dan osteoblas yang terdapat di dalam jaringan gingiva yang akan mengeluarkan II-
1α, IL-1β, IL-6, prostaglandin E
2
dan Tumor Necrosis Factor TNF- α.
Faktor – faktor ini yang mengatur pembentukan dan aktivitas osteoklas.
26
Lipopolisakarida bekerja di dalam makrofag untuk menghasilkan prostaglandin E
2
dalam jumlah yang banyak. Cytokinin dihasilkan oleh sel inflarnasi yang bereaksi terhadap endotoksin yang berperan dalam sel mesenkim
dan mengeluarkan prostaglandin E
2
.
26
Limfosit dan makrofag pada periodontitis mengeluarkan IL-1 dengan kadar yang tinggi. Limfosit dan makrofag juga mengeluarkan sebagian besar IL-
6, IL- β menyebabkan produksi IL-6 dari fibroblas gingival.
26
2.5 Penyakit Periodontal dan Faktor Resiko
Faktor resiko dapat didefinisikan sebagai penyebab atau karakteristik yang terkait dengan tingkat peningkatan penyakit.
10
Penting untuk mengetahui perbedaan bahwa faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit tetapi tidak
selalu menyebabkan penyakit. Umur, jenis kelamin, genetik, ras merupakan faktor resiko yang tidak dapat diubah. Sedangkan oral hygiene, merokok,
penyakit sistemik, obesitas, sosial ekonomi, dll merupakan faktor resiko yang dapat diubah.
27
2.5.1 Penyakit Periodontal dan Umur
Prevalensi dan keparahan penyakit periodontal meningkat secara langsung dengan bertambahnya usia akibat dari episode inflamasi yang berulang. Namun,
hal ini kemungkinan besar terjadi karena lamanya faktor etiologi yang berhubungan dengan penyakit daripada dengan perubahan degeneratif yang
berhubungan dengan penuaan. penyakit periodontal pada orang dewasa yang lebih tua umumnya muncul sebagai lama periodontitis kronis. kondisi medis dan
mental, obat-obatan, status fungsional, perilaku gaya hidup, ketangkasan manual, dan tingkat keparahan penurunan harus dipertimbangkan ketika mengembangkan
rencana perawatan untuk pasien.
28
Perubahan dalam periodonsium yang berhubungan dengan penuaan termasuk penipisan dan penurunan keratinisasi dari epitel, jaringan padat dari
gingival, menurunnya fibroblast, pelebaran sementum dan produksi matriks organik pada ligament periodontal
.11,22
Level destruksi periodontal akibat penuaan merupakan hasil destruksi yang kumulatif. Pandangan saat ini mengemukakan
destruksi periodontal yang parah pada orang tua merupakan cerminan dari penyakit yang sudah ada selama hidup ini, bukan karena umur spesifik sehingga
timbulnya penyakit.
27
2.5.2 Penyakit Periodontal dan Jenis Kelamin
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kehilangan perlekatan pada orang dewasa, dimana laki - laki memiliki
prevalensi dan keparahan yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Data penemuan ini mungkin berhubungan dengan faktor predisposisi genetik atau kebiasaan
sosial. Seperti pada umumnya laki – laki memiliki faktor lokal dan kehilangan
perlekatan yang lebih daripada wanita. Dari hasil tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh kebiasaan pencegahan daripada perbedaan gender.
28
28
2.5.3 Penyakit Periodontal dan Merokok
Pinborg 1947 merupakan orang pertama yang mengemukakan adanya hubungan antara penyakit periodontal dengan kebiasaan merokok.
29
Ada bukti yang kuat bahwa merokok dapat mempengaruhi respon host bawaan dan
kekebalan. Ditemukan bahwa penurunan inflamasi dan cairan sulkus gingival pada perokok dan bukan perokok bahwa merokok dapat merusak aliran darah
pada gingiva. Merokok tidak hanya menimbulkan efek secara sistemik, tetapi dapat
memberikan pengaruh langsung terhadap jaringan periodontal. Perokok mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit periodontal seperti
26,28
kehilangan tulang alveolar, peningkatan kedalaman saku gigi serta kehilangan gigi, dibandingkan dengan yang bukan perokok.
Munculnya berbagai kondisi patologis sistemik maupun lokal dalam rongga mulut, disebabkan karena terjadinya penurunan fungsi molekul, termasuk
saliva. Kerusakan komponen antioksidan saliva, diikuti dengan penurunan fungsinya, ditemukan pada beberapa kelainan di rongga mulut.
14
Tar, nikotin, dan gas karbonmonoksida merupakan tiga macam bahan kimia yang paling berbahaya dalam asap rokok. Nikotin merupakan bahan yang
bersifat toksik dan dapat menimbulkan ketergantungan psikis. Nikotin merupakan alkaloid alam yang bersifat toksis, berbentuk cairan, tidak berwarna, dan mudah
menguap. Zat ini dapat berubah warna menjadi coklat dan berbau seperti tembakau jika bersentuhan dengan udara. Zat ini berasal dari daun Nicotiana
tabacum dan Nicotiana rustica yang telah kering. Nikotin berperan dalam menghambat perlekatan dan pertumbuhan sel fibroblast ligamen periodontal,
menurunkan isi protein fibroblast, serta dapat merusak sel membran.
14
Tar adalah kumpulan dari beribu – ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogenik. Pada saat rokok dihisap, membentuk
endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran nafas, dan paru – paru. Komponen tar mengandung radikal bebas, yang berhubungan dengan risiko
timbulnya kanker.
14
Gas karbonmonoksida dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah yang akan berpengaruh pada sistem pertukaran haemoglobin. Karbonmonoksida
memiliki afinitas dengan haemoglobin sekitar dua ratus kali lebih kuat dibandingkan afinitas oksigen terhadap haemoglobin.
14
Efek merokok yang timbul dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok yang dihisap, lamanya merokok, jenis rokok yang dihisap, bahkan berhubungan
dengan dalamnya hisapan rokok yang dilakukan.
14
14
2.6 Indeks Periodontal, Debris dan Kalkulus