d. Bertanggung jawab. Bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dipilih dengan segala
resiko yang ada merupakan sikap yang tertinggi.
2.4. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan
Kebiasaan makan adalah pola yang dianut seseorang atau kelompok individu tertentu dalam memilih makanan dengan penyediaan serta
penyajian makanan itu, pola itu biasanya dipengaruhi kebudayaan, lingkungan sosial, dan agama. Ensiklopedia Indonesia, 1982
Menurut Guthe dan Mead yang dijabarkan kembali oleh Khumaidi 1994, mendefenisikan kebiasaan makan sebagai cara-cara individu dan
kelompok individu memilih, mengkonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia didasarkan kepada faktor-faktor sosial budaya dimana mereka
hidup. Menurut Khumadi 1994, pada dasarnya ada 2 faktor yang
mempengaruhi kebiasaan makan manusia, yaitu: faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Yang termasuk faktor ekstrinsik antara lain: lingkungan alam,
lingkungan sosial, lingkungan budaya dan agama, lingkungan ekonomi. Sedangkan yang termasuk faktor intrinsik antara lain: assosiasi emosional,
keadaan jasmani dan kejiwaan yang sedang sakit, dan penilaian yang lebih terhadap mutu makanan.
Menurut Satoto 1993, faktor lain yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan adalah faktor lingkungan. Dimana yang paling utama adalah sistem
pemasaran makanan tidak sehat melalui berbagai media yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sanjur 1982, yang ditulis kembali oleh Khumadi 1994 mengemukakan bahwa, ada 2 dasar pemikiran tentang kebiasaan makan
yang terdapat pada diri seseorang, yaitu: a. Kebiasaan makan yang terbentuk pada diri seseorang karena ia pelajari.
b. Kebiasaan makan yang terdapat pada diri seseorang bukan karena proses pendidikan tertentu atau sengaja dipelajari. Dan lebih bersifat diturunkan.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan menurut Lisdiana 1997, yang dikemukakan kembali oleh Reni 1998 yaitu:
a. Pengaruh sosial budaya. Nilai sosial budaya merupakan nilai yang dianut oleh suatu kelompok
masyarakat. Antara satu kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat yang lain dapat berbeda-beda, atau mungkin bertentangan. Oleh
karena itu, nilainya tidak mutlak. b. Pengaruh agama.
Seorang pemeluk agama dituntut untuk menjalankan ajaran agama dengan baik, melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Termasuk
didalamnya aturan tentang makanan. ajaran agama merupakan sesuatu yang bersifat mutlak atau absolut, karena merupakan ajaran Tuhan yang tidak
boleh dilanggar. c. Pengaruh psikologi.
Sikap seseorang terhadap makanan banyak dipengaruhi oleh pengalaman dan respon yang diperlihatkan oleh orang lain terhadap makanan, sejak ia
masih anak-anak. Pengalaman yang diperoleh ada yang menyenagkan dan tidak menyenangkan. Hal ini akan mengakibatkan tiap orang akan merasa
suka atau tidak suka terhadap suatu jenis makanan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL