Kehilangan Tulang Alveolar Dikaitkan Dengan Penyakit Periodontal Ditinjau Secara Radiografi Panoramik Pada Masyarakat Kecamatan Binjai Selatan Di Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam

(1)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Radiologi Dental

Tahun 2013

Sabrina Sherly

Kehilangan Tulang Alveolar Dikaitkan Dengan Penyakit Periodontal Ditinjau Secara Radiografi Panoramik Pada Masyarakat Kecamatan Binjai Selatan Di Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam

xi + 53 halaman

Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Radiografi panoramik membantu menegakkan diagnosa tentang kehilangan tulang alveolar yang salah satunya disebabkan penyakit periodontitis kronis. Penelitian ini melihat kehilangan tulang alveolar dikaitkan dengan penyakit periodontal dihubungkan dengan umur, jenis kelamin, dan kebiasaan merokok. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden 85 orang pada tiga kelurahan. Sampel dilakukan pemeriksaan klinis, dilanjutkan dengan pemeriksaan radiografi panoramik.

Hasil penelitian menunjukkan 100% masyarakat mengalami penyakit periodontal dimana 11,7% mengalami penyakit periodontal irreversible serta mengalami kehilangan tulang alveolar yang parah pada seluruh regio.


(2)

KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR DIKAITKAN

DENGAN PENYAKIT PERIODONTAL DITINJAU

SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA

MASYARAKAT KECAMATAN BINJAI

SELATAN DI KELURAHAN TANAH

SERIBU, RAMBUNG BARAT DAN

RAMBUNG DALAM

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh: Sabrina Sherly

090600109

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Proposal ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji hasil penelitian

Medan, 12 Januari 2013

Pembimbing: Tandatangan

1. Dr.Trelia Boel drg.,M.Kes.,Sp.RKG(K) NIP. 19650214 1999203 2 004

2. Dewi Kartika, drg


(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 12 Januari 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. drg. Trelia Boel, M. Kes, Sp. RKG(K)

ANGGOTA : 1. drg. H. Amrin Thahir


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmat kepada penulis sehingga skripsi dapat selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih terdalam kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberi kasih sayang, didikan dan dukungan secara moral dan materiil kepada penulis. Penulis juga ingin mengucapkan ribuan terima kasih kepada dosen pembimbing Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG(K) yang telah meluangkan waktu, tenaga dan kesabaran dalam membimbing penulis selama penyelesaian skripsi ini.

Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) selaku ketua Departemen Radiologi Dental Fakultas Kedeokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan atas segala saran, masukan dan dukungan ilmu yang telah diberikan. 3. Dewi Kartika,drg selaku staf pembimbing dalam melakukan kegiatan

penelitian dan atas segala saran dan masukan yang telah diberikan.

4. H. Amrin Thahir,drg., Cek Dara Manja,drg.,Sp. RKG serta seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Radiologi Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Yati Roesnawi,drg., M.Kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penbulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumateran Utara.

6. Christin Hartono, Suryani Tjita, Justine Pangtono yang telah banyak berkontribusi dalam membantu penulis dalam mengumpulkan data di lapangan.


(6)

7. Senior – senior dan teman – teman FKG yang telah banyak memberi masukan dan saran dalam penulisan skripsi.

8. Saudara-saudara saya, Laura Sherly dan Shella Shiek yang telah memberikan do’a dan dukungan.

9. Sahabat – sahabat saya, Hermiaty Honggo, Adeline Tjahaja, Eric Lim, Adelin Sely, Trixie Pratiwi, Jenny Chiuman yang telah memberikan do’a dan dukungan.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan keterbatasasn ilmu dalam skripsi ini. Namun, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga bermanfaat member sumbagan pemikiran bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Medan, 1 Januari 2013

Penulis,

(Sabrina Sherly) NIM : 090600109


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI ... KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Hipotesis ... 4

1.4Tujuan Penelitian ... 4

1.5Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Penyakit Periodontal ... 6

2.2Etiologi ... 9

2.3 2.4 Mekanisme Kerusakan Tulang ... 12

Proses Resorpsi Tulang Alveolar pada Penyakit Periodontal 10

2.5 Penyakit Periodontal dan Faktor Resiko ... 13

2.5.1 Penyakit Periodontal dan Umur ... 13

2.5.2 Penyakit Periodontal dan Jenis Kelamin ... 14

2.5.3 Penyakit Periodontal dan Merokok ... 14

2.6 Indeks Periodontal, Debris dan Kalkulus ... 16

2.7 Peran Radiografi dalam Pemeriksaan Penyakit Periodontal 20

2.8 Teknik Radiografi Panoramik ... 21


(8)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

3.3 Populasi dan Sampel ... 24

3.3.1 Populasi ... 24

3.3.2 Sampel ... 25

3.3.3 Kriteria Eksklusi dan Inklusi ... 27

3.3.3.1 Kriteria Inklusi ... 27

3.3.3.2 Kriteria Eksklusi ... 27

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 27

3.5 Prosedur Pengumpulan Data dan Alur Penelitian ... 30

3.5.1 Prosedur Pengumpulan Data ... 30

3.5.2 Alur Penelitian ... 31

3.6 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 31

3.6.1 Pengolahan Data ... 31

3.6.2 Analisa Data ... 31

3.6.2.1 Data Univariant ... 32

3.6.2.2 Data Bivariant ... 32

3.7 Jadwal Penelitian ... 33

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Data Demografis Sampel ... 34

4.2 Hubungan Antara Penyakit Periodontal dan Umur ... 36

4.3 Hubungan Antara Penyakit Periodontal dan Jenis Kelamin 37

4.4 Hubungan Antara Penyakit Periodontal dan Kebiasaan Merokok ... 37

4.5 Hubungan Antara Penyakit Periodontal dan OHI-S ... 38

4.6 Kehilangan Tulang ... 39

4.6.1 Kehilangan Tulang Regio Posterior RA Kanan ... 39

4.6.2 Kehilangan Tulang Regio Posterior RA Kiri ... 40

4.6.3 Kehilangan Tulang Regio Posterior RB Kanan ... 40

4.6.4 Kehilangan Tulang Regio Posterior RB Kiri ... 41

4.6.5 Kehilangan Tulang Regio Anterior RA ... 41

4.6.6 Kehilangan Tulang Regio Anterior RB ... 42

BAB 5 PEMBAHASAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA ... 50


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Indeks periodontal russell ... 16

2. Kondisi klinis dan skor periodontal ... 17

3. Skor klasifikasi debris ... 18

4. Skor klasifikasi kalkulus ... 19

5. Skor debris dan indeks kalkulus ... 19

6. OHI – S ... 19

7. Data statistik jumlah responden berdasarkan status periodontal 34

8. Data statistik jumlah responden berdasarkan umur ... 35

9. Data statistik jumlah responden berdasarkan jenis kelamin ... 35

10. Data statistik jumlah responden berdasarkan kebiasaan merokok ... 35

11. Hubungan penyakit periodontal dan umur pada kategori resorpsi tulang ... 36

12. Hubungan penyakit periodontal dan jenis kelamin pada kategori resorpsi tulang alveolar ... 37

13. Hubungan penyakit periodontal dan kebiasaan merokok pada kategori resorpsi tulang alveolar ... 38

14. Hubungan penyakit periodontal dan OHI-S pada kategori resorpsi tulang alveolar ... 38

15. Hubungan kehilangan tulang pada bagian posterior RA kanan pada kategori resorpsi tulang alveolar ... 39

16. Hubungan kehilangan tulang pada bagian posterior RA kiri pada kategori resorpsi tulang alveolar ... 40

17. Hubungan kehilangan tulang pada bagian posterior RB kanan pada kategori resorpsi tulang alveolar ... 40


(10)

18. Hubungan kehilangan tulang pada bagian posterior RB

kiri pada kategori resorpsi tulang alveolar ... 41 19. Hubungan kehilangan tulang pada bagian anterior RA

pada kategori resorpsi tulang alveolar ... 41

20. Hubungan kehilangan tulang pada bagian anterior RB


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tahapan penyakit periodontal ... 7 2. Penurunan tulang alveolar dan kehilangan perlekatan ... 8 3. Perbedaan antara gingival sehat, gingivitis, dan periodontitis ... 11 4. Gambaran radiografi panoramik pada kehilangan tulang alveolar 39


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Persetujuan Komisi Etik 2. Personalia

3. Informed Consent 4. Lembar Pemeriksaan 5. Hasil Perhitungan SPSS


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan interpretasi suatu hasil gambaran radiografis. Radiografi dental diperlukan untuk memperoleh informasi diagnostik mengenai tulang alveolar yang tidak dapat diperoleh dari pemeriksaan klinis yang merupakan masalah penting dalam mendiagnosa penyakit periodontal.

Terdapat dua jenis dental radiografi yaitu intra oral dan ekstra oral. Pemeriksaan radiografi intra oral menggambarkan sebagian kecil dari keadaan gigi dan struktur pendukung, sedangkan radiografi ekstra oral menggambarkan seluruh daerah tengkorang dan rahang

1

.1 Radiografi ekstra oral yang paling sering digunakan dokter gigi adalah radiografi panoramik. Radiografi panoramik dapat menggambarkan kedua rahang atas dan bawah serta struktur anatomis yang berdekatan, ke atas sampai dengan seluruh tulang muka, ke bawah sampai dengan sebagian tulang vertebra servikal, dalam satu lembar radiograf.2

Radiografi periapikal dan bitewing disarankan untuk mengidentifikasi perubahan pada jaringan periodontal, terutama untuk perubahan yang melibatkan kehilangan tulang. Namun, sebagian faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan yang lebih besar dari radiografi panoramik, seperti peningkatan jumlah pusat radiologi menghasilkan prosedur yang lebih mudah, kenyamanan dalam pengerjaan, film yang diposisikan di luar mulut pasien, penurunan harga radiografi, dan kurangnya paparan sinar radiografi sehingga dapat menggantikan kelipatan exposure yang dibutuhkan untuk radiografi periapikal dan bitewing.

Penyakit periodontal merupakan penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan manusia, sehingga kebanyakan masyarakat menerima keadaan ini sebagai sesuatu tidak terhindari. Dari hasil penelitian The World Oral Health


(14)

Report, 2003 menyatakan bahwa penyakit periodontal menempati peringkat keempat penyakit termahal dalam pengobatannya.5

Dari hasil survey yang dilakukan oleh Scheffler di Amerika menunjukkan 75% dari populasi penduduk Amerika mengalami penyakit periodontal, akan tetapi hanya 60% dari mereka yang mengetahui pengetahuan akan masalah tersebut, seperti terjadinya inflamasi gingiva dan ulser. Dan sekitar 30% dari mereka yang secara genetik rentan terhadap penyakit periodontal.6

Ada dua penyakit gigi dan mulut yang mempunyai prevalensi cukup tinggi di Indonesia yaitu karies dan penyakit periodontal.5 Dari hasil Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI tahun 2011, prevalensi penyakit periodontal mencapai 60% pada masyarakat di Indonesia. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2007, menunjukkan provinsi Sumatera Utara memiliki prevalensi penyakit gigi dan mulut yang cukup tinggi. Prevalensi karies gigi pada usia sekolah di kota Medan sebesar 74,69 %. 7 Pada tahun 2004, Situmorang N melaporkan prevalensi penyakit periodontal sebesar 96,58% dan 85,18% membutuhkan perawatan scaling pada pemeriksaan 360 responden di dua kecamatan kota Medan.8

Dari beberapa literatur menunjukkan bahwa terdapat empat faktor resiko terbesar hilangnya gigi akibat penyakit periodontal yaitu umur pasien, frekwensi merokok, diabetes melitus, lingkungan rongga mulut yang tidak normal dan yang terbaru adalah stress.9,10,11 Penyakit periodontal disebabkan oleh lebih dari 200 spesies bakteri. Bakteri-bakteri ini membentuk massa seperti film yang lengket yang disebut plak, yang mana mampu melekat pada permukaan gigi dan gingiva. Kemudian, bakteri ini diberi nutrisi oleh makanan yang dikonsumsi khususnya makanan yang manis.12 Gula tersebut dimetabolisme oleh bakteri yang menyebabkan sekresi asam, enzim dan beberapa bahan yang dapat mengiritasi jaringan lunak dan mendestruksi tulang.12,13 Jika dibiarkan, bakteri akan mulai menyebar ke daerah-daerah yang sulit terjangkau oleh cara sikat gigi biasa dan flossing daerah di bawah batas gingiva terjadi penyakit periodontal.

Merokok merupakan faktor resiko utama terhadap keparahan periodontitis. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa merokok dapat memberikan pengaruh langsung terhadap jaringan periodontal, dimana perokok


(15)

mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit periodontal seperti kehilangan tulang alveolar, peningkatan kedalaman saku gigi, kehilangan gigi, serta terjadinya vasokonstriksi pada pembuluh darah dibandingkan dengan yang bukan perokok.14 Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adriani D, Masulili SLC, Iskandar HB (2008) dengan subjek penelitian usia 25-40 tahun, yang terdiri atas 32 perokok dan 24 bukan perokok, dimana hasilnya menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara kehilangan tulang dengan riwayat merokok.15

Berdasarkan perbedaan dari hasil penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti kembali penyakit periodontal dikaitkan dengan kehilangan tulang alveolar yang ditinjau secara radiografi panoramik. Namun, pada penelitian ini hanya subjek dengan penyakit periodontal yang telah mengalami kehilangan tulang alveolar yang akan ditinjau melalui gambaran radiografi panoramik di FKG USU Medan. Subjek penelitian adalah penduduk Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam yang berusia diatas 30 tahun. Alasan peneliti memilih Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam sebagai tempat penelitian karena kurangnya penyuluhan mengenai pentingnya kesehatan gigi dan mulut pada daerah tersebut dan alasan peneliti memilih subjek masyarakat yang berusia diatas 30 tahun, karena penyakit periodontal biasanya terdapat pada rentang usia tersebut.

1.2

Dari uraian diatas timbul permasalahan : Perumusan Masalah

a. Berapa prevalensi masyarakat yang mengalami penyakit periodontal di Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam

b. Berapa prevalensi masyarakat yang mengalami kehilangan tulang alveolar yang disebabkan oleh penyakit periodontal ditinjau secara radiografi panoramik di

.

c. Apakah ada hubungan antara umur dengan penyakit periodontal pada masyarakat di

Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam.


(16)

d. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit periodontal pada masyarakat di Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam

e. Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal pada masyarakat di

.

Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam

f. Apakah ada hubungan antara OHI-S dengan penyakit periodontal pada masyarakat di Kelurahan

.

Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam.

1.3 Hipotesis Penelitian

a. Ada hubungan antara besarnya usia dengan penyakit periodontal b. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit periodontal c. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal d. Ada hubungan antara OHI-S dengan penyakit periodontal

1.4

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui prevalensi penyakit periodontal pada masyarakat di Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam

b. Untuk mengetahui prevalensi masyarakat yang mengalami kehilangan tulang alveolar yang disebabkan oleh penyakit periodontal ditinjau secara radiografi panoramik di

.

Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam

c. Untuk mengetahui hubungan antara umur dan penyakit periodontal pada masyarakat di

.

Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam

d. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dan penyakit periodontal pada masyarakat di kelurahan Rambung Timur dan Binjai Estate.

.


(17)

e. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dan penyakit periodontal pada masyarakat di Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam

f. Untuk mengetahui hubungan antara OHI-S dan penyakit periodontal pada masyarakat di Kelurahan

.

Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam.

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah: 1.5 Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan kepada instansi kesehatan maupun menjadi bahan ajar yang berguna bagi fakultas - fakultas kedokteran gigi.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit periodontal dan dampak dari penyakit periodontal tersebut sehingga dapat menjadi dasar pertimbangan perubahan tingkah laku masyarakat.

c. Hasil penelian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa radiografi sangat penting dalam membantu penegakkan diagnosa, rencana perawatan, dan evaluasi hasil perawatan.

Manfaat aplikatif dari penelitian ini adalah :

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan penyuluhan bagi tenaga-tenaga kesehatan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang benar sehingga dapat mencegah dan meminimalkan terjadinya penyakit periodontal.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal merupakan suatu penyakit jaringan penyangga gigi yaitu yang melibatkan gingival, ligament periodontal, sementum, dan tulang alveolar karena suatu proses inflamasi. Inflamasi berasal dari gingival (gingivitis) yang tidak dirawat, dan bila proses berlanjut maka akan menginvasi struktur di bawahnya sehingga akan terbentuk poket yang menyebabkan peradangan berlanjut dan merusak tulang serta jaringan penyangga gigi, akibatnya gigi menjadi goyang dan akhirnya harus dicabut. Karakteristik periodontitis dapat dilihar dengan adanya inflamasi gingival, pembentukan poket periodontal, kerusakan ligament periodontal dan tulang alveolar sampai hilangnya sebagian atau seluruh gigi.16

Gejala penyakit ini biasanya tidak dirasakan sampai penyakit sudah lanjut, gejala tersebut berupa bau mulut yang tidak hilang, gusi merah dan membengkak, gusi yang sakit dan berdarah, rasa sakit pada saat mengunyah, gigi goyang dan gigi sensitif. 16

Terdapat beberapa sub-tingkatan dari penyakit periodontal, tetapi tingkat utamanya hanya ada tiga. Tingkat pertama adalah periodontitis I, juga dikenal sebagai gingivitis. Gingivitis dikenal melalui gingiva yang gembung dan berdarah saat dilakukan pengukuran dalam dari poket gingiva (dalam dari daerah antara gingiva dan gigi).9,1

Pasien yang menderita gingivitis akan memiliki kedalaman poket sedalam 3 mm; pasien normal memiliki kedalaman poket kurang dari 3 mm (Hafernick). Tingkat kedua dari penyakit periodontal adalah periodontitis II; ini dikenal melalui penggelembungan, gingiva yang berdarah dengan kedalaman poket hingga 5 mm dan kehilangan tulang tahap awal (Hafernick). Tingkat tertinggi dari penyakit periodontal adalah periodontitis III; ini dikenal dengan pembengkakan,


(19)

gusi yang berdarah dan kehilangan tulang yang lebih banyak, resesi gingiva dan kedalaman poket hingga 6 mm (Hafernick).9

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 1. Tahapan penyakit periodontal : (a) batas gingiva normal (b) periodontal I / gingivitis (c) periodontitis II (d) periodontitis III

Periodontitis menunjukkan peradangan yang sudah mengenai jaringan pendukung gigi yang lebih dalam. Penyakit ini berifat progresif, biasanya dijumpai antara usia 30-40 tahun dan bersifat irreversible / tidak dapat kembali normal. Apabila tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi dan bila gigi tersebut sampai hilang/tanggal berarti terjadi kegagalan dalam mempertahankan keberadaan gigi di dalam rongga mulut seumur hidup Karakteristik periodontal berupa pembentukan poket dan kerusakan tulang alveolar. Dari gambaran radiografi dapat dibandingkan ketinggian tulang alveolar terhadap cemento


(20)

enamel junction (CEJ). Ketinggian tulang alveolar terhadap CEJ 2-3 mm belum menunjukan kehilangan tulang yang nyata. Sedangkan ketinggian tulang alveolar terhadap CEJ lebih dari 3 mm biasanya menunjukan kehilangan tulang yang nyata.18,19,20

Penyebab dari penyakit periodontal ini adalah kebersihan rongga mulut yang buruk.21

Periodontitis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi di dalam kalkulus (karang gigi) yang biasanya terdapat pada leher gigi. Penyakit periodontal yang ringan akan terlihat peradangan hanya pada gusi, sedangkan pada keadaan yang lebih berat akan terjadi kerusakan pada tulang pendukung gigi.

Gingiva terkena penyakit ketika ada bakteri via tartar yang terdeposit antara gigi dan gingiva. Ini merusak jaringan gingiva melalui aksi provokatif.

Gigi melekat pada rahang oleh ligamen – ligamen yang kuat. Gingiva juga terhubung dengan gigi oleh serat – serat mikroskopis dan gusi terletak antara perlekatan gigi dan tulang sebagai pelindung. Periodontitis dimulai pada bagian dangkal dimana gigi dan gingiva bertemu, biasanya terbentuk sebagai infeksi gingiva ringan, gingivitis.

17

22,23

Perkembangan bakteri pada kantung ini disebabkan oleh kebersihan rongga mulut yang inadekuat. Gingiva mulai terlepas dari gigi dan kantung semakin dalam, sehingga semakin susah untuk dibersihkan dan mendorong pembentukan deposit yang melekat kuat dibawah batas gingiva.23


(21)

Seiring dengan waktu, infeksi ini dapat menyebabkan inflamasi pada tulang dimana akan menyebabkan tulang perlahan habis dan merusak perlekatan antara tulang dengan gigi. Kehilangan tulang ini akan membedakan periodontitis dengan gingivitis. 24

2.2 Etiologi

Faktor penyebab penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor lokal (ekstrinsik) dan faktor sistemik (intrinsik). Faktor lokal merupakan penyebab yang berada pada lingkungan di sekitar gigi, sedangkan faktor sistemik dihubungkan dengan metabolisme dan kesehatan umum.19

Kerusakan tulang dalam penyakit periodontal terutama disebabkan oleh faktor lokal yaitu inflamasi gingiva dan trauma dari oklusi atau gabungan keduanya. Kerusakan yang disebabkan oleh inflamasi gingiva mengakibatkan pengurangan ketinggian tulang alveolar, sedangkan trauma dari oklusi menyebabkan hilangnya tulang alveolar pada sisi permukaan akar.19

Faktor lokal : a.

19

b.

Plak bakteri

c.

Kalkulus

d.

Impaksi makanan

e.

Pernafasan mulut

f.

Sifat fisik makanan

g.

Iatrogenik dentistry Trauma dari oklusi

Faktor Sistemik

Respon jaringan terhadap bakteri, ransangan kimia serta fisik dapat diperberat oleh keadaan sistemik. Untuk metabolisme jaringan dibutuhkan material – material seperti hormon, vitamin, nutrisi dan oksigen. Bila keseimbangan material ini terganggu dapat mengakibatkan gangguan lokal yang berat. Gangguan keseimbangan tersebut dapat berupa kurangnya materi yang


(22)

dibutuhkan oleh sel – sel penyembuhan, sehingga iritasi lokal yang seharusnya dapat ditahan atau hanya menyebabkan inflamasi ringan saja, dengan adanya gangguan keseimbangan tersebut maka dapat memperberat atau menyebabkan kerusakan jaringan periodontal.19

Faktor – faktor sistemik ini meliputi : a.

19

b.

Demam yang tinggi

c.

Defisiensi vitamin

d.

Pemakaian obat – obatan Hormonal

2.3Proses Resorpsi Tulang Alveolar pada Penyakit Periodontal

Resorpsi tulang adalah proses morfologi kompleks yang berhubungan dengan adanya erosi pada permukaan tulang dan sel raksasa multinucleated (osteoklas). Osteoklas berasal dari jaringan hematopoietic dan terbentuk dari penyatuan sel mononuclear.25

Ketika osteoklas aktif, terjadi pertambahan yang banyak dari enzim hidrolitik yang akan disekresikan pada daerah border. Enzim ini merusak bagian organik tulang. Aktivitas osteoklas dan morfologi border dapat dimodifikasi dan diregulasi oleh hormon seperti parathormone dan calcitonim yang mempunyai reseptor pada membran osteoklas.25

Kerusakan periodontal terjadi secara episodik dan intermitten selama periode tidak aktif. Periode kerusakan menghasilkan kehilangan kolagen dan tulang alveolar dengan pendalaman poket periodontal. Onset destruksi tidak semuanya dapat dijelaskan walaupun telah dikemukakan beberapa teori sebagai berikut :

a. 25

.

b.

Aktivitas destruksi berhubungan dengan ulserasi subgingiva dan reaksi inflamasi akut yang menghasilkan kehilangan tulang alveolar yang cepat.

Aktivitas destruksi mirip dengan konversi lesi predominan limfosit T yang mengalami infiltrasi ke dalam sel plasma predominan limfosit B.


(23)

c. Periode eksaserbasi berhubungan dengan peningkatan flora gram (-) anaerob yang terdapat di dalam poket, dan periode remisi sama dengan pembentukan flora gram (+) dengan kecenderungan mengalami mineralisasi.

d. Invasi jaringan oleh satu atau beberapa spesies bakteri diikuti dengan pertahanan lokal dari host.

Menurut Garant dan Cho (1979), faktor lokal yang menyebabkan resorpsi tulang terdapat pada bagian proksimal permukaan tulang. Menurut Page dan Schroeder (1982), bakteri plak dapat menyebabkan kehilangan tulang sekitar 1,5– 2,5 mm, dan apabila diatas 2,5 mm tidak memberikan efek. Defek angular interproksimal dapat timbul hanya pada ruangan yang lebarnya lebih dari 2,5 mm karena ruangan yang sempit akan rusak total. Defek besar yang mm dari jauh melebihi 2,5 permukaan gigi (pada tipe periodontitis agresif) dapat disebabkan oleh adanya bakteri di dalam jaringan.25

Gambar 6. Perbedaan antara gingival sehat, gingivitis dan periodontitis

Gingiva yang sehat akan mendukung gigi. Apabila terjadi gingivitis dan tidak dirawat, maka gingival menjadi lemah dan terbentuk poket di sekeliling gigi. Terdapat banyak plak dan kalkulus di dalam poket, gingiva mengalami resesi, dan terjadi periodontitis.26


(24)

2.4Mekanisme Kerusakan Tulang

Faktor yang terlibat dalam kerusakan tulang pada penyakit periodontal adalah bakteri dan host. Produk bakteri plak menyebabkan differensiasi sel progenitor tulang menjadi osteoklas dan menstimulasi sel gingiva untuk mengeluarkan mediator yang mempunyai efek yang sama. Pada penyakit dengan perkembangan yang cepat seperti localized juvenile periodontitics, terdapat mikrokoloni bakteri atau satu sel bakteri yang berada di antara serat kolagen dan diatas permukaan tulang yang dapat memberikan efek langsung.25

Beberapa faktor host yang dikeluarkan oleh sel inflamasi dapat menyebabkan resorpsi tulang secara in vitro dan berperan dalam penyakit periodontal, termasuk prostaglandin dan prekursornya, interleukin 1-α dan –β , dan Tumor Necrosis Factor (TNF) –α yang dihasilkan oleh host.25

Ketika diinjeksikan secara intradermal, prostaglandin E2 menyebabkan perubahan vaskular yang terlihat pada inflamasi, apabila diinjeksikan diatas permukaan tulang akan menyebabkan resorpsi tulang tanpa adanya sel inflamasi dan dengan sedikit multinucleated osteoklas. Obat anti-inflamasi non steroid (AINS) seperti flurbiprofen atau ibuprofen dapat menghambat produk prostaglandin E2, memperlambat kehilangan tulang pada penyakit periodontal. Efek ini terjadi tanpa perubahan pada inflamasi gingiva dan kambuh kembali 6 bulan setelah penghentian obat.25

Resorpsi tulang alveolar dapat menyebabkan perlekatan periodontal, walaupun mekanisme biologis yang menyebabkan kerusakan tulang alveolar masih belum diketahui secara pasti.23 Ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa prostaglandin E2 dihasilkan oleh sel host yang bereaksi terhadap bakteri dan produknya yang menyebabkan kerusakan jaringan pada penyakit periodontal.26

Dilaporkan bahwa 10 – 15 kali lipat peningkatan prostaglandin E2 pada biopsi gingiva kasus periodontitis dibandingkan dengan pasien yang sehat. Pemberian obat anti-inflamasi non steroid juga efektif dalam mengontrol perkembangan penyakit periodontal.26

Produk plak dan mediator inflamasi juga dapat bertindak secara langsung pada osteoblas atau progenitornya yang dapat menghambat aksi dan menurunkan jumlahnya.23 Lipopolisakarida dan toksin bakteri lainnya berperan pada sel imun


(25)

dan osteoblas yang terdapat di dalam jaringan gingiva yang akan mengeluarkan II-1α, IL-1β, IL-6, prostaglandin E2 dan Tumor Necrosis Factor (TNF)-α. Faktor – faktor ini yang mengatur pembentukan dan aktivitas osteoklas.26

Lipopolisakarida bekerja di dalam makrofag untuk menghasilkan prostaglandin E2 dalam jumlah yang banyak. Cytokinin dihasilkan oleh sel inflarnasi yang bereaksi terhadap endotoksin yang berperan dalam sel mesenkim dan mengeluarkan prostaglandin E2.26

Limfosit dan makrofag pada periodontitis mengeluarkan IL-1 dengan kadar yang tinggi. Limfosit dan makrofag juga mengeluarkan sebagian besar IL-6, IL-β menyebabkan produksi IL-6 dari fibroblas gingival.26

2.5Penyakit Periodontal dan Faktor Resiko

Faktor resiko dapat didefinisikan sebagai penyebab atau karakteristik yang terkait dengan tingkat peningkatan penyakit.10 Penting untuk mengetahui perbedaan bahwa faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit tetapi tidak selalu menyebabkan penyakit. Umur, jenis kelamin, genetik, ras merupakan faktor resiko yang tidak dapat diubah. Sedangkan oral hygiene, merokok, penyakit sistemik, obesitas, sosial ekonomi, dll merupakan faktor resiko yang dapat diubah.27

2.5.1Penyakit Periodontal dan Umur

Prevalensi dan keparahan penyakit periodontal meningkat secara langsung dengan bertambahnya usia akibat dari episode inflamasi yang berulang. Namun, hal ini kemungkinan besar terjadi karena lamanya faktor etiologi yang berhubungan dengan penyakit daripada dengan perubahan degeneratif yang berhubungan dengan penuaan. penyakit periodontal pada orang dewasa yang lebih tua umumnya muncul sebagai lama periodontitis kronis. kondisi medis dan mental, obat-obatan, status fungsional, perilaku gaya hidup, ketangkasan manual, dan tingkat keparahan penurunan harus dipertimbangkan ketika mengembangkan rencana perawatan untuk pasien. 28


(26)

Perubahan dalam periodonsium yang berhubungan dengan penuaan termasuk penipisan dan penurunan keratinisasi dari epitel, jaringan padat dari gingival, menurunnya fibroblast, pelebaran sementum dan produksi matriks organik pada ligament periodontal.11,22 Level destruksi periodontal akibat penuaan merupakan hasil destruksi yang kumulatif. Pandangan saat ini mengemukakan destruksi periodontal yang parah pada orang tua merupakan cerminan dari penyakit yang sudah ada selama hidup ini, bukan karena umur spesifik sehingga timbulnya penyakit.27

2.5.2Penyakit Periodontal dan Jenis Kelamin

Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kehilangan perlekatan pada orang dewasa, dimana laki - laki memiliki prevalensi dan keparahan yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Data penemuan ini mungkin berhubungan dengan faktor predisposisi genetik atau kebiasaan sosial.

Seperti pada umumnya laki – laki memiliki faktor lokal dan kehilangan perlekatan yang lebih daripada wanita. Dari hasil tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh kebiasaan pencegahan daripada perbedaan gender.

28

28

2.5.3Penyakit Periodontal dan Merokok

Pinborg (1947) merupakan orang pertama yang mengemukakan adanya hubungan antara penyakit periodontal dengan kebiasaan merokok.29 Ada bukti yang kuat bahwa merokok dapat mempengaruhi respon host bawaan dan kekebalan. Ditemukan bahwa penurunan inflamasi dan cairan sulkus gingival pada perokok dan bukan perokok bahwa merokok dapat merusak aliran darah pada gingiva.

Merokok tidak hanya menimbulkan efek secara sistemik, tetapi dapat memberikan pengaruh langsung terhadap jaringan periodontal. Perokok mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit periodontal seperti


(27)

kehilangan tulang alveolar, peningkatan kedalaman saku gigi serta kehilangan gigi, dibandingkan dengan yang bukan perokok.

Munculnya berbagai kondisi patologis sistemik maupun lokal dalam rongga mulut, disebabkan karena terjadinya penurunan fungsi molekul, termasuk saliva. Kerusakan komponen antioksidan saliva, diikuti dengan penurunan fungsinya, ditemukan pada beberapa kelainan di rongga mulut.

14

Tar, nikotin, dan gas karbonmonoksida merupakan tiga macam bahan kimia yang paling berbahaya dalam asap rokok. Nikotin merupakan bahan yang bersifat toksik dan dapat menimbulkan ketergantungan psikis. Nikotin merupakan alkaloid alam yang bersifat toksis, berbentuk cairan, tidak berwarna, dan mudah menguap. Zat ini dapat berubah warna menjadi coklat dan berbau seperti tembakau jika bersentuhan dengan udara. Zat ini berasal dari daun Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica yang telah kering. Nikotin berperan dalam menghambat perlekatan dan pertumbuhan sel fibroblast ligamen periodontal, menurunkan isi protein fibroblast, serta dapat merusak sel membran.

14

Tar adalah kumpulan dari beribu – ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogenik. Pada saat rokok dihisap, membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran nafas, dan paru – paru. Komponen tar mengandung radikal bebas, yang berhubungan dengan risiko timbulnya kanker.

14

Gas karbonmonoksida dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah yang akan berpengaruh pada sistem pertukaran haemoglobin. Karbonmonoksida memiliki afinitas dengan haemoglobin sekitar dua ratus kali lebih kuat dibandingkan afinitas oksigen terhadap haemoglobin.

14

Efek merokok yang timbul dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok yang dihisap, lamanya merokok, jenis rokok yang dihisap, bahkan berhubungan dengan dalamnya hisapan rokok yang dilakukan.

14

14


(28)

2.6Indeks Periodontal, Debris dan Kalkulus

Pengukuran indeks status periodontal yang digunakan pada penelitian ini menggunakan kriteria Russell. Indeks ini digunakan untuk memperkirakan kedalaman penyakit peridontal dengan cara mengukur ada atau tidaknya inflamasi gingiva dan keparahannya, pembentukan saku dan fungsi pengunyahan. Pengukuran dilakukan pada minimal 6 gigi, dimana gigi tersebut mewakili 1 gigi anterior rahang atas dan bawah, 1 gigi posterior kanan rahang atas dan bawah, 1 gigi posterior kiri rahang atas dan bawah. Semua jaringan gingiva yang mengelilingi tiap gigi yang diperiksa untuk melihat inflamasi gingiva dan keterlibatan periodontal. Russell memilih skor nilai (0,1,2,6,8) untuk menghubungkan level penyakit dalam suatu penelitian epidemiologi untuk mengamati kondisi klinis.27

PI SCORE = Jumlah Skor Individu Jumlah Gigi yang Diperiksa

Tabel 1. Indeks periodontal russell

SKOR KRITERIA DAN PENILAIAN

DALAM STUDI LAPANGAN

PENAMBAHAN KRITERIA X-RAY DIIKUTI DALAM

UJI KLINIS

0

Negatif : tidak ada inflamasi pada jaringan yg dilihat ataupun kehilangan fungsi akibat kerusakan jaringan pendukung

Penampilan radiografis normal

1

Mild gingivitis : ada area inflamasi pada gingival bebas, tetapi area tersebut tidak membatasi gigi

2

Gingivitis : inflamasi telah membatasi gigi sepenuhnya, tetapi tidak tampak kerusakan perlekatan pada epitel


(29)

4 Digunakan bila terdapat alat radiografi

Ada seperti cekukan awal resorpsi tulang alveolar

6

Gingivitis with pocket formation : ada kerusakan pada perlekatan epitel dan terdapat saku. Tidak ada gangguan fungsi pengunyahan. Gigi masih melekat erat dan tidak melayang. Adanya kehilangan tulang horizontal meliputi seluruh tulang alveolar sampai setengah dari panjang akar gigi.

Kehilangan tulang horizontal meliputi seluruh tulang alveolar sampai setengah dari panjang akar gigi

8

Kerusakan lanjutan dengan hilangnya fungsi penguyahan. Gigi mungkin tanggal / melayang. Gigi tampak pudar saat diperkusi, dan mungkin tertekan dalam soket.

Ada kehilangan tulang lanjutan, meliputi lebih dari satu setengah panjang akar gigi. Terjadi perluasan ligamen periodontal bukan resorpsi

Tabel 2. Kondisi klinis dan skor periodontal

Kondisi Klinis Grup-Skor Periodontal Indeks

Level penyakit

Jaringan pendukung normal secara klinis

0-0,2

Simple gingivitis 0,3-0,9 Permulaan penyakit

periodontal destruktif

0,7-1,9 Reversible

Penyakit periodontal destruktif

1,6–5,0 Irreversible


(30)

Pengukuran OHI-S digunakan untuk mengukur status kebersihan mulut berdasarkan indeks debris dan kalkulus yang terdapat pada gigi yang representatif pada rongga mulut. Perbedaan OHI-S dan OHI terletak pada permukaan gigi yang dinilai dan cara dalam menentukan gigi yang representatif. Pada OHI-S permukaan gigi yang dinilai adalah permukaan bukal pada kedua molar 2 rahang atas dan permukaan lingual kedua molar 2 rahang bawah serta permukaan labial gigi insisivus 1 kanan rahang atas dan insisivus 1 kiri rahang bawah.. Skor OHI-S didapatkan dengan menjumlahkan Skor Debris dan Skor Kalkulus. Skor Debris didapat dengan menjumlahkan skor bukal dengan lingual lalu dibagi enam. Skor kalkulus didapat dengan menjumlahkan skor bukal dan lingual lalu dibagi enam.27

Tabel 3. Skor klasifikasi debris

Skor Kriteria

0 Tidak terdapat debris

1 Terdapat debris kurang dari sepertiga permukaan gigi atau tidak ada debris yang dijumpai namun terdapat bercak stain pada gigi 2 Terdapat debris lebih dari sepertiga namun kurang dari dua

pertiga permukaan gigi


(31)

Tabel 4. Skor klasifikasi kalkulus

Skor Kriteria

0 Tidak terdapat kalkulus

1 Terdapat kalkulus supragingival kurang dari sepertiga permukaan gigi.

2 Terdapat kalkulus supragingival lebih dari sepertiga namun kurang dari dua pertiga permukaan gigi atau terdapat garis putus

putus kalkulus subgingival yang melingkari servikal gigi 3 Terdapat kalkulus supragingival lebih dari dua pertiga

permukaan gigi atau terdapat garis utuh kalkulus subgingival yang melingkari servikal gigi

Tabel 5. Indeks Debris dan indeks kalkulus

Skor Penilaian

0 Sangat baik

0,1-0,6 baik

0,7-1,8 Sedang

1,9-3,0 buruk

Tabel 6. OHI-S

Skor Penilaian

0 Sangat baik

0,1-1,2 baik

1,3-3,0 Sedang


(32)

2.7Peran Radiografi dalam Pemeriksaan Penyakit Periodontal

Baik data klinis maupun radiografi sangatlah penting dalam mendiagnosis penyakit periodontal.29

a.

Data klinis sebagai berikut :

b.

Indeks pendarahan

c.

Kedalaman probing

d.

Edema

e.

Erithema

Struktur gingival

a.

Radiografi akan sangat membantu dalam evaluasi :

b.

Jumlah tulang yang ada

c.

Kondisi alveolar crest

d.

Kehilangan tulang pada daerah furkasi

e.

Lebar dari ruang ligament periodontal

Faktor lokal yang dapat menyebabkan atau memperparah penyakit periodontal : kalkulus, restorasi yang tidak baik atau overhanging, karies.

a.

Peran radiografi dalam mengenali penyakit periodontal :

b.

Panjang dan morfologi akar gigi

c.

Rasio makanan ke akar gigi

d.

Secara anatomis : sinus maksilari, gigi impaksi, supernumerary teeth dan missing

Faktor yang berkontribusi : karies, lesi imflamatori apikal, resorpsi akar


(33)

a.

Keterbatasan radiografi :

b.

Radiografi konvensional memberikan gambar dua dimensi. Sedangkan gigi merupakan objek tiga dimensi yang kompleks. Akibat dari gambar yang tumpang tindih, detail bentuk tulang menjadi tidak terlihat jelas.

c.

Radiografi tidak memperlihatkan permulaan dari penyakit periodontal. Setidaknya 55 – 60% demineralisasi terjadi dan ini tidak terlihat pada gambaran radiografi.

d.

Radiografi tidak memperlihatkan kontur jaringan lunak dan tidak merekam perubahan jaringan – jaringan lunak pada periodontium.

Oleh karena itu, pemeriksaan klinis yang teliti dikombinasi dengan pemeriksaan radiografi yang tepat dapat memberikan data adekuat untuk diagnosa keberadaan dan penyebaran dari penyakit periodontal.

2.8Teknik Radiografi Panoramik

Teknik dan posisi yang tepat bervariasi pada satu alat dengan alat lainnya tetapi, ada beberapa pedoman umum yang sama yang dimiliki semua alat dan dapat dirangkum meliputi: 29

a.

Persiapan alat :

b.

Siapkan kaset yang telah diisi film atau sensor digital telah dimasukkan ke dalam tempatnya

c.

Collimation harus diatur sesuai dengan ukuran yang diinginkan

d.

Besarnya tembakan sinar antara 70-100 kV dan 4-12mA

e.

Hidupkan alat untuk melihat bahwa alat dapat bekerja, naik atau turunkan tempat kepala dan sesuaikan posisi kepala sehingga pasien dapat diposisikan

Sebelum memposisikan pasien, sebaiknya persiapan alat telah dilakukan.


(34)

a.

Persiapan pasien :

b.

Pasien diminta untuk melepaskan seluruh perhiasan seperti anting, aksesoris rambut, gigi palsu dan alat orthodonti yang dipakainya.

c.

Prosedur dan pergerakan alat harus dijelaskan untuk menenangkan pasien dan jika perlu lakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa alat bergerak

d.

Pakaikan pelindung apron pada pasien, pastikan pada bagian leher tidak ada yang menghalangi pergerakan alat saat mengelilingi kepala.

e.

Pasien harus diposisikan dalam unit dengan tegak dan diperintahkan untuk memegang handel agak tetap seimbang

f.

Pasien diminta memposisikan gigi edge to edge dengan dagu mereka bersentuhan pada tempat dagu

g.

Kepala tidak boleh bergerak dibantu dengan penahan kepala

h.

Pasien diinstruksikan untuk menutup bibir mereka dan menekan lidah ke palatum dan jangan bergerak sampai alat berhenti berputar

Jelaskan pada pasien untuk bernafas normal dan tidak bernafas terlalu dalam saat penyinaran

a.

Persiapan operator :

b.

Operator memakai pakaian pelindung

c.

Operator berdiri di belakang dengan mengambil jarak menjauh dari sumber x-ray ketika waktu penyinaran

d.

Lihat dan perhatikan pasien selama waktu penyinaran untuk memastikan tidak ada pergerakan

e.

Matikan alat setelah selesai digunakan dan kembalikan letak posisi kepala pada tempatnya

Ambil kaset pada tempatnya dan kaset siap untuk diproses

a.

Persiapan lingkungan terhadap proteksi radiasi :

b.

Pastikan perangkat sinar x digunakan dengan teknik yang baik dan parameter secara fisika terhadap berkas radiasi ditetapkan dengan benar.

