Aplikasi Kejujuran dalam Pendidikan

Rasulullah saw bersabda : خا ع ا ّ ح ا ق ث ح ح ح ق ث ح ع ا ع ع ع ع ا أ ا ق ء ج ج ا ا ص ها ع قف : ا ها ا ق ع ا ا ج غّ ا ّ خ ك اا ئ ا “Sesungguhnya Allah tidak menerima amalan, melainkan amalan yang ikhlas dan yang karena untuk mencari keridhaan Allah”. HR. An- Nasa’i 59 Begitu pentingnya sifat ikhlas untuk dimiliki oleh setiap orang dan ditanamkan pada diri anak didik sedini mungkin. Jika pada diri seseorang tidak terdapat sifat ikhlas dalam beramal maka sia-sia lah seluruh amal perbuatannya. Begitu tingginya nilai keikhlasan, jika ikhlas bercampur dengan sesuatu yang sedikit, maka ikhlas bisa tumbuh menjadi banyak, sehingga menandingi hal-hal yang besar. Tetapi sesuatu yang banyak namun tidak ikhlas, maka di sisi Allah tidak ada artinya. Dalam hal ini Nabi saw. Bersabda, yang artinya:”Berlaku ikhlaslah kamu dalam beragama, maka amal sedikitpun mencukupkan kamu”. HR. Al- Hakim 60 Dalam menanamkan sifat ikhlas pada anak didik, pendidik guru dapat menggunakan beberapa metode, diantaranya metode ceramah, metode nasihat, metode teladan, metode pembiasaan dan metode kisah. Metode ceramah dan nasihat digunakan oleh seorang pendidik guru untuk memberikan pengetahuan mengenai ikhlas baik dari segi pengertian dan keutamaan serta pentingnya seseorang memiliki sifat ikhlas dalam dirinya. Dan menjelaskan bahwa jika seseorang memiliki 59 Ahmad bin Syu’aib Abu Abdur Rahman An-Nasai, Al-Mujtaba Minas Sunan Juz 8, Halb: Maktab Al- Mathbu’atil Islamiyah, 1986, h.25 60 Imam Al-Ghazali, Hakekat Ikhlas dan Jujur, Jakarta: Pustaka Amani, 1990, h. 28 sifat ikhlas dalam beramal dan ibadah, maka amal dan ibadahnya akan di terima di sisi Allah. Metode teladan, seorang pendidik guru harus bisa memberikan teladan yang baik untuk anak didiknya, dalam memberikan tauladan tentang sifat ikhlas ini, seorang guru harus datang tepat waktu dalam mengajar disiplin, tidak mengeluh di hadapan murid, dan guru harus selalu memberikan yang terbaik untuk anak didiknya. Jika seorang guru mengajar dengan malas-malasan, maka anak didik pun tidak akan semangat dalam belajar yang tentu akan berpengaruh terhadap akademik, psikomotorik dan afektifnya. Metode pembiasaan, dalam membiasakan sifat ikhlas ini, yaitu dengan cara memaksakan melakukan perbuatan secara terus-menerus, meskipun pada awalnya masih terdapat rasa riya’. Misalnya dalam hal bersedekah, Jika sedekah itu dibiasakan dalam diri seseorang meskipun awalny a ada rasa riya’. maka jika seseorang terbiasa melakukan itu, ia akan merasa ada yang kurang jika tidak melakukannya. Dengan kebiasaan itu yang akhirnya dengan sendirinya akan timbul rasa ikhlas dalam dirinya. Metode kisah merupakan metode yang penting untuk diterapkan pada anak didik, karena dari metode kisah ini, kita dapat mengambil pelajaran dan manfaat dari kisah-kisah para Nabi, sahabat dan ulama- ulama tentang keikhlasan yang dimilikinya.

3. Aplikasi Keadilan dalam Pendidikan

Sikap adil penting untuk ditanamkan dalam diri seseorang karena keadilan mendekatkan diri kepada ketakwaan. Berbuat adil didunia dapat membuat seseorang hidup tenang, tenteram, disayangi orang-orang dekatnya. Sikap adil ini sangat diperlukan dalam kehidupan manusia, baik dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu adil sangat perlu diajarkan pada anak didik sejak dini. Untuk mengajarkan sikap adil para pendidik dapat menggunakan beberapa metode, diantaranya metode ceramah, metode nasihat, teladan, dan metode kisah. Metode ceramah dan metode nasihat dapat digunakan oleh guru, untuk menjelaskan bagaimana sikap itu bisa dikatakan adil, menjelaskan pentingnya bersikap adil dan menjelaskan akibat bila seseorang tidak berbuat adil. Metode keteladan dapat digunakan oleh pendidik dalam mengajarkan sikap adil. Bila orang tua berperan sebagai pendidik, maka orang tua harus adil terhadap anak-anaknya tanpa membedakan anak yang satu dengan yang lainnya, bila orang tua memperlakukan anak dengan tidak adil, akan mengakibatkan anak tersebut benci dengan saudaranya sendiri, karena rasa cemburu dia terhadap saudaranya. kecuali mempunyai anak yang membutuhkan perhatian khusus. Dan bila guru berperan sebagai pendidik, maka guru harus adil terhadap anak didiknya, misal tetap memberikan perhatian yang sama antara murid yang bodoh dengan yang pandai. Karena hal itu merupakan kewajiban guru, dan murid harus mendapatkan hak yang berupa perhatian yang sama dari guru. Jika guru tidak memberikan perhatian yang sama antara murid yang bodoh dan yang pintar, maka murid yang bodoh akan merasa tidak dianggap dan merasa terkucilkan. Sehingga membuatnya tidak semangat dalam belajar. Oleh karena itu seorang pendidik guru harus bisa memberi perhatian yang sama terhadap anak didiknya, sehingga hal tersebut bisa memberi tauladan yang baik untuk anak didiknya karena apa yang dilakukan oleh guru menjadi pusat perhatian dan contoh bagi anak didiknya. dan Bila seseorang berperan sebagai teman bergaul dalam masyarakat, maka ia harus bersikap baik terhadap teman-temannya, tanpa memandang dari keluarga kaya atau miskin. Metode kisah adalah metode yang penting untuk diterapkan oleh seorang pendidik. Karena metode kisah ini mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. sehingga akan meningkatkan aspek keimanan, timbulnya kesadaran moral, dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Misal dari contoh kisah tentang keadilan yang dilakukan Rasulullah saw. Yaitu: Seorang wanita yang berasal dari suku Bani Makhzum pernah mencuri. Karena takut tangannya akan dipotong, sanak familinya mengutus Usamah bin Zaid untuk memohon pengampunan pada Nabi atas nama wanita itu. Ketika Nabi mendengar kasusnya, tanda-tanda kemarahan tampak pada wajah Nabi. “Apakah kau mencoba membelokkanku dari batasan-batasan yang telah ditetapkan Allah?” tanya Nabi. Usamah bin Zaid langsung mengakui kesalahannya dan memohon pada Nabi untuk mendoakan pengampunan bagi dirinya. Nabi kemudian berkhotbah pada orang- orang yang berkumpul disitu. Beliau berkata,”orang-orang di masa lalu mendapatkan kesulitan karena memberikan kelonggaran sikap pada orang-orang yang memiliki jabatan tinggi ketika mereka melakukan pencurian. Padahal, hal itu sangat berlawanan dengan hukuman yang diberikan pada setiap pencuri dari kalangan rakyat rendah. Demi Zat yang menguasai jiwaku, jika Fatimah anakku yang mencuri, aku sendirilah yang memotong tangannya.” 61 Dari kisah diatas dapat diambil pelajaran bahwa keadilan itu harus tetap ditegakkan, tanpa memandang kaya atau miskin, musuh atau saudara kita sendiri. Sebagaimana di sebutkan dalam surat Al- Maidah ayat 8 : 61 Maulana Wahiduddin Khan, Buku Kecil Kearifan Islam, Jakarta: Pustakan Alvabet, 2005, Cet. II, h.160-161