1.2. RUMUSAN MASALAH
Berapa angka kebutaan kelainan kornea untuk Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 2009.
1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum :
Mendapatkan angka kebutaan kelainan kornea untuk Kabupaten Tapanuli Selatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutaan tersebut.
1.3.2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui karakteristik geografi Kabupaten Tapanuli Selatan
b. Untuk mengetahui gambaran karateristik sosiodemografi responden.
c. Untuk mengetahui gambaran budaya di wilayah Kabupaten Tapanuli
Selatan. d.
Untuk mengetahui gambaran sarana dan prasarana Kesehatan Mata di Kabupaten Tapanuli Selatan.
e. Untuk mengetahui gambaran angka kebutaan kelainan kornea di
Kabupaten Tapanuli Selatan.
1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.4.1
Dengan Penelitian ini dapat dibuat pemetaan tentang buta kelainan kornea di Kabupaten Tapanuli Selatan.
1.4.2 Dapat dibuat kebijakan yang berkaitan dengan penatalaksanaan buta
kelainan kornea serta estimasi proyeksi kegiatan yang dapat menurunkan angka kebutaan.
1.5. HIPOTESA
Angka kebutaan kelainan kornea di Kabupaten Tapanuli Selatan lebih tinggi daripada angka kebutaan kelainan kornea secara Nasional.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1
.
KERANGKA TEORI
Penelitian penyakit mata yang menyebabkan gangguan penglihatan merupakan ilmu yang terus berkembang. Sorsby melaporkan insiden dan penyebab kebutaan di
Inggris dan Wales selama 1948 – 1962, namun laporan ini dibawah perkiraan prevalensi pada populasi yang sebenarnya karena hanya melibatkan populasi pada saat pencatatan.
12
Pada tahun 1978 WHO mencanangkan program pencegahan kebutaan dan penekanannya pada model epidemiologi untuk memperkirakan kebutaan dengan
menggunakan survei dengan metode yang sederhana dan murah. Kelemahan terbesar pada pendekatan ini adalah tidak termasuk refraksi, inderek ophthalmoskop, fotografi,
dan lapangan pandang. Pada tahun 1987 WHO memperkirakan 27 – 35 juta penduduk dunia mengalami gangguan penglihatan 20400 dan hampir 75 – 80 tinggal di Asia
dan Afrika. Perkiraan konservatif pada kebutaan anak seluruh dunia sampai 1 juta anak.
12
Dengan menggunakan perkiraan itu, prevalensi kebutaan orang dewasa di dunia mendekati 26 – 34 juta. Belakangan ini WHO memperkirakan 135 juta dari seluruh
penduduk dunia mengalami gangguan penglihatan 2060 dan hampir 45 juta orang mengalami gangguan penglihatan 20400. Jumlah ini meningkat sesuai dengan populasi
dunia dan meningkatnya angka harapan hidup rata-rata.
12
Di negara-negara yang dicakup daerah pasifik barat WHO, angka prevalensi kebutaan antara 0,5 - 1. Keadaan ini
bervariasi dari negara ke negara, yang paling umum adalah defisiensi Vitamin A pada anak-anak, trauma pada orang dewasa, sama dengan katarak, trachoma, dan glaukoma
pada orang dewasa.
13
Universitas Sumatera Utara