Depresi pada Wanita Hamil

22

2.3 Depresi pada Wanita Hamil

Gangguan Depresi Mayor adalah salah satu masalah yang paling sering dijumpai pada wanita berusia produktif. Oleh itu, wanita hamil juga tidak terkecuali termasuk dalam golongan yang sangat beresiko mengalami gangguan depresi mayor, walaupun pada saat hamil. Sekarang ini, skrining untuk kelainan mental, riwayat penggunaan ubat psikoaktif dan sebagainya pada pemeriksaan prenatal sering dijalankan untuk memastikan status mental wanita hamil. Menurut Benedict et. al, 1999 dalam Pernoll 2001, faktor resiko untuk gangguan depresi mayor harus dievaluasi. Riwayat sebelumnya atau riwayat keluarga merupakan suatu resiko yang signifikan untuk terjadinya depresi rekuren. Wanita dengan riwayat penderaan seksual juga cenderung untuk mengalami simptom depresi, sebelum atau sewaktu kehamilan. 2.3.1 Etiologi dan Faktor Resiko Terdapat kemungkinan bahwa kedua-dua faktor biokimia dan tekanan hidup yang mempengaruhi onset untuk terjadinya depresi dalam kehamilan. Hormon seperti yang diketahui akan memberi kesan kepada mood, contohnya seperti sindroma pre-menstrual dan depresi menopause. Estrogen akan memodulasi fungsi serotonin dan prinsip ini telah diaplikasi untuk mengobati masalah depresi. Maka, ini mungkin merupakan faktor terjadinya elevasi mood yang dirasai oleh wanita sewaktu hamil. Tingkat hormon yang absolut dan kadar perubahan mereka juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh. Konsentrasi hormon seksual wanita yang meningkat sewaktu kehamilan akan memberi pengaruh kepada bagian otak yang terlibat dalam modulasi mood. Ternyata, wanita yang mengalami depresi postpartum biasanya mempunyai tingkat estrogen dan progesterone yang tinggi sebelum partus, dan kemudian mengalami pengurangan jumlah yang banyak secara signifikan selepas partus Pernoll, 2001. Selain itu, terdapat peningkatan yang signifikan pada hormon yang terlibat dalam sistem stres kortisol. Hiperaktivitas dari aksis hipotalamus – pituitary – adrenal Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 23 HPA biasanya dijumpai pada pasien dengan masalah depresi O‟Keane, 2007. Dikatakan juga terdapat sebagian kecil wanita hamil mempunyai fungsi tiroid yang abnormal hingga bisa membawa kepada masalah depresi Evans, 2001. Walaupun kebanyakan wanita sangat menginginkan kehamilan, namun kehamilan juga sering dianggap satu tekanan hidup yang dianggap mayor dan bisa mengeksaserbasi kecenderungan terjadinya masalah depresi. Wanita yang mengalami masalah depresi selama hidupnya bisa merasakan kehamilannya itu adalah beban tambahan kepadanya O‟Keane, 2007. Kehamilan juga membawa beberapa tuntutan yang kadang-kala seorang wanita itu tidak sanggup untuk menghadapinya, hingga wanita itu bisa mengalami masalah depresi. Ketakutan untuk melahirkan, kerisauan tentang status sosioekonomi dan sebagainya bisa bertindak sebagai stresor. Ini dapat dilihat dalam Evans, 2001 mengatakan depresi pada wanita hamil lebih tinggi pada minggu ke-32 kehamilan berbanding minggu ke-8. Depresi lebih sering terjadi berhubungan dengan masalah ibu bapa, kehamilan yang tidak diingini, riwayat depresi dan kurangnya status sosioekonomi Pernoll, 2001. Selain itu, penyebab terjadinya kasus relaps yang tinggi pada waktu kehamilan untuk wanita yang pernah mengalami riwayat depresi sebelumnya masih menjadi tanda tanya. Walaupun banyak penyebab yang bisa menimbulkan relaps, namun hipotesa yang lebih spesifik dan penyumbang paling diterima adalah karena penghentian pengobatan. Studi prospektif pada wanita dengan depresi yang rekuren menyatakan, 68 dari mereka yang berhenti menggunakan obat antidepresi sewaktu hamil mengalami depresi relaps, berbanding dengan 26 lagi yang terus mengambil obat antidepresi tanpa berhenti O‟Keane, 2007. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 24 2.3.2 Pengaruh Depresi pada Kehamilan Studi berkaitan komplikasi yang terjadi pada wanita dengan depresi sewaktu kehamilan agak susah diinterpretasi karena kemungkinan akibat dari depresi tidak dapat dibedakan dari kemungkinan akibat dari pengambilan obat antidepresi. Beberapa penemuan seperti dalam Hedegaard, 1993 mengatakan bahwa wanita hamil dengan depresi mempunyai resiko tinggi terjadinya komplikasi kehamilan seperti kehamilan prematur. Tetapi, semua masalah ini terlihat lebih cenderung disebabkan obat antidepresi yang diambil sewaktu hamil. Terdapat bukti bahawa depresi pada waktu kehamilan memberi pengaruh yang signifikan pada perkembangan sistem saraf pusat bayi O‟Keane, 2007. Satu hipotesa yang menjelaskan pengaruh depresi pada kehamilan adalah sistem hormon kortisol. Stresor yang bermacam-macam, seperti gangguan psikososial, kelaparan, infeksi dan sebagainya akan menstimulasi sekresi kortisol sewaktu, dan setelah kehamilan. Peningkatan aktivitas sistem kortisol ini sewaktu kehamilan, ditambah dengan peningkatan sekresi corticotropin realeasing hormone oleh plasenta memicu peningkatan jumlah kortisol, telah terlihat dapat membawa kepada terjadinya kasus kelahiran prematur O‟Keane, 2007. Hipotesa lain yang menghubungkan depresi dengan kehamilan adalah sikap yang tidak sehat, berhubungan dengan depresi seperti merokok, minum alkohol dan penyalahgunaan zat oleh ibu hamil. Semua ini nantinya akan memicu kepada terjadinya efek yang merugikan pada kehamilan O‟Keane, 2007. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 25 2.3.3 Penatalaksanaan Episode depresi bisa bervariasi bermula dari sindroma ringan hinggalah yang berat. Pada kasus depresi yang ringan, tatalaksana pilihan adalah psikoterapi. Suatu percobaan klinikal kontrol pernah dijalankan dan terbukti efektif, tetapi psikoterapi ini tidak dapat diterima dengan segera dan biasanya respon yang diharapkan timbul lebih lama berbanding terapi dengan obat-obatan O‟Keane, 2007. Tatalaksana dengan menggunakan obat antidepresan biasanya diindikasikan pada wanita dengan riwayat depresi berat atau rekuren. Namun, penggunaan obat-obat antidepresan ini mempunyai efek samping yang berpengaruh pada kandungan. Contohnya, obat selective serotonin reuptake inhibitors seperti paroxetine, bisa meningkatkan resiko terjadinya malformasi kongenital pada bayi. Serotonin withdrawal syndrome juga bisa terjadi pada neonatus yang terpapar dengan obat selective serotonin reuptake inhibitors sewaktu bayi tersebut dalam kandungan ibunya O‟Keane, 2007. Maka, penggunaan obat ini haruslah dengan nasihat dokter. Biasanya, terapi untuk kasus depresi yang berat dan rekuren biasanya bersifat kombinasi, yaitu dengan psikoterapi dan terapi farmakologi. 2.3.4 Rumusan Depresi pada kehamilan merupakan suatu masalah yang harus diberi perhatian. Walaupun masalah depresi pasca kehamilan lebih sering terjadi, namun kebanyakan dari kasus depresi pasca kehamilan ini sebenarnya sudah bermula sejak dari waktu kehamilan Evans et. al, 2001. Jika tidak ditangani dengan baik, maka masalah ini bisa berlanjutan sampai tingkat yang lebih parah. Oleh itu, dokter yang bertanggungjawab haruslah menilai apakah terdapat masalah depresi pada wanita hamil sebagai salah satu bagian rutin dari perawatan antenatal. Jika perlu, maka terapi yang sesuai bisa segera diberikan supaya masalah ini tidak berlanjutan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 26 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep