 2011 hingga Julai 2011.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer dengan aplikasi statistik yang sesuai. Data disajikan dalam bentuk narasi dan tabel-tabel.


(48)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Ibu Hamil, RSUP Haji Adam Malik, Medan. Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit Umum Kelas A di Medan yang berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 335/Menkes/SK/VII/1990. RSUP Haji Adam Malik ini beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan terletak di kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. Di samping itu, RSUP Haji Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. RSUP Haji Adam Malik juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/MENKES/IX/1991 tanggal 6 September 1991 dan secara resmi pusat pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke RSUP Haji Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993. RSUP H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan rawat jalan dan untuk pelayanan rawat inap mulai berfungsi tepatnya pada tanggal 2 Mei 1992. Rumah sakit ini mula beroperasi secara total pada tanggal 21 Juli 1993 yang diresmikan oleh mantan Presiden RI, H. Soeharto. RSUP H. Adam Malik, Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan penunjang non medis (instalasi gizi, farmasi, Central Sterilization Supply Depart (CSSD), bioelektromedik, Penyuluh Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil).


(49)

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Sampel penelitian ini adalah semua ibu hamil yang mengunjungi Poliklinik Ibu Hamil, RSUP Haji Adam Malik, Medan bermula dari Jun 2011 hingga Julai 2011. Semua data diambil dari data primer, yaitu melalui kuesioner yang diedarkan untuk dijawab oleh responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara consecutive sampling dan hasilnya, seramai 60 orang responden telah didapatkan.

Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi : umur, pekerjaan, usia kehamilan, kehamilan keberapa, status depresi dan tingkat depresi ibu hamil tersebut.

Tabel 5.1. Karakteristik Responden berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Persentase Persentase Kumulatif

< 20 3 5.0 5.0

20 - 35 44 73.3 78.3

> 35 13 21.7 100.0

Total 60 100.0

Berdasarkan Tabel 5.1.1, dapat dilihat responden yang terbanyak berdasarkan kelompok umur berada dalam rentang usia 20 – 35 tahun, yaitu sebanyak 44 (73.3%) orang, diikuti oleh kelompok umur di atas 35 tahun dengan jumlah sebanyak 13 (21.7%) orang sementara dari kelompok umur di bawah 20 tahun menyumbang jumlah responden sebanyak 3 (5.0%) orang.


(50)

Tabel 5.2. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase Persentase Kumulatif

Iburumahtangga 39 65.0 65.0

Wiraswasta 15 25.0 90.0

PNS 6 10.0 100.0

Total 60 100.0

Berdasarkan Tabel 5.1.2 untuk karakteristik responden berdasarkan pekerjaan, terlihat paling banyak adalah dari kelompok iburumahtangga dengan jumlah 39 (65.0%) orang, diikuti oleh kelompok wiraswasta dengan jumlah 15 (25.0%) orang dan kelompok paling sedikit dari kelompok PNS yaitu dengan 6 (10.0%) orang.

Tabel 5.3. Karakteristik Responden berdasarkan Usia Kehamilan Usia Kehamilan Frekuensi Persentase Persentase

Kumulatif

Trimester I 1 1.7 1.7

Trimester II 26 43.3 45.0

Trimester III 33 55.0 100.0

Total 60 100.0

Berdasarkan Tabel 5.1.3, karakteristik responden berdasarkan usia kehamilan menunjukkan responden paling banyak berada dalam rentang usia kehamilan trimester III, yaitu sebanyak 33 (55.0%) orang, manakala responden dari rentang usia kehamilan Trimester II adalah sebanyak 26 (43.3%) orang dan Trimester I sebanyak 1 (1.7%) orang.


(51)

Tabel 5.4. Karakteristik Responden berdasarkan Kehamilan KeBerapa Kehamilan

KeBerapa

Frekuensi Persentase Persentase Kumulatif

1 30 50.0 50.0

2 19 31.7 81.7

3 6 10.0 91.7

4 5 8.3 100.0

Total 60 100.0

Merujuk Tabel 5.1.4, dapat dilihat responden dalam kelompok kehamilan pertama menyumbang jumlah terbanyak yaitu sebanyak 30 (50.0%) orang, diikuti oleh kelompok kehamilan kedua dengan jumlah responden sebanyak 19 (31.7%) orang. Bagi kelompok responden dengan kehamilan ketiga, seramai 6 (10.0%) orang sementara kelompok responden kehamilan keempat, hanya 5 (8.3%) orang.