Hindari kemungkinan kebocoran dengan menggunakan kepala tabung harus radiopaque


(35)

c. Filtrasi dari berkas sinar x dengan mengatur ketebalan filter. Ketebalan filter bergantung pada tegangan operasi dari peralatan sinar x. tegangan mencapai 70 kVp ketebalan filter setara dengan ketebalan aluminium 2,5 mm untuk kekuatan tabung sinar x antara 70-100 kVp

2.9Kerangka Teori

Kehilangan Tulang Alveolar Penyakit

Periodontal Status

Periodontal Pengamatan

Klinis

OHI-S Indeks Debris

Indeks Kalkulus

Umur

Jenis Kelamin

Kebiasaan Merokok


(36)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional (sekali waktu). Disebut dengan penelitian deskriptif analitik karena penelitian diarahkan untuk menguraikan atau menjelaskan apa yang menjadi permasalahan, tujuan penelitian dan mencari hubungan antar variable. Sedangkan disebut menggunakan pendekatan cross sectional (sekali waktu) karena pemeriksaan, observasi, jatau pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat (point time approach) Artinya, tiap responden penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel responden pada saat pemeriksaan.

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam yang berada di kecamatan Binjai Selatan. Penelitian ini akan dilakukan selama kurang lebih tiga bulan yang dimulai dari bulan September 2012 sampai dengan bulan Desember 2012.

3.3Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita yang berusia diantara 30 – 70 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam. Total populasi dari ketiga kelurahan tersebut adalah sebesar 5106 orang yang terdiri dari 1944 orang dari


(37)

Kelurahan Tanah Seribu, 1390 orang dari Kelurahan Rambung Barat dan 1772 orang dari Kelurahan Rambung Dalam.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita yang berusia diantara 30 – 70 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat, dan Rambung Dalam yang memiliki penyakit periodontal.

Jumlah sampel minimum dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel sebagai berikut :

n

=

{

Z

α

P

o

. Q

o

+ Z

β

P

a

. Q

a

}

(

P

2

o

-P

a

)

dengan: n = besar sampel minimum 2

Zα Z

= 5% (1,96) β

P

= 5% (1,282) o

Q

= prkiraan proporsi (penelitian sebelumnya = 0,904)

o = 1-Po P

(1 – 0,904 = 0,096) o - Pa

P

= 12% = 0,12 a

Q

= 0,904 – 0,12 = 0,784 a

n = {1, 96 √0,904. 0,096

= 1 – Pa (1 – 0,784 = 0,216)

+ 1,282 √0,784. 0,216}

(0.12)

2

= 84,78 ≈ 85 orang

2

Jumlah sampel yang diperlukan pada penelitian ini berjumlah 85 orang responden.


(38)

Dengan sampel pada masing-masing kelurahan : a. Kelurahan Tanah Seribu sebesar :

n = 1944 x 85 5106

= 32,4 ≈ 32 orang b. Kelurahan Rambung Barat sebesar :

n = 1390 x 85 5106

= 23,1 ≈ 23 orang

c. Kelurahan Rambung Dalam sebesar : n = 1772 x 85

5106

= 29,5 ≈ 30 orang

Jadi, pada penelitian ini diperlukan 85 orang masyarakat dari kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam sebagai sampel penelitian dimana pada Kelurahan Tanah Seribu dibutuhkan sebesar 33 orang, Kelurahan Rambung Barat dibutuhkan sebesar 24 orang dan Kelurahan Rambung Dalam dibutuhkan sebesar 30 orang.

Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling dimana peneliti akan mengambil sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sampai besar sampel minimal terpenuhi pada masing-masing kelurahan. Kriteria inklusi dan eksklusi diperoleh dengan wawancara, pengisian kuesioner dan melakukan pemeriksaan pada responden untuk memperoleh identitas dan keadaan jaringan periodontal dari responden.


(39)

3.3.3Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.3.3.1Kriteria Inklusi

a. Masyarakat Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat, dan Rambung Dalam yang berusia 30-70 tahun dan menyetujui informed consent.

b. Masyarakat pada Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat, dan Rambung Dalam yang hadir pada saat hari pemeriksaan.

c. Masyarakat di Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat, dan Rambung Dalam yang bersedia mengikuti pemeriksaan.

3.3.3.2Kriteria Eksklusi

a. Masyarakat di Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat, dan Rambung Dalam yang memiliki penyakit sistemik misalnya diabetes dan hipertensi.

b. Masyarakat di Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat, dan Rambung Dalam yang pernah mengalami kecelakaan yang berefek pada tulang rahang.

3.4Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Operasional

Cara Pengukuran

Hasil Pengukuran Skala

1 Penyakit periodontal

Peradangan pada jaringan periodonsium

Observasi dan Pemeriksaan

Penilaian :

1 = ada penyakit periodontal

2 = tidak ada

penyakit periodontal


(40)

2 Kehilangan tulang alveolar Pengurangan tinggi tulang alveolar dari batas normal (> 3mm)

Radiografi Penilaian :

1 = Ada kehilangan tulang alveolar 2 = Tidak ada kehilangan tulang alveolar

Ordinal

3 Umur Usia responden yang terhitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir. Satuan : tahun

Kuisioner Usia 30-70 tahun Numerik

4 Jenis Kelamin

Kondisi responden berdasarkan jenis kelamin

Kuisioner Pria atau wanita Ordinal

5 Poket Periodontal Sebuah sulkus atau celah diantara gigi dan gusi, memiliki kedalaman normal diantara 2 -3 mm

Pemeriksaan Kriteria: 1. tidak adanya poket : kedalaman saku 2-3 mm 2. adanya poket : kedalaman saku > 3mm


(41)

6 Kalkulus Material keras yang berwarna kuning atau coklat yang terdapat pada permukaan gigi.

Pemeriksaan Indeks Kalkulus Greene & Vermillion

Ordinal

7 Debris Material lunak yang tersangkut pada sonde jika digoreskan pada permukaan gigi.

Pemeriksaan Indeks Debris Greene & Vermillion

Ordinal

8 Gambaran Radiografi Hasil yang diproduksi oleh mesin radiografi panoramik X – Rays

Hasil radiografi

Ada atau tidak ada kehilangan tulang alveolar

Kriteria :

1. Ada kehilangan tulang

2.Tidak ada

kehilangan tulang


(42)

3.5Prosedur Pengumpulan Data dan Alur Penelitian

3.5.1 Prosedur Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara observasi menggunakan teknik wawancara dan pemeriksaan yang sebelumnya telah dilakukan kalibrasi pada semua tenaga peneliti.

Pertama-tama responden diminta untuk mengisi questioner disertai dengan anamnesa oleh peneliti. Setelah itu, dilanjutkan dengan pemeriksaan klinis rongga mulut. Alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah sonde, kaca mulut, pinset dan probe periodontal.

Pemeriksaan klinis pada rongga mulut ini mencakup pemeriksaan terhadap status periodontal, indeks debris dan indeks kalkulus dimana akan diperiksa 1 gigi pada tiap regio. Pada pemeriksaan status periodontal menggunakan probe periodontal untuk mengukur kedalaman saku periodontal lalu ditentukan skor yang diperoleh berdasarkan Indeks Periodontal Russels. Sedangkan, pada pemeriksaan oral higiene diukur indeks debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi, dimana total kedua skor ini mempunyai rentang skor 0 – 3. Setelah diperoleh data dari responden, dilakukan pemilihan atau seleksi.

Pada responden yang mempunyai masalah dengan jaringan periodontium maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan radiografi panoramik untuk memeriksa besar kehilangan tulang alveolar. Pengambilan radiografi dengan mesin radiografi panoramik merek ASAHI model AUTOIIIE. Hasil foto panoramik diproses dengan Fujifilm FCR CAPSULA XL II kemudian menghasilkan film radiografi panoramik. Analisa hasil foto rotgen (dibaca oleh radiologis) menggunakan viewbox.

Setelah diperoleh seluruh data, maka data diolah oleh ahli statistik untuk memperoleh prevalensi periodontitis dan hubungannya dengan faktor-faktor penyebab yang telah ditentukan.


(43)

3.5.2Alur penelitian

3.6Pengolahan Data dan Analisis Data

3.6.1Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan piranti lunak pengolah data.

3.6.2Analisa Data

Analisa data diperoleh dengan menghitung :

Sampel

Wawancara dan pengisian kuesioner

Seleksi kriteria sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

Pemeriksaan jaringan periodontal dan pengukuran OHI-S

Pengumpulan data hasil pemeriksaan

Analisa data hasil pemeriksaan

Seleksi sampel untuk dirotgen foto

Pengambilan rotgen foto dengan mesin radiografi panoramik merek ASAHI model AUTOIIIE

Hasil foto panoramik diproses dengan Fujifilm FCR CAPSULA XL II kemudian menghasilkan film radiografi panoramik

Analisa hasil foto rotgen (dibaca oleh radiologis) menggunakan


(44)

3.6.2.1Data Univariant

a. Prevalensi penyakit periodontal pada masyarakat di Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat, dan Rambung Dalam

b. Prevalensi masyarakat yang mengalami kehilangan tulang alveolar yang disebabkan oleh penyakit periodontal di tinjau secara radiografi di Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat, dan Rambung Dalam

3.6.2.2Data Bivariant

a. Hubungan umur dengan penyakit periodontal

b. Untuk menguji hubungan umur dengan penyakit periodontal digunakan uji chi square

c. Hubungan jenis kelamin dengan penyakit periodontal

d. Untuk menguji hubungan jenis kelamin dengan penyakit periodontal digunakan uji chi square.

e. Hubungan kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal

f. Untuk menguji hubungan kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal digunakan uji chi square.

g. Hubungan OHI-S dengan penyakit periodontal

h. Untuk menguji hubungan OHI-S dengan penyakit periodontal digunakan uji chi square.


(45)

3.7Jadwal Penelitian

No. Kegiatan

WAKTU PENELITIAN

Agustus September Oktober November Desember 1. Pembuatan

Proposal

Minggu I, II, III,IV

Minggu I

2. Pelaksanaan

Penelitian Minggu II, III, IV

Minggu I, II, III,

IV

Minggu I, II

3. Pembuatan laporan hasil

penelitian

Minggu III, IV

4. Penggandaan laporan


(46)

BAB

4

HASIL

PENELITIAN

4.1 Data Demografis Sampel

Sampel pada penelitian ini berjumlah 85 orang yang melibatkan 35 responden laki – laki dan 50 responden perempuan. Penelitian ini memeriksa status periodontal, indeks debris, indeks kalkulus, dan penurunan pada tulang alveolar cari CEJ pada enam gigi pada tiap regio kemudian dihubungkan dengan umur, jenis kelamin, dan kebiasaan merokok serta dikategorikan berdasarkan tingkat keparahannya.

Tabel 7. Data statistik jumlah responden berdasarkan status periodontal Status Periodontal Frekuensi

(orang)

Persentase (%)

Reversible

Normal 0 0

Gingivitis 15 17,7

Penyakit Periodontal Destruktif Tahap awal

60 70,6

Irreversible

Penyakit Periodontal Destruktif

3 3,5

Penyakit Periodontal Destruktif Tahap akhir

7 8,2


(47)

Tabel 8. Data statistik jumlah responden berdasarkan umur

Umur (Tahun) Frekuensi (orang) Persentase (%)

30 – 40 45 53

41 – 50 28 32,9

51 – 60 11 12,9

61 – 70 1 1,2

Total 85 100

Tabel 9. Data statistik jumlah responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (orang) Persentase (%)

Laki – laki 35 41,2

Perempuan 50 58,8

Total 85 100

Tabel 10. Data statistik jumlah responden berdasarkan kebiasaan merokok

Kebiasaan Frekuensi (orang) Persentase (%)

Merokok 23 27,1

Tidak Merokok 62 72,9

Total 85 100

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prevalensi penyakit periodontal pada Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat, dan Rambung Dalam adalah 100% dimana status periodontal reversible pada responden sebesar 88,3% dan status periodontitis irreversible sebesar 11,7%.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat yang turut berperan serta paling banyak pada masyarakat yang berusia 30-40 tahun yang diikuti masyarakat golongan umur 41-50 tahun, 51-60 tahun dan yang paling sedikit pada masyarakat berusia 61-70 tahun.


(48)

Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa responden laki – laki sebesar 35 orang (41,2%) dan responden perempuan sebesar 50 orang (58,8%).

Dari data penelitian diatas dapat diketahui kebiasaan merokok pada sampel sebesar 23 responden (27,1%) dan tidak merokok sebesar 62 responden (72,9%).

4.2 Hubungan Penyakit Periodontal dan Umur

Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara penyakit periodontal dengan umur dimana seiring bertambahnya umur maka status periodontal akan semakin tinggi tingkat keparahannya. Jumlah responden pada penelitian ini sebesar 85 orang dimana pada rentang usia 30 – 40 tahun terdapat 4 responden dari 45 responden (8,9%), usia 41 – 50 tahun terdapat 1 responden dari 28 responden (3,6%), usia 51 – 60 tahun sebesar 4 responden dari 11 responden (36,3%), dan usia 61 – 70 tahun sebesar 1 responden (100%).

Tabel 11. Hubungan penyakit periodontal dan umur pada kategori resorpsi tulang alveolar

Umur (Tahun)

Frekuensi (orang)

Resorpsi Tulang Alveolar Berdasarkan Radiografi

Panoramik (orang)

Persentase (%)

30 – 40 45 4 8,9

41 – 50 28 1 3,6

51 – 60 11 4 36,3

61 – 70 1 1 100


(49)

4.3Hubungan Penyakit Periodontal dan Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian ini diperoleh adanya hubungan antara penyakit periodontal dengan jenis kelamin. Responden laki – laki memiliki tingkat resiko penyakit periodontal lebih tinggi dibandingkan dengan responden perempuan.

Tabel 12. Hubungan penyakit periodontal dan jenis kelamin pada kategori resorpsi tulang alveolar

Jenis Kelamin Frekuensi (orang)

Resorpsi Tulang Alveolar Berdasarkan Radiografi

Panoramik (orang)

Persentase (%)

Laki – laki 35 10 28,6

Perempuan 50 0 0

Total 85 10

Pada tabel 11 diatas terlihat 28,6% responden laki – laki mengalami resorpsi tulang alveolar yang lebih parah dibandingkan dengan perempuan. Dimana pada responden laki – laki memiliki kebiasaan yang berbeda dengan responden perempuan.

4.4 Hubungan Penyakit Periodontal dan Merokok

Merokok merupakan salah satu etiologi pada penyakit periodontal dimana pada hasil penelitian ini mendukung yaitu pada semua responden yang mempunyai kebiasaan merokok mempunyai persentase yang lebih tinggi dibandingkan responden yang bukan perokok.


(50)

Tabel 13. Hubungan penyakit periodontal dan merokok pada kategori resorpsi tulang alveolar

Kebiasaan Frekuensi (orang)

Resorpsi Tulang Alveolar Berdasarkan Radiografi

Panoramik (orang)

Persentase (%)

Merokok 23 10 43,5

Tidak Merokok

62 0 0

Total 85 10

4.5Hubungan Penyakit Periodontal dan OHI-S

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa adanya keterkaitan antara responden yang menjaga oral hygiene. Dibuktikan dari hasil penelitian ini bahwa responden yang mempunyai oral hygiene yang sedang terdapat 6 responden dari 49 responden (12,2%), dan responden yang memiliki oral hygiene yang buruk sebesar 4 orang mengalami status periodontal irreversible (100%) dari total 10 responden yang mengalami resorpsi tulang alveolar.

Tabel 14. Hubungan penyakit periodontal dan OHI-S pada kategori resorpsi tulang alveolar

OHI-S Frekuensi (orang)

Resorpsi Tulang Alveolar Berdasarkan Radiografi

Panoramik (orang)

Persentase (%)

Baik 32 0 0

Sedang 49 6 12,2

Jelek 4 4 100


(51)

4.6Kehilangan Tulang

Gambar 4. Gambaran radiografi panoramik pada kehilangan tulang alveolar

4.6.1Kehilangan Tulang pada Bagian Posterior Rahang Atas Kanan Pada hasil penelitian ini responden yang mengalami kehilangan tulang 3 – 4 mm pada posterior rahang atas kanan terdapat 1 responden (10%) dan pada kehilangan tulang >4 mm terdapat 9 responden (90%) dari total 10 responden yang mengalami resorpsi tulang alveolar yang parah.

Tabel 15. Hubungan kehilangan tulang pada bagian posterior rahang atas kanan pada kategori resorpsi tulang alveolar

Posterior RA Kanan

Resorpsi Tulang Alveolar Berdasarkan Radiografi

Panoramik (orang)

Persentase (%)

3 – 4 mm 1 10

>4 mm 9 90


(52)

4.6.2 Kehilangan Tulang pada Bagian Posterior Rahang Atas Kiri Pada penelitian ini menunjukkan hasil kehilangan tulang 3 – 4 mm pada bagian posterior rahang atas kiri terdapat 1 responden (10%) dan kehilangan tulang sebesar >4 mm terdapat 9 responden (90%) dari total 10 responden yang mengalami kehilangan tulang alveolar yang parah.

Tabel 16. Hubungan kehilangan tulang pada bagian posterior rahang atas kiri pada kategori resorpsi tulang alveolar

Posterior RA Kiri

Resorpsi Tulang Alveolar Berdasarkan Radiografi

Panoramik (orang)

Persentase (%)

3 – 4 mm 1 10

>4 mm 9 90

Total 10 100

4.6.3 Kehilangan Tulang pada Bagian Posterior Rahang Bawah Kanan

Dari hasil penelitian ini menunjukkan kehilangan tulang 3 – 4 mm pada posterior rahang bawah kanan sebesar 1 responden (10%) dan kehilangan tulang >4 mm terdapat 9 responden (90%) dari total 10 responden yang mengalami resorpsi tulang alveolar yang parah.

Tabel 17. Hubungan kehilangan tulang pada bagian posterior rahang bawah kanan pada kategori resorpsi tulang alveolar

Posterior RB Kanan

Resorpsi Tulang Alveolar Berdasarkan Radiografi

Panoramik (orang)

Persentase (%)

3 – 4 mm 1 10

>4 mm 9 90


(53)

4.6.4 Kehilangan Tulang pada Bagian Posterior Rahang Bawah Kiri Pada penelitian ini menunjukkan hasil kehilangan tulang 3 – 4 mm pada bagian posterior rahang bawah kiri terdapat 1 responden (10%) dan kehilangan tulang sebesar >4 mm terdapat 9 responden (90%) dari total 10 responden yang mengalami resorpsi tulang alveolar yang parah.

Tabel 18. Hubungan kehilangan tulang pada bagian posterior rahang bawah kiri pada kategori resorpsi tulang alveolar

Posterior RB Kiri

Resorpsi Tulang Alveolar Berdasarkan Radiografi

Panoramik (orang)

Persentase (%)

3 – 4 mm 1 10

>4 mm 9 90

Total 10 100

4.6.5 Kehilangan Tulang pada Bagian Anterior Rahang Atas

Pada penelitian ini menunjukkan kehilangan tulang 3 – 4 mm pada bagian anterior rahang atas terdapat 1 responden (10%) dari total 10 responden dan kehilangan tulang >4 mm terdapat 9 responden (90%) dari total 10 responden yang mengalami resorpsi tulang alveolar yang parah.

Tabel 19. Hubungan kehilangan tulang pada bagian anterior rahang atas pada kategori resorpsi tulang alveolar

Anterior RA

Resorpsi Tulang Alveolar Berdasarkan Radiografi

Panoramik (orang)

Persentase (%)

3 – 4 mm 1 10

>4 mm 9 90


(54)

4.6.6 Kehilangan Tulang pada Bagian Anterior Rahang Bawah

Pada hasil penelitian ini responden yang mengalami kehilangan tulang 3 – 4 mm pada anterior rahang bawah terdapat 1 responden (10%) dan pada kehilangan tulang >4 mm terdapat 9 responden (90%) dari total 10 responden yang mengalami resorpsi tulang alveolar yang parah.

Tabel 20. Hubungan kehilangan tulang pada bagian anterior rahang bawah pada kategori resorpsi tulang alveolar

Anterior RB

Resorpsi Tulang Alveolar Berdasarkan Radiografi

Panoramik (orang)

Persentase (%)

3 – 4 mm 1 10

>4 mm 9 90


(55)

BAB

5

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan pengambilan sampel pada Kecamatan Binjai Selatan di tiga kelurahan yaitu Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat, dan Rambung Dalam. Untuk memperoleh identitas, responden dilakukan wawancara dengan bantuan kuisioner. Kemudian responden akan dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi serta responden menyetujui informed consent untuk dilakukan pemeriksaan selanjutnya. Pemeriksaan ini dilakukan pada 1 gigi untuk mewakili tiap regio. Pemeriksaan ini akan memberikan data mengenai keadaan periodontal, indeks debris, dan indeks kalkulus. Sehingga dapat diperoleh hasil pada penyakit periodontal yang mengalami kehilangan tulang alveolar yang parah serta akan dilakukan foto radiografi panoramik untuk mengukur besar penurunan pada tulang alveolar.

Prevalensi penyakit periodontal pada masyarakat di Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat, dan Rambung Dalam tergolong sangat tinggi, yaitu 85 orang responden mengalami penyakit periodontal dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Albert, dkk pada tahun 2011 di Kecamatan Medan Belawan sebesar 90,4% dari 125 responden.

Pada penelitian ini diteliti hubungan prnyakit periodontal dan umur yang menunjukkan prevalensi tertinggi terdapat pada masyarakat yang berusia 61 – 70 tahun (100%) diikuti masyarakat yang berusia 51 – 60 tahun (36,3%) tetapi mengalami fluktuasi antara masyarakat yang berusia 41 – 50 tahun (3,6%) dan 30 – 40 tahun (8,9%). (Tabel 11). Dimana pada penelitian sebelumnya yang dilakukan pada 162 lansia di 5 Posyandu Lansia di Kelurahan Wonosari Kota Semarang oleh Kriswiharsi (2011) dimana adanya hubungan antara umur dan penyakit periodontal. Pada lansia >65 tahun mempunyai risiko 6 kali lebih tinggi dari saku periodontal.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mohammed Ismail (2012), seiring dengan bertambahnya umur maka hilangnya perlekatan gingival juga akan meningkat disebabkan efek kumulatif dari interaksi bakteri sehingga merupakan


(56)

salah satu etiologi dari penyakit periodontal.30 Banyak penelitian lain menyatakan bahwa keparahan penyakit periodontal akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Penyakit periodontal lebih banyak ditemukan pada orang tua dari pada kelompok usia muda, walaupun keadaan ini sering dikaitkan sebagai akibat kerusakan jaringan yang kumulatif selama hidup (proses aging). Keparahan penyakit periodontal dapat juga diakibatkan oleh episode inflamasi yang berulang seiring bertambahnya usia.