Tabel 5.5. Karakteristik Responden berdasarkan Status Depresi

Status Depresi Frekuensi Persentase Persentase Kumulatif

Depresi 37 61.7 61.7

Tidak Depresi 23 38.3 100.0

Total 60 100.0

Berdasarkan Tabel 5.1.5, dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan status depresi, di mana jumlah responden yang depresi lebih tinggi yaitu seramai 37 (61.7%) orang, berbanding jumlah responden yang tidak depresi yang hanya seramai 23 (38.3%) orang.


(52)

Tabel 5.6. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Depresi Tingkat Depresi Frekuensi Persentase Persentase

Kumulatif

Tidak Depresi 23 38.3 38.3

Depresi Ringan 19 31.7 70.0

Depresi Sedang 9 15.0 85.0

Depresi Berat 9 15.0 100.0

Total 60 100.0

Dilihat pada tabel 5.1.6, penyumbang kepada jumlah depresi terbanyak adalah dari kelompok depresi ringan dengan 19 (31.7%) orang, diikuti oleh kelompok depresi sedang dan berat masing-masing dengan jumlah responden 9 (15.0%) orang. Selebihnya, termasuk dalam kelompok yang tidak depresi yaitu 23 (38.3%) orang.

Tabel 5.7. Distribusi Hubungan Umur dengan Depresi

Umur Depresi Tidak Depresi Total

< 20 3

5.0%

0 0.0%

3 5.0%

20 -35 26

43.3%

18 30.0%

44 73.3%

> 35 8

13.3%

5 8.3%

13 21.7%

Total 37

61.7%

23 38.3%

60 100.0%


(53)

Tabel 5.8. Distribusi Hubungan Umur dengan Tingkat Depresi

Tingkat Depresi Total Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Berat

Umur < 20 2

66.7% 0 0.0% 1 33.3% 3 8.1%

20 -35 14

53.8% 7 26.9% 5 19.3% 26 70.2%

> 35 3

37.5% 2 25.0% 3 37.5% 8 21.7% Total 19 51.4% 9 24.3% 9 24.3% 37 100.0%

Berdasarkan Tabel 5.2.1 dan Tabel 5.2.2, pada kelompok umur di bawah 20 tahun, jumlah yang depresi adalah seramai 3 orang dan tidak didapatkan responden yang tidak depresi, depresi ringan atau depresi sedang. Hanya depresi ringan 2 orang dan depresi berat 1 orang. Bagi kelompok umur antara 20 – 35 tahun pula, jumlah responden yang tidak depresi adalah seramai 18 orang sementara jumlah yang depresi adalah 26 orang dengan distribusi depresi ringan 14 orang, depresi sedang 7 orang dan depresi berat 5 orang. Sementara untuk kelompok umur lebih dari 35 tahun, jumlah responden yang tidak depresi adalah seramai 5 orang dan yang depresi pula 8 orang yaitu depresi ringan 3 orang, depresi sedang 2 orang dan depresi berat 3 orang.

Tabel 5.9. Distribusi Hubungan Usia Kehamilan dengan Depresi Usia Kehamilan Depresi Tidak Depresi Total

Trimester I 1

1.7%

0 0.0%

1 1.7%

Trimester II 13

21.7%

13 21.7%

26 43.3%

Trimester III 23

38.3%

10 16.7%

33 55.0%

Total 37

61.7%

23 38.3%

60 100.0%


(54)

Tabel 5.10. Distribusi Hubungan Usia Kehamilan dengan Tingkat Depresi

Tabel 5.2.4 menunjukkan distribusi hubungan tingkat depresi dengan usia kehamilan, di mana untuk kelompok responden dengan usia kehamilan trimester I, tidak ditemukan responden dengan tidak depresi, depresi ringan maupun depresi sedang. Hanya didapatkan 1 orang sahaja dengan depresi berat. Sementara untuk kelompok responden dengan usia kehamilan trimester II, seramai 13 orang tidak mengalami depresi dan 13 orang mengalami depresi dengan distribusinya 9 orang depresi ringan, 2 orang depresi sedang dan 2 orang depresi berat. Untuk kelompok trimester III, jumlah responden yang tidak depresi adalah 10 orang, manakala responden yang depresi adalah 23 orang dengan depresi ringan 10 orang, depresi sedang 7 orang dan depresi berat 6 orang.

Tabel 5.11. Distribusi Hubungan Kehamilan KeBerapa dengan Depresi Kehamilan

KeBerapa

Depresi Tidak Depresi Total

1 21

35.0%

9 15.0%

30 50.0%

2 11

18.3%

8 13.3%

19 31.7%

3 1

1.7%

5 8.3%

6 10.0%

4 4

6.7%

1 1.7%

5 8.3%

Total 37

61.7%

23 38.3%

60 100.0%

Tingkat Depresi Kategori Total Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Berat Usia Kehamilan Trimester I 0 0.0% 0 0.0% 1 100.0% 1 2.7% Trimester II 9 69.4% 2 15.3% 2 15.3% 13 35.1% Trimester III 10 43.5% 7 30.4% 6 26.1% 23 62.2%

Total 19 51.4% 9 24.3% 9 24.3% 37 100.0%


(55)

Tabel 5.12. Distribusi Hubungan Kehamilan KeBerapa dengan Tingkat Depresi

Melihat pada tabel 5.2.5 dan tabel 5.2.6, hubungan antara tingkat depresi dengan kehamilan ke berapa bagi responden dapat dilihat. Bagi kehamilan pertama, jumlah responden yang tidak depresi adalah 9 orang dan yang depresi pula 21 orang dengan distribusinya depresi ringan 9 orang, depresi sedang 7 orang dan depresi berat 5 orang. Kehamilan kedua pula, jumlah responden yang tidak depresi adalah seramai 8 orang dan yang depresi 11 orang, yaitu depresi ringan 6 orang, depresi sedang 1 orang dan depresi berat 4 orang. Selanjutnya, untuk responden dengan kehamilan ketiga, jumlah yang tidak depresi adalah seramai 5 orang, depresi ringan 1 orang dan tidak ada yang depresi sedang dan depresi berat. Selain itu, untuk responden dengan kehamilan keempat, hanya seorang yang tidak depresi, manakala yang depresi 4 orang terdiri dari 3 orang depresi ringan, 1 orang depresi sedang dan tidak ada depresi berat.

Tingkat Depresi Kategori Total Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Berat Kehamilan Keberapa

1 9

42.9% 7 33.3% 5 23.8% 21 56.8%

2 6

54.5% 1 9.1% 4 36.4% 11 29.7%

3 1

100.0% 0 0.0% 0 0.0% 1 2.7%

4 3

75.0% 1 25.0% 0 0.0% 4 10.8%

Total 19 51.4% 9 24.3% 9 24.3% 37 100.0%


(1)

BW 30

2

26

Iburumahtangga

8

Tidak

Depresi

1

Tidak

Depresi

BX 36

2

22

Iburumahtangga

9

Tidak

Depresi

0

Tidak

Depresi

BY

19

1

26

Iburumahtangga

17

Depresi

11

Depresi

Ringan

BZ

31

2

32

Iburumahtangga

18

Depresi

9

Depresi

Ringan

CA 26

2

30

Iburumahtangga

19

Depresi

16

Depresi

Sedang

CB 21

1

20

Iburumahtangga

6

Tidak

Depresi

3

Tidak

Depresi

CC 29

2

28

Wiraswasta

10

Tidak

Depresi

2

Tidak

Depresi

CD 41

3

32

Iburumahtangga

10

Tidak

Depresi

5

Tidak

Depresi

CE

33

1

28

Iburumahtangga

25

Depresi

22

Depresi

Berat

CF

30

1

18

Iburumahtangga

22

Depresi

13

Depresi

Ringan

CG 23

2

22

Iburumahtangga

4

Tidak

Depresi

6

Tidak

Depresi

CH 31

3

24

Wiraswasta

6

Tidak

Depresi

4

Tidak

Depresi

Frequency Table

Umur Kategori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 20 3 5.0 5.0 5.0

20 - 35 44 73.3 73.3 78.3

> 35 13 21.7 21.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Pekerjaan Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Surirumahtangga 39 65.0 65.0 65.0

Wiraswasta 15 25.0 25.0 90.0

PNS 6 10.0 10.0 100.0


(2)

Usia Kehamilan Kategori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Trimester 1 1 1.7 1.7 1.7

Trimester 2 26 43.3 43.3 45.0

Trimester 3 33 55.0 55.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Kehamilan Ke Berapa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 30 50.0 50.0 50.0

2 19 31.7 31.7 81.7

3 6 10.0 10.0 91.7

4 5 8.3 8.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Depresi atau Tidak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Depresi 37 61.7 61.7 61.7

Tidak Depresi 23 38.3 38.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Tingkat Depresi Kategori

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Depresi 23 38.3 38.3 38.3

Depresi Ringan 19 31.7 31.7 70.0

Depresi Sedang 9 15.0 15.0 85.0

Depresi Berat 9 15.0 15.0 100.0


(3)

Crosstabs

Umur Kategori * Depresi atau Tidak Crosstabulation Depresi atau Tidak

Total Depresi Tidak Depresi

Umur Kategori < 20 Count 3 0 3

% of Total 5.0% .0% 5.0%

20 - 35 Count 26 18 44

% of Total 43.3% 30.0% 73.3%

> 35 Count 8 5 13

% of Total 13.3% 8.3% 21.7%

Total Count 37 23 60

% of Total 61.7% 38.3% 100.0%

Usia Kehamilan Kategori * Depresi atau Tidak Crosstabulation Depresi atau Tidak

Total Depresi Tidak Depresi

Usia Kehamilan Kategori Trimester 1 Count 1 0 1

% of Total 1.7% .0% 1.7%

Trimester 2 Count 13 13 26

% of Total 21.7% 21.7% 43.3%

Trimester 3 Count 23 10 33

% of Total 38.3% 16.7% 55.0%

Total Count 37 23 60


(4)

Kehamilan Ke Berapa * Depresi atau Tidak Crosstabulation Depresi atau Tidak

Total Depresi Tidak Depresi

Kehamilan Ke Berapa 1 Count 21 9 30

% of Total 35.0% 15.0% 50.0%

2 Count 11 8 19

% of Total 18.3% 13.3% 31.7%

3 Count 1 5 6

% of Total 1.7% 8.3% 10.0%

4 Count 4 1 5

% of Total 6.7% 1.7% 8.3%

Total Count 37 23 60

% of Total 61.7% 38.3% 100.0%

Pekerjaan Responden * Depresi atau Tidak Crosstabulation Depresi atau Tidak

Total Depresi Tidak Depresi

Pekerjaan Responden Surirumahtangga Count 24 15 39

% of Total 40.0% 25.0% 65.0%

Wiraswasta Count 9 6 15

% of Total 15.0% 10.0% 25.0%

PNS Count 4 2 6

% of Total 6.7% 3.3% 10.0%

Total Count 37 23 60


(5)

Kehamilan Ke Berapa * Tingkat Depresi Kategori Crosstabulation

Tingkat Depresi Kategori

Total

Tidak

Depresi

Depresi Ringan

Depresi Sedang

Depresi Berat Kehamilan Ke

Berapa

1 Count 9 9 7 5 30

% of Total 15.0% 15.0% 11.7% 8.3% 50.0%

2 Count 8 6 1 4 19

% of Total 13.3% 10.0% 1.7% 6.7% 31.7%

3 Count 5 1 0 0 6

% of Total 8.3% 1.7% .0% .0% 10.0%

4 Count 1 3 1 0 5

% of Total 1.7% 5.0% 1.7% .0% 8.3%

Total Count 23 19 9 9 60

% of Total 38.3% 31.7% 15.0% 15.0% 100.0%

Umur Kategori * Tingkat Depresi Kategori Crosstabulation Tingkat Depresi Kategori

Total Tidak

Depresi

Depresi Ringan

Depresi Sedang

Depresi Berat Umur

Kategori

< 20 Count 0 2 0 1 3

% of Total .0% 3.3% .0% 1.7% 5.0%

20 - 35

Count 18 14 7 5 44

% of Total 30.0% 23.3% 11.7% 8.3% 73.3%

> 35 Count 5 3 2 3 13

% of Total 8.3% 5.0% 3.3% 5.0% 21.7%

Total Count 23 19 9 9 60


(6)

Usia Kehamilan Kategori * Tingkat Depresi Kategori Crosstabulation Tingkat Depresi Kategori

Total Tidak

Depresi

Depresi Ringan

Depresi Sedang

Depresi Berat Usia Kehamilan

Kategori

Trimester 1 Count 0 0 0 1 1

% of Total .0% .0% .0% 1.7% 1.7%

Trimester 2 Count 13 9 2 2 26

% of Total 21.7% 15.0% 3.3% 3.3% 43.3%

Trimester 3 Count 10 10 7 6 33

% of Total 16.7% 16.7% 11.7% 10.0% 55.0%

Total Count 23 19 9 9 60

% of Total 38.3% 31.7% 15.0% 15.0% 100.0%

Pekerjaan Responden * Tingkat Depresi Kategori Crosstabulation Tingkat Depresi Kategori

Total Tidak

Depresi

Depresi Ringan

Depresi Sedang

Depresi Berat Pekerjaan

Responden

Surirumahtangga Count 15 10 6 8 39

% of Total

25.0% 16.7% 10.0% 13.3% 65.0%

Wiraswasta Count 6 7 1 1 15

% of Total

10.0% 11.7% 1.7% 1.7% 25.0%

PNS Count 2 2 2 0 6

% of Total

3.3% 3.3% 3.3% .0% 10.0%

Total Count 23 19 9 9 60

% of Total