Pathogenesis dari aging dan penyakit periodontal dimulai dari proses inflamasi dan mekanisme dari bakteri. Ketika terjadi periodontitis, keseimbangan antara bakteri dan respon host terganggu sehingga mengakibatkan inflamasi meningkat dan produksi pro – inflamasi sitokin. Kerusakan jaringan terjadi oleh karena aktivasi osteoklas, metaloproteinase matriks, dan proteinase lainnya oleh respon host inflamasi.

Akibat dari proses menua, akan menimbulkan berbagai masalah fisik biologi, psikologi, dan sosial. Proses menua dipengaruhi oleh penyakit – penyakit degeneratif, kondisi lingkungan serta gaya hidup seseorang yang akan mengakibatkan perubahan – perubahan yang berlangsung secara bertahap pada berbagai organ tubuh dan perubahan ini menimbulkan masalah kesehatan. Sekitar 40% para usia lanjut mengeluh tentang adanya xerestomia, massa otot – otot mastikasi mengecil, yang akan berpengaruh pada kekuatan mengunyah, gigi banyak yang hilang mengakibatkan gangguan proses komunikasi dan gangguan estetis.

32

Tingginya prevalensi penyakit periodontal pada orang tua mendapat perhatian karena penyakit periodontal pada pasien secara langsung dapat meningkatkan resiko terbentuknya karies akar, sama halnya dengan kehilangan gigi yang menghasilkan defisiensi asupan nutrisi, penurunan kemampuan penyunyahan dan berbicara yang dapat memperburuk kualitas hidup pasien. Jadi, dari hasil penelitian yang mengalami fluktuasi tersebut (Tabel 11), ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara penyakit periodontal dan umur. Hasil ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal seperti sosial ekonomi, kebiasaan, oral hygiene, ras, penyakit


(57)

sistemik dan keterbatasan sampel yang terjadi sewaktu penelitian berlangsung dan faktor – faktor lainnya.

Hubungan penyakit periodontal dan jenis kelamin menunjukkan bahwa pada responden laki – laki mempunyai penyakit periodontal yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Alasan lain diakibatkan oleh keterbatasan responden yang didapati dari penelitian ini yang semuanya merupakan responden laki – laki dari kriteria pada resorpsi tulang alveolar yang parah (Tabel 12). Penelitian yang dilakukan di Jerman oleh Devsrieux M, dkk (2004) pada 1710 responden pada rentang usia 45 – 75 tahun menyatakan bahwa adanya perbedaan signifikan antara pernyakit periodontal dan jenis kelamin. Pada hasil penelitian tersebut dinyatakan kehilangan tulang >5 mm terdapat pada 10% laki – laki dan 6% pada perempuan di usia lanjut. Sedangkan kehilangan tulang ≥4 mm sebesar 49% pada laki – laki dan 37% pada responden perempuan.

Penelitian lain yang dilakukan di Baghdad, Irak oleh Ali Abbas (2010) pada 1115 responden dimana responden laki – laki sebesar 641 orang dan perempuan sebesar 474 responden. Penelitian ini dilakukan pada rentang usia 23 – 67 tahun. Pada hasil penelitian tersebut didapati hasil yang signifikan antara responden laki – laki dan perempuan. Pada responden laki – laki sebesar 14,4% dan perempuan sebesar 7%, dimana pada hasil penelitian ini dapat kita simpulkan bahwa pada responden laki – laki memiliki penyakit periodontal yang dua kali lebih besar daripada responden perempuan.

33

Terdapat pembentukan poket yang lebih dalam dan oral hygiene yang buruk pada responden laki – laki jika dibandingkan dengan perempuan. Adanya hubungan antara penyakit periodontal dan jenis kelamin bisa juga dikaitkan dengan kebiasaan dimana laki – laki mempunyai kebiasaan sosial seperti merokok, minum minuman yang mengandung alkohol, dan kurangnya menjaga oral hygiene dibandingkan dengan perempuan sehingga dapat memicu penyakit periodontal yang tinggi pada laki – laki.

34

Penyakit periodontal dan kebiasaan merokok menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dari hasil penelitian ini. Dihasilkan bahwa responden yang mempunyai kebiasaan merokok akan mempengaruhi keparahan dari penyakit periodontal serta kehilangan tulang yang cukup parah. Karena


(58)

keterbatasan responden, maka hasil dari penelitian ini menunjukkan seluruh responden memiliki kebiasaan merokok dari kategori resorpsi tulang alveolar dengan hubungan kebiasaan merokok (Tabel 13). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kubota M, dkk (2011) di Jepang dengan sampel 67 responden dimana 30 responden perokok dan 37 responden bukan perokok. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa merokok memiliki keterkaitan yang erat dengan penyakit periodontal. Keterkaitan tersebut dapat ditunjukkan dari keadaan klinis berupa kehilangan tulang alveoalar, mobility, saku periodontal yang dalam, dan hilangnya gigi. Dilaporkan bahwa terjadi resorpsi tulang alveolar yang parah pada perokok dibandingkan bukan perokok. Stoltenberg, dkk melaporkan bahwa kedalaman saku periodontal yang diperiksa dengan probing ≥3,5 mm sebesar 5,3 kali lebih banyak pada responden yang merokok.

Pada tembakau ditemukan beratus – ratus bahan kimia seperti nikotin, tar, dan karbonmonoksida. Nikotin merupakan zat alkaloid, tidak berwarna, dan berbentuk cairan. Nikotin akan berubah warna menjadi coklat apabila bersentuhan dengan udara dan berbau seperti tembakau. Pada tembakau ditemukan 1 – 2% zat nikotin. Ketika merokok, nikotin menyebar dari paru – paru ke dalam darah. Pada saat kondisi asam terbentuk di dalam alveolar, partikel – partikel kecil berdifusi melalui membran alveolar dalam bentuk garam nikotin dari partikel bermuatan. Bentuk partikel nikotin inilah yang akan menempel pada rambut di lapisan mukosa saluran pernafasan.

35

Nikotin pada rokok akan merangsang ganglia untuk menghasilkan neurotransmitter termasuk katekolamin, ini akan merangsang reseptor alpha (α) dalam pembuluh darah yang akan menyebabkan vasokonstriksi. Vasokonstriksi yang terjadi pada pembuluh darah perifer akibat merokok inilah yang akan mempengaruhi jaringan periodontal.

36

36

Dari sisi lain, penyakit periodontal juga dapat diakibatkan oleh oral hygiene yang buruk. Dimana pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara tingginya penyakit periodontal pada kategori kehilangan tulang alveolar yang dikaitkan dengan oral hygiene. Dari hasil penelitian ini terdapat 6 responden

Keparahan dari penyakit periodontal akibat kebiasaan merokok berhubungan dengan banyaknya rokok yang dihisap, lamanya menghisap, jenis rokok, dan dalamnya asap rokok yang dihisap.


(59)

dari 49 responden yang termasuk dalam kategori OHI-S sedang dan terdapat 4 responden yang termasuk dalam kategori OHI-S buruk yang mengalami resorpsi tulang alveolar yang parah (Tabel 14). Beberapa cara yang dilakukan untuk menjaga oral hygiene, seperti menggosok gigi minimal 2 kali sehari yang dilakukan pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur, menggunakan dental floss yang dapat membantu menghilangkan plak pada gigi, dan rutin setiap 6 bulan sekali untuk pemeriksaan ke dokter gigi.37


(60)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Prevalensi penyakit periodontal pada masyarakat Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam adalah sebesar 100%

b. Prevalensi masyarakat yang mengalami kehilangan tulang alveolar yang parah disebabkan oleh penyakit periodontal yang ditinjau secara radiografi panoramik sebesar 11,7% responden. Dan dari 11,7% responden tersebut, 100% mengalami kehilangan tulang alveolar yang parah pada seluruh regio gigi.

c. Terdapat hubungan antara umur dan penyakit periodontal yang dihubungakan dengan kehilangan tulang alveolar yang ditinjau secara radiografi panoramik. Dimana, semakin meningkatnya umur resiko terkena penyakit periodontal semakin tinggi.

d. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dan penyakit periodontal yang dihubungakan dengan kehilangan tulang alveolar yang ditinjau secara radiografi panoramik. Dimana laki-laki memiliki resiko yang lebih tinggi daripada perempuan.

e. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dan penyakit periodontal yang dihubungakan dengan kehilangan tulang alveolar yang ditinjau secara radiografi panoramik. Dimana kebiasaan merokok dapat memperparah penyakit periodontal serta mempercepat resopsi tulang alveolar.

f. Terdapat hubungan antara kebiasaan menjaga kebersihan rongga mulut atau status OHI-S dan penyakit periodontal yang dihubungakan dengan kehilangan tulang alveolar yang ditinjau secara radiografi panoramik. dimana responden yang berstatus OHI-S jelek lebih beresiko terkena penyakit periodontal daripada bagi responden yang berstatus OHI-S baik.


(61)

6.2Saran :

a. Diharapkan pada penelitian berikutnya dapat diteliti hubungan-hubungan lainnya yang diduga sebagai faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya penyakit periodontal yang dapat menyebabkan resopsi tulang alveolar pada masyarakat di Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam ataupun kecamatan-kecamatan lainnya.

b. Penelitian selanjutnya dapat melibatkan faktor resiko lainnya yang mungkin adanya keterkaitan dengan resorpsi tulang alveolar.

c. Penelitian berikutnya dapat dilakukan di lokasi yang berbeda sehingga didapati data sebagai informasi di kota Medan

d. Penelitian berikutnya dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai pentingnya menjaga oral hygiene dan mengajarkan cara menyikat gigi yang benar.


(62)

DAFTAR

PUSTAKA

1. Anonymous. Radiologi Dental. http://www.scribd.com/doc/32371227/ Paralleling-Technique (5 November 2012)

2. Boel T. Indeks Radiometrik Direct Digital Panoramic Radiography Plak Arteri Karotis Pada Penderita Periodontitis Kronis Dengan Mempertimbangkan Berbagai Faktor Risiko. Disertasi : Medan: USU, 2011: 1-8.

3. Zelda. Pemeriksaan Radiografi Pada Penyakit Periodontal. http://radiograferatrosumbar.blogspot.com/2011/05/pemeriksaan-radiografi-pada-penyakit.html (30 Oktober 2012)

4. Semenoff L, et all. Are Panoramic Radiographs Reliable to Diagnose Mild Alveolar Bone Resorption?. ISRN Dentistry. 2011:1-4.

5. Anonymous. Penyakit Gigi dan Mulut. http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/20431/5/Chapter%20I.pdf.(10 Juli 2012)

6. Anonymous. Periodontal Disease- Risk Factors. www.umm.edu/ patiented/ articles/who_gets_periodontal_disease_000024_4.htm. (5 September 2012) 7. Anonymous. Data Dinas Kesehatan 2007 tentang usia sekolah.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20152/5/chapterI.pdf (3 Agustus 2012)

8. Situmorang N. Profil Penyakit Periodontal Penduduk di Dua Kecamatan Kota Medan Tahun 2004 dibandingkan dengan Kesehatan Mulut Tahun 2010 WHO. 2004: 1-7.

9. Anonymous. Periodontal Disease: The Disease, The Immune Respone, The Clinical Treatment.http://www.bio.davidson.edu/courses/Immunology/ Students/spring2000/wright/restricted/paper.html (10 Juli 2012)

10. Dyke TEV, Dave S. Risk Factors for Periodontitis. 2005 ; 7(1): 3-7. 11. Dowd F. Riview for the NBDE. USA: Mosby, 2007:237-67.


(63)

12. Dumitrescu AL. Etiology and Pathogenesis of Periodontal Disease. Springer: New York, 2010: 1-214.

13. Missulawin L, Grover R, Avila R, Ganesh S, Matiu I, Eltanty A, Anumba U, Mina M, Al-Attar A. What are the important risks for chronic, adult periodontal disease? http://www.utoronto.ca/dentistry/newsresources/ evidence_based/AdultPeriodontalDisease.pdf (12 Juli 2012)

14. Kusuma ARP. Pengaruh Merokok Terhadap Kesehatan Gigi dan Rongga Mulut. www.unissula.ac.id. (5 September 2012)

15.

16. Anonymous. Periodontal Disease-Gingivitis. www.diagnose-me.com/ cond/C519065.html (3 Agustus 2012)

Adriani D, Masulili SLC, Iskandar HB. Evaluasi Radiografis Intraoral Konvensional Kehilangan Tulang Alveolar Pada Periodontitis Kronis Perokok dan Bukan Perokok. 2008: 105-110.

17. Anguiar A. Periodontal Disease Recognition: A Review course for Dental Hygienists. http://www.dent.ucla.edu/pic/members/pdr/classifications.html (6 Agustus 2012)

18. Pratama W. Penyakit Periodontal. http://www.scribd.com/doc/ 69827559/Kgm-427-Slide-Penyakit-Periodontal (10 Juli 2012)

19. Puspita S. Penyakit Periodontal. 21 Juli 2011. http://asrimedicalcenter.com/ index.php?option=com_content&view=article&id=85:penyakit-periodontal-&catid=67:dental-center&Itemid=77. (10 Juli 2012)

20. Natalia R. Penyakit Periodontal pada Anak dan Remaja. http://www.scribd.com/doc/94936763/TGSl-Drg-Ike-Peyakit-Periodontal. (10 Juli 2012)

21. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA eds. 10th

22. Anonymous. Efek Paparan Kitosan Dari Kulit Udang Terhadap Osteogenesis Sel Punca Yang Diisolasi Dari Legamentum Periodontal. http://www.ui.ac.id/id/news/archive/5185 (12 Juli 2012)

Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2006: 100-693.

23. Fehrenbach MJ. Rick Factors for Periodontal Disease. The Preventive Angle. 2006:1-4.


(1)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 61.513a 6 .000 .000

Likelihood Ratio 40.000 6 .000 .000

Fisher's Exact Test 33.551 .000

Linear-by-Linear Association

29.136b 1 .000 .000 .000 .000

N of Valid Cases 85

a. 8 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .14. b. The standardized statistic is 5.398.

Crosstabs

Notes

Output Created 13-Jul-2012 19:10:17

Comments

Input Data C:\Documents and

Settings\Admin\My

Documents\KRISTIN FKG 1.sav

Active Dataset DataSet1

Filter Kelompok=2 (FILTER)

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File

85 Missing Value

Handling

Definition of Missing User-defined missing values are

treated as missing.

Cases Used Statistics for each table are based

on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.


(2)

Syntax CROSSTABS

/TABLES=sex usiak merokok BY OHIS

/FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ

/CELLS=COUNT ROW TOTAL /COUNT ROUND CELL

/METHOD=EXACT TIMER(5).

Resources Processor Time 0:00:00.500

Elapsed Time 0:00:00.531

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

Time for Exact Statistics 0:00:00.420

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Kelamin * OHIS

85 100.0% 0 .0% 85 100.0%

usiak * OHIS 85 100.0% 0 .0% 85 100.0%


(3)

Jenis kelamin*OHI-S Crosstabulation OHIS

Total

Baik Sedang Jelek

Jenis Kelamin Laki-laki Count 8 23 4 35

% within Jenis Kelamin

22.9% 65.7% 11.4% 100.0%

% of Total 9.4% 27.1% 4.7% 41.2%

Perempuan Count 24 26 0 50

% within Jenis Kelamin

48.0% 52.0% .0% 100.0%

% of Total 28.2% 30.6% .0% 58.8%

Total Count 32 49 4 85

% within Jenis Kelamin

37.6% 57.6% 4.7% 100.0%

% of Total 37.6% 57.6% 4.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 9.843a 2 .007 .005

Likelihood Ratio 11.440 2 .003 .004

Fisher's Exact Test 9.432 .006

Linear-by-Linear Association

8.638b 1 .003 .003 .003 .002

N of Valid Cases 85

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.65. b. The standardized statistic is -2.939.


(4)

Usia*OHI-S Crosstabulation OHIS

Total

Baik Sedang Jelek

usiak 30-40 tahun Count 27 16 2 45

% within usiak 60.0% 35.6% 4.4% 100.0%

% of Total 31.8% 18.8% 2.4% 52.9%

41-50 tahun Count 5 23 0 28

% within usiak 17.9% 82.1% .0% 100.0%

% of Total 5.9% 27.1% .0% 32.9%

51-60 tahun Count 0 9 2 11

% within usiak .0% 81.8% 18.2% 100.0%

% of Total .0% 10.6% 2.4% 12.9%

61-70 tahun Count 0 1 0 1

% within usiak .0% 100.0% .0% 100.0%

% of Total .0% 1.2% .0% 1.2%

Total Count 32 49 4 85

% within usiak 37.6% 57.6% 4.7% 100.0%

% of Total 37.6% 57.6% 4.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided) Point Probabili

Pearson Chi-Square 27.169a 6 .000 .006

Likelihood Ratio 31.118 6 .000 .000

Fisher's Exact Test 28.058 .000

Linear-by-Linear Association

17.722b 1 .000 .000 .000 .000

N of Valid Cases 85

a. 7 cells (58.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .05. b. The standardized statistic is 4.210.


(5)

Merokok*OHI-S Crosstabulation OHIS

Total

Baik Sedang Jelek

merokok Ya Count 0 19 4 23

% within merokok .0% 82.6% 17.4% 100.0%

% of Total .0% 22.4% 4.7% 27.1%

Tidak Count 32 30 0 62

% within merokok 51.6% 48.4% .0% 100.0%

% of Total 37.6% 35.3% .0% 72.9%

Total Count 32 49 4 85

% within merokok 37.6% 57.6% 4.7% 100.0%

% of Total 37.6% 57.6% 4.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 26.062a 2 .000 .000

Likelihood Ratio 33.815 2 .000 .000

Fisher's Exact Test 28.721 .000

Linear-by-Linear Association

25.060b 1 .000 .000 .000 .000

N of Valid Cases 85

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.08. b. The standardized statistic is -5.006.


(6)

OHI-S * periodontal Crosstabulation periodontal

Total Ginggivitis Tahap Awal Destruktif Tahap Akhir

OHIS Baik Count 12 20 0 0 32

% within OHIS

37.5% 62.5% .0% .0% 100.0%

% of Total 14.1% 23.5% .0% .0% 37.6%

Sedang Count 3 40 3 3 49

% within OHIS

6.1% 81.6% 6.1% 6.1% 100.0%

% of Total 3.5% 47.1% 3.5% 3.5% 57.6%

Jelek Count 0 0 0 4 4

% within OHIS

.0% .0% .0% 100.0% 100.0%

% of Total .0% .0% .0% 4.7% 4.7%

Total Count 15 60 3 7 85

% within OHIS

17.6% 70.6% 3.5% 8.2% 100.0%

% of Total 17.6% 70.6% 3.5% 8.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 61.513a 6 .000 .000

Likelihood Ratio 40.000 6 .000 .000

Fisher's Exact Test 33.551 .000

Linear-by-Linear Association

29.136b 1 .000 .000 .000 .000

N of Valid Cases 85

a. 8 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .14. b. The standardized statistic is 5.398.


Dokumen yang terkait

Kehilangan tulang alveolar maksila regio kanan secara radiografi panoramik dihubungkan dengan penyakit periodontal pada masyarakat Kecamatan Medan Selayang

1 49 164

Kehilangan tulang alveolar mandibula regio kiri secara radiografi panoramik dihubungkan dengan penyakit periodontal pada masyarakat Kecamatan Medan Selayang

4 69 74

Kehilangan Tulang Alveolar Maksila Regio Kiri Secara Radiografi Panoramik Dihubungkan Dengan Penyakit Periodontal Pada Masyarakat Kecamatan Medan Selayang

2 85 86

Kehilangan Tulang Alveolar Mandibula Regio Kanan Secara Radiografi Panoramik Dihubungkan Dengan Penyakit Periodontal Pada Masyarakat Kecamatan Medan Selayang

0 0 12

Kehilangan Tulang Alveolar Mandibula Regio Kanan Secara Radiografi Panoramik Dihubungkan Dengan Penyakit Periodontal Pada Masyarakat Kecamatan Medan Selayang

0 0 1

Kehilangan Tulang Alveolar Mandibula Regio Kanan Secara Radiografi Panoramik Dihubungkan Dengan Penyakit Periodontal Pada Masyarakat Kecamatan Medan Selayang

0 0 6

Kehilangan Tulang Alveolar Mandibula Regio Kanan Secara Radiografi Panoramik Dihubungkan Dengan Penyakit Periodontal Pada Masyarakat Kecamatan Medan Selayang

1 2 16

Kehilangan Tulang Alveolar Dikaitkan Dengan Penyakit Periodontal Ditinjau Secara Radiografi Panoramik Pada Masyarakat Kecamatan Binjai Selatan Di Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam

0 0 25

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Kehilangan Tulang Alveolar Dikaitkan Dengan Penyakit Periodontal Ditinjau Secara Radiografi Panoramik Pada Masyarakat Kecamatan Binjai Selatan Di Kelurahan Tanah Seribu, Rambung Barat dan Rambung Dalam

0 0 18

KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR DIKAITKAN DENGAN PENYAKIT PERIODONTAL DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT KECAMATAN BINJAI SELATAN DI KELURAHAN TANAH SERIBU, RAMBUNG BARAT DAN RAMBUNG DALAM

0 0 